R DENGAN LABIOSCHISIS DI
RUANG GALILEA III RUMAH SAKIT BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH:
AGATA WILIS WIDYA ANGGRITA
1904039
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala limpahan berkat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu, dalam penyusunan
laporan ini penulis banyak mengalami kesulitan maupun hambatan, tapi berkat
bimbingan, saran, koreksi dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat
diselesaikan. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN selaku ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. dr. Purwoadi Sujatno, Sp.PD, FINASIM, MPH. selaku direktur Rumah Sakit
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS selaku pembimbing akademik ruang Galilea
III Anak
4. Ns. Suprihatiningsih, S. Kep selaku pembimbing klinik di ruang Galilea III
Anak RS Bethesda.
5. Endang Martasih, A. Md., Kep selaku kepala ruang Galilea III Anak RS
Bethesda.
6. Resta Betaliani Wiranata, S. Kep., Ns., MSN selaku preceptorship ruang
Galilea III Anak.
7. Staf perpustakaan yang telah menyediakan referensi-referensi yang ada.
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca, penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan pada laporan ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan
kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Yogyakarta, Oktober 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................2
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Medis...............................................................................................4
B. Konsep Keperawatan..................................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................16
A. Pengkajian...................................................................................................16
B. Analisa Data................................................................................................26
C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................27
D. Perencanaan Keperawatan..........................................................................28
E. Catatan Perkembangan................................................................................30
BAB IV PENGKAJIAN........................................................................................36
A. Pengkajian...................................................................................................36
B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................37
C. Perencanaan Keperawatan..........................................................................38
D. Pelaksanaan Keperawatan...........................................................................39
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................40
BAB V PENUTUP.................................................................................................41
A. Kesimpulan.................................................................................................41
B. Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
geligi, dan psikososial. Secara umum, operasi bibir sumbing dilakukan pada
bayi usia 2- 4 bulan (Anggarani, 2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan labioschisis
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian pada pasien dengan labioschisis
b. Diagnosis keperawatan pada pasien dengan labioschisis
c. Implementasi keperawatan pada pasien dengan labioschisis
d. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan labioschisis
D. Sistematika Penulisan
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis dan
konsep keperawatan pada kasus labioschisis
BAB III PENGELOLAAN KASUS
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi pada kasus labioschisis
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi perbandingan teori dengan kasus yang dianalisis dan dibahas,
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari asuhan keperatan yang
diberikan pada pasien dengan labioschisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Labioschisis atau bibir sumbing adalah salah satu cacat lahir, dimana
terdapat kondisi bibir yang terbelah sampai langit-langit, akibat dari
embriologi perkembangan struktur wajah yang mengalami gangguan sejak
embrio umur minggu ke IV (Loho, 2012).
Labioschisis adalah gangguan fusi maxillary swelling dengan media nasal
swelling pada satu sisi (Labioschisis unilateral) maupun kegagalan fusi
yang menimbulkan celah di daerah prealveolaris (Labioschisis inkomplet)
(Lalwani, 2013).
2. Anatomi fisiologi
a. Bibir
Bibir berbeda dari struktur sekitarnya. Bibir atas dimulai dari lubang
hidung dan dasar ala nasi setiap sisi dan berakhir di lateral pada lipatan
nasolabial. Bibir atas dibagi menjadi subunit oleh phitral columns.
Phitral columns terbentuk oleh serat m. orbicularis oris kontralateral
yang melalui garis tengah. Lekukan ditengah antar philtral columns
disebut phitral groove. Cupid’s bow merupakan bagian persimpangan
4
5
5. Patofisiologis
Difesiensi nutrisi Usia ibu & trauma
pada kehamilan Multifaktor kehamilan Obat-obatan
Heriditer
Gangguan
Ketidakmampuan menutup bibir dan mulut
komunikasi verbal
Ketidakseimbangan
nutrisi ≤ keb. tubuh
8
6. Klasifikasi
Menurut Suryandari (2017), berdasarkan lengkap atau tidaknya celah
yang terbentuk terbagi menjadi dua, yaitu:
7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Loho (2012) terdapat pemeriksaan yang dilakukan seperti:
a. Ultrasonografi (USG)
Kelainan dapat terlihat melalui prosedur USG mulai dari trimester
pertama kehamilan, terdapat gangguan pada proses perkembangan area
wajah termasuk langit-langit rongga mulut.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Digunakan sebagai deteksi awal adanya celah submukosa yang dapat
terlewat saat inspeksi awal.
c. Laboratorium
Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar leukosit sebelum
dilakukan prosedur operasi.
d. Pemeriksaan Fisik
Bertujuan untuk menentukan klasifikasi dari labioschisis yang akan
menentukan prosedur pembedahan dan memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
8. Penatalaksanaan
a. Labioplasti
Merupakan sebuah prosedur bedah plastic untuk menutup celah bibir
palatum berdasarkan “rule of ten” yaitu
1) Usia lebih dari 10 minggu (3 bulan)
2) Berat lebih dari 10 pound (5kg)
3) Hb lebih dari 10g/dL
4) Leukosit lebih dari 10.000/µL
b. Penatalaksaan Keperawatan
1) Pre-operasi
Berikan informasi mengenai prosedur pembedahan, monitor
kemampuan menghisap dan menelan, kaji respon bayi saat
pemberian susu, pantau status pernapasan dan kepatenan jalan
napas.
10
2) Post-operasi
Kaji adanya tanda infeksi atau tidak, pantau tingkat nyeri, dan
lakukan perawatan luka.
9. Pencegahan
a. Menghindari bahan yang teratogenik
b. Menghindari stress/ trauma fisik maupun psikis
c. Melengkapi kebutuhan nutrisi dan gizi selama kehamilan
10. Komplikasi
Menurut Mulliken (2014) terdapat beberapa komplikasi yang ditimbulkan,
seperti:
a. Kesulitan menelan
Bayi akan kesulitan untuk menghisap pada payudara ibu atau dot yang
mengakibatkan reflex menghisap dan menelan tidak normal.
b. Gangguan dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin akan mengalami
malposisi dari gigi geligi pada area celah bibir yang terbentuk.
c. Masalah pendengaran
Infeksi telinga dikarenakan adanya gangguan pada otot-otot yang
berperan dalam membuka dan menutup tuba eustachius sehingga tidak
dapat mengalirkan cairan yang berasal dari telinga bagian tengah
dengan baik.
d. Aspirasi
Air Susu Ibu (ASI) yang seharusnya masuk ke tenggorokan dapat
masuk ke saluran pernapasan.
E. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, pendidikan, suku, alamat
b. Keluhan utama
Keluarga/ klien mengatakan bibirnya cacat (terdapat celah) sejak lahir
11
c. Keluhan tambahan
Sulit menelan, sulit bicara, sering tersedak saat makan/ minum
d. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami
trauma pada kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu
saat hamil, kecukupan asam folat, obat-obat yang pernah dikonsumsi
oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,
pertambahan/ penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi
saluran pernafasan atas.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan dari ibu dan ayah.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi
karakteristik sumbing.
2) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi.
3) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan
b. Resiko aspirasi dengan faktor resiko ketidakmatangan koordinasi
menghisap, menelan dan bernapas
c. Resiko infeksi dengan faktor resiko efek prosedur invasive
12
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
Ketidakseimbanga Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji asupan nutrisi yang 1. Memberikan informasi
n nutrisi kurang keperawatan selama … x 24 jam masuk yang berhubungan dengan
dari kebutuhan diharapkan ketidakeimbangan kebutuhan nutrisi dan
tubuh nutrisi dapat teratasi dengan mentukan intervensi
berhubungan criteria hasil: selanjutnya.
dengan - Mempertahankan BB dalam 2. Monitor kemampuan 2. Kemampuan menghisap
ketidakmampuan batas normal menghisap dapat mempengaruhi
menelan makanan - kemampuan menghisap jumlah intake yang masuk
meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Edukasi kepada ibu untuk 3. ASI yang masuk
tetap memberikan ASI walaupun sedikit dapat
secara rutin walaupun membantu meningkatkan
sedikit yang masuk pemenuhan kebutuhan
nutrisi
4. Kolaborasikan dengan 4. Dukungan diperlukan
tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan
untuk memberi dukungan semangat dalam
kepada keluarga untuk memberikan ASI
13
tetap semangat
memberikan ASI
Resiko aspirasi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda aspirasi 1. Perubahan yang terjadi
dengan faktor keperawatan selama … x 24 jam selama proses pemberian saat pemberian makan
resiko diharapkan tidak terjadi aspirasi makanan dan pemberian dan obat dapat
ketidakmatangan dengan criteria hasil: obat menyebabkan aspirasi
koordinasi - Menunjukkan peningkatan 2. Posisikan pasien pada 2. Mengurangi bayi tersedak
menghisap, kemampuan menelan semifowler (45º) saat menyusu
menelan dan - Bertoleransi terhadap asupan 3. Edukasi pada orangtua 3. Ibu dapat mengerti cara
bernapas oral tanpa aspirasi cara menyusui yang benar yang benar dalam
- Bertoleransi dalam pemberian pemberian ASI sehingga
perenteral tanpa aspirasi bayi terhindar dari
aspirasi
4. Kolaborasikan dengan 4. Penggunaan dot mungkin
dokter untuk penggunaan diperlukan untuk
dot khusu yang lebih mengurangi resiko
panjang aspirasi
Resiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Mengantisipasi jika
faktor resiko efek prosedur keperawatan selama … x 24 jam infeksi pada bekas luka terjadi infeksi sesudah
invasive diharapkan tidak terjadi infeksi jahitan prosedur operasi
dengan criteria hasil: 2. Lakukan perawatan luka 2. Perawatan luka yang baik
- Tidak terdapat tanda-tanda menggunakan prinsip dan benar dapat
14
5. Discharge Planning
a. Anjurkan keluarga untuk memantau luka dan pergi ke pelayanan kesehatan jika terdapat tanda dan gejala
infeksi
b. Anjurkan keluarga untuk memberi makan yang cukup untuk mempertahankan berat badan dan mempercepat
proses penyembuhan.
c. Anjurkan keluarga untuk memposisikan anak semifowler (45º) saat memberi makan dan menyendawakan
setelah makan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : An. R
Tanggal Lahir/Umur : 01/06/2020, 4 bulan 18 hari
Nama Ayah/Ibu : Ny. W
Pekerjaan Ayah/Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Suku/Budaya : Jawa
Alamat : Sumbang
Tgl Masuk/Jam : 19 Oktober 2020, Jam: 13.40 WIB
Ruang/Kamar : G3 Anak/Kamar 10B
No. RM : 0121xxxx
Diagnose Kerja : Labioschisis
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat dikaji
Bibir sumbing sejak lahir
b. Keluhan tambahan
Ibu mengatakan bibir anaknya sudah sumbing sejak lahir, kalau minum
susu kadang suka tersedak.
c. Alasan utama masuk rumah sakit
Ny. W mengatakan ingin mengoperasi bibir anaknya
17
g. Imunisasi
1) Hepatitis B : saat lahir
2) BCG : saat umur 1 bulan
3) Polio : saat lahir, saat umur 2 bulan
4) DPT : saat umur 2 bulan
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Bahasa
Klien bisa berteriak dan mengoceh pada usia 3 bulan
b. Motorik Halus
Klien bisa meraih benda/ sesuatu pada usia 3,5 bulan
c. Motorik Kasar
Klien sudah bisa memiringkan badannya saat awal usia 4 bulan
6. Riwayat keluarga
Keterangan:
7. Riwayat sosial
a. Yang mengasuh orangtua
b. Hubungan dengan anggota keluarga harmonis
c. Pasien biasa main dengan teman sebayanya
d. Pasien biasa main di lingkungan rumah
e. Lingkungan rumah cukup luas
8. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar manusia
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit
Anak masih minum ASI, jumlah yang diberikan ± 10x dalam sehari
dengan jumlah 60cc/ satu kali minum dengan cara diberikan minum
menggunakan sendok, tidak ada makanan/minuman tambahan yang
diberikan, klien belum berhenti menetek, tidak ada vitamin tambahan yang
dikonsumsi dan tidak memiliki alergi.
b. Pola tidur
Ibu pasien mengatakan biasanya sebelum tidur ditimang-timang, biasanya
tidur siang 6 jam dan tidur malam 10 jam.
c. Pola eliminasi
1) BAB : ibu mengatakan frekuensi BAB 3x sehari, konsistensi lembek,
warna khas.
2) BAK : frekuensi 4x sehari jumlah 200cc
d. Pola kebersihan diri
Ibu mengatakan pasien dimandikan 2x sehari menggunakan sabun,
mencuci rambut 2x sehari, kuku digunting saat mulai panjang, mata
dibersihkan saat mandi, telinga dibersihkan 2x sehari.
e. Aktivitas bermain
Anak bermain dengan aktif
9. Keadaan saat ini
a. Status nutrisi
20
Jenis makanan yang dikonsumsi ASI. ASI diberikan dengan cara disuapi
dengan sendok, Ny. W mengatakan untuk mencegah supaya ASI tidak
keluar saat makan maka celah bibir ditutup dengan jari tangan yang
memberi makan.
An. R dengan BB 6,7kg dan PB 67cm
1) Usia An. N
2020-10-19
2020-06-01
04-18 Usia An. R 4 bulan 18 hari
2) Berat Badan Normal
Umur ( bulan ) +9 4+ 9
BBN: = = 6,5 kg
2 2
500 x 60
2) Infus : = 21 tetes/menit
24 x 60 menit
3) Kebutuhan Cairan : 100 x 6,7 = 670 cc/24 jam
c. Eliminasi
1) BAB: saat dikaji pasien sudah BAB 1x pada pagi hari, konsistensi
lembek
2) BAK: pasien sudah BAK 1x pagi hari, jumlah 100cc warna kuning
jernih
d. Kebutuhan tidur
1) Tidur siang: ibu pasien mengatakan pasien tidur siang ± 4 jam, sering
terbangun dan rewel
2) Tidur malam: ibu pasien mengatakan tidur malam jam 21.00, kadang
terbangun karena rewel minta ASI
e. Pola kebersihan diri
Pasien mandi 2x dalam sehari, pada pagi dan sore hari menggunakan
washlap
f. Aktivitas
Saat dikaji pasien telungkup di tempat tidurnya sambil mengoceh
g. Data psikologis
Saat dikaji pasien tenang dan tidak menangis
h. Data spiritual
Pasien beragama islam
i. Data intelektual
Saat dikaji ibu pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang diderita anaknya dan mengatakan tidak paham
kenapa anaknya bisa memiliki bibir sumbing.
10. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan pertumbuhan
PB : 67cm LD : 41cm LK : 44cm
BB : 6,7kg LLA : 14cm
b. Pengukuran tanda vital
22
2) Palpasi: ictus cordis tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
teraba massa pada dada
3) Perkusi: tidak dilakukan
4) Auskultasi: suara paru bronchovesikuler
l. Abdomen
1) Inspeksi: perut simetris, tidak terdapat lesi pada perut
2) Auskultasi: bising usus 15x/menit didengarkan dikuadran I
3) Palpasi: tidak teraba massa, tidak teraba hepar dan lien
4) Perkusi: suara timpani
m. Genio urinaria
Tidak terdapat kelainan
n. Anus
An. R tidak mengalami atresia ani
o. Punggung
Tidak terdapat kelainan bentuk punggung, tidak terdapat bekas luka
p. Ekstremitas
1) Atas: anggota gerak atas lengkap, tangan kanan dan kiri simetris, tidak
ada kelainan jari
2) Bawah: anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan bentuk kaki,
tersang infus di kaki kanan
q. Reflek-reflek
1) Refleks Isap (+)
2) Refleks Moro (+)
3) Refleks Menggengam (+)
11. Tingkat perkembangan
a. Bahasa
Pasien mengoceh spontan
b. Motorik halus
Pasien berusaha menggapai benda, sudah mampu menggenggam mainan
c. Motorik kasar
24
Kesan:
- Radiologis bronchitis
- Konfigurasi cor normal
13. Obat-obatan
Saat pengkajian, pasien tidak mendapatkan terapi obat
14. Rencana program tindakan
Tindakan Labioplasty hari Selasa 20 Oktober 2020 jam 13.00
15. Rencana pulang
a. Tidak ada bantuan yang diperlukan setelah pulang
b. Mengajarkan ibu untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi pada luka
post-operasi
c. Menganjurkan ibu memberi ASI sesering mungkin
26
F. Analisa Data
G. Diagnosa Keperawatan
H. Perencanaan Keperawatan
Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Rasional
Tujuan dan Kinerja Hasil Tindakan
19/10/20, Jam 14.00 19/10/20, Jam 14.00 19/10/20, Jam 14.00 19/10/20,Jam 14.00
1 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan pengetahuan sejauh mana
kurang terapar selama 1x24 jam, keluarga pengetahuan
informasi menunjukkan keluarga tentang
pengetahuan tentang penyakit
proses penyakit ditandai 2. Jelaskan tentang 2. Meningkatkan
dengan proses penyakit pengetahuan dan
1. Keluarga mengatakan serta identifikasi mengurangi
paham tentang kemungkinan kecemasan pada
penyakit yang dimiliki penyebab keluarga
pasien dan tindakan 3. Diskusikan 3. Menggali
yang akan dilakukan tindakan seberapa jauh
2. Keluarga mampu pengobatan yang keluarga
melaksanakan dan dapat dilakukan mencari tahu
menjelaskan kembali mengenai
apa yang sudah tindakan
dijelaskan oleh tenaga pengobatan yang
kesehatan bisa dilakukan
I. Catatan Perkembangan
Hari pertama
Agata
2 Ansietas 19/10/2020 I :
berhubungan 14.00 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
dengan rencana DS :
operasi Ny. W mengatakan agak takut dan sedikit
belum siap jika anaknya dioperasi
DO :
Ny. W tampak tegang dan gelisah Agata
14.08 2. Memberikan informasi jenis tindakan yang
akan dilakukan saat operasi
DS:
Ny. W mengatakan sudah paham jenis
operasi yang akan dilakukan untuk anaknya
tapi masih merasa agak takut
DO:
Ny. W masih tampak tegang Agata
14.25 3. Mendorong anggota keluarga lain untuk
saling mendukung satu sama lain
DS :
Ny. T sebagai nenek mengatakan selalu
menenangkan anaknya dan berdoa untuk
kelancaran operasi cucunya
DO : - Agata
14.48 E:
S:
Ny. T mengatakan masih merasa agak takut jika
anaknya dioperasi, tapi dukungan dan doa dari
ibunya bisa memberi kekuatan
O: Agata
Ny. W tersenyum tapi masih terlihat tegang
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
Agata
3 Resiko aspirasi 19/10/2020 I :
dengan faktor 14.00 1. Memantau satatus pernapasan selama
resiko pemberian makanan
ketidakmatangan DS :
32
Hari kedua
09.10 I:
33
Agata
3 Resiko aspirasi 20/10/2020
dengan faktor 07.15 S:
resiko Ny. W mengatakan dari semalam kalau minum
34
I: Agata
09.10 1. Memantau satatus pernapasan selama
pemberian makanan
DS :
Ny. W mengatakan dari semalam saat minum
anaknya tidak tersedak saat minum ASI
DO : Agata
RR 30x/menit
09.20 2. Menempatkan posisi pasien semi fowler
(45º)
DS :-
DO : Agata
Posisi An. R semi fowler
09.35 3. Menganjurkan kepada keluarga untuk
menyendawakan bayi setelah pemberian
makanan
DS :
Ny. W mengatakan sudah mencoba
menyendawakan anaknya
DO :
Ny. W mencontohkan bagaimana cara Agata
menyendawakan setelah minum ASI
09.50 E:
S:
Ny. W mengatakan sudah bisa menyendawakan
anaknya setelah minum ASI Agata
O:
Ny. W terlihat mempraktekan cara
menyendawakan An. R
RR 30x/menit
A: Masalah teratasi belum teratasi Agata
P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membuat tentang asuhan keperawatan pada kasus
pasien An. R dengan Labioschisis. Pembahasan pada bab ini berisi tentang
perbandingan anatara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus. Setiap temuan
perbedaan diuraikan dengan konsep. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu:
A. Pengkajian
labioschisis terdapat celah pada bibir, mudah tersedak dan sulit menyusu
langsung ke punting ibu.
J. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan diagnose yang muncul pada kasus terdapat empat diagnose pre
operasi yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terapar
informasi, ansietas berhubungan dengan rencana operasi, resiko aspirasi
dengan faktor resiko ketidakmatangan koordinasi menghisap, menelam, dan
bernapas dan resiko jatuh dengan faktor resiko kurang pengawasan. Untuk
diagnose post operasi tidak ditemukan karena saat dilakukan pengkajian klien
belum dilakukan prosedur operasi. Terdapat beberapa masalah keperawatan
yang tidak muncul pada klien yang ditemukan di lapangan berdasarkan
perjalanan penyakit diantaranya untuk diagnose pre operasi yaitu bersihan
jalan napas tidak efektif karena tidak terdapat penumpukan secret di hidung,
pola napas tidak efektif tidak terdapat karena An. R tidak menggunakan otot
bantu pernapasan dan pola napas reguler, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh karena saat dilakukan pengkajian ibu mengatakan untuk
pemberian ASI menggunakan sendokk dan agar ASI tidak keluar dari celah
maka celah ditutup dengan menggunakan tangan, harga diri rendah, gangguan
komunikasi verbal. Sedangkan untuk post operasi antara lain resiko infeksi
dan kerusakan integritas kulit.
K. Perencanaan Keperawatan
L. Pelaksanaan Keperawatan
M. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
N. Saran
Kemenkes RI. (2016). Inilah Hasil Surveilans Kelainan Bawaan. Diundur dari
URL: http://www.depkes.go.id/article/view/16030300002/inilah-hasil-
surveilans-kelainan-bawaan-html
Suryandari, Artathi Eka. (2017). Hubungan ANtara Umur Ibu dengan Klasifikasi
Labioschisis Di RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
Indonesia Jurnal Kebidanan Vol. 1 No. 1 (2017) 49-56
YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
1904039
2020
47
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Laporan Terapi Bermain ini sudah diteliti dan disetujui oleh Perceptor klinik dan
akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Mengetahui,
BAB I
A. DEFINISI
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikan ketrampilan, memberi ekspresi terhadap pemikiran, mejadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
Terapi bermain adalah penggunaan media permainan (alat dan cara
bermain) dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang
bertujuan untuk mengurangi atau menghiangkan gangguan-gangguan atau
penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpangan fisik,
mental, sosial, sensorik, dan komunikasi (Indrayani, 2011)
Terapi bermain adalah sebuah proses terapeutik yang menggunakan
permainan sebagai media terapi agar mudah melihat ekspresi alamai
seorang anak yang tidak bisa diungkapkan dalam bahasa verbal karena
permainan merupakan pintu masuk kedalam dunia anak-anak (Hatiningsih,
2013)
B. TUJUAN
a. Untuk melenjutkan perkembangan dan pertumbuhan yang normal.
Saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya maka saat dirawat dirumah sakit kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungan.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Saat sakit dan dirawat dirumah sakit anak mengalami berbagai perasaan
yang tidak menyenangkan pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya secara verbal, permainan adalah media yang
sangat efektif untuk mengekspresikanya.
c. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasi untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. saat
49
menfhindari rasa bosan dan jenuh. Jika anak sakit, maka keingina
anak untuk bermain akan menurun
b. Waktu yang cukup
Jika anak mempunyai waktu yang cukup untuk bermain maka
stimulus yang diberikan dapat ditangkap lebih optimal oleh anak, dan
anak akan mempunyai kesempatan yang lebih lama untuk megenal
alat-alat permainnya.
c. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuakan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. orang tua hendaknya memperhatikan hal
itu, sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan
benar. Alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsur
edukatif bagi anak
d. Ruang untuk bermain
Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, namun bila
memungkinkan lebih baik diperlukan suatu ruangan khusus untuk
bermain sekaligus untuk menyimpan mainanya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru temannya
sampai diberitahu oleh orang tuanya. Dengan dibimbing oleh orang
tuanya merupakan cara terbaik karena anak lebih terarah dan lebih
berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alata tersebut.
Selain itu akan meningkatkan relasi antara orang tua dan anak
f. Teman bermain
Dalam bermain anak memerlukan teman baik sebaya, saudara maupun
orang tuanya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam memahami perbedaan
E. KLASIFIKASI BERMAIN
Ada beberapa jenis permainan ditinjau dari isi permanan maupun karakter
sosialnya. Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play, sense-
pleasure play, skill play, games, unoccopied behavior dan dramatic play
52
BAB II
Sub Topik : Terapi bermain pada anak sakit dengan permainan rattle
Sasaran : An. L
Waktu : 20 Menit
A. TUJUAN
1. TIU ( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diajak bermain rattle, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, membantu perkembangan sensorik dan motorik serta
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat di rumah
sakit.
2. TIK ( Tujuan Instruksional Khusus )
Setelah diajak bermain rattle selama 20 menit, anak diharapkan :
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah.
b. Mampu berinteraksi dengan orang lain
c. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
d. Menggenggam dan menggerakkan rattle
e. Meraih benda yang dalam jangkauannya
f. Stress yang dialami anak pada saat dirumah sakit tidak dapat
dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang tuanya.
B. PERENCANAAN
1. Jenis Priogram Bermain
Menggenggam rattle lalu menggoyangkan hingga menimbulkan suara.
58
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih motoric halus
b. Melatih
3. Karakteristik Peserta
a. Usia 0-6 bulan
b. Anak yang dirawat di Ruang Galilea III Anak
c. Keadaan umum membaik
d. Tidak ada gangguan mobilitas
e. Peserta kooperatif
4. Metode: Demonstrasi
5. Alat-alat yang digunakan
Rattle
6. Pengorganisasian
a. Leader : Agata
b. Co-Leader : Agata
c. Fasilitator : Agata
d. Observer : Agata
C. STRATEGI PELAKSANAAN
D. SETTING RUANGAN
Leader, Co-leader,
Fasilitator, Observer
Peserta
Orangtua anak
E. URAIAN TUGAS
1. Leader : Agata
Tugas leader :
a. Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain.
b. Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
c. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
d. Mampu memimpin acara dari awal sampai akhir.
2. Co – Leader : Agata
Tugas co – leader :
a. Membantu leader.
b. Mengingatkan leader jika ada yang kurang.
c. Membantu kelancaran terapi bermain.
3. Fasilitator : Agata
Tugas fasilitator :
a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
b. Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung.
c. Mempertahankan kehadiran peserta.
d. Membantu melancarkan jalannya acara.
61
4. Observer : Agata
Tugas observer :
a. Mengobservasi jalannya/proses kegiatan.
b. Mecatat prilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatan berlansung.
c. Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta karakteristik
peserta.
d. Mendokumentasikan acara.
F. EVALUASI YANG DIHARAPKAN
1. Anak dapat mengikuti proses terapi bermain menggerakkan rattle tanpa
rewel
2. Anak mampu mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
3. Anak dapat tersenyum ketika melihat permainan
4. Anak dapat mengikuti sumber suara yang dihasilkan rattle
G. MATERI
1. Definisi
Rattle atau icik-icik atau kricikan merupakan mainan bayi yang mudah
mengeluarkan bunyi meskipun hanya digoyangkan secara perlahan oleh
bayi.
2. Manfaat Icik-icik
Terdapat beberapa manfaat yang didapat saat bermain dengan rattle,
diantaranya
a. Melatih kemampuan bayi untuk fokus
b. Melatif saraf motorik bayi
c. Melatih indra pengelihatan bayi
d. Melatih pendengaran bayi
3. Cara bermain menggunakan rattle
a. Siapkan rattle
b. Ajaklah anak untuk bermain
c. Untuk perkenalan awali dengan memanggil nama terlebih dahulu.
Apabila anak sudah mulai fokus mengikuti suara, gunakan rattle
dengan cara menggerakkan keatas, kebawah, kanan dan kiri.
62
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak dapat melatih respons bayi serta dapat mengekspresikan perasaan
dan keinginan bayi sehingga anak mampu beradaptasi terhadap stress dan
efek hospitalisasi dapat berkurang pada bayi.
B. SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah orang tua
dapat memberikan permainan selain bermain rattle yang sesuai dengan
usia anak supaya anak tidak merasa jenuh dan bosan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Terai Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
NIM: 1904039
Kelompok I
Pengukuran Normal
1) TB lahir normal : ± 50 cm
68
Lokasi pada “Glabella, bagian atas abs mata- bagian kepala yang
menonjol (protuberansia oksipital)”
d. Lingkar Dada
1) Diukur secara rutin sampai umur 2 tahun
2) Diukur dengan melingkarkan pita pengukur setinggi papilla
payudara
3) Dalam keadaan normal: lingkar dada BBL 2 cm lebih kecil dari
lingkar kepala
e. Lingkar Perut
Diukur diatas umbilicus dengan melingkar menggunakan meteran
f. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Untuk menilai pertumbuhan anak melalui perkembangan LLA, tempat
pengukuran pertengahan lengan kiri.
1) Dimassa
BBL : 11cm
1 tahun : 16cm
5 tahun : 17cm
2) Hasil
< 12,5cm : gizi buruk
12,5-13,5cm : gizi kurang
69
Penentuan IWL
Umur IWL/ml/kgBB
0-6 bulan 40
0-16 bulan 30
5-10 tahun 20
adolesten 10
Keterangan:
a. Anak
IWL (30-usia (tahun)) x cc/kgBB/hari
Jika mengompol 0,5cc-1cc/kgBB/hari
b. Dewasa
IWL (15xBB)/24 jam
c. IWL kenaikan suhu
71