Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812

Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

PROFIL PENGGUNAAN ANALGETIK PADA PENDERITA SAKIT GIGI DI


KLINIK DIDO DENTAL CARE BANYUWANGI

Istiqomah1, Deshinta Edista Eka Putri2, Nurhafit Kurniawan3, Nugroho Edie Santoso4
STIKes Harapan Bangsa1,2, Universitas PGRI Argopuro3,4
Email: istihariyanto@gmail.com1, deshinta1398@gmail.com2, nurhafitkurniawan@gmail.com3,
nugrohoediesantoso@gmail4

ABSTRAK
Analgetik adalah obat penghilang rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik merupakan
golongan obat yang sering diresepkan dan umum digunakan untuk pengobatan nyeri. Penelitian ini
dilakukan dengan metode deskriptif yang dilakukan secara retrospektif. Penelitian menggunakan data
resep bulan Oktober – Desember 2019 di Klinik Dido Dental Care Banyuwangi. Data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk persentase, diagram, dan tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembar
resep yang diambil di Klinik Dido Dental Care Periode Oktober – November 2019 diperoleh jumlah
resep 1661 lembar (91%) yang mengandung obat analgetik. Analgetik yang paling banyak digunakan
adalah Asam Mefenamat sebanyak 121 resep (37,46%). Dosis obat yang paling sering diresepkan
untuk analgetik Asam Mefenamat adalah 500 mg, dengan waktu minum paling banyak 3 kali sehari
pada analgetik asam mefenamat (27,24%). Penggunaan obat berdasarkan durasi penggunaan yang
paling sering diresepkan adalah selama 4 hari (39,32%).
Kata Kunci : Profil penggunaan obat, Analgetik, Klinik.
Sejarah Artikel:
Diterima: 08-07-2022/ Diterima dalam bentuk revisi: 12-07-2022/ Diterima: 18-07-2022

ABSTRACT
Analgesics are painkillers without losing consciousness. Analgesics are a commonly prescribed
group of drugs and are commonly used for the treatment of pain. This research was conducted by
retrospectively descriptive method. Data was collected from Oktober to Desember 2019 at Dido
Dental Care Banyuwangi Clinic. The data obtained is presented in the form of percentages, charts, and
tables. The results showed that the prescription sheet taken at Dido Dental Care Clinic in October –
November 2019 obtained 1661 prescriptions (91%) sheet containing analgesic drugs. The most widely
used analgesic is Mefenamatic Acid as many as 121 prescriptions (37.46%). The most commonly
prescribed dosage of the drug for analgetic Mefenamat acid is 500 mg, with the most drinking time 3
times a day on analgetic mefenamate acid (27,24%). The use of the drug based on the most commonly
prescribed duration of use is for 4 days (39,32%).
Keywords : Drug use profile, Analgesics, Clinics.
Article History:
Received: 08-07-2022/ Received in revised form: 12-07-2022/ Received: 18-07-2022

PENDAHULUAN
Rasa nyeri merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat melindugi badan kita dan lain pihak
merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International Association For The Study Of Pain
(IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan sebagai suatu yang
berbahaya (noksius dan protofatik) atau tidak berbahaya (nonnoksius, epikritik) misalnya: sentuhan
ringan, kehangatan, tekanan ringan (Dachlan MR, 2007). Menurut Oxford Concise Medical
Dictionary, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang bervariasi dari nyeri yang ringan hingga ke
nyeri yang berat. Nyeri ini adalah respons terhadap impuls dari nervus perifer dari jaringan yang rusak
atau berpotensi rusak (Tamsuri A, 2007). Sebagian besar penyakit yang melibatkan gigi memberikan
efek nyeri yang luar biasa. Hal ini disebabkan oleh aktivasi reseptor nyeri pada pulpa gigi oleh
rangsang termal, mekanik, kimia, ataupun elektrik.Selain itu, pengeluaran mediator inflamasi juga
dapat merangsang reseptor nyeri pada serabut yang menghantarkan rasa nyeri (serabut aferen
nosiseptif). Serabut ini tersebar di seluruh tubuh dan ditemukan paling banyak pada nervus
trigeminalis yang menginervasi pulpa dan jaringan periapikal gigi (Soesanto S, 2008). Untuk
mengatasi nyeri pada pasien memerlukan pemberian analgetik sesudah dilakukan odontektomi.
Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 60
Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812
Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

Analgetik di bagi 2 kelompok : analgetik non-narkotika (non-opioid) dan analgetik opiod. Analgetik
non-narkotika yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Obat NSAID bekerja
sangat baik dalam menangani nyeri. Obat NSAID yang bekerja dengan menghambat siklooksigenase
yang mensintesis mediator nyeri seperti prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin, digunakan
sebagai obat pilihan utama dalam mengatasi nyeri akibat inflamasi (Ulius D, 2001).Contoh obat
analgesik NSAID antra lain ibuprofen, diklofenak, asam mefenamat, indometasin, piroksikam, dan
sebagainya (Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti analgetik yang sering digunakan dalam mengatasi nyeri atau sakit gigi. Penelitian dilakukan
di Klinik Dido Dental Care Banyuwangi.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental bersifat deskriptif dan pengambilan
data dilakukan secara retrospektif pada pasien penderita sakit gigi di klinik Dido Dental Care
Banyuwangi pada periode Oktober – Desember 2019.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Dido Dental Care, Kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai Mei 2020.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data atau resep pasien sakit gigi di klinik Dido
Dental Care pada tahun 2019 dari bulan Oktober – Desember .
Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel ditentukan melalui teknik purposive sampling
yaitu resep yang mengandung analgetik pada pasien penderita sakit gigi di klinik Dido Dental Care
Banyuwangi pada tahun 2019 dari bulan Oktober – Desember.
Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin :
n=
Keterangan:
n : Jumlah sampel yang akan diteliti
N : Jumlah Populasi
d : Batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan (presisi yang ditetapkan 0.05)
Jika diperoleh jumlah populasi (N) dalam resep sebanyak resep maka dapat ditentukan besar
sampel (n).

n = 322,52 = 323
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapat, maka jumlah resep yang akan diteliti adalah 323
lembar.
Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Analgetik pada Sakit gigi.
b. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah profil penggunaan analgetik pada pasien sakit gigi.
Definisi Operasional
Agar sesuai dengan fokus penelitian, maka defenisi operasional dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Profil penggunaan analgetik adalah persentase, penggunaan analgetik yang meliputi nama obat
yang digunakan, dosis obat, durasi penggunaan obat.

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 61


Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812
Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

2. Peresepan adalah proses pengambilan keputusanpengobatan oleh dokter berupa terapi obat yang
diterima pasien dengan memperhatikan ketepatan pasien, dosis, waktu dan penggunaan obat, jenis
obat.
3. Skala Nominal adalah skala data yang berfungsi hanya untuk membedakan dan tidak ada tingkatan
diantaranya.
Jenis Data
Jenis data yaitu data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada atau sudah dikumpulkan oleh
pihak klinik Dido Dental Care yang merupakan resep pasien pada tahun 2019.
Cara Pengumpulan Data
1 Peneliti membuat jadwal untuk mendatangi klinik guna melakukan penelitian.
2 Peneliti memperoleh resep pasien yang sudah dikumpulkan oleh pihak klinik dari bulan oktober
hingga desember 2019, dengan jumlah sampel yang telah ditentukan peneliti.
3 Peneliti kemudian memeriksa resep pasien tersebut. Data yang diambil meliputi Analgetik yang
digunakan, dosis obat, durasi penggunaan.
4 Selanjutnya data-data tersebut dimasukkan ke dalam format tabel yang telah disediakan.
5 Lalu dikelompokkan dan dipersentasikan.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan melihat profil penggunaan analgetik
terhadap pengobatan sakit gigi periode Oktober – Desember 2019 di klinik Dido Dental Care
Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode Observasi. Data disajikan dalam
bentuk tabel. Perhitungan yang digunakan adalah persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2020 di Klinik Dido Dental Care
Banyuwangi. Pada penelitian jumlah populasi resep yang didapat yaitu sebanyak 1661 resep, Setelah
dilakukan perhitungan didapat sampel sebanyak 323 resep.
Penggunaan Analgetik
Hasil penelitian tentang penggunaan analgetik pada pasien sakit gigi pada bulan Oktober –
Desember 2019 dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 1 Diagram Penggunaan Obat Analgetik


Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa penggunaan obat analgetik pada pasien sakit gigi
pada bulan Oktober – Desember 2019 sebanyak 1661 resep analgetik, jika dipersentasekan sebanyak
91%.
Penggunaan Obat Analgetik Berdasarkan Nama Obat.
Hasil penelitian tentang penggunaan analgetik berdasarkan nama obat pada pasien sakit gigi
pada bulan Oktober - Desember 2019 dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Penggunaan Obat Analgetik Berdasarkan Nama Obat.
Nama Obat Oktober November Desember Total
Asam Mefenamat 48 33 40 121(37,46%)
Paracetamol 31 43 29 103 (31,89%)
Na Diklofenak 23 19 31 73 (22,6%)

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 62


Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812
Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

Ibuprofen 6 13 7 26 (8,05%)
Total 108 108 107 323 (100%)
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa analgetik yang paling banyak digunakan selama
bulan oktober-desember adalah asam mefenamat sebanyak 121 resep, jika dipersentasekan sebanyak
37,46%.
Penggunaan Obat Analgetik Berdasarkan Dosis Obat
Hasil penelitian tentang penggunaan analgetik berdasarkan dosis obat pada pasien sakit gigi
pada bulan Oktober - Desember 2019 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 2 Penggunaan obat analgetik berdasarkan dosis obat
Nama Analgetik Dosis Resep Persentae
2 x 500 mg 33 10,22%
Asam Mefenamat
3 x 500 mg 88 27,24%
2 x 500 mg 43 13,31%
Paracetamol
3 x 500 mg 60 18,58%
2 x 50 mg 27 8,36%
Natrium Diklofenak
3 x 50 mg 46 14,24%
2 x 400 mg 11 3,41%
Ibuprofen
3 x 400 mg 15 4,64%
Total 323 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa waktu minum yang paling banyak digunakan adalah
3 kali sehari. Dosis yang sering digunakan pada anlagetik Asam Mefenamat sebanyak 500 mg.
Penggunaan Analgetik Berdasarkan Durasi Penggunaan
Hasil penelitian tentang penggunaan analgetik berdasarkan durasi penggunaan obat pada pasien
sakit gigi pada bulan Oktober - Desember 2019 dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 3 Penggunaan obat analgetik berdasarkan durasi penggunaan
Durasi Nama Analgetik Persentase
No Jumlah
Penggunaan AM PCT DF IP
1. 2 hari 24 34 22 9 89 27,55%
2. 3 hari 23 20 19 8 70 21,67%
3. 4 hari 64 27 27 9 127 39,32%
4. 5 hari 10 22 5 - 37 11,46%
5. 6 hari - - - - - -
6. 7 hari - - - - - -
7. 8 hari - - - - - -
8. 9 hari - - - - - -
9. 10 hari - - - - - -
10. >10 hari - - - - - -
Total 323 100%
Keterangan :
1. AM : Asam Mefenamat
2. PCT : Paracetamol
3. DF : Natrium Diklofenak
4. IP : Ibuprofen
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa durasi penggunaan analgetik paling banyak
diresepkan selama 4 hari yaitu sebanyak 127 resep jika di persentasekan sebanyak 39,32%..
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan analgetik di Klinik Dido Dental
Care Banyuwangi menggunakan data resep pada bulan Oktober – Desember 2019. Selama periode
tersebut didapatkan total resep sebanyak 1825 resep. Berdasarkan gambar 4.1 Terlihat bahwa resep
yang mengandung obat analgetik pada pasien yang berkunjung ke klinik Dido Dental Care
Banyuwangi adalah sebanyak 1661 resep (91%). Sedangkan resep yang tidak mengandung obat
analgetik sebanyak 164 resep (9%).

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 63


Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812
Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa analgetik yang digunakan pada bulan Oktober-
Desember 2019 sebanyak 323 analgetik. Analgetik yang paling banyak digunakan selama bulan
Oktober - Desember adalah Asam Mefenamat sebanyak 121 resep, jika dipersentasekan sebanyak
37,46%, dan jenis anlagetik yang jarang digunakan adalah Ibuprofen yaitu sebanyak 26 resep saja
selama tiga bulan .Ibuprofen merupakan derivate asam propionat, obat ini bersifat analgesik dengan
daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Sediaan ibuprofen 400 mg efektif dalam nyeri gigi pasca
operasi. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai
setelah 1-2 jam. Efek samping saluran cerna dialami 5% sampai 15% yang menggunakan ibuprofen
yaitun yeri epigastrik, mual, nyeri ulu hati dan rasa penuh di saluran cerna merupakangangguan yang
umum. Efek samping yang jarang terjadi yaitu trombositopenia,ruam kulit, dan penglihatan kabur.
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Untuk nyeri ringan-sedang,
dosis lazimnya 400 mg setiap 4 sampai 6 jam (Goodman&Gilman, 2012).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dosis yang paling sering digunakan adalah 500 mg
untuk analgetik Asam mefenamat dan Paracetamol, dengan waktu minum paling banyak adalah 3 kali
sehari, dengan asam mefenamat 27,24% dan paracetamol 18,58%. Untuk analgetik lain yaitu Natrium
Diklofenak dosis yang digunakan adalah 50 mg, Ibuprofen 400 mg. Dan waktu minum yang paling
sedikit digunakan adalah 2 kali sehari untuk analgetik ibuprofen (3,41%). Pada umumnya paracetamol
dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi. Efek samping tak jarang
terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g
sehari dapat terjadi kerusakan hati pada dosis diatas 6 g mengakibatkan necrosis hati yang tidak
reversible. Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun
mencapai air susu ibu (Tjay dan Rahardja,2007). Sediaan dosis lazim parasetamol adalah tablet 500
mg, sirup 120 mg/5 ml, dan drop 60 mg/0,6 ml (mims, 2016). Asam mefenamat digunakan sebagai
analgesic, sebagai anti-inflamasi. Asam mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri akibat kondisi
reumatik, cedera jaringan lunak, kondisi nyeri pada otot rangka, dan dismenorea.Sebagai obat anti
radang, asam mefenamat telah diuji terutama pada uji jangka pendek pada penanganan osteoarthritis.
(Goodman&Gilman, 2012). Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari (Gan dan
Wilmana, 2011). Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa penggunaan analgetik paling lama
diresepkan selama 4 hari yaitu sebanyak 127 (39,32%) resep. Penggunaan durasi 4 hari paling banyak
digunakan pada analgetik asam mefenamat yaitu sebanyak 64 resep. Obat ini tidak dianjurkan
penggunaannya pada anak-anak atau wanita hamil. Pada uji analgetik, asam mefenmat merupakan satu
satunya fenamat menunjukkan kerja pusat dan juga kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat
tersebut terutama karena kemampuannya menghambat siklooksigenase. Efek samping terhadap
saluran cerna sering timbul misalnya dyspepsia dan gejala iritasi lainterhadap mukosa lambung. Pada
orang usia lanjut efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit, bronkokonstriksi (Goodman & Gilman, 2012). Dosis
asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari (Gan dan Wilmana, 2011).

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas dengan data bulan Oktober-Desember 2019 dapat di tarik beberapa
kesimpulan bahwa:
1. Presentase resep yang mengandung analgetik sebanyak 91% dan resep yang tidak mengandung
analgetik sebanyak 9%.
2. Persentase analgetik berdasarkan nama obat selama bulan oktober – desember 2019 yang paling
banyak digunakan adalah asam mefenamat yaitu dengan jumlah 121 (37,46%), dan jumlah
analgetik paling sedikit adalah Ibuprofen yaitu sebanyak 26 (8,05%).
3. Persentase penggunaan analgetik berdasarkan dosis obat yang paling sering diresepkan adalah
Asam Mefenamat 500 mg, Paracetamol 500 mg, Natrium Diklofenak 50 mg, Ibuprofen 400 mg.
Dengan waktu minum paling banyak 3 kali sehari pada analgetik Asam Mefenamat (27,24%), dan
waktu minum paling sedikit adalah 2 kali sehari pada analgetik ibuprofen (3.41%)
4. Persentase penggunaan obat berdasarkan durasi penggunaan dapat ditunjukkan bahwa lama
pemberian analgetik tercepat adalah 2 hari (27,55%) dan terlama adalah 5 hari (11,46%),
sedangkan yang paling sering diresepkan adalah selama 4 hari (39,32%).

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 64


Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) E-ISSN: 2829-2812
Vol.1 No.2 Juli-Desember 2022, Hal. 60-65

DAFTAR PUSTAKA
Dachlan MR, Suryadi KA, Latief SA. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan no. 35 Tahun 2014 TentangStandar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta:Departemen KesehatanRI. Halaman 3-4.
Dewoto, H.R. (2007). Analgesik Opioid dan antagonis. Dalam: Sulistia,G,G, editors. Farmakologi dan
Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Halaman.210-218.
Gaol, H, L dan Pryambodho. (2014). Manajemen Nyeri. Dalam: Chris,T., Frans, L., Sonia, H., Eka.,
A, P., editors. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius. Halaman.
544-549.
Godman dan Gilman, 2012. Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Editor Joel. G. Hardman & Lee E,
Limbird, Konsultan Editor Alferd Goodman Gilman, Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa
Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
Hargreaves K. 2006. Drugs for pain management in dentistry ,Australian Dental Journal Medication
Supplement; 50 : 15, 16.
Jas, A. (2008). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi 2.Medan Universitas
Sumatera Utara Press.Halaman. 1-15.
Lita, 2016. Penyakit Gigi dan Mulut. [Online] Available at :http://halosehat.
com/penyakit/penyakitgigi-dan-mulut/jenis-jenispenyakitgigi-dan-mulut [Diakses 3 Mei 2020].
Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9/2014 Tentang Klinik.
Ristekdikti. 2015. Penuntun Keterampilan Klinik Penulisan Resep. Padang:Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Fakultas KedokteranUniversitas Andalas. Halaman 2-3.
Setiyohadi, B., Sumariyono, Kasmir, Y.I., Isbagio, H., Kalim, H. (2014). Nyeri. Dalam: Setiati, S.
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal publishing. Hal. 3115-3129.
Schmitz G, Lepper H, Heidrich, M. 2003. Farmakologi dan toksikologi edisi 3. Jakarta : EGC ; hal
226-230.
Siswandono. (2008). Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 27.
Soesanto S, Didi N, Santosa. 2008. Kombinasi Parasetamol dan Tramadol Sebagai analgetik alternatif
dalam menangani nyeri gigi, Kedokteran Gigi; 23(1): 46, 47.
Tamsuri A. 2007 Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC; hal. 50,71.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., (2007), Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman:312-319.
Torabinejad M. 2003. Patologis pulpa dan periradikuler. In: Richard EW, Mahmoud T, editor. Prinsip
dan praktek ilmu endodonsia 3rd ed. Jakarta : EGC ; Hal.30-36.
Ulius D, Basbaum Al. 2001. Molecular Mechanisms of Nociception. Nature; 413:203-210.
Wilmana, P.F dan Gan, S. (2012). Analgesik-Antipiretik, Analgesik AntiInflamasi NonSteroid, dan
Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam: Sulistia,G,G, editors. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: FKUI: Halaman.230-246.
Yamin, F. I., 2012. Tinjauan Pustaka Bab 2, Pulpitis. [Online] Available at: http://repository.
unhas.ac.id/bitstream/h. [Diakses 3 Mei 2020].

Jurnal Farmasi dan Manajemen Kefarmasian (JFMK) 65

Anda mungkin juga menyukai