Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

“Pucat”

KELOMPOK 5

Ketua : Michael Jack (15000049)


Sekretaris : Hotni Yohanna (15000047)
Anggota : Uli Arta Siahaan (15000030)
Bella Hartina (15000033)
Marchelino E. Saragih (15000035)
Santi Patricia Tambunan (15000039)
Rahel Roswinda (15000037)
Githa Lestari M.Silalahi (15000041)
Anni Sianturi (15000043)
Dameria Yunita Sitorus (15000045)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya laporan tutorial ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan pemicu “Pucat”. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen fasilitator selama tutorial berlangsung dan anggota
kelompok 3 yang ikut berpartisipasi dalam laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, perlu adanya
kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 16 September 2017


Hormat kami,

Kelompok Tutorial 3
I. PEMICU
Seorang ibu membawa anak laki-laki ke Rumah Sakit Umum dengan keluhan
anaknya pucat. Anak dilihat ibu pucat usia 8 bulan, semakin lama semakin
tampak pucat. Pada pemeriksaan tampak seorang anak laki-laki umur 2 tahun 6
bulan, berat badan 14 kg suhu tubuh 37,3oC, denyut jantung 100x/menit,
frekuensi pernafasan 28x/menit. Keadaan composmentis. Pemeriksaan
laboratorium darah: leukosit 9.900/mm3, eritrosit 2.300.000/ mm3, hemoglobin
21,5%. Trombosit: 225.000/mm3. Hapusan darah tepi : kesan hipokrom
mikrositik.
Ibu ingin mengetahui apa penyakit anaknya tersebut?

More info
Pemeriksaan fisik : Wajah : facies cooley, hepatosplenomegali
Pemeriksaan urilanisa : bilirubin meningkat
Laboratorium : Hb elektroforese : HbF meningkat 60%

II. UNFAMILIAR TERMS


Hipokrom mikrositik
Mikrositik berarti sel kecil, dan hipokromik berarti pewarnaan berkurang. Karena
warna berasal dari hemoglobin, sel-sel ini mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari normal (penurunan MCV; penurunan MCHC). Keadaan ini
mencerminkan insufiensi heme atau kekurangan zat besi, seperti pada anemia
kronis, atau gangguan sintesis globin, seperti pada thalasemia.

III. MASALAH
Anak laki-laki umur 2 tahun 6 bulan dengan keluhan pucat sejak usia 8 bulan.
IV. ANALISAH MASLAH

Ketakutan Eritrosit ↓ Suhu ↓ Penyakit Penyakit


cacingan ginjal

Hormon Hb dan O2 ↓ Vasokonstriksi


adrenalin ↑ Menyerap Eritropoetin ↓
Pembulu darah sari-sari
makanan

Vasokonstriksi Penurun
pembuluh produksi
darah Defisiensi eritrosit
besi

Pucat

V. HIPOTESIS
Anemia

VI. LEARNING ISSUE


1. Hemopoeisis.
2. Fisiologi Sel Darah.
3. Struktur Hemoglobin.
4. Nilai Normal Analisa Darah.
5. Diagnosa Banding Pucat.
6. Patofisiologi Pucat.
7. Definisi dan Klasifikasi Anemia dan Thalasemia.
8. Penegakan Diagnosa (Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan
penunjang).
9. Penatalaksanaan dan Pencegahan Thalasemia.
10. Komplikasia dan Prognosis Thalasemia.
VII. PEMBAHASAN LEARNING ISSUE

1. Hemopoesis1

Sel darah matang mempunyai rentang hidup yang relatif pendek sehingga
populasi sel tersebut harus diperbaharui oleh turunan sel punca yang dihasilkan
dalam organ hemopoietik. Pada tahap awal embriogenesis, sel-sel darah muncul
dari mesodern yolk sac. Pada trisemester kedua, hemopiesis terjadi terutama
dalam hati yang sedang berkembang, dengan limpa yang juga berperan. Elemen
rangka mulai mengalami penulangan dan sumsum tulang terbentuk di rongga
medularnya, sehingga pada trisemester ketiga sumsum tulang menjadi jaringan
hemopietik utama.
Sesudah lahir dan semasa kanak-kanak, eritrosit, granulosit, monosit dan
trombosit berasal dari sel punca yang terdapat pada sumsum tulang. Asal dan
pematangan sesel ini berturut-turut disebut eritropoiesis, granulopoiesis,
monositopoiesis dan trombositopoiesis. Perkembangan jenis-jenis limfosit utama
melalui limfopoiesis terjadi di sumsum tulang dan organ limfoid yang merupakan
tempat tujuan migrasi sel prekursor.
Sel darah berasal dari satu sel punca pada sumsum tulang yang disebut sel
punca pluripoten karena sel tersebut dapat menghasilkan semua tipe sel darah. Sel
punca pluripoten berproliferasi dan membentuk dua garis keturunan sel utama
yaitu satu untuk sel-sel limfoid (sel limfosit) dan satu lagi untuk sel-sel mieloid
yang berkembang dalam sumsum tulang.
Sel punca pluripoten membentuk sel anak yang disebut sel progenitor atau sel
pembentuk koloni (CFU) .
Empat tipe CFU :
1. Garis keturunan eritroid CFU-eritrosi (CFU-E)
2. Garis keturunan trombositik CFU-mega-kariosit (CFU-Meg)
3. Garis keturunan granulosit-monosit CFU-granulosit-monosit (CFU-GM)
4.Garis keturunan limfoid CFU-limfosit dari semua tipe (CFU-L)

Sel-sel Progenitor & Prekursor


Faktor pertumbuhan, faktor perangsang koloni (CSF, colony stimulating factor) :

1.Granulosit (G-CSF), merangsang pembentukan granulosit


2.Granulosit + Makrofag (GM-CSF), merangsang produksi granulosit dan
makrofag
3.Makrofag (M-CSF), merangsang pembentukan makrofag dan aktivitas anti
tumor oleh makrofag
4.Interleukin 3 (IL-3), merangsang produksi semua sel mieloid
5.Eritropoietin (EPO), merangsang pembenbentukan sel darah merah
PEMATANGAN ERITROSIT

Sel-sel seri eritroid :

a. Proeritroblas
Sel ukuran besar, kromatin longgar, anak inti, sitoplasma basofili
b. Eritroblas basofilik
Sitoplasma basofilik kuat, inti padat, tanpa anak inti, poliribosom banyak
c. Eritroblas polikromatofilik
 Hemoglobin terbentuk, poliribosom berkurang, terdapat regio
asidofilia dan regio basofilik
d. Eritroblas ortokromatik
 Volume sel dan inti memadat, sitoplasma asidofilik merat
e. Retikulosit
 Inti terdorong keluar sel, sedikit poliribosom yaitu 1 % dari jumlah
eritrosit, pematangan.
f. Eritrosit
 hilangnya poliribosom
 Proses pematangan eritrosit
 melibatkan sintesis hemoglobin
 terbentuknya eritrosit yang bikonkaf
 eritrosit tanpa inti sel
 mitokondria dan organel lainnya hilang
 3-5 pembelahan sel di antara proeritroblas dan eritrosit,
 memerlukan waktu pematangan sekitar satu minggu
 eritropoietin (Epo, glikoprotein) merupakan faktor pertumbuhan
(dihasilka gin jal), merangsang mRNA untuk produksi globin dari
molekul hemoglobin

PEMATANGAN GRANULOSIT

Sel-sel urutan granulopoiesis

1. Mieloblas
Sel imatur, kromatin inti rata, mempunyai anak inti
2. Promielosit
 sitoplasma basofilil, granul azurofilik (mengandung enzim lisosom
dan mieloperoksidase)
3. Mielosit
 muncul granul spesifik (awal diferensiasi jenis-jenis granulosit)
4. Metamielosit
• pematangan dan pemadatan inti sel

PEMATANGAN AGRANULOSIT

Monosit

1. Monoblas
 sel progenitor hampir identik dengan mieloblas
 monoblas à promonosit
 promonosit :
 sitoplasma basofilik
a. kromatin inti jarang
b. mempunyai anak inti
c. membelah dua kali, à monosit
2. Monosit
 sitoplasma mengandung RER, Golgi, granula azurofil (lisosom)
 umurnya di sirkulasi 8 jam, kemudian memasuki jaringan ikat
menjadi makrofag (berfungsi beberapa bulan)

PEMATANGAN AGRANULOSIT

Limfosit

1. Limfoblas
 progenitor sel limfoid
 membelah 2-3 kali membentuk prolimfosit tanpa penanda antigen dari
limfosit T atau B
2. Prolimfosit
 mempunyai kromatin padat
 menyintesis reseptor permukaan sel sebagai ciri khas turunan limfosit
T atau B
3. Limfosit di dalam sirkulasi
 limfosit di sirkulasi darah berasal dari timus dan organ limfoid
 semua sel progenitor limfosit berasal dari sumsum tulang

ASAL TROMBOSIT

1. Megakarioblas
 inti lonjong
 mempunyai banyak anak inti (nukleolus)
 mengalami endomitosis (replikasi DNA tanpa di-
 ikuti pembelahan sel, 64 N atau kandungan DNA
 30 kali dari sel normal)
 sitoplasma basofilik
2. Megakariosit
 inti berlobus, tanpa anak inti, kromatin kasar
 sitoplasma mengandung mitokondria, RER, Golgi
 tersebar di sumsum tulang, dekat kapiler sinusoid
 mempunyai prosesus (panjang > 100 µm, lebar
 2-4 µm) dinamakan proplatelet
3. Proplatelet
 mempenetrasi endotel sinusoid sebagai prosesus
 proplatelet terdiri atas filamen aktin dan berkas mikrotubulus
membentuk penonjolan (berbentuk tetes air) diikuti oleh vesikel dan
granula
 megakariosit mengandung invaginasi membran plasma, membran
demarkasi, membran untuk perpanjangan proplatelet
 setiap megakariosit menghasilkan beberapa ribu trombosit
 sisa sel megakariosit, setelah apoptotik, disingkirkan oleh makrofag
 umur trombosit sekitar 10 hari
2. Fisiologi Sel Darah2
Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata-
rata 5L pada wanita dan 5,5L pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis elemen
selular khusus, eritrosit, leukosit, trombosit yang tersuspensi didalam cairan
kompleks plasma. Eritrosit dan leukosit merupakan sel utuh sementara trombosit
adalah fragmen/potongan sel Jika meletakan sempel darah lengkap dalam tabung
reaksi dan mencegahnya membeku, sel-sel yang lebih berat akan mengendap ke
dasar dipercepat dengan sentrifugasi, yang secara cepat menempatkan sel-sel ke
dasar tabung.
a. ERITROSIT

Setiap mililiter darah rata-rata mengandung5 miliar eritrosit.


Eritrosit berperan dalam pengangkutan oksigen. Pertama, eritrosit adalah
sel datar berbentuk cakram yang mencekung di bagian tengah di kedua sisi
seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan lubang yaitu
eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan garis tengah 8µm, ketebalan
2µm ditepi luar dan ketebalan 1µm dibagian tengah. Bentuk bikonkaf ini
menyediakan area permukaan yang lebih luas untuk difusi oksigen dari
plasma melewati membran masuk ke eritrosit dibandingkan dengan bentuk
sel bulat dengan volume yang sama. Juga, ketipisan sel memungkinkan
oksigen untuk berdifusi secara cepat antara bagian-bagian eksterior dan
anterior sel. Sifat struktural kedua yang mempermudah fungsi transpor Sel
darah merah (SDM) adalah kelenturan membrannya. SDM berdiameter
normal 8µm, dapat berubah berubah bentukketika mengalir satu persatu
melewati kapiler yang garis tengahnya sesempit 3µm. Karena sangat lentur,
eritrosit dapat mengalir melalui kapiler yang sempit yang berkelok-kelok
untuk menyalurkan oksigen di tingkat jaringan tanpa mengalami ruptur
selama proses berlangsung.

Sifat anatomik ketiga yang memungkinkan SDM mengangkut


oksigen adalah adanya hemoglobin (Hb) di dalamnya. Hb hanya ditemukan
didalam SDM. Hbmemiliki 2 bagian : (1) bagian globin, suatu protein yang
terbentuk dari 4 rantai polipeptida yang sangat berlipat-lipat dan (2) emput
gugus non-protein yang mengandung besi yang dikenal sebagai hem,
dengan masing-masing terikat kesalah satu polipeptida. Hb adalah suatu
pigmen. Karena kandungan besinya, Hb tampak kemerahan jika berikatan
dengan oksigen dan kebiruan jika mengalami deoksigenasi. Karena itu,
darah arteri yang teroksiogenasi penuh akan berwarna merah dan darah
vena, yang telah kehilangan sebagian kandungan oksigen nya di tingkat
jaringan memiliki rona kebiruan. Hb juga dapat berikatan dengan karbon
dioksida, bagian ion-hidrogen asam, kabon monoksida, nitrat oksida.

Ketika ginjal mendeteksi adanya penurunan kapasitas darah mengangkut


oksigen. Maka oksigen yang disalurkan ke ginjal berkurang, ginjal
menyekresikan eritropoietin ke dalam darah. eritropoietin merangsang
eritropoiesis oleh sumsum tulang merah. Tambahan eritrosit di dalam
sirkulasi meningkatkan kemampuan darah mengangkut oksigen.
Peningkatan kemampuan darah mengangkut oksigen menghilangkan
ransangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.

b. LEUKOSIT

Leukosit (sel darah putih/SDP) adalah unit yang dapat bergerak pada
sistem pertahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk
menahan atau menyingkirkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan. Leukosit dan turunan-turunannya bersama dengan
berbagai protein plasma, membentuk sistem imun. Secara spesifik, sistem
imun (1) mempertahankan tubuh dari invasi mikroorganisme penyebab
penyakit. (2) Berfungsi sebagai “petugas kebersihan” yang membersihkan
sel-sel tua (misalnya sel darah merah yang sudah tua) dan sisa jaringan
(misalnya, jaringan yang rusak akibat trauma atau penyakit), menyediakan
jalan bagi penyembuhan luka dan perbaikan jaringan). (3) mengidentifikasi
dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh.

Tidak seperti eritrosit, yang memiliki struktur seragam, leukosit


bervariasi dalam struktur, fungsi dan jumlah. Ada lima jenis leukosit di
dalam darah. kelima jenis ini di bedakan berdasarkanada tidaknya granula
yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil,
basofil. Agranulosit yaitu monosit dan lomfosit.
Ketiga jenis granulosit dibedakan berdasarkan afinitas granula
mereka terhadap zat warna: eosinofil memiliki afinitas terhadap pewarnaan
eosin, basofil cenderung menyerap perwana biru basa dan neutrofil bersifat
netral, tidak menunjukan preferensi warna. Monosit dan limfosit memiliki
satu nukleus besar yang tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih
besar daripada limfosit dan memiliki nukleus berbentuk oval atau seperti
ginjal. Limfosit, leukosit yang paling kecil secara khas memiliki nukleus
bulat besar yang menempati sebagian besar sel.

c. TROMBOSIT

Tromosit atau keping darah bukan merupakan sel lengkap, tetapi


fragmen kecil sel yang dilepaskan dari tepi luar sel terikat sumsum tulang
yang sangat besar yang dikenal sebagai megakariosit. Satu megakariosit
biasanya memproduksi sekitar 1000 trombosit.

Ketika trauma/luka maka pertama yang terjadi dalah spasme vaskular


dimana akan menyebabkan vasokontriksi. Maka tromsit akan datang dan
menumpuk sehingga terbentuk plak. Dan terjadilah pembentukan sumbat
trombosit. Sumbat trombosit lah yang akan melakukan pembentukan
bekuan darah.

3. Struktur Hemoglobin2

Struktur Eritrosit

Struktur eritrosit sangat sesuai untuk fungsi utama mereka dalam mengangkut O2

a. Bentuk : cakram bikonkaf


(permukaanyg luas untuk difusi
okesigen dari plasma melewati
membran masuk ke eritrosit)

 Diameter : 8m

 Tebal tepi luar : 2m

 Bagian tengah : 1m

2. memiliki membran plasma yang sangat lentur


3. memiliki hemoglobin untuk mengangkut oksigen

Hemoglobin (Hb)

a. Hemoglobin hanya dapat di temukan pada sel darah merah


b. Sebuah molekul memoglobin memiliki dua bagian :
 Bagian globin = suatu protein yang terbentuk dari 4 rantai polipeptida
yang sangat berlipat-lipat.
 Bagian heme = 4 gugus gugus non-protein yang mengandung besi.

c. Hb adalah suatu pigmen

• Karena kandungan besinya, hb tampak kemerahab jika beerikatan


dengan oksigen dan kebiruan jika mengalami deoksigenasi

d. Selain mengangkut oksigen, hemoglobin juga dapat berikatab dengan :


 Karbon dioksida (CO2). Hb membantu mengangkut gas ini dari sel
jaringan kebali ke paru
 Bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat terionisasi yang
dihasil kan di tingkat jaringan dari CO2 . Hemoglobin menyangga
asam ini sehingga tidak mengubah Ph darah
 Karbon monoksida (CO)
 Nitrat oksida (NO). Vasodilator yang berikatan dengan hb.
Hemoglobin juga membawa vasodilatornya sendiri untuk saat
melewati pembuluh kapiler agar tidak ruptur.
4. Nilai Normal Analisa Darah3

Lab Dept: Hematology

COMPLETE BLOOD COUNT REFERENCE VALUES

RBC Parameters (Conventional


Units)
HGB(g/dL)

MCHC(%)

RDW|(%)
6(x10/µL)

MCH(pg)
HCT(%)

MCV(fl)
Age

RBC
13.0–
1d 14.5-22.5 45-67 4.00–6.60 95- 121 31-37 29-37 18.0

13.0–
1 wk 13.5–19.5 42-66 3.90–6.30 88-126 28-40 28-38 18.0

13.0–
2 wk 12.5–20.5 39–63 3.60–6.20 86-124 28-40 28–38 18.0

11.5–
1 mo 10.0–18.0 31-55 3.00–5.40 85-123 28-40 29-37 16.0

11.5–
2 mo 9.0–14.0 28-42 2.70–4.90 77-115 26-34 29-37 16.0

3–6 11.5–
mo 9.5–13.5 29-41 3.10–4.50 74-108 25-35 30-36 16.0

0.5 – 2 11.5–
yr 10.5–13.5 33–49 3.70–5.30 70-86 23-31 30-36 16.0

11.5–
2 – 6 yr 11.5–15.5 34-40 3.90–5.30 75-87 24-30 32-36 15.0

6 – 12 11.5–
yr 11.5–15.5 35-45 4.00–5.20 77-95 25-33 32-36 15.0

12 – 18 11.5–
yr 13.0–16.0 36-51 4.50–5.30 79-98 25-35 32-36 14.0

(Male)

12 – 18 11.5–
yr 12.0–16.0 33-51 4.10–5.10 78-102 25-35 32-36 14.0

(Female
)
11.5-
>18 yr 13.5–17.5 37-53 4.50–5.90 80–100 26–34 32-36 13.1

(Male)

11.5–
>18 yr 12.0–16.0 33-51 4.00–5.20 80-100 26-34 32-36 13.1

(Female
)

WBC and Differential (Conventional


Units)

NRBCs(#/100 BCs)
WBC 3(X10/µL)

Lymphs%

ALYC(K/uL)
ANC(K/uL)

Monos%
Basos%
BandPMN%
SegPMN%
Age

Eos%
0

0-3 d 9.0–35.0 32–62 0-18 3-28 0–2 0-1 19–29 2-10 5–7 2
5. Diagnosa Banding Pucat4
Thalassemia Anemia Anemia Anemia Hemolitik
Defisiensi Fe Megaloblasti
k
Defi Merupakan penyakit Merupakan Anemia Kondisi dimana
nisi genetic heterogen Kondisi yang hancurnya sel darah
dimana produksi kekurangan disebabkan merah lebih cepat
sebagian atau seluruh nutrisi zat besi oleh dibandingkan
hemoglobin normal yang kelainan pembentukannya
tertekan oleh karena mengakibatkan proses
rusaknya satu atau penurunan pembentuka
lebih sintesis rantai jumlah sel n DNA sel
globin darah merah darah merah

Pem Anemia, Koilonychia, Def VitB12: Anemia dan


eriks Splenomegali, Pucat, Pucatsedikit hiperbilirubinemia
aan Hepatomegali, Atrofipapil, icterus, Pucat, icterus
Fisik Ikterus, Perubahan Dysphagia, Lemah, danlemah
padaTulang, Fascies Gastritis Vertigo, Hematokrit< 10%,
Cooley’s, Asites Nyerilidah Gagal jantung beban
volume, Hipoksia
DefAs.Folat
: diare,
glossitis

Pem • Padathalassem • ↓ jumlah • Meg 1. ↑ jumlah


eriks ia beratHb : 2 – 8 eritrosit alosit → retikulosit ↑ > 30
aan g/dl • ↓jumlah bila terjadi % → Anemia
Lab • Hapusan darah serum Fe Anemia makrositer, tiba-
orat tepi : hipokrom • ↓jumlah berat (< 6 tiba menurun →
oriu mikrositik, ferritin atau 4 gr KRISIS
m Poikilositosis, • ↑ %) APLASTIK
Anisositosis transferrin • ↓ 2. Apusandarah
• Hbelektrofores • Sediaan eritrosit tepi:Anisositosis,
is : hapusan • Leko Poikilositosis,
Hb A, Hb A2danHb darah: sit : agak Normoblast,
F  Thalassemia β hipokromikmi menurun Spherocyt
krositer, → 3. ↑ jumlah
Anisositosis,P Neutrofil Leukosit
oikilositosis dan
Limfosit↓
• Hapu
sandaraht
epi:
hipokrom
makrosite
r,
pansitope
nia,
Anisosito
sis dan
Poikilosit
osis

6. Patofisiologi Pucat5
7. Definisi dan Klasifikasi Anemia dan Thalasemia6
Anemia
Secara fungsional, anemia adalah penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer.
Etiologi anemia berdasarkan buku ilmu penyakit dalam FKUI:
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang.
b. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
c. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologis indeks eritrosit atau hapusan darah


tepi.
a. Anemia hipokromik mikrositer
Sel kecil dan mengandung hb dalam jumlah yang kurang dari normal
(eritrosit kecil dan pucat) MCV < 80fl, MCH < 27 pg. Disebabkan oleh
kehilangan zat besi, penurunan absorbsi zat besi dan kenaikan kebutuhan
zat besi seperti pada masa kehamilan.

Gambaran hipokromik mikrositer ditemukan pada penyakit:


 Anemia defisiensi besi
 Thalasemia mayor
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia sideroblastik

b. Anemia monokromik monositer


Pengeluaran darah atau desktuksi darah yang berlebih sehingga
menyebabkan sumsum tulang harus bekerja lebih keras dalam eritropoiesis
sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran
darah tepi. Ditemukan pada penyakit:
 Anemia pasca perdarahan akut
 Anemia aplastik
 Anemia hemolitik didapat
 Anemia akibat penyakit kronik
 Anemia pada sindrom mielodisplastik
 Anemia pada keganasan hematologik
c. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
Merupakan kelainan sel darah merah dimana dijumpai anemia dengan
volume sel darah merah lebih besar dari normal dan ditandai oleh sel
imatur besar dan disfungsional di sumsum tulang akibar adanya
hambatan sintesis DNA dalam produksi sel darah merah. Bentuk
megaloblastik ditemukan pada:
 Anemia defesiensi asam folat
 Anemia defesiensi B12
b. Bentuk non-megaloblastik
 Anemia pada penyakit hati
 Anemia pada hipotiroidisme

Thalasemia

Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk


ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh
gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen hemoglobin.
Mutase gem globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:
a. Perubahan struktur rangkaian asam amino rantai globin tertentu, disebut
hemoglobinopati struktural.
b. Perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi rantai globin
tertentu disebut thalassemia.

Penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai
globin a atau b ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan defesiensi
produksi sebagian atau menyeluruh rantai globin tersebut. Akibatnya terjadi
thalassemia yang jenisnya sesuai dengan rantai globin yang terganggu
produksinya, seperti:
 Thalassemia-α terjadi akibat berkurangnya (defesiensi parsial) (thalassemia-
α+) atau tidak di produksi sama sekali (defesiensi total) (thalassemia-α0)
produksi rantai globin-α.
 Thalassemia-β terjadi akibat berkurangnya rantai globin-b (thalassemia-β+)
atau tidak diproduksi sama sekali rantai globin-b (thalassemia-β).

1. Secara molekuler thalasemia dibedakan atas :


a. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam
(25% minimal membawa 1 gen)
Sindrom thalassemia-α disebabkan oleh delesi pada gen α globin pada
kromosom 16 (terdapat 2 gen α globin pada tiap kromosom 16) dan
nondelesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan gen yang
menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi normal.
Faktor delesi terhadap empat gen α globin dapat dibagi menjadi
empat, yaitu:
 Delesi pada satu rantai α (Silent Carrier/ α-Thalassemia Trait 2)
Gangguan pada satu rantai globin α sedangkan tiga lokus globin
yang ada masihbisa menjalankan fungsi normal sehingga tidak
terlihat gejala-gejala bila ia terkena thalassemia.
 Delesi pada dua rantai α (α-Thalassemia Trait 1)
Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan
peningkatan dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan
seperti anemia kronis yang ringan dengan eritrosit hipokromik
mikrositer dan MCV 60-75 fl.
 Delesi pada tiga rantai α (HbH disease)
Delesi pada tiga rantai α ini disebut juga sebagai HbH disease
(β4) yang disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic
stippling, heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk
dalam jumlah banyak karena tidak terbentuknya rantai α
sehingga rantai β tidak memiliki pasangan dan kemudian
membentuk tetramer dari rantai β sendiri (β4). Dengan banyak
terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam
eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan.
Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang
(Hb 8-10 g/dl) dan MCV 60-70 fl.
 Delesi pada empat rantai α (Hidrops fetalis/Thalassemia major)
Delesi pada empat rantai α ini dikenal juga sebagai hydrops
fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (γ4) yang
disebabkan juga karena tidak terbentuknya rantai α sehingga
rantai γ membentuk tetramer sendiri menjadi γ4. Manifestasi
klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan janin yang
sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis
Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak
dijumpai HbA atau HbF. Biasanya bayi yang mengalami
kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya.
2. Secara klinis, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :
a. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan.
 Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai dengan
kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
 Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa
menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah
merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek,
hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk
memperpanjang hidupnya.
 Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat
lahir,namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala
anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung
berdetak lebih kencang dan facies cooley.
 Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang
hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat
sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi
kekurangan hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan
tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya,
penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan
pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup
penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8
bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-
lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti,
semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus
menjalani transfusi darah.
b. Thalasemia Minor, individu hanya membawa gen penyakit
thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit
thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah,
namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi
masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menderita thalasemia
mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit
thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan.Seperti anak
menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.
Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di
sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah
di sepanjang hidupnya.

8. Penegakan Diagnosa Thalasemia6


a. Anamnesis
 Usia tersering dapat terjadi pada usia 2-18 tahun
 Adanya tanda dan gejala anemia dengan atau tanpa riwayat
 Splenomegaly
 Batu empedu
 Trombosis (stroke, fetal loss syndrome)
 Kardiomiopati
 Hemopoiesis ekstramedular
 Penyakit hati kronik
 Ulkus malleolar
 Kelainan endokrin / DM

b. Pemeriksaan Fisik
 Facies Thalassemia
 Pucat
 Ikterik +/-
 Hepatosplenomegali sedang – berat
 Gangguan pertumbuhan tulang
c. Laboratorium

• Darah tepi lengkap


1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Retikulosit
4. Sediaan apus darah tepi : anemia mikrositer, hipokrom
5. Indeks eritrosit
6. Analisis hemoglobin

d. Radio Imaging
 MRI : untuk melihat hematopoisis ekstramedular
 MRI T2 : untuk melihat iron overload pada jantung

e. Pemeriksaan komplikasi penyakit thalassemia


 Splenomegali : pemeriksaan fisik atau USG
 Kolelitiasis : USG / CT scan
 Hemopoiesis ekstramedular : foto Rontgen (X ray)
 Kelainan tulang : X ray / MRI
 Trombosis (DVT , stroke , APS) : USG duplex, angiografi,
hemostasis
 Kelainan jantung : EKG atau MRI
 Kelainan Hati : LIC (Liver Iron Concentration)

9. Penatalaksanaan dan Pencegahan Thalasemia4


Penatalaksanaan Thalasemia
a. Transfusi darah
Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (< 6 g/dL ).
Pemberian transfusi darah berupa PRC (Packed Red Cell) untuk
mempertahankan kadar Hb diatas 10 g/dL dan tidak melebihi 16 g/dL.
b. Medikamentosa
 Pemberian kelasi besi (desferoxamine) untuk mengatasi masalah
kelebihan zat besi. Pemberian secara teratur membantu mengurangi
terjadinya hemosiderosis.
 Pemberian asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat, khususnya pada pasien yang jarang mendapat transfusi
darah.
 Vitamin E 200-400 IU (International Unit) setiap hari sebagai
antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.
 Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk
meningkatkan efek kelasi besi
c. Bedah
 Splenektomi diindikasikan bila terjadi hipersplenisme yang
membatasi gerak pasien, meningkatkan tekanan intra abdominal yang
mengganggu pernapasan, serta beresiko ruptur limpa.
 Transplantasi sumsum tulang: perlu dipertimbangkan pada setiap
kasus baru dengan talasemia mayor. Pada saat ini keberhasilannya
hanya mencapai 30% kasus.

Pencegahan Thalasemia
a. Skrining kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat
tentang keadaannya dan masa depannya.
b. Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah
kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan
informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila
mempunyai anak.
c. Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah
pokok yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa
pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2)
bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran
bayi thalassemia dapat dihindarkan.
d. Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus
bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan
sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya
penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa
usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia.
e. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara
sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah
antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat
besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan
Hb normal.

10. Komplikasi dan Prognosis Thalasemia


Komplikasi5
a. Fraktur patologis akibat ekspansi rongga sumsum tulang belakang disertai
penipisan pada tulang panjang.
b. Aritmia dan gagal jantung

Prognosis7
Dubia
KESIMPULAN
Anak laki-laki tersebut menderita thalasemia β mayor.

DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira,et.all. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. Jakarta: EGC. 2007.
2. Sheerwood, L.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2012. Hal
213-220.
3. Nathan DG, and Oski, FA (1981) Hematology of Infancy and Childhood, ed 2, WB
Saunders, pp 1552-74
Dallman PR (1977) Pediatrics, 16th edition, Appleton-Century-Crofts, p 1111

4. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000.
5. Kowalak, Jennifer P. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.2011.
6. Sudoyo, A. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Edisi 6 Jilid 2. Jakarta: EGC.2014
7. Robbins, Cotran. Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC.2009. Hal 653.

Anda mungkin juga menyukai