“Pucat”
KELOMPOK 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya laporan tutorial ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu “Pucat”. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen fasilitator selama tutorial berlangsung dan anggota
kelompok 3 yang ikut berpartisipasi dalam laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, perlu adanya
kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok Tutorial 3
I. PEMICU
Seorang ibu membawa anak laki-laki ke Rumah Sakit Umum dengan keluhan
anaknya pucat. Anak dilihat ibu pucat usia 8 bulan, semakin lama semakin
tampak pucat. Pada pemeriksaan tampak seorang anak laki-laki umur 2 tahun 6
bulan, berat badan 14 kg suhu tubuh 37,3oC, denyut jantung 100x/menit,
frekuensi pernafasan 28x/menit. Keadaan composmentis. Pemeriksaan
laboratorium darah: leukosit 9.900/mm3, eritrosit 2.300.000/ mm3, hemoglobin
21,5%. Trombosit: 225.000/mm3. Hapusan darah tepi : kesan hipokrom
mikrositik.
Ibu ingin mengetahui apa penyakit anaknya tersebut?
More info
Pemeriksaan fisik : Wajah : facies cooley, hepatosplenomegali
Pemeriksaan urilanisa : bilirubin meningkat
Laboratorium : Hb elektroforese : HbF meningkat 60%
III. MASALAH
Anak laki-laki umur 2 tahun 6 bulan dengan keluhan pucat sejak usia 8 bulan.
IV. ANALISAH MASLAH
Vasokonstriksi Penurun
pembuluh produksi
darah Defisiensi eritrosit
besi
Pucat
V. HIPOTESIS
Anemia
1. Hemopoesis1
Sel darah matang mempunyai rentang hidup yang relatif pendek sehingga
populasi sel tersebut harus diperbaharui oleh turunan sel punca yang dihasilkan
dalam organ hemopoietik. Pada tahap awal embriogenesis, sel-sel darah muncul
dari mesodern yolk sac. Pada trisemester kedua, hemopiesis terjadi terutama
dalam hati yang sedang berkembang, dengan limpa yang juga berperan. Elemen
rangka mulai mengalami penulangan dan sumsum tulang terbentuk di rongga
medularnya, sehingga pada trisemester ketiga sumsum tulang menjadi jaringan
hemopietik utama.
Sesudah lahir dan semasa kanak-kanak, eritrosit, granulosit, monosit dan
trombosit berasal dari sel punca yang terdapat pada sumsum tulang. Asal dan
pematangan sesel ini berturut-turut disebut eritropoiesis, granulopoiesis,
monositopoiesis dan trombositopoiesis. Perkembangan jenis-jenis limfosit utama
melalui limfopoiesis terjadi di sumsum tulang dan organ limfoid yang merupakan
tempat tujuan migrasi sel prekursor.
Sel darah berasal dari satu sel punca pada sumsum tulang yang disebut sel
punca pluripoten karena sel tersebut dapat menghasilkan semua tipe sel darah. Sel
punca pluripoten berproliferasi dan membentuk dua garis keturunan sel utama
yaitu satu untuk sel-sel limfoid (sel limfosit) dan satu lagi untuk sel-sel mieloid
yang berkembang dalam sumsum tulang.
Sel punca pluripoten membentuk sel anak yang disebut sel progenitor atau sel
pembentuk koloni (CFU) .
Empat tipe CFU :
1. Garis keturunan eritroid CFU-eritrosi (CFU-E)
2. Garis keturunan trombositik CFU-mega-kariosit (CFU-Meg)
3. Garis keturunan granulosit-monosit CFU-granulosit-monosit (CFU-GM)
4.Garis keturunan limfoid CFU-limfosit dari semua tipe (CFU-L)
a. Proeritroblas
Sel ukuran besar, kromatin longgar, anak inti, sitoplasma basofili
b. Eritroblas basofilik
Sitoplasma basofilik kuat, inti padat, tanpa anak inti, poliribosom banyak
c. Eritroblas polikromatofilik
Hemoglobin terbentuk, poliribosom berkurang, terdapat regio
asidofilia dan regio basofilik
d. Eritroblas ortokromatik
Volume sel dan inti memadat, sitoplasma asidofilik merat
e. Retikulosit
Inti terdorong keluar sel, sedikit poliribosom yaitu 1 % dari jumlah
eritrosit, pematangan.
f. Eritrosit
hilangnya poliribosom
Proses pematangan eritrosit
melibatkan sintesis hemoglobin
terbentuknya eritrosit yang bikonkaf
eritrosit tanpa inti sel
mitokondria dan organel lainnya hilang
3-5 pembelahan sel di antara proeritroblas dan eritrosit,
memerlukan waktu pematangan sekitar satu minggu
eritropoietin (Epo, glikoprotein) merupakan faktor pertumbuhan
(dihasilka gin jal), merangsang mRNA untuk produksi globin dari
molekul hemoglobin
PEMATANGAN GRANULOSIT
1. Mieloblas
Sel imatur, kromatin inti rata, mempunyai anak inti
2. Promielosit
sitoplasma basofilil, granul azurofilik (mengandung enzim lisosom
dan mieloperoksidase)
3. Mielosit
muncul granul spesifik (awal diferensiasi jenis-jenis granulosit)
4. Metamielosit
• pematangan dan pemadatan inti sel
PEMATANGAN AGRANULOSIT
Monosit
1. Monoblas
sel progenitor hampir identik dengan mieloblas
monoblas à promonosit
promonosit :
sitoplasma basofilik
a. kromatin inti jarang
b. mempunyai anak inti
c. membelah dua kali, à monosit
2. Monosit
sitoplasma mengandung RER, Golgi, granula azurofil (lisosom)
umurnya di sirkulasi 8 jam, kemudian memasuki jaringan ikat
menjadi makrofag (berfungsi beberapa bulan)
PEMATANGAN AGRANULOSIT
Limfosit
1. Limfoblas
progenitor sel limfoid
membelah 2-3 kali membentuk prolimfosit tanpa penanda antigen dari
limfosit T atau B
2. Prolimfosit
mempunyai kromatin padat
menyintesis reseptor permukaan sel sebagai ciri khas turunan limfosit
T atau B
3. Limfosit di dalam sirkulasi
limfosit di sirkulasi darah berasal dari timus dan organ limfoid
semua sel progenitor limfosit berasal dari sumsum tulang
ASAL TROMBOSIT
1. Megakarioblas
inti lonjong
mempunyai banyak anak inti (nukleolus)
mengalami endomitosis (replikasi DNA tanpa di-
ikuti pembelahan sel, 64 N atau kandungan DNA
30 kali dari sel normal)
sitoplasma basofilik
2. Megakariosit
inti berlobus, tanpa anak inti, kromatin kasar
sitoplasma mengandung mitokondria, RER, Golgi
tersebar di sumsum tulang, dekat kapiler sinusoid
mempunyai prosesus (panjang > 100 µm, lebar
2-4 µm) dinamakan proplatelet
3. Proplatelet
mempenetrasi endotel sinusoid sebagai prosesus
proplatelet terdiri atas filamen aktin dan berkas mikrotubulus
membentuk penonjolan (berbentuk tetes air) diikuti oleh vesikel dan
granula
megakariosit mengandung invaginasi membran plasma, membran
demarkasi, membran untuk perpanjangan proplatelet
setiap megakariosit menghasilkan beberapa ribu trombosit
sisa sel megakariosit, setelah apoptotik, disingkirkan oleh makrofag
umur trombosit sekitar 10 hari
2. Fisiologi Sel Darah2
Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata-
rata 5L pada wanita dan 5,5L pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis elemen
selular khusus, eritrosit, leukosit, trombosit yang tersuspensi didalam cairan
kompleks plasma. Eritrosit dan leukosit merupakan sel utuh sementara trombosit
adalah fragmen/potongan sel Jika meletakan sempel darah lengkap dalam tabung
reaksi dan mencegahnya membeku, sel-sel yang lebih berat akan mengendap ke
dasar dipercepat dengan sentrifugasi, yang secara cepat menempatkan sel-sel ke
dasar tabung.
a. ERITROSIT
b. LEUKOSIT
Leukosit (sel darah putih/SDP) adalah unit yang dapat bergerak pada
sistem pertahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk
menahan atau menyingkirkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan. Leukosit dan turunan-turunannya bersama dengan
berbagai protein plasma, membentuk sistem imun. Secara spesifik, sistem
imun (1) mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme penyebab
penyakit. (2) Berfungsi sebagai “petugas kebersihan” yang membersihkan
sel-sel tua (misalnya sel darah merah yang sudah tua) dan sisa jaringan
(misalnya, jaringan yang rusak akibat trauma atau penyakit), menyediakan
jalan bagi penyembuhan luka dan perbaikan jaringan). (3) mengidentifikasi
dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh.
c. TROMBOSIT
3. Struktur Hemoglobin2
Struktur Eritrosit
Struktur eritrosit sangat sesuai untuk fungsi utama mereka dalam mengangkut O2
Diameter : 8m
Hemoglobin (Hb)
MCHC(%)
RDW|(%)
6(x10/µL)
MCH(pg)
HCT(%)
MCV(fl)
Age
RBC
13.0–
1d 14.5-22.5 45-67 4.00–6.60 95- 121 31-37 29-37 18.0
13.0–
1 wk 13.5–19.5 42-66 3.90–6.30 88-126 28-40 28-38 18.0
13.0–
2 wk 12.5–20.5 39–63 3.60–6.20 86-124 28-40 28–38 18.0
11.5–
1 mo 10.0–18.0 31-55 3.00–5.40 85-123 28-40 29-37 16.0
11.5–
2 mo 9.0–14.0 28-42 2.70–4.90 77-115 26-34 29-37 16.0
3–6 11.5–
mo 9.5–13.5 29-41 3.10–4.50 74-108 25-35 30-36 16.0
0.5 – 2 11.5–
yr 10.5–13.5 33–49 3.70–5.30 70-86 23-31 30-36 16.0
11.5–
2 – 6 yr 11.5–15.5 34-40 3.90–5.30 75-87 24-30 32-36 15.0
6 – 12 11.5–
yr 11.5–15.5 35-45 4.00–5.20 77-95 25-33 32-36 15.0
12 – 18 11.5–
yr 13.0–16.0 36-51 4.50–5.30 79-98 25-35 32-36 14.0
(Male)
12 – 18 11.5–
yr 12.0–16.0 33-51 4.10–5.10 78-102 25-35 32-36 14.0
(Female
)
11.5-
>18 yr 13.5–17.5 37-53 4.50–5.90 80–100 26–34 32-36 13.1
(Male)
11.5–
>18 yr 12.0–16.0 33-51 4.00–5.20 80-100 26-34 32-36 13.1
(Female
)
NRBCs(#/100 BCs)
WBC 3(X10/µL)
Lymphs%
ALYC(K/uL)
ANC(K/uL)
Monos%
Basos%
BandPMN%
SegPMN%
Age
Eos%
0
–
0-3 d 9.0–35.0 32–62 0-18 3-28 0–2 0-1 19–29 2-10 5–7 2
5. Diagnosa Banding Pucat4
Thalassemia Anemia Anemia Anemia Hemolitik
Defisiensi Fe Megaloblasti
k
Defi Merupakan penyakit Merupakan Anemia Kondisi dimana
nisi genetic heterogen Kondisi yang hancurnya sel darah
dimana produksi kekurangan disebabkan merah lebih cepat
sebagian atau seluruh nutrisi zat besi oleh dibandingkan
hemoglobin normal yang kelainan pembentukannya
tertekan oleh karena mengakibatkan proses
rusaknya satu atau penurunan pembentuka
lebih sintesis rantai jumlah sel n DNA sel
globin darah merah darah merah
6. Patofisiologi Pucat5
7. Definisi dan Klasifikasi Anemia dan Thalasemia6
Anemia
Secara fungsional, anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer.
Etiologi anemia berdasarkan buku ilmu penyakit dalam FKUI:
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
b. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
c. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Thalasemia
Penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai
globin a atau b ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan defesiensi
produksi sebagian atau menyeluruh rantai globin tersebut. Akibatnya terjadi
thalassemia yang jenisnya sesuai dengan rantai globin yang terganggu
produksinya, seperti:
Thalassemia-α terjadi akibat berkurangnya (defesiensi parsial) (thalassemia-
α+) atau tidak di produksi sama sekali (defesiensi total) (thalassemia-α0)
produksi rantai globin-α.
Thalassemia-β terjadi akibat berkurangnya rantai globin-b (thalassemia-β+)
atau tidak diproduksi sama sekali rantai globin-b (thalassemia-β).
b. Pemeriksaan Fisik
Facies Thalassemia
Pucat
Ikterik +/-
Hepatosplenomegali sedang – berat
Gangguan pertumbuhan tulang
c. Laboratorium
d. Radio Imaging
MRI : untuk melihat hematopoisis ekstramedular
MRI T2 : untuk melihat iron overload pada jantung
Pencegahan Thalasemia
a. Skrining kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat
tentang keadaannya dan masa depannya.
b. Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah
kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan
informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila
mempunyai anak.
c. Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah
pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa
pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2)
bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran
bayi thalassemia dapat dihindarkan.
d. Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus
bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan
sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya
penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa
usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia.
e. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara
sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah
antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat
besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan
Hb normal.
Prognosis7
Dubia
KESIMPULAN
Anak laki-laki tersebut menderita thalasemia β mayor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira,et.all. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC. 2007.
2. Sheerwood, L.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2012. Hal
213-220.
3. Nathan DG, and Oski, FA (1981) Hematology of Infancy and Childhood, ed 2, WB
Saunders, pp 1552-74
Dallman PR (1977) Pediatrics, 16th edition, Appleton-Century-Crofts, p 1111
4. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000.
5. Kowalak, Jennifer P. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.2011.
6. Sudoyo, A. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Edisi 6 Jilid 2. Jakarta: EGC.2014
7. Robbins, Cotran. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC.2009. Hal 653.