Literatur Review
INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K
Received: October 16, 2020 Pendahuluan : Nyeri merupakan keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien di rumah
Revised: November 01, 2020 sakit. Nyeri yang masih dirasakan pasien setelah menerima analgesic, menandakan bahwa
terdapat ketidakefektifan penggunaan analgetik pada pasien. Keefektifan penggunaan analgetik
Accpeted: January 04, 2020
menentukan keberhasilan terapi.
Available online: March 01, 2020 Tujuan : Mengetahui efektifitas penggunaan analgetik dalam penatalaksanaan nyeri pada
pasien terutama dalam penggunaannya di Rumah Sakit.
Metode : Literatur review. Strategi pencarian data yaitu adalah mencari langsung grey literatur
KATA KUNCI melalui mesin pencarian data Google dan menggunakan database Google Scholar, Pubmed dan
ScienceDirect dengan kata kunci “Efektivitas Analgetik Rumah Sakit”. Research question
Nyeri; Analgetik; Efektivitas Analgetik;
dibuat dengan format PEOS dan penyaringan data menggunakan PRISMA Flowcart. Kriteria
Rumah Sakit
inklusi meliputi jurnal tentang efektivitas analgetic yang telah dipublikasi dalam sepuluh tahun
terakhir (2010-2020), jurnal nasional dengan akreditasi sinta 1-6, dan jurnal internasional yang
KORESPONDENSI terindex scopus dengan ranking Q1-Q4. Kriteria eksklusi meliputi jurnal yang tidak terfokus
Hansen Nasif membahas efektivitas analgetic atau intensitas nyeri, dan jurnal yang dengan metode review.
Hasil : Dari 18 jurnal yang direview, Sebagian besar jurnal tersebut membahas perbandingan
E-mail: hansennasif@phar.unand.ac.id efektivitas antara dua atau lebih analgetik, baik analgetik tunggal maupun kombinasi. Dari
perbandingan tersebut penggunaan analgetic kombinasi dianggap efektif digunakan pengganti
opioid.
Kesimpulan : Efektivitas suatu analgetic dapat tercapai dengan baik bila disesuaikan dengan
derajat nyeri pasien. Saat ini, penggunaan terapi multimodal sering digunakan di rumah sakit,
karena selain efektif menurunkan intensitas nyeri, kombinasi analgetik opioid dengan analgetik
non narkotik mampu menekan efek samping yang ditimbukan oleh opioid, mengurangi
ketergantungan penggunaan opioid pada pasien, serta mempercepat masa pemulihan, sehingga
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Introduction: Pain complaints are most often expressed by patients in the hospital. The pain
that the patient still feels after receiving analgesics indicates that there is an ineffective use of
analgesics in the patient. The effectiveness of using analgesics supports therapy.
Objective: To determine the effectiveness of using analgesics in pain management in patients,
especially in hospital use.
Method: Literature review. The data search strategy was to directly search for gray literature
using the Google, Google Scholar, Pubmed, and ScienceDirect databases with the keyword
"Hospital Analgetic Effectiveness". Research questions were made with PEOS format and data
filtering using PRISMA Flowchart. Inclusion criteria include journals on analgesic
effectiveness that have been published in the last ten years (2010-2020), national journals with
Sinta 1-6 accreditation, and Scopus indexed international journals with a Q1-Q4 rating. The
exclusion criteria included journals that did not focus on analytic authority or pain intensity
and journals with a review method.
Results: From 18 journals reviewed, most of the journals discussed the comparison between
two or more analgesics, both single and combined analgesics. From these uses, the use of
combined analgesics is effective when used.
Conclusion: The effectiveness of analgesic can best be achieved if it is adjusted to the degree
of patient pain. Currently, the use of multimodal therapy is often used in hospitals, because it
is effective in reducing pain intensity, in addition to opioid analgesics with non-narcotic
analgesics that can withstand the side effects caused by opioids, reduce dependence on opioid
use in patients, and speed up the recovery period, thereby increasing satisfaction. patients to
health services.
dari 10 orang di Amerika menderita rasa nyeri, lebih kurang 25 juta menggambarkan sudah tercapainya atau belum tercapainya
orang Amerika mengalami nyeri akut karena cedera atau tindakan penggunaan analgetik yang efektif pada rumah sakit. Maka
pembedahan. Pada tahun 1990 The Royal College of Surgeons berdasarkan pemaparan diatas, perlu adanya kajian lebih.
(RCS) juga melaporkan adanya rasa nyeri pada 30-70% pasien
pasca bedah, meskipun kejadian nyeri pasca bedah telah berkurang METODE
2% pertahun selama 30 tahun terakhir namun 30% pasien masih Metode yang digunakan adalah Literatur Review. Sumber
mengeluhkan nyeri parah [1]. Nyeri pasca operasi yang masih data berasal dari jurnal penelitian tentang analgetik dan efektivitas
dirasakan pasien setelah menerima analgesic, menandakan bahwa analgetik dari berbagai sumber nasional maupun internasional.
masih terdapat ketidakefektifan penggunaan analgetik pada pasien. Strategi pencarian data yang digunakan adalah mencari langsung
Keefektifan penggunaan analgetik juga menentukan keberhasilan grey literatur melalui mesin pencarian Google serta menggunakan
terapi [2]. database Google Scholar, Pubmed dan Science Direct dengan kata
Literatur review dari jurnal internasional tentang nyeri yang kunci “Efektivitas Analgetik Rumah Sakit” atau “Hospital
telah ada sebelumnya membahas mengenai penggunaan analgetik Analgesic effectiveness”.
pada pasien fraktur, keefektifan dan kelemahan dari beberapa Research question dibuat dengan format PEOS
teknik pemberian analgetik dalam manajemen nyeri. Sedangkan (Population, Exposure, Outcome, dan Study Design) serta untuk
literatur review tentang nyeri dari jurnal nasional yang sudah ada penyaringan data menggunakan PRISMA Flowcart. Kriteria
sebelumnya membahas mengenai pencegahan nyeri kronis pasca inklusi meliputi jurnal tentang efektivitas analgetic yang telah
operasi. Dalam literatur tersebut dijelaskan bahwa ada beberapa dipublikasi dalam sepuluh tahun terakhir (2010-2020), jurnal
faktor yang dapat meningkatkan kejadian nyeri kronis pasca nasional dengan akreditasi Sinta 1-6, dan jurnal internasional yang
operasi, diantaranya; faktor preoperative, intraoperative dan terindex Scopus dengan ranking Q1-Q4. Kriteria eksklusi meliputi
postoperative. Kerusakan saraf intraoperative akibat operasi jurnal yang tidak terfokus membahas efektivitas analgetic atau
dianggap sebagai penyebab terjadinya nyeri kronis pasca operasi. intensitas nyeri, jurnal yang tidak terakreditasi, dan jurnal
Namun tidak semua kerusakan saraf dapat menyababkan nyeri penelitian dengan metode review.
kronis pasca operasi, tetapi ada faktor lain yang berperan, seperti Penggunaan PEOS membantu dalam mengidentifikasi
durasi operasi. Durasi operasi berpengaruh terhadap timbulnya konsep-konsep kunci dalam literatur review, mengembangkan
nyeri kronis, durasi operasi yang berlangsung selama 3 jam dapat istilah pencarian yang sesuai untuk menggambarkan masalah, dan
meningkatnya resiko terjadinya nyeri kronis. Sehingga pada saat menentukan kriteria inklusi dan eksklusi yang sesuai dengan topik.
diputuskannya tindakan operasi maka perlu dipertimbangkan untuk Sedangkan PRISMA Flowchart digunakan untuk menyaring data
memilih teknik yang dapat meminimalisir kerusakan saraf seperti yang sesuai dengan kriteria topik dalam literatur review. Adapun
laparoskopi dan membatasi durasi operasi [3]. Penelitian lainnya keterangan Population, Exposure, Outcome, dan Study Design
yang mengkaji tentang efektivitas analgetika di suatu rumah sakit (PEOS) yang digunakan pada literatur review ini disajikan pada
melaporkan bahwa masih ditemukannya ketidaksesuaian antara tabel 1, dan tahapan penyaringan data literatur disajikan pada
penggunaan analgetik dengan derajat nyeri pasien sehingga gambar 1.
memberikan kontribusi ketidakefektifan dalam penanganan nyeri
pasien [4]. Tabel 1. Framework PEOS
Dalam literatur review ini, mengkaji efektifitas penggunaan Population Exposure Outcome Study
Design
analgetik pada berbagai kasus nyeri, membahas keefektifan antara Pasien di Penggunaan Penurunan Study
analgetik tunggal dan analgetik kombinasi serta membahas faktor rumah sakit analgetik rasa nyeri prevalensi
yang atau
apa saja yang mempengaruhi keefektifan analgetik. Keberhasilan merasakan hilangnya
terapi berupa penurunan dan hilangnya rasa nyeri yang dirasakan nyeri rasa nyeri
Berdasarkan strategi pencarian pada database yang telah yang sudah ditetapkan dan sisanya sebanyak 18 jurnal digunakan
dijelaskan sebelumnya maka ditemukan lebih kurang 197 jurnal untuk direview.
yang berkaitan, kemudian dilakukan screening judul dan abstrak
maka sebanyak 120 jurnal harus dikeluarkan karena dianggap tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
relevan dengan topik penelitian, sehingga yang tersisa sebanyak 77 Terdapat 18 jurnal nasional dan internasional tentang
jurnal. Dari 77 jurnal tersebut dilakukan screening kelayakan efektivitas analgetik yang digunakan dalam review, hasil dapat
jurnal, ditemukan 33 jurnal yang bisa digunakan. Kemudian dilihat pada tabel dibawah ini.
dilakukan lagi screening kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, maka Tabel 2. Hasil literatur review
dikeluarkan sebanyak 13 jurnal karena tidak memenuhi kriteria
Sahas Bilalee, BSN, The Effectiveness of Q1 Quasi Program manajemen nyeri [21]
RN., et al. (2019). an Evidence-Based eksperimental – berbasis-bukti yang diterapkan
Pain Management two group repeated pada pasien dengan trauma
Program on Pain measures dada terbukti efektif dalam
Intensity and Chest menurunkan intensitas nyeri
Rehabilitation dan meningkatkan kapasitas
Improvement vital paru pada pasien.
Among Chest
Trauma Patients in a
Thai Hospital
Dari hasil pencarian literatur pada review ini, ditemukan pekerjaan pasien. Kasus pascaoperasi yang ditemukan meliputi
jurnal dengan subjek penelitian berbagai kasus nyeri. 18 jurnal yang operasi odontektomi, section caesarea, operasi TURP
dibahas dalam review ini melibatkan penggunaan opioid, NSAID, (Transurethral Resection of The Prostate ), operasi Modified
dan analgetic Cox-2 inhibitor yang dikaitkan dengan penurunan Radical Mastectomy, operasi ortopedi ekstremitas bawah, operasi
intensitas nyeri. Instrument yang digunakan untuk mengukur histerektomi dan kasus operasi secara umum di rumah sakit.
intensitas nyeri responden adalah Visual Analog Scale (VAS),
Numeric Rating Scale (NRS), Verbal Descriptive Scale (VDS), dan Efektivitas Analgetik pada Nyeri Pascaoperasi
skala prilaku Face, Legs, Activity, Cry, Consolability (FLACC). Efek analgesia dapat dipengaruhi oleh mekanisme kerja
Dari 18 jurnal yang direview, 11 jurnal diantaranya membahas dari masing masing golongan obat analgetik. Mekanisme kerja
perbandingan efektivitas antara dua atau lebih analgetik yang NSAID sebagai analgetik dan antiinflamasi ialah dengan cara
digunakan baik analgetik dosis tunggal maupun kombinasi, dan 7 menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga mengurangi sintesa
jurnal lainnya membahas efektivitas manajemen nyeri atau metabolit asam arakidonat (seperti prostaglandin dan tromboxan).
penggunaan analgetik dalam menurunkan intensitas nyeri pasien. Paracetamol (acetaminophen) bekerja utama di system saraf pusat.
Kasus yang paling banyak diteliti adalah nyeri pascaoperasi. Nyeri Memiliki efek analgetik dan antipiretik dan merupakan
pasca operasi disebabkan oleh adanya rangsangan mekanik luka penhambatan lemah pada sub-kelompok siklo-oksigenase COX-1
yang menyebabkan tubuh mengeluarkan mediator – mediator kimia dan COX-2 namun tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi. Di
nyeri dan bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai nyeri berat dalam SSP berfungsi dengan menghambat sintesa prostaglandin di
namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan. Manajemen hipotalamus, mencegah pelepasan prostaglandin di sumsum tulang
nyeri pascaoperasi merupakan hal penting karena nyeri yang tidak belakang, dan menghambat sintesa oksida nitrat dalam makrofag.
tertangani memiliki dampak negatif terhadap kehidupan sosial dan Sedangkan opioid bekerja sebagai analgetik dengan cara
mengaktivasi reseptor opiod. Opioid bekerja dengan jalan membandingkan efektivitas PCA fentanyl, PCA morfin dan
menduduki reseptor reseptor nyeri di SSP, sehingga perasaan nyeri tramadol. PCA merupakan metode baru pemberian analgesia yang
dapat diblokir. Khasiat analgetik opioid berdasarkan disesuaikan kebutuhan pasien dan dikendalikan sendiri oleh pasien
kemampuannya untuk menduduki sisa sisa reseptor nyeri tersebut. dengan atau tanpa disertai infuse kontinyu. Pasien yang mendapat
Opioid merupakan analgetik pilihan yang utama untuk mengatasi analgetik PCA fentanil atau PCA morfin lebih tidak nyeri
nyeri sedang sampai berat. Akan tetapi opioid memiliki berbagai dibandingkan yang mendapat bolus tramadol intermitten karena
keterbatasan antara lain adalah efek samping yang mungkin timbul, pemakaian PCA akan memberikan penanganan nyeri yang lebih
seperti depresi napas, mengantuk, menurunkan motilitas saluran baik karena terapi yang lebih bersifat individualistik, disesuaikan
cerna, mual dan muntah, menyebabkan ketagihan dan juga kebutuhan/permintaan pasien dan kadar opioid plasma dapat
berpotensi disalahgunakan. Akibat efek samping opioid tersebut, dipertahankan dengan konstan setelah MEAC tercapai. Kemudian
para peneliti terus mengembangkan cara pemberian analgetik secara farmakologis fentanil lebih poten dan 160 kali lebih bersifat
secara multimodal untuk mengurangi dosis opioid pascabedah. lipofilik sehingga mempunyai onset yang lebih cepat. Pemberian
Penggunaan terapi multimodal membuat skor nyeri lebih rendah, bolus fentanil memberikan respon analgetik yang lebih cepat
mempercepat masa pemulihan, meningkatkan kepuasan pasien, daripada morfin. Sedangkan bila dibandingkan tramadol, PCA
serta mengurangi lama perawatan di rumah sakit [22]. morfin lebih efektif dikarenakan secara farmakologis morfin 10-
Terdapat 6 jurnal yang membandingkan efektivitas antara 15x lebih poten dibandingkan tramadol. Maka selain dari
beberapa analgetik tunggal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh kemampuan secara farmakologis, faktor penggunaan PCA dapat
I Nengah yang membandingkan efektivitas pemberian Tramadol mempengaruhi efektivitas analgetic terhadap rasa nyeri pasien [16].
100 mg supp. dengan Ketoprofen 100 mg supp. pada pasien Analgesia preventif mencakup terapi analgesia multimodal
pascabedah. Didapatkan hasil bahwa Tramadol 100 mg supp. lebih sebelum dan pascabedah yang bertujuan menurunkan nyeri dan
efektif dibandingkan Ketoprofen 100 mg supp. hal ini dikarenakan mengurangi konsumsi analgesia pascabedah. Penggunaan obat-
tramadol merupakan golongan opioid yang mekanisme kerjanya obat dan teknik anestesi yang bekerja pada proses sensitisasi sentral
didasarkan pada blockade reuptake serotonin dan terbukti dan perifer dalam konsep Preventive Multimodal Analgesia
menghambat fungsi transporter noreepinefrin. Dalam penghantaran menjadi pedoman penanganan nyeri pascabedah saat ini. Saat ini
nyeri tramadol bekerja pada impuls modulasi, dengan analgesia multimodal pascabedah banyak memakai opioid yang
penghambatan reseptor opioid sehingga menghambat terjadinya dikombinasikan dengan obat lain, di antaranya non-steroidal anti-
modulasi nyeri dan menyebabkan pelepasan neurotransmitter inflammatory drug (NSAID), parasetamol, ketamin dosis rendah,
monoaminergik. Sehingga efisien mengatasi nyeri sedang hingga dan pemberian anestesi lokal perioperative. Penanganan
berat [15]. Namun perbedaan golongan obat ini tidak selalu multimodal analgesia dapat dilakukan berdasar atas intensitas nyeri
memberikan hasil bahwa analgetic narkotik lebih efektif yang mungkin timbul akibat pembedahan yang dibagi berdasar atas
dibandingkan analgetic non narkotik. Hal ini dibuktikan dari intensitas ringan, sedang, dan berat. Practice guidelines for acute
penelitian yang dilakukan oleh Ismail Muhammad yang pain management in the perioperative setting yang diperbaharui
membandingkan efektivitas parasetamol oral dengan tramadol oral tahun 2012 oleh American Society of Anesthesiologists (ASA)
sebagai tatalaksana nyeri pasca operasi transurethral resection of dinyatakan bahwa penggunaan acetaminophen, non steroidal anti
the prostate. Pemakaian paracetamol oral dan tramadol oral inflammatory drugs (NSAID), COXIB dapat dijadikan
pascaoperasi termasuk salah satu analgetik yang direkomendasikan pertimbangan untuk pengelolaan nyeri akut pascabedah sebagai
dalam guidelines manajemen nyeri pasca TURP oleh European bagian dari konsep analgesia multimodal. Obat-obat tersebut
Association of Urology. Untuk tramadol diberikan secara oral, im, sebagai regimen tunggal mungkin tidak mencukupi untuk
sc atau iv dengan dosis 50 – 100 mg tiap 6 jam. Sedangkan mengobati nyeri berat (severe), tetapi obat tersebut dapat
parasetamol diberikan secara oral atau iv dengan dosis 500 – 1000 dikombinasikan dengan opioid dan dapat menurunkan kebutuhan
mg diberikan tiap 6 jam. Dengan menerapkan dosis minimal yang dosis opioid sehingga kemungkinan muncul efek samping opioid
direkomendasikan oleh guidelines ini, ternyata memberikan hasil dapat diturunkan [17].
bahwa efektivitas parasetamol oral 500 mg sebanding dengan Terdapat 4 jurnal membandingkan efektivitas antara
tramadol oral 50 mg sebagai tatalaksana nyeri pasca TURP, dengan analgetic kombinasi dan analgetic tunggal. Penelitian tersebut
intensitas nyeri ringan [7]. memperoleh hasil sebagai berikut : (1) Analgetik kombinasi
Perbandingan efektivitas beberapa analgetic golongan menyebabkan efek analgetik yang lebih lama daripada analgesic
narkotik juga dilakukan oleh Arie Faisal. Dalam penelitiannya tunggal. Ini dapat dipengaruhi oleh perbedaanmekanisme kerja,
DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i1.722 Prastiwi, N, Et Al 7
PRASTIWI, N, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 1 (2021) 001 - 010
absorpsi dan metabolism, kecepatan mencapai onset terapi dan muntah karena efek samping dari anestesi prabedah. Pemilihan
lama durasi aksi dari analgetik kombinasi. (2) Analgetik kombinasi analgetic yang tepat dan sudah disesuaikan dengan intensitas nyeri
memberikan skor nyeri yang lebih rendah dibandingkan analgetik pasien, maka akan memberikan hasil yang efektif untuk
tunggal. Hal ini dikarenakan pendekatan multimodal dengan menurunkan nyeri pasca persalinan [8].
beberapa agen analgetic (contoh :ibuprofen + parasetamol) mampu
mengurangi aktivitas reseptor nyeri dan respon hormone local Ketidakefektifan Penggunaan Analgetik
terhadap kerusakan jaringan. Kombinasi analgetic memiliki efek Penilaian rasa nyeri adalah langkah pertama dalam
sinergis dibandingkan analgetic tunggal. Kombinasi adalah salah menentukan tata laksana nyeri yang tepat. Terdapat beberapa hal
satu penanganan nyeri dengan berbagai target jaras nyeri ( baik yang dapat memengaruhi persepsi dan tingkah laku seseorang
pusat atau perifer). Berdasarkan jaras nyeri, ibuprofen memiliki terhadap nyeri, yaitu (1) usia: semakin kecil usia pasien (<7 thn)
aktivitas pada tahap transduksi dengan menghambat sintesa maka belum dapat menggambarkan rasa nyeri yang dirasakan,
prostaglandin dan enzim coox, sedangkan parasetamol memiliki sehingga memungkinkan nyeri tidak terdiagnosa dengan tepat.
aktivitas pada tahap persepsi dengan cara menghambat Sedangkan pada usia >7 thn pasien sudah dapat menggambarkan
prostaglandin dan enzim coox di sentral dan perifer. Itu sebabnya rasa nyeri yang dirasakannya, sehingga bila analgetic tidak efektif
hambatan proses nyeri kombinasi ibuprofen + parasetamol lebih dapat terdiagnosa dengan jelas;(2) sosial budaya; (3) tumbuh
kuat dan lebih efektif dibandingkan parasetamol tunggal. (3) kembang; (4) lingkungan. Prediktor nyeri pascaoperasi dipengaruhi
Analgetik kombinasi mampu menurunkan efek samping oleh beberapa faktor, yaitu (1) nyeri praoperasi; (2) kecemasan; (3)
dibandingkan pemberian analgetic tunggal [14]. jenis operasi.
Terdapat 2 jurnal yang menyatakan bahwa efektivitas
Efektivitas Analgetik pada Nyeri Persalinan
analgetik disuatu rumah sakit belum memenuhi target bebas nyeri
Persalinan dan pelahiran menyebabkan kontraksi maupun
100%. Berdasarkan guidelines beberapa rumah sakit yang ada,
pembedahan abdomen dan dinding uterus sehingga menimbulkan
yang membagikan golongan obat analgetic sesuai dengan derajat
nyeri. Nyeri harus dikontrol secara adekuat agar tidak
nyeri yang dirasakan, yaitu untuk nyeri ringan digunakan analgetic
mempengaruhi sistem di dalam tubuh serta tidak menimbulkan
non opioid; nyeri sedang digunakan analgetic non opioid + opioid
dampak negatif pada morbiditas dan mortalitas ibu melahirkan.
lemah; dan nyeri berat digunakan opioid kuat + non opioid/ anestesi
Intensitas nyeri yang dialami pada Ibu pasca melahirkan termasuk
local. Pemberian analgetik yang tidak disesuaikan dengan derajat
ketegori nyeri sedang. Kategori tersebut digolongkan sesuai WHO
nyeri pasien akan menyebabkan ketidakefektifan. Apabila nyeri
Pain Ladder (2018) dengan skala nyeri 4-6. Hal ini dibuktikan
akut yang tidak tertangani dengan baik akan berkembang menjadi
dalam penelitian yang dilakukan oleh Dina Ratna, yang
nyeri kronis yang akan lebih sulit diatasi dan akan mengakibatkan
memperoleh hasil bahwa pada ibu pasca Sectio caesarea memiliki
penurunan kualitas hidup seseorang [6].
skalas nyeri yaitu 5,4 dan pada ibu pasca melahirkan normal
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
memiliki skala nyeri yaitu 5,28 yang artinya pada kedua kondisi
ketidakefektifan analgetik dalam penanganan nyeri pada pasien
tersebut berada pada rentang nyeri sedang. Pemberian obat
dewasa, yaitu sebagai berikut: (1) sikap tenaga medis dalam
analgesik disesuaikan dengan derajat nyeri seseorang. Berdasarkan
melakukan perawatan terhadap nyeri; (2) tidak ada pengkajian
penelitian yang dilakukan pada pasien pasca partus pervaginal dan
nyeri yang berulang; (3) kurang edukasi mengenai nyeri
sectio caesarea di RSU Bunda Purwokerto,diperoleh hasil bahwa
pascaoperasi;(4) komunikasi yang tidak baik antara tenaga
analgetic yang banyak digunakan pada persalinan normal adalah
kesehatan dan pasien dalam penyampaian rasa nyeri; (5) kurang
asam mefenamat yang diberikan secara oral. Asam mefenamat
jenis obat-obat analgesik; (6) kurang pengetahuan tenaga medis
memiliki aktivitas antiinflamasi yang dinilai sangat dibutuhkan
mengenai nyeri; (7) pemberian analgetic yang tidak tepat waktu; (8)
pada ibu yang melahirkan normal, karena respon
pemberian analgetic yang tidak disesuaikan dengan derajat nyeri.
peradangan/inflamasi digunakan untuk memastikan penyembuhan
Nyeri yang tidak ditangani dengan tepat tidak hanya
perineum sehingga mencegah masuknya microorganism penyebab
menyebabkan nyeri berkepanjangan tetapi juga menyebabkan
infeksi. sedangkan analgetic yang banyak digunakan pada
respon nyeri yang berlebihan. Berikut World Health Organization
persalinan secio cesarea adalah ketoprofen yang diberikan secara
(WHO) merekomendasikan lima prinsip penggunaan analgesik
rektal. Karena ketoprofen dapat menurunkan resiko pendarahan
yang tepat untuk meningkatkan efektivitas penanganan nyeri: (1)
serta mual dan muntah pasca secio cesarea. Rute rektal dinilai
segera mengganti pemberian analgesik melalui oral (by mouth)
cocok diberikan untuk pasien yang susah menelan, mual dan
setelah nyeri NRS <4; (2) analgesic harus diberikan dengan interval
8 Prastiwi, N, Et Al DOI: http://dx.doi.org/10.35730/jk.v12i1.722
PRASTIWI, N, ET AL/ JURNAL KESEHATAN - VOLUME 12 NOMOR 1 (2021) 001 - 010
yang sama (by the clock); (3) pemberian analgesik harus sesuai “Perbandingan Visual Analogue Scale antara Pemberian
Analgetik Asam Mefenamat , Paracetamol dan Ibuprofen
dengan derajat nyeri yang dievaluasi menggunakan skala nyeri (by
Peroral Sebelum Sirkumsisi,” J. Medula, vol. 6, pp. 636–
the ladder); (4) dosis analgesik disesuaikan untuk tiap-tiap individu 640, 2019, doi:
http://dx.doi.org/10.46496/medula.v6i3.9637.
(for individual); (5) pemberian resep analgesik harus diperhatikan
secara rinci (attention to detail) [4]. [3] E. Suseno, M. Carrey, yohanes edwin Jonathan, J. F. A.
Keterbatasan pada literature review ini adalah tema literatur Barus, and T. N. Tanumiharja, “Pencegahan nyeri kronis
pasca operasi,” Maj. Kedokt. Andalas, vol. 40, no. 1, p. 40,
yang terlalu luas mencakup semua jenis kasus nyeri yang 2017, doi: 10.22338/mka.v40.i1.p40-51.2017.
menggunakan analgetik, sehingga hasil dari review menjadi kurang
[4] D. A. Prabandari, Indriasari, and T. T. Maskoen,
terfokus. Kemudian adanya keterbatasan pemilihan jurnal yaitu “Efektifitas Analgesik 24 jam Pascaoperasi Elektif di
jurnal yang berasal dari 10 tahun terakhir dan hanya jurnal hasil RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2017,” J.
Anestesi Perioper., vol. 6, no. 2, pp. 98–104, 2018, doi:
penelitian yang digunakan, sedangkan jurnal jenis review juga https://doi.org/10.15851/jap.v6n2.1221.
memberikan hasil yang lebih signifikan terhadap efektivitas
[5] H. Herman, Z. Ikawati, and R. Handayani, “Evaluasi
analgetik. Selain itu,adanya keterbatasan kemampuan dan
Adverse Drug Reactions dan Efektivitas Panggunaan
pengalaman dari penulis dalam membuat hasil review yang baik Ketorolak Pada Pasien Pasca Bedah Saraf di Rumah Sakit
Umum Pendidikan Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,”
pada literatur review ini.
J. As-Syifaa, vol. 05, no. 02, pp. 169–175, 2013. URL:
https://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/as-
syifaa/article/view/58.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil literatur review diatas, dapat disimpulkan [6] Bernadeth, E. Oktaliansah, and Indriasari, “Efektivitas
Analgesik Pascaoperasi pada Pasien Pediatrik di Ruang
bahwa efektivitas suatu analgetic dapat tercapai dengan baik bila Pemulihan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Periode
disesuaikan dengan derajat nyeri pasien, yaitu untuk nyeri ringan Juni-November 2018,” J. Anestesi Perioper., vol. 7, no.
38, pp. 68–74, 2019, doi:
digunakan analgetic non opioid; nyeri sedang digunakan analgetic https://doi.org/10.15851/jap.v7n1.15647.
non opioid + opioid lemah; dan nyeri berat digunakan opioid kuat
[7] I. Muhammad, Alvarino, N. Puar, and H. Bachtiar,
+ non opioid/ anestesi local. Selain harus adanya penyesuaian
“Perbedaan Efektivitas Parasetamol Oral Dengan
dengan derajat nyeri, efek analgetik juga dipengaruhi oleh berbagai Tramadol Oral Sebagai Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi
hal, diantaranya mekanisme kerja analgetik itu sendiri. Saat ini, Transurethral Resection of The Prostate,” J. Kesehat.
Andalas, vol. 2, no. 1, pp. 38–41, 2013, doi:
penggunaan terapi multimodal sering digunakan di rumah sakit, https://doi.org/10.25077/jka.v2i1.66.
karena selain efektif menurunkan intensitas nyeri, kombinasi
[8] D. R. Juwita, N. Faradani, and M. I. N. A. Wibowo, “Studi
analgetik opioid dengan analgetik non narkotik mampu menekan Penggunaan Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus
efek samping yang ditimbukan oleh opioid, mengurangi Pervaginal dan Sectio Caesarea di RSU Bunda
Purwokerto,” J. Farm. Indones., vol. 16, no. 02, pp. 265–
ketergantungan penggunaan opioid pada pasien, serta mempercepat 277, 2019, doi: 10.30595/pharmacy.v16i2.5627.
masa pemulihan, sehingga meningkatkan kepuasan pasien terhadap
[9] O. K. Mose, U. Sabarudin, R. H. Sitanggang, and C. E.
pelayanan kesehatan. Boom, “Perbandingan Analgesia Epidural Menggunakan
Bupivikain 0,125% dengan Kombinasi Bupivikain
0,0625% dan Fentanil 2µg/mL Terhadap Nyeri dan Blok
UCAPAN TERIMAKASIH Motorik Pada Persalinan Normal,” J. Anestesi Perioper.,
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak/Ibu dosen no. 1, pp. 94–104, 2013, doi:
http://dx.doi.org/10.15851/jap.v1n2.120.
dan tenaga kependidikan Fakultas Farmasi Universitas Andalas
serta semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak [10] Taufiqurrachman and K. Mulyo, “Perbandingan Pengaruh
Pemberian Analgetik Etoricoxib dengan Natrium
langsung dalam membantu, membimbing serta memberikan ide dan Diclofenak Terhadap Rasa Nyeri Pasca Odontektomi
gagasan kepada penulis dalam menyelesaikan literatur review ini. (Impaksi Kelas 1, Molar 3 Rahang Bawah),” J. Kedokt.
Diponegoro, vol. 5, no. 3, pp. 222–234, 2016. doi:
https://doi.org/10.14710/dmj.v5i3.13093.
DAFTAR PUSTAKA
[11] D. K. R and K. Mulyo, “Perbandingan Pengaruh
[1] L. A. Darajatun, I. Alifiar, and T. Nofianti, “Gambaran Pemberian Analgetik Cox-2 Dengan Asam Mefenamat
Penggunaan Analgetika Pada Pasien Pasca Bedah di Terhadap Rasa Nyeri Pasca Odontektomi (Impaksi Kelas
Ruang III dan Melati Lantai 4 RSUD Dr. Soekardjo Kota 1, Molar 3 Rahang Bawah),” J. Kedokt. Diponegoro, vol.
Tasikmalaya,” J. fitofarmaka, vol. 7, no. 1, 2017. doi: 5, no. 1, pp. 58–64, 2016. doi:
10.33751/jf.v7i1.798. https://doi.org/10.14710/dmj.v5i1.11359.
[2] A. Ali, Z. Maulina, R. Al Fath, and M. Z. Asfar, [12] M. A. Boesoirie, E. Oktaliansah, and T. Bisri,
“Perbandingan Parasetamol dengan Ketorolak Intravena “Perbandingan Intensitas Nyeri dan Kadar Prostaglandin
Sebagai Analgesia Pre-emtif Terhadap Skala Nyeri Kombinasi Tramadol dan Deksketoprofen dengan
Pascabedah Labioplasti pada Pasien Pediatrik,” J. Anestesi Tramadol dan Parasetamol Intravena pada Pasien Bedah
Perioper., vol. 3, no. 38, pp. 81–86, 2015, doi: Ortopedi Ekstremitas Bawah,” J. Anestesi Perioper., vol.
10.15851/jap.v3n1.573. 7, no. 2, pp. 75–82, 2019, doi: 10.15851/jap.v7n2.1691.
[14] H. Manuapo, R. W. Sudjud, and D. Tavianto, [19] L. A. Borges, P. D. C. Leal, E. C. R. Moura, and R. K.
“Perbandingan Preemptive Analgesia Kombinasi Sakata, “Randomized clinical study on the analgesic effect
Ibuprofen 75 Miligram dan Parasetamol 250 Miligram per of local infiltration versus spinal block for
Oral dengan Parasetamol 1 Gram per Oral terhadap Lama hemorrhoidectomy,” Sao Paulo Med. J., vol. 135, no. 3,
Analgesik Pascabedah Odontektomi,” J. Anestesi pp. 247–252, 2017, doi: 10.1590/1516-
Perioper., vol. 7, no. 38, pp. 181–187, 2019, doi: 3180.2017.0001260117.
https://doi.org/10.15851/jap.v7n3.1834.
[20] S. E. Regenbogen et al., “Hospital analgesia practices and
[15] I. N. P. Yasa, E. Kresnoadi, and P. I. Nandana, “Efektifitas patient-reported pain after colorectal resection,” Ann.
Pemberian Tramadol 100 mg supp. Dibandingkan Surg., vol. 264, no. 6, pp. 1044–1050, 2016, doi:
Ketoprofen 100 mg supp. Untuk Mengurangi Nyeri 10.1097/SLA.0000000000001541.
Selama 24 Jam Pada Pasien Pasca Operasi Bedah di RS.
Bhayangkara Menggunakan VAS SKor,” J. Kedokt. [21] S. Bilalee, K. Maneewat, W. Sae-Sia, and S. Nimmaanrat,
Unram, vol. 6, no. 2, pp. 17–20, 2017. URL: “The Effectiveness of an Evidence-Based Pain
http://jku.unram.ac.id/article/view/128. Management Program on Pain Intensity and Chest
Rehabilitation Improvement Among Chest Trauma
[16] A. F. Madjan and W. I. Nurcahyo, “Perbandingan Patients in a Thai Hospital,” Pain Manag. Nurs., vol. 20,
Efektivitas Patient-Controlled Analgesia (PCA) Fentanil, no. 6, pp. 656–661, 2019, doi:
PCA Morfin dan Tramadol Intravena sebagai Analgetik 10.1016/j.pmn.2019.06.002.
Pasca Operasi Modified Radical Mastectomy,” Medica
Hosp. J. Clin. Med., vol. 6, no. 2, pp. 112–124, 2019, doi: [22] K. Hargreaves and P. V Abbott, “Drugs for pain
10.36408/mhjcm.v6i2.392. management in dentistry,” Aust. Dent. J., vol. 50, no. s2,
pp. S14–S22, 2005, doi: 10.1111/j.1834-
[17] C. V. Josephine, M. R. Ahmad, Hisbullah, and A. Wahab, 7819.2005.tb00378.x.