Anda di halaman 1dari 41

Lampiran Materi 1

MATERI PENYULUHAN ALAT KONTRASEPSI

A. Definisi KB
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri
untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(Jannah,2017).

B. Kontraindikasi, Efek Samping dan Penggunaan KB


1. Kontrasepsi Alamiah
Penggunaan kontrasepsi alamiah dianjurkan tidak menggunakan salah satu
dari metode alamiah namun menggabungkan keduannya. Kontrasepsi
alamiah, antara lain:
a. Metode kalender
Metode kalender disebut juga metode pantang berkala. Metode
kalender ini dilakukan dengan memperhitungkan masa subur wanita
yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Prinsip dari metode ini
adalah suami istri tidak melakukan hubungan suami istri saat masa
subur istri sehingga tidak terjadi kehamilan, sehingga diperlukan
kerjasama antara suami istri, siklus menstruasi yang teratur dan
perhitungan yang cermat. Tidak ada kontra indikasi maupun efek
samping dalam penggunaan metode kelender.
Penghitungan masa subur istri pada metode kalender, dihitung siklus
menstruasi dengan interval 21-35 hari. Knaus berpendapat bahwa
ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat
14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari
sebelum menstruasi berikutnya. Keuntungan metode ini adalah
hubungan seks yang alami dan kepuasan seks yang tidak terganggu.

Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan


minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode
masa subur dengan melihat data yang telahdicatat. Bila haid teratur
(28 hari), Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus
haid.
Contoh:
Seorang wanita mendapatkan menstruasi mulai tanggal 2 Oktober.
Tanggal 2 Oktober ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12
jatuh pada tanggal 13 Oktober dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 16
Oktober. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 13 Oktober hingga
tanggal 16 Oktober. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang
untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan
seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur: Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur.Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Gambar: contoh KB kalender


Sumber: https://www.google.co.id
Keterangan
1) HARI AMAN. : Tanggal yang tidak
berwarna, pada hari hari ini boleh
koitus.
2) HARI BAHAYA. : Tanggal yang
berwarna hijau, pada hari tersebut
berpantang koitus.
3) Tanggal 2 : Hari pertama haid
4) Tanggal 7,8,9 : Masa kering
5) Tanggal 10,11. : Koitus pada tgl
tersebut memungkinkan sperma yang
masih hidup dapat membuahi sel telur
(ovum)
6) Tanggal 12,13,14 : Ovulasi dapat terjadi setiap
saat
7) Tanggal 15,16 : Ovulasi masih
mungkin terjadi
8) Tanggal 17 : Sel telur masih mungkin
ada dan hidup
9) Tanggal 30,31 : Mulai haid lagi (hari
ke 1 haid)

b. Suhu Basal Tubuh


Suhu basal tubuh wanita pada saat ovulasi berbeda dengan suhu tubuh
sehari-hari. Pada waktu ovulasi suhu tubuh akan turun terlebih dahulu,
kemudian meningkat sebesar 0,05 derajat dari suhu tubuh normal.
Peningkatan suhu basal tubuh akan meningkat 1-2 hari setelah ovulasi
dan kenaikan suhu tubuh terjadi selama 3-4 hari kemudian turun
kembali sampai akhirnya mencapai suhu tubuh normal sebelum
menstruasi hal ini disebabkan oleh peninggian kadar hormos
progesteron. Tehnik pada metode suhu basal tubuh:
1) Gunakan termometer khusus dengan kalibrasi yang diperbesar
(basal thermometer), meskipun termometer biasa dapat digunakan.
2) Waktu pengukuran harus pada waktu yang sama setiap pagi dan
setelah tidur nyenyak 3-5 jam serta dalam keadaan istirahat mutlak.
3) Pengukuran dapat dilakukan secara oral selama 3 menit, rectal
selama 1 menit dan vaginal.
4) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
5) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama
dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang
“normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi di
luar normal atau biasanya.
6) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau
gangguan lain.
7) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas
suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis
pelindung (cover line) atau garis suhu.
8) Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-
turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu basal.
9) Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga
sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah
masuk periode masa tak subur).
10) Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih
panjang dari metode ovulasi billings.
11) Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
Gambar: hasil pengukuran suhu basal tubuh

Sumber: https://www.google.co.id

Metode suhu basal tubuh tidak memberikan efek samping dan dapat
digunakan oleh siapa saja, namun KB dengan suhu tubuh basal
memiliki keterbatasan yaitu:

1) Membutuhkan konseling sebelum pelaksanaan


2) Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh merokok, stres, alkoholisme dan
penggunaan selimut elektrik.
3) Tidak mendeteksi awal masa subur
4) Membutuhkan masa pantang yang lama

c. Metode Lendir Serviks


Metode lendir serviks menilai masa ovulasi denngan mengukur
tingkat dan volume lendir serviks. Lendir serviks dapat diperiksa
dengan jari pada vagina untuk mengetahui masa kering dan masa
basah. Seorang wanita dalam masa subur, vagina akan basah oleh
lendir serviks selama beberapa hari.
Seorang wanita dengan siklus mesntruasi 28 hari akan mengalami 10
hari basah, hari basah dimulai 2-3 hari setelah menstruasi yang
ditandai dengan adanya lendir putih dan lengket serta diiukut 3-5 hari
lendir berlimpah dan licin. Tahap terakhir metode ini ditandai adanya
lendir lengket selama 3 hari setelah masa subur. Tidak ada
kontraindikasi dan efek samping dalam penggunaan metode ini,
namun sangat diperlukan konseling sebelum melakukan metode KB
ini.

Gambar: perbedaan tekstur lendir serviks

Sumber: https://www.google.co.id

Tehnik pengamatan lendir serviks:


1) Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang
keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan
dicatat pada malam harinya.
2) Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan
untuk periksa ke dalam vagina.
3) Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola
dasar ketidaksuburan.
4) Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling
tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis
lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
5) Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi,
senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6) Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur
(pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan
lengket menunjukkan masa tidak subur.
7) Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan
elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling
subur).
8) Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak
subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
9) Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari
setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan
hingga datang haid berikutnya.

Gambar: metode pengamatan lendir


Sumber: https://ca.wikipedia.org/wiki/filtex:billings.ovulationmethod
d. Koitus interuptus
Prinsip koitus interuptus adalah mengeluarkan penis menjelang
ejekulasi sehingga sprematozoa ditumpahkan diluar liang vagina.
Koitus interuptus tidak memiliki efek sampai samping dan dapat
dilakukan oleh semua orang. Tingkat kehamilan dengan metode ini
sekitar 17-25% hal ini terjadi karena keterlambatan menarik penis
sehingga terjadi ejekulasi ringan yag mengakibatkan keluarnya
spermatozoa di liang vagina.

2. Metode Kontrasepsi Baxter


a. Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang dapat melindungi
pengunanya dari penyakit menular seksual. Saat melepas kondom
perlu diperhatikan agar sprema tidak tumpah dan masuk ke liang
vagina. Untuk menambah efektifitas kondom dapat ditambahkan
spremisida. Penggunaan kondom tidak mempunyai efek samping,
hanya pada beberapa orang mengalami hipersensitif terhadap bahan
pembuat kondom. Berikut tehnik pemasangan kondom pada pria:
1) Persiapan kondom terlebih dahulu dengan membuka bungkusan
sedikit. Yang harus di ingat bahwa kondom jangan sampai terjatuh
karena bisa membawa kuman masuk ke dalam tubuh.
2) Apabila penis telah ereksi maka sarungkanlah kondom ke penis
dengan syarat harus meninggalkan ujung kondom untuk
menampung sperma. Pria yang tidak bersunat harus menarik
prepotium ke belakang, baru kondom dikenakan.
3) Dorong linglaran kondom ke belakang hinga lipatannya harus
disarungkan sampai pangkal penis.
4) Apabila selesai berhubungan maka hati-hati untuk mencopot
kondom dari penis karena sperma bisa tertumpah.
5) Ikat kondom dengan rapat lalu buang ke dalam tempat sampah
dengan membungkus dengan tisu atau kertas. Jangan memasukkan
kondom ke dalam toilet.

Gambar: cara benar memakai kondom pada laki-laki


Sumber: https://www.google.co.id

Berikut tehnik penggunaan kondom pada wanita


1) Pastikan kuku Anda sudah dipotong agar tidak merobek kondom
yang akan Anda kenakan. Sebaiknya Anda mencuci tangan
sebelum memasang kondom wanita.
2) Perhatikan tanggal expired  kondom wanita untuk memastikan
keamanannya.
3) Buka bungkus kondom perlahan. Tidak dianjurkan membuka
bungkus kondom dengan benda tajam seperti silet, gunting, pisau,
atau jarum karena akan merusak isi kondom.
4) Cek apakah kondom dalam keadaan utuh (tidak ada cacat yang
menyebabkan kegagalan).
5) Cari ujung cincin yang tertutup, kemudian lipat menjadi angka 8.
Masukkan ujung kondom perempuan tersebut ke dalam vagina.
Jangan sampai terbalik dengan ujung yang terbuka.
6) Gunakan jari yang paling panjang untuk memasukkan kondom
hingga ujung vagina (bertepatan dengan mulut rahim).
7) Untuk mengurangi gesekan, dapat menambahkan pelumas wanita.
8) Lepas kondom setelah selesai berhubungan, sebelum beranjak dari
tempat tidur.

Gambar: tehnik penggunaan kondom wanita


Sumber: https://sbccimplementationkids.org/demandrmnch/abaut.fc

b. Diafragma
Diafragma merupakan plastikberbentuk kubah dengan sabuk yang
lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk
ke dalam rahim. Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan
seksual dan tetap terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh
lebih dari 24 jam. Berikut tehnik pemasangan diafragma:
1) Pertama kosongkan kandung kemih dan cucitangan
2) Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma
dengan air atau melihat menembus cahaya)
3) Oleskan sedikit spermisida krim atau jelly pada cap diafragma
(untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas
bersamaan dengan pinggirannya)
4) Posisi saat pemasangan diafragma:
a) Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
b) Sambil berbaring
c) Sambil jongkok
5) Lebarkan kedua bibir vagina
6) Masukkan diafragma kedalam vagina jauh ke belakang tepat
didepan serviks, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik
tulang pubis.
7) Masukkan jari kedalam vagina sampai menentuh serviks,
sarungkan karetnya dan periksa serviks telah telindungi.
8) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum berhubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida di dalam vagina. Diafragma
berada dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya
hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma lebih dari 24 jam
sebelum diangkat
9) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah
10) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan
kembali di tempatnya.

Gambar: Penempatan diafragma di serviks


Sumber: https://google.co.id
c. Spermaticid
Sperrmaticid merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
vagina dengan tujuan untuk membunuh spermatozoa sebelum melalui
mulut rahim sehingga konsepsi tidak terjadi. Bentuk spermaticid
antara berupa tablet vagina, jely, tissue, foam, dan foam. Spermaticid
digunakan setengah jam sebelum melakukan hubungan seks dan
dipasang sedalam mungkin sekitar mulut rahim.
Kekurangan metode spermaticid dapat menyebabkan menurunnya
keinginan seksual, pada spermaticid berbentuk jeli memberikan efek
licin dan dapat menyebabkan iritasi pada orang yang alergi. Berikut
tehnik pemakaian spermaticid:
1) Cara Pengguanaan Aerosol
a) Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan
b) Tempatkan container dengan posisi keatas, letakkan aplikator
pada mulut container dan tekan aplikator untuk mengisi busa
c) Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks. Dorong sampai busa keluar
d) Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan dan
keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain

Gambar: sprematid aerosol


Sumber: https://google.co.id
Gambar: tehnik pemakaian sprematid aeorsol
Sumber: https://www.lusa.web.id/cara _pakai_sprematicid

2) Cara Penggunaan Tablet Vagina atau Suppositoria atau film/tissue


a) Cuci tangan sebelum membuka paket
b) Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket
c) Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh
kedalam vagina
d) Tunggu sampai 10-15 menit sebelum mulai berhubungan
seksual
e) Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau suppositoria
ditempat

Gambar: sprematocid tablet, upositoria dan tissue


Sumber: https://www.google.co.id

Gambar: tehnik pemakaian sprematocid tablet


Sumber:https://lusa.web.id
3) Krim
a) Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas kedalam aplikator
sampai penuh, masukkan kedalamm vagina sampai mendekati
servik 
b) Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu
menunggu kerja krim
c) Aplokator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan
pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan dan keringkan
d) Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-
bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang lain
e) Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila ternyata
container kosong

Gambar: spermatocid berbentuk krim


Sumber: https://www.google.co.id
2. Kontrasepsi Hormomal
a. Pil
Beberapa wanita tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi yang
mengandung hormon estrogen, tetapi boleh menggunakan kontrasepsi
oral yang mengandung progestin yaitu:
1) Wanita yang sedang menyusui 8 minggu pertama setelah
melahirkan. Estrogen akan masuk lewat ASI, namun estrogen aman
setelah bayi berusia lebih dari 8 minggu.
2) Riwayat hipertensi
3) Riwayat DM
4) Riwayat epilepsi
5) Riwayat stroke, kelumpuhan dan gangguan jantung.
6) Riwayat hepatitis
7) Riwayat gangguan pembekuan darah

Wanita yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi metode hormonal


apapun, yaitu:
1) Wanita riwayat kanker payudara.
2) Wanita yang sedang hamil.
3) Wanita ynag mengalami menstruasi hebat atau menstruasi lebih dari
8 hari.

Metode hormonal pada beberapa orang memiliki efek samping, dan


efek samping tersebut akan membaik setelah bebrapa bulan tidak
mengkonsumsi. Berikut ini efek samping penggunaan metode
hormonal:
1) Mual
2) Pusing
3) Pertambahan berat badan
4) Pembengkakan buah dada
5) Perubahan menstruasi (amenore ataupun spoting)
Cara mengkonsumsi pil KB
1) Pil KB diminum setiap hari di waktu yang sama.
2) Pil pertama mulai diminum pada hari pertama sampai hari ke tujuh
siklus menstruasi.
3) Pada kemasan 21 atau 28 tablet, mulai minum pil sesuai dengan hari
yang ada pada kemasan.
4) Apabila 1 paket (28 hari) telah selesai maka sebaiknya mulai minum
pil dari kemasan yang baru.
5) Apabila kemasan 21 tablet habis, tunggu 7 hari sebelum memulai
paket yang baru.
6) Pil tidak bisa mencegah kehamilan selama 4 minggu pertama, untuk
itu selama 4 minggu pertama mengkonsumsi pil, saat melakukan
hubungan seks harus menggunakan pengaman.
7) Apabila ada keluhan mual pil boleh diminum setelah makan.
8) Apabila lupa meminum 1-2 pil maka kapan pun ingat harus
meminum 1 pil, kemudian harus minum pil berikutnya diwaktu
biasanya secara teratur.

Jenis pil KB
1) Pil kombinasi
Pil kombinasi combinated oral contraceptive (COC). Pil kombinasi
yang berisi hormon estrogen dan progesteron. Pil kombinasi
mencegah kehamilan dengan cara:
a) Menghambat ovulasi
b) Membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi
c) Membuat serviks tidak dapat ditembus oleh sprema

Gambar: pil KB kombinasi


Sumber: https://www.google.co.id
2) Pil mini
Pil mini berisi hormon progesteron. Memiliki cara kerja:
a) Mencegah terjadinya ovulasi, pencegahan ovulasi disebabkan
gangguan pada sekesi hormone LH oleh kelenjar hipophyse.
b) Perubahan dalam motilitas tuba, tranport ovum melalui saluran
tuba dapat dipercepat sehingga mengurangi kemungkinan terjadi
fertilisasi.
c) Perubahan dalam korpus luteum, karena sekresi progesteron
sangat sedikit maka korpus luteum berfungsi abnormal sehingga
implantasi tidak terjadi.
d) Perubahan lendir serviks yang menggangu motilitas
sprematozoa
Progesteron mencegah penipisan lendir serviks pada
pertengahan siklus sehingga lendir servik tetap kental dan
sedikit, kondisi ini menganggu penetrasi sprematozoa. Apabila
terjadi penetrasi spermatozoa maka pergerakannya akan
dihambat atau tidak ada sama sekali sprematozoa yang sampai
ke cavum uteri.
e) Perubahan endometrium sehingga implantasi ovum yang telah
dibuahi tidak mungkin terjadi.

Gambar: pil KB mini


Sumber: https://www.google.co.id

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Atau IUD


a. Kontraindikasi
1) Belum pernah melahirkan
2) Adanya perkiraan hamil
3) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan dileher rahim, dan
kanker rahim
4) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6) Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus septic
7) Kelainan bawaan uterus yang abnormal, atau tumor jinak rahim
yang dapat mempengaruhi kavum uteri
8) Penyakit trofoblas yang ganas
9) Diketahui menderitaa TBC pelvic
10) Kanker alat genital
11) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
12) wanita yang mengidap penyakit kelamin
b. Efek Samping
1) Efek samping yang umum terjadi adalah:
a) Perubahan siklus haid
b) haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit
2) Setelah pemasangan ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian
perut dan perdarahan sedikit-sedikit (spooting). Ini berjalan selama
3 bulan setelah pemasangan tetapi setelah itu biasanyakeluhan itu
akan hilang dengan sendirinya. apabila setelah 3 bulan keluhan
tidak berkurang segera periksa ke dokter.
3) Komplikasi
a) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantara waktu haid
sehingga memungkinkan menjadi penyebab anemia
c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan
benar)
c. Komplikasi
1) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantara waktu haid
sehingga memungkinkan menjadi penyebab anemia
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
d. Teknis Pemakaian
1) Waktu pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
a) Dua sampai empat hari setelah melahirkan
b) 40 hari setelah melahirkan
c) Setelah terjadinya keguguran
d) Hari ke 3haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
e) Menggantikan metode KB lainnya
2) Prinsip pemasangan IUD adalah menempatkan IUD setinggi
mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang
paling baik adalah pada waktu mulut rahim masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid
3) Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang
telah dilatih secara khusus
4) Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan
satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya,
pemeriksaan selanjutnya dilakukan selama enam bulan sekali.
5) Cara kerja IUD:
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopii
b) Mempengaruhi fertilisasi sebeelum ovum mencapai cavum uteri
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat
reproduksi perempuandan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

6) Yang boleh menggunakan IUD adalah


a) Usia reproduktif
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanta infeksi
g) Resiko rendah dari IMS
h) Tidak menghendaki metoda hormonal
i) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
k) Gemuk atau kurus
7) Ibu yang menggunakan IUD harus segera periksa ke Rumah sakit
jika:
a) Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda
kehamilan yaitu mual, pusing, muntah-muntah
b) Terjadi perdarahan yang lebih banyak dari haid biasa
c) Terdapat tanda-tanda infeksi misalnya: keputihan, suhu tubuh
meningkat, menggigil dan sebagainya
d) Sakit (nyeri) misalnya diperut, saat melakukan senggama.

4. Implan
a. Indikasi
Indikasi pemasangan implan adalah sebagai berikut:
1) Usia reproduktif
2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang
3) Ibu menyusui
4) Pasca keguguran/ abortus
5) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau menggunakan
meode kontrasepsi mantap (vasektomi/ tubektomi)
6) Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen
7) Sering lupa mengonsumsi pil
b. Kontraindikasi
1) Hamil/ diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4) Tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi yang terjadi
5) Diabetes mellitus
6) Pnyakit jantung/ darah tinggi
7) Varises
8) Paska keguguran
9) Mioma uterus
10) Gangguan toleransi glukosa
11) Paska persalinan dan tidak menyusui
12) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
13) Riwayat kehamilan ektopik
c. Efek Samping
1) Nyeri atau gatal pada tempat pemasangan
2) Sakit kepala
3) Mual
4) Muntah
5) Perubahan mood
6) Perubahan berat badan
7) Jerawat
8) Nyeri tekan pada payudara
9) Rambut rontok
10) vaginitis
d. Prosedur Pemasangan Implan
1) Persiapan alat dan perlengkapan
a) Batang kapsul impian
b) Duk bolong steril
c) Tempat instrumen (tertutup): satu buah
d) Mangkok / kom kecil: 2 buah
e) Trokar nomor 10 dan mandrin (pendorong)
f) Skapel mes/ pisau insisi
g) Klem penjepit / forcep mosquito (tambahan)
h) Pinset anatomis (tambahan)
i) Spidol/ pena
j) Kassa steril, kasa pembalut, dan plester
k) Spuit 5 cc atau 10 cc
l) Needle 22 G
m)Larutan klorin 0,5 %
n) Lidokain 1 %
o) Sepasang sarung tangan karet bebas bedak
p) Manequin lengan pemasangan indoplan
2) Tahap prainteraksi
a) Baca catatan perawatan dan catatan medis,
b) Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
c) Susun alat secara ergonomis, periksa kelengkapan alat dan
letakkan pada tempat yang mudah dijangkau
d) Cuci tangan
3) Tahap orientasi
a) Beri salam, panggil pasien dengan namanya
b) Beri penjelasan pada pasien tas tindakan yang akan dilakukan
(1)Memberikan informed consent pada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan serta mempersiapkan pasien untuk
pemasangan implant.
(2)Anjurkan cuci lengan dengan sabun dan air
(3)Kemudian naik k atas tempat tidur

4) Tahap kerja
a) Persilahkan klien berbaring dan lengan diletakkan pada samping
meja/ tempat tidur. Lengan harus dapat digerakkan lurus atau
bengkok untuk memudahkan pemasangan
b) Pasang pengalas di atas lengan yang akan dipasang implan
(biasanya lengan kiri, kecuali untuk akseptor yang kidal)
c) Anestesi tempat insisi dengan lidokain 1%. Menyuntikkan
anestesi tepat dibawah kulit sepanjang jalur tempat pemasangan
d) Buat insisi pada lengan. Buat insisi dangkal selebar 2 mm
hanyauntuk menembus kulit
e) Tusukan trokar dan pendorongnya
(1)Memasukkan trokar dengan ujung mengarah ke atas tepat di
bawah kuit sampai dengan tanda satu
(2)Jangan dengan paksaan, Jika terdapat tahanan, coba dari
sudut lainnya
f) Angkat trokar ke atas
Masukkan trokar sepanjang jalur tempat pemasangan (sesuai
pola) sambil kulit diangkat sehingga penempatan kapsul tepat di
bawah kulit (batas masuknya trokar sampai dengan tanda satu)
g) Tarik pendorong keluar dan masukkan kapsul implan
(1)Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan
tersebut bebas dari bedak atau partikel lain. Bila perlu
gunakan klem penjepit
(2)Ingat: kapsul yang tersentuh kapas atau bahan lain akan
menjadi lebih reaktif (lebih sering menyebabkan perlekatan
atau jaringan parut, karena partikel kapas menempel pada
kapsul silastik)
h) Masukkan kembali pendorong dan dorong kapsul. Jangan
mendorong kapsul dengan paksa
i) Tahan pendorong dan menarik trokar keluar sampai di batas
ujung dua
j) Fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk. Raba ujung kapsul
dengan jari, untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya
dari trokar. Kapsul harus harus bebas dari trokar untuk
menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk
memasang kapsul berikutnya.
k) Pindahkan trokar dengan cara memutar ujung trokar tanpa
mencabut trokar untuk memasukkan impian berikutnya
(1)Geser trokar sekitar 15⁰C untuk memasang kapsul berikutnya
(2)Pastikan kapsul pertama bebas
l) Lanjutkan pemasangan implan sampai seluruh implan terpasang.
Posisi kapsul implan seperti kipas.
m)Keluarkan trokar setelah kedua kapsul terpasang. Tekan tempat
insisi dengan jari selama satu menit untuk menghentikan
perdarahan dan bersihkan tempat pemasangan dengan kapas
antiseptik.
n) Tutup luka insisi
Temukan tepi kedua insisi dan gunakan plester dan tutup dengan
kasa steril pastikan tidak ada perdarahan
o) Periksa 15-20 menit apakah ada perdarahan tutup dengan
pembalut
p) Rapikan ibu dan rendam peralatan ke dalam larutan klorin 0,5%.
Rendam selama sepuluh menit untuk dekontaminasi alat
sebelum dicuci
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi perasaan pasien
b) Simpulkan hasilkegiatan
c) Lakukan kontrak selanjutnya
d) Akhiri kegiatan dan bereskan alat-alat
e) Cuci tangan
6) Dokumentasi
Temui klien kembali dan lakukan pendokuentasian. Beritahukan
rencana selanjutnya dengan jelas dan lengkap serta melakukan
pendokumentasian

5. Kontrasepsi Injeksi (Injeksion Contraceptive)


a. Definisi
Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormon. Kontrasepsi suntikan di Indonesia
semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaianya yang
praktis, harganya relatif murah dan aman. Sebelum disuntik, kesehatan
ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya . suntikan
diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil.
Pada umumnya pemakaian suntik KB mempunyai persyaratan sama
dengan pemakaian pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai
suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal
5 tahun. Secara umum, suntikan KB bekerja untuk mengentalkan lendir
rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma. Selain itu, suntikan
KB juga membantu mencegah sel telur menempel di dinding rahim
sehingga kehamilan dapat dihindari.
b. Jenis Kontrasepsi Injeksi
1) Suntikan KB 1 bulan
Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon.
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Esradiol
Cypionate (hormon esterogen). Komposisi hormon dan cara kerja
suntikan KB 1 bulan mirip dengan pil KB kombinasi. Suntikan
pertama diberikan 7 hari pertama periode menstruasi anda, atau 6
minggu setelah melahirkan bila anda tidak menyusui.
2) Suntikan KB 3 bulan atau DMPA
Suntikan KB ini mengandung hormon Depo Medroxyprogesteron
Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan namanya, suntikan
ini diberikan 7 hari periode menstruasi anda, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Suntikan KB 3 bulanan ada yang dikemas dalam cairan 3
ml dan 1 ml.
c. Cara penyuntikan Kontrasepsi Injeksi
1) Kontrasepsi suntikan Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat
dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan setiap hari.
2) Memberikan kontrasepsi suntikan Noristerat dalam dosis 200 mg
sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 kali suntikan
pertama), kemudian untuk lanjutan sekali setiap 12 minggu.
3) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap bulan dengan dosis 150 mg
secara insramuskular dalam-dalam didaerah pantat (bila suntikan
terlalu dangkal, maka penyebaran kontrasepsi suntikan berlangsung
lambat, tidak bekerja segera dan efektif). suntikan diberikan dengan
setiap jarak 90 hari. Jangan melakukan masase pada tempat
suntikan.
4) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah
dibasahi dengan isopropyl alcohol 60% - 90%. Tunggu dulu sampai
kering, baru disuntik.
5) Semua obat harus diisap kedalam alat suntikannya.
d. Contoh obat injeksi beserta Dosisnya
Beberapa contoh obat injeksi yang biasa digunakan antara lain :
1) Dope Proven ( 3 ml / 150 mg atau 1 ml/150 mg ) diberikan setiap
3 bulan (12 minggu )
2) Noristeran (200 mg) diberikan setiap 2 bulan ( 8 minggu)
3) Cyclofem 25 mg Medroksi Progesteron Asetat 5 mg Estrogen
Sipionat diberikan setiap bulan.
e. Interaksi obat
Aminogluthimide (Cytdren) mungkin dapat meningkatkan eliminasi dari
medroxyprogesterone lewat hati dengan menurunkan konsentrasi
medroxyprogesterone dalam darah dan memungkinkan pengurangan
medroxyprogesterone. Obat disimpan pada suhu 20-25o c.

f. Cara pemberian obat


1) Waktu pemberian
a) Setelah melahirkan : 6 minggu pasca salin
b) Setelah keguguran : segera setelah dilakukan kuretase atau 30
hari setelah keguguran (asal ibu belum hamil lagi)
c) Dalam masa haid : hari pertama sampai hari ke-5 masa haid.
2) Lokasi penyuntikan dengan IM sampai daerah glutus
a) Daerah bokong / pantat
b) Daerah otot lengan atas
Efektifitas : keberhasilannya praktis 99, 7%.
g. Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi antara lain:
1) Jika klien menghendaki pemakain kontrasepsi jangka panjang, atau
klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini
belum siap.
2) Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak
ingin menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan
sanggama, atau klien dengan kontra indikasi esterogen.
3) Klien yang sedang menyusui.
4) Klien yang mendekati masa monepouse, atau sedang menunggu
proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.
h. Kontraindikasi
1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 10000
kelahiran)
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara . sampai
saat ini terjadi kanker payudara diduga akibat interaksi yang rumit
dalam banyak faktor genetika, lingkungan dan hormonal yaitu kadar
hormon esterogen yang berlebihan dalam tubuh.
4) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea.
5) Diabetes melitus disertai komplikasi.
i. Efek samping
Rusaknya pola pendarahan, terutama pada bulan-bulan pertama dan
sesudah 3-12 bulan umumnya berhenti dengan tuntas. Seringkali berat
badan bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan karena pengaruh
hormona, yaitu progesterone dalam alat kontrasepsi tersebut berfungsi
untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim
untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun hormon juga
mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering
kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan
berat badan bertambah dan menurunya gairah seks.
Beberapa efek samping yang bisa ditemui pada penggunaan suntikan KB
3 bulan adalah :
1) Timbul pendarahan ringan (bercak) pada awal pemakaian.
2) Rasa pusing, mual, sakit dibagian bawah perut juga sering
dilaporkan pada awal penggunaan.
3) Kemungkinan kenaikan berat badan 1-2 kg. Namun hal ini dapat
diatasi dengan diet dan olahraga yang tepat.
4) Berhenti haid ( biasanya setelah 1 tahun penggunaan namun bisa
lebih cepat). Namun, tidak semua wanita yang menggunakan metode
ini terhenti haid nya.
5) Kesuburan biasanya lebih lambat kembali. Hal ini terjadi karena
tingkat hormon yang tinggi dalam suntikan 3 bulan, sehingga butuh
waktu untuk dapat kembali normal (biasanya sampai 4 bulan).
j. Kelebihan
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,
dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun. Suntikan KB tidak
menggunakan kelancaran air susu ibu (ASI ).
Kontasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami dan istri.

k. Kelemahan
Kelemahan dari penggunaan kontasepsi suntikan antara lain:
1) Gangguan haid
2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
4) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Sumber:

BKKBN. 2015. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi


Jangka Panjang. Penerbit BKKBN, Jakarta.

Jannah, Nurul. 2017. Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana. Jakarta:


EGC.
Klein, Susan; dkk. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Palmall.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium Dan Klinikperawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, Kontrasepsi. Jakarta:
Salemba Medika.

Menteri Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes.

Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.

Sukarni, Icemi. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Undang-Undang Kesehatan RI Nomor: 36 Tahun 2009 dan Nomor 52 Tahun


2009 tentang: Keluarga Berencana.
Lampiran Materi tambahan

GIZI SEIMBANG PADA IBU MENYUSUI DAN UNTUK


PENYEMBUHAN LUKA
A. Pengertian Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui dan Untuk Penyembuhan Luka
Gizi seimbang pada ibu menyusui dan untuk penyembuhan luka merupakan
konsumsi makan yang penting bagi ibu menyusui untuk meningkatkan
produksi air susu, tumbuh kembang bayi dan mempercepat proses
penyembuhan luka post-operasi (Kemenkes RI, 2014).

B. Kebutuhan Gizi Seimbang


Menurut Kemenkes RI (2011), kebutuhan energi selama menyusui meningkat
menjadi 2400 kkal per hari, dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan
utama dan 3x makan selingan).

C. Sumber Makanan Bergizi


Kandungan makanan bergizi dapat diperoleh dari (Kemenkes RI, 2014):
1. Karbohidrat: nasi, ubi, kentang, singkong, mie, bihun, roti, jagung.
2. Protein Hewani: ikan, daging, unggas, telur.
3. Protein Nabati: tahu, tempe, kacang-kacangan, hasil olahan (susu
kedelai).
4. Lemak:
a. Omega 3: ikan salmon, tuna, tongkol.
b. Omega 6: minyak kedelai, minyak jagung.
5. Vitamin dan Mineral:
a. Zat besi: kuning telur, hati, daging, makanan laut (ikan), kacang-
kacangan dan sayuran hijau.
b. Yodium: minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.
c. Kalsium: susu, keju, kacang-kacangan, teri.
d. Vitamin A: kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau,
buah berwarna kuning.
e. Vitamin C: buah-buahan yang memiliki rasa kecut seperti jeruk,
manga, sirsak, apel, tomat dan sebagainya.
f. Vitamin B1 dan B2: padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan.

D. Pengaturan Makan Sehari (Kurniasih, 2010)

Bahan Jumlah 2.400 kkal


Makanan/ porsi
penukarnya pagi selingan siang selingan malam selingan
pagi sore malam

Nasi/ 5 ½ ½ 1½ ½ 2 -
karbohidrat

Daging/ lauk 3 1 - 1 - 1 -
hewani

Tempe/ lauk 3½ 1 - 1 ½ 1 -
nabati

Sayuran 3½ 1¼ - 1¼ - 1 -

Buah 5 1 1 1 - 1 1

Minyak/ 6 1 1 1 1 2 -
Lemak

Susu 1 - - - - - 1

Gula 2½ ½ 1 - - - 1

1. Nasi 1 porsi: ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal


2. Daging 1 porsi: 1 ptg sedang = 35 gr = 75 kkal
3. Tempe 1 porsi: 2 ptg sedang = 50 gr = 75 kkal
4. Sayur 1 porsi: 1 gls = 100 gr = 25 kkal
5. Buah 1 porsi: 1-2 buah= 50-190 gr = 50 kkal
6. Minyak 1 porsi: 1 sdt = 5 gram = 50 kkal
7. Susu bubuk (tanpa lemak) 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
8. Gula 1 porsi = 1 sdm =13 gr = 50 kkal

Sumber
Kemenkes RI. (2011). Makanan Sehat Ibu Menyusui. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi.
Kurniasih. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT
Sarana Bobo.
Lampiran materi tambahan

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

1. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar
dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis 8 komprehensif dilakukan
dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir
harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali
kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000
kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi
pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat
kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi
kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome
(SIDS) (Lissauer, 2013). Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah
lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali
pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan
infeksi (Pudiastuti, 2011).

2. Asuhan bayi baru lahir meliputi :


a. Pencegahan Infeksi (PI)
b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas
setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan : a) Apakah
kehamilan cukup bulan? b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak
megap-megap? c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? 9
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan
RI, 2013)
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat Setelah penilaian sepintas dan
tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir
normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,
kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan
satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah dengan
tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun
pada tali pusat. Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci
tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan
terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol
karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah
umbilikus (Hidayat, 2010).
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong,
segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan
kulit ibu 10 untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan
bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar
bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu
pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara. Jika
bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD
dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial
lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian
gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar
menyusu.
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
f. Pemberian salep mata/tetes mata Pemberian salep atau tetes mata
diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes
mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau 11
antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam
setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.
g. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis tunggal
di paha kiri Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir. Pemberian vitamin K sebagai profilaksis
melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam
suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara
oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang
bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi. Vitamin K dapat
diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir.
h. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat menimbulkan
kerusakan hati.
i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL) Pemeriksaan BBL bertujuan untuk
mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di
fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama
24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada
umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28
hari.
j. Pemberian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan
jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan
pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai
dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-
6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan
dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan
imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari
upaya perdagangan dan penculikan bayi (Manuaba, 2010)

6. Perawatan Bayi Baru Lahir ( Memandikan)


Perawatan bayi baru lahir salah satunya adalah memandikan.

a. Definisi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
tubuh bayi bersi, segar dan mencegah kemungkinan infeksi (Hidayat,
2010)

b. Teori yang mendasari


Kulit merupakan pertahanan primer tubuh terhadap penyakit dan infeksi,
serta merupakan organ terbesar dalam tubuh. Agar pertahanan tubuh ini
efektif , kulit tidak boleh rusak(harus utuh) dan teriritasi. Kulit juga
membantu mengatur panas tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan perawatan
yang adekuat untuk mempertahankan fungsi kulit. Cara perawatan kulit
yang mendasar dan paling utama adalah mandi dengan air bersih. Pada
bayi mandi merupakan salah satu stimulasi tumbuh kembang yang baik.
Sistem persyarafan bayi dalam perkembangan, air merupakan media
yang baik untuk menstimulasi perkembangan syaraf (Indrayani, 2010).

c. Tujuan
Membersihkan kulit bayi, merangsang peredaran darah, memberi rasa
nyaman, memberi kesempatan perawat untuk mengkaji dan
mengobservasi kulit bayi, menstimulasi tumbuh kembang bayi.

d. Kontra Indikasi Tindakan


Bayi yang mengalami hipotermi, bayi yang memiliki penyakit kulit
seperti cacar air dan campak, bayi yang dirawat di inkubator, bayi yang
tidak boleh diangkat (bayi dengan trauma kepala, caput
cepalohematoma).

e. Hal Hal yang perlu diperhatikan


Menjaga jangan sampai bayi hipotermi, dan menjaga agar air tidak
masuk ke hidung, mulut dan telinga yang akan mengakibatkan aspirasi.

f. Prosedur tindakan
1) Persiapan alat
a) Bak mandi dengan air hangat dengan suhu 36-37 C
b) Satu set pakaian bayi (baju, popok, bedong, selimut
c) Handuk dan waslap
d) Kasa kering untuk membersihkan atau mengeringkan tali pusat
e) Kasa lembab untuk membersihkan genetalia
f) Bola kapas lembab untuk membersihkan mata
g) Catton bud untuk membersihkan hidung dan telinga
h) Sabun mandi khusus bayi dan shampo atau sabun head to toe
i) Minyak telon bila perlu
2) Cara memandikan
a) Letakkan bayi diatas meja mandi yang telah diberikan alas
handuk
b) Bersihkan mata dengan kapas lembab dari pangkal hidung
kearah luar
c) Bersihkan hidung dan telinga dengan catton bud
d) Bersihkan mulut dengan kasa lembab
e) Bersihkan genetalia dengan kasa lembab (untuk membersihkan
genetalia jika BAB/BAK)
f) Lepaskan baju, kemudian selimuti badan bayi menggunakan
handuk agar tidak kedinginan
g) Bersihkan wajah dan kepala bayi menggunakan waslap,
keringkan. Jika rambut kepala kotor gunakan shampo
h) Basahi seluruh badan bayi dengan waslap basah, kemudian
bersihkan dengan sabun bagian dada, perut punggung dan
seluruh bagian tubuh serta lipatan kulit.
i) Bersihkan sabun dengan menggunakan waslap (untuk
menghilangkan sabun
j) Masukan bayi kedalam bak mandi, topang punggung dan kepala
bayi dengan lengan ibu dan lengan yang lain menahan bokong.
k) Bilas sampai benar-benar bersih, perhatikan bagian aksila,
inguinal dan lipatan.
l) Balikan posisi bayi, bersihkan bagian punggung dan pantat
m) Angkat bayi dengan hati-hati dan keringkan tubuh dengan
handuk
n) Bersihkan/keringkan tali pusat dengan kasa kering
o) Berikan minyak telon pada dada, perut punggung dan kaki
p) Pakaikan popok dan baju bayi, kemudian dibedong
q) Sisir rambut bayi dan letakkan bayi pada bos dan selimuti.

Sumber:

Hidayat, AAA. (2010). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta:EGC

Indrayani, 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Manuaba, I.A.C, 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

Marni, 2012. Asuhan Kebidanan fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pudiastuti, 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas: Teori dan Aplikasi dilengkapi
contoh Askeb, Yogyakarta: Nuha Medika

Wong, DL (2011). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC

Lampiran Materi Tambahan

MATERI PERAWATAN LUKA SC (SEKSIO CAESARIA)

1. Definisi
Perawatan luka section caesarea adalah perawatan luka pada dinding perut
dan dinding rahim karena insisi atau syarat rahim dalam keadaan utuh untuk
mengeluarkan janin (Wiknjosastro,2012).
2. Tujuan
Prosedur Perawatan Luka Post SC (Operasi Cesar) bertujuan meningkatkan
proses penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang
sering ditemukan bidan adalah luka yang bersih tanpa kontaminasi, misal luka
insisi yang tertutup, luka yang melibatkan saluran kemih, misal SC di segmen
bawah. Oleh karena itu bidan harus pula mengetahui dan terampil dalam
melakukan perawatan luka pasca operasi.
3. Hal yang harus diperhatikan
Dalam Pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis pasien, waktu,
dan sifat operasi serta tampilan luka. Keputusan untuk membalut luka
kembali juga harus mencakup keputusan apakah pembersihan luka
merupakan tindakan yang diindikasikan. Bila luka tampak terinfeksi, perlu
dilakukan rujukan ke RS terdekat untuk proses selanjutnya.
Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
a. Nutrisi yang cukup
b. Perawatan luka yang baik
c. Istirahat yang cukup
d. Ganti perban 2 hari seklai
e. Bersihkan luka bila keluar darah dang anti kassa
f. Jaga luka agar tidak lembab
g. Jaga kebersihan
h. Gunakan bahan plastik atau pembalut yang kedap air (Opset) disesuaikan
dengan keadaan.
4. Perawatan Luka Post SC (Operasi Cesar)
Dalam Prosedur Perawatan Luka Post SC, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya:
a. Patuhi prosedur pekerjaan
b. Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan
c. Perhatikan keadaan umum klien pada saat perawatan luka
d. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan
penggunaannya
e. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh
petugas
f. Pusatkan perhatian pada pekerjaan serta kenyamanan klien
g. Lakukan tindakan dengan tetap memeperhatikan prinsip aseptik dan
antiseptic
5. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam Prosedur Perawatan Luka Post
SC adalah sebagai berikut:
a. Bak instrument kecil
b. Handscoon steril
c. Pinset anatomis steril
d. Bengkok(Nierbekken)
e. Gunting verband
f. Tempat sampah medis
g. Waskom plastik
h. Tempat tidur pasien
i. Meja alat/troli
j. Lembar catatan
k. Kassa steril
l. Plester
m. Larutan NaCl 0,9%
n. Betadin dalam tempatnya
o. Larutan klorin 0,5%
p. Lidi cotton
6. Prosedur Perawatan Luka Post SC adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan. Sapa ibu dengan ramah
dan pastikan ibu mengerti dengan informasi yang diberikan.
b. Siapkan, susun dan dekatkan alat yang akan digunakan. Susun alat secara
ergonomis.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Pastikan posisi pasien dalam
keadaan nyaman, penolong mudah melakukan tindakan.
d. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan dengan handuk.
Gunakan teknik cuci tangan tujuh langkah efektif.
e. Buka bak instrument dan Pakai handscoon. Pastikan sarung tangan tetap
dalam keadaan steril.
f. Buka plester dan kassa dengan menggunakan pinset. Sebelumnya plester
dibasahi dengan lidi wotton yang sebelumnya diberi alcohol/wash,
dengan tujuan agar mudah dan tidak sakit pada saat plester dibuka.
Angkat secara hati-hati (jangan sampai kulit ibu terjepit). Buang balutan
ke dalam nierbekken.
g. Kaji keadaan luka. Tekan daerah sekitar luka, lihat luka sudah
kering/basah, keluar pus/cairan dari tempat luka serta penutupan kulit
dan integritas kulit.
h. Membersihkan luka dengan larutan NaCl. Gunakan kasa terpisah untuk
setiap usapan membersihkan. Bersihkan luka dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi. Lakukan dengan menggunakan
teknik satu arah. Kassa yang telah digunakan dibuang ke dalam
nierbekken.
i. Berikan obat Luka. Gunakan kassa baru. Oleskan obat dari daerah yang
kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.
j. Tutup luka dengan kassa steril dan memasang plester. Perhatikan serat
kassa jangan ada yang menempel pada luka. Plester dipasang dengan erat
agar tidak mudah terbuka.
k. Rapikan pasien, lingkungan dan bersihkan peralatan. Rapikan dan Bantu
pasien memperbaiki pakaiannya sehingga ia merasa nyaman. Bereskan
peralatan yang telah digunakan dan buang semua bahan yang telah
digunakan.
l. Lepas sarung tangan sebelumnya cuci dan Rendam peralatan yang telah
digunakan dalam larutan klorin 0,5%. Melepas sarung tangan dengan
teknik PI. Rendam peralatan yang telah digunakan dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit untuk dekontaminasi sebelum dicuci.
m. Cuci tangan di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk.
Gunakan teknik cuci tangan tujuh langkah efektif.
n. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. Perhatikan prinsip
pendokumentasian yang benar.

Sumber:
Winkjosastro,H.dkk.2012. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Mochtar,R.2010. Sinopsis Obsterti: Obsterti operatif,Obsterti social Jilid
2.jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai