Anda di halaman 1dari 9

BORANG UKM

Judul :
Memberikan stimulasi sejak dini, kunci anak cerdas dan berbakat

Latar belakang :
Stimulasi adalah rangsangan yang diberikan oleh orangtua yang dilakukan sejak bayi
baru lahir bahkan saat masih di dalam kandungan (janin). Stimulasi merupakan upaya orang
tua atau keluarga guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus
dan kasar, kemampuan berkomunkasi serta perasaan pikiran si anak. Seperti dijelaskan pakar
dan konsultan tumbuh kembang anak, rangsangan atau stimulasi sejak dini adalah salah satu
faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak. Selain stimulasi
ada faktor eksternal lain yang ikut mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni kualitas
asupan gizi, pola pengasuhan yang tepat dan kasih sayang terhadap anak (dr. Kusnandi
Rusmi, Sp.A(k) MM, 2010).
Setiap orang tua menginginkan putra-putrinya mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Proses kembang anak dalam kandungan sampai usia remaja
berkaitan satu sama lain. Proses ini di pengaruhi banyak faktor secara garis besar terbagi dua
faktor yaitu faktor Genetik dan Biofisiko psikososial. Dalam proses tersebut anak
memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar anak, yaitu pertumbuhan asuh (biomedis), asih
(kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asah (pemberian stimulasi/rangsang). Salah satu
cara mendapat anak yang berkualitas adalah dengan memantau tumbuh kembang anak secara
berkala. Umumnya jika pertumbuhan mengalami gangguan maka akan memberikan dampak
pula pada aspek perkembangan, maka perlu dilakukan pemantauan berkesinambungan
mencakup pemantauan pertumbuhan dan skrining perkembangan.

Tiga tahun pertama usia perkembangan anak merupakan periode emas/masa kritis
untuk optimalisasi proses tumbuh kembang dan merupakan masa yang tepat untuk seorang
anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian hari (Arixs, 2008) Para orang tua hendaknya
lebih menyadari dan peduli terhadap perkembangan anak. Orang tua harus paham detiksi dini
tumbuh kembanganak. Deteksi dini akan mengatisipasi adanya keterlambatan dalam gerak
mootorik kasar. Anak-anak di dunia padas umumnya dan anak-anak di Indonesia pada
khususnya saat ini sedang menghadapi perubahan global. Perubahan tersebut di tandai
beberapa hal antara lain ledakan penduduk, kemajuan teknologi yang pesat gaya hidup, dan
sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut berpengaruh terhadap pendidikan anak-anak.
Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak.

Orang tua harus selalu memberikan rangsang atau stimulasi kepada anak dalam semua
aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi
ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode
bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya
stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu
para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada
anak-anak (Dinkes,2009).

Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu


pengetahuan ataupun ketermpilan baru ternyata sangat penting dalam upaya peningkatan
kecerdasan anak. Stimulasi dapat dilakukan pada anak sejak calon bayi masih berwujud janin,
sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Saat di dalam kandungan, janin sudah
dapat bernafas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan menghisap jempol, dan lainnya.
(Siswono, 2004). Stimulasi juga dilakukan orang tua (keluarga) setiap ada kesempatan atau
sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi (Suherman, 2000).
Pengetahuan ibu dalam memberikan stimulasi pada anak sangat penting.

Permasalahan :
Banyaknya ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang stimulasi
perkembangan pada anak, ketidaktahuan perkembangan stimulasi maupun tujuan pemberian
stimulasi.

Perencanaan & pemilihan intervensi :


Melakukan penyuluhan kepada para ibu

Pelaksanaan :
Kegiatan penyuluhan dilakukan di posyandu balita kelas ibu dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Dumai Kota dimulai pukul 09.00 WIB s/d selesai. Jumlah ibu yang datang dalam
kegiatan ini berjumlah 11 orang. Kegiatan ini terdiri atas pemberian materi penyuluhan dan
kemudian tanya jawab antara ibu dan dokter.
Monitoring dan evaluasi :
1. Selama kegiatan penyuluhan berjalan lancar dan para ibu menyimak dengan seksama

2. Para ibu mengerti setelah diberikan penjelasan dan memahami dengan baik stimulasi
yang sebaiknya diberikan sesuai usia anak.

3. Partisipasi kunjungan orangtua khususnya para ibu dan balita masih kurang
Judul :
Kegiatan Screening Penyakit Tidak Menular (PTM)

Latar belakang :
Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak memberikan gejala bagi
penderitanya. PTM sangat sulit disembuhkan secara total apabila kondisi penyakit sudah
sampai tahap akhir, beban biaya berobat pun sangat tinggi. Oleh karena itu upaya yang
terbaik adalah dengan mencegah kejadian penyakit tidak menular melalui pengendalian
faktor risikonya. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan/ screening/ deteksi dini.

Tujuan kegiatan ini adalah melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM) utama meliputi merokok, pola makan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, obesitas, stres, konsumsi minuman beralkohol, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindaklanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui
konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Permasalahan :
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan mendeteksi
penyakit secara dini guna meningkatkan kualitas hidup.

Perencanaan & pemilihan intervensi :


Dilakukan screening PTM pada masyarakat berupa pemeriksaan tinggi badan, berat badan,
tekanan darah, gula darah, kolesterol total, asam urat serta penyuluhan oleh dokter dan tenaga
kesehatan lainnya untuk mendeteksi penyakit tidak menular secara dini dan mencegah
komplikasi yang serius.

Pelaksanaan :
Telah dilakukan screening PTM pada karyawan Hotel Comfort Dumai dimulai pukul 10.00
WIB s/d selesai.

Monitoring dan evaluasi :


Monitoring berjalan dengan baik. Masyarakat memberikan respon yang cukup baik terhadap
kegiatan ini dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan secara baik.

Judul :
Posyandu Lansia

Latar belakang :
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan yang bernuansa
pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan
terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader serta tersediannya
pendanaan ( Azizah, 2011).
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia, pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia ditujukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa
tua
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada lanjut
usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lanjut usia melalui beberapa
jenjang.
Pelayanan ditingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah
Rumah Sakit (Fallen, 2011).
Jumlah penduduk lanjut usia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal yang
sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup serta menjadi tanda membaiknya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak
di dunia yaitu mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk
(Abdi, 2013).
Posyandu lansia berkaitan dengan peningkatan sarana untuk mempertahankan
kesehatan lansia, mencegah gangguan kesehatan, mengobati penyakit dan upaya
rehabilitasi bagi lansia dengan program-program antara lain pengukuran tinggi badan dan
berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan berkala dan pengobatan ringan,
latihan fisik seperti olahraga dan diberikan penyuluhan-
penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga lansia yang teratur dalam memanfaatkan
posyandu lansia akan terkontrol kesehatannya.

Permasalahan :
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan masalah terutama dari segi
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Jika masalah tersebut tidak ditangani akan
berkembang menjadi masalah yang kompleks. Lansia yang tidak aktif memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada di Posyandu maka kondisi kesehatannya tidak
terpantau dengan baik. Sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat
kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan akan berakibat fatal dan mengancam
jiwa lansia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader Posyandu menyatakan dalam pelaksanaan


kegiatan Posyandu masih banyak lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan Posyandu,
Posyandu ramai dikunjungi warga lansia hanya pada awal pendiriannya saja. Tidak
aktifnya para lansia ke Posyandu menurut kader Posyandu disebabkan oleh berbagai
kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang sakit atau lupa dengan jadwal
Posyandu. Tidak adanya keluarga yang dapat mengantarkan lansia ke Posyandu juga
menjadi salah satu sebab lansia tidak aktif dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia.

Perencanaan & pemilihan intervensi :


Dilakukan penyuluhan, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter dan tenaga kesehatan
lainnya terhadap lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota.

Pelaksanaan :
Telah dilakukan kegiatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota dimulai
pukul 10.00 s.d selesai. Jumlah lansia yang datang ke Posyandu lansia sekitar 20 orang.
Sebagian besar merupakan pasien yang rutin berobat di Puskesmas Dumai Kota.

Monitoring dan evaluasi :


1. Kegiatan posyandu lansia berjalan dengan lancar

2. Partisipasi kunjungan peserta lansia masih kurang, mengingat jumlah lansia di wilayah
kerja Puskesmas Dumai Kota cukup banyak.
Judul :

Latar belakang :

Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 mengatakan pemerintah wajib menjamin


ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk
dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial ekonomis, oleh karena itu diperlukan
upaya pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia dengan membentuk pos pelayanan terpadu
lanjut usia/posbindu lansia (Kemenkes, 2010).Dengan diadakannya posbindu lansia yang
merupakan upaya peningkatan kesejahteraan bagi lansia dimana besarnya populasi lansia
serta pertumbuhan yang sangat cepat juga menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga
lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor terkait, swasta, LSM
dan masyarakat (Komnas Lansia, 2010).

Pembinaan Lanjut Usia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan


perundangundangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai
dengan Undang undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang
menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan
pengembangan lembaga. Pertambahan penduduk lanjut usia secara bermakna akan disertai
oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia, baik
terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi fisik, biologis, mental
maupun sosial ekonomi. Mengingat lanjut usia merupakan salah satu kelompok rawan dalam
keluarga, pembinaan lanjut usia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan
keberadaannya (Kemenkes, 2010).

Posbindu lansia merupakan program Puskesmas dengan sasarannya adalah lansia (60
tahun keatas), selain itu ditujukan juga untuk pra-lansia (45-59 tahun) dengan tujuan agar siap
menghadapi usia lanjut dengan mandiri dan sehat. Pelayanan lansia di posbindu meliputi
pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran tekanan darah, penyuluhan kesehatan, pemeriksaan laboratorium
sederhana (kadar gula darah, asam urat, kolesterol), pemeriksaan status mental dan
emosional, pengobatan sederhana dan upaya rujukan bila diperlukan serta kegiatan sosial
lainnya dari sektor lainnya yang dilaksanakan kegiatannya satu kali setiap bulannya.
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan pada lansia merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan kelompok lanjut usia, walaupun tidak
sedang sakit, kelompok lanjut usia perlu untuk memeriksakan kesehatan dirinya secara
berkala, karena dengan pemeriksaan berkala tersebut keadaan penyakit dapat diketahui lebih
diri dan jika ada faktor yang beresiko dapat segera dicegah (Depkes RI, 2005 dalam
Liansyah, 2014).

Permasalahan :
Semakin tingginya angka kesakitan (morbiditas) lansia yang menunjukkan bahwa derajat
kesehatan yang semakin buruk.

Perencanaan & pemilihan intervensi :


Melakukan pelayanan pengobatan kesehatan terhadap para lansia

Pelaksanaan :
Kegiatan posbindu lansia dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Dumai Kota dimulai
pukul 09.00 WIB s.d selesai. Jumlah lansia yang datang berjumlah 23 orang. Kegiatan
posbindu lansia terdiri dari anamnesis dan pengobatan dasar yang dilakukan oleh dokter.

Monitoring dan evaluasi :

Kegiatan posyandu lansia berjalan dengan cukup lancar. Masyarakat memberikan respon
yang cukup baik terhadap kegiatan ini dan mampu bekerjasama dengan tenaga kesehatan
secara baik.

Judul :

Latar belakang :
Permasalahan :

Perencanaan & pemilihan intervensi :

Pelaksanaan :

Monitoring dan evaluasi :

Judul :

Latar belakang :

Permasalahan :

Perencanaan & pemilihan intervensi :

Pelaksanaan :

Monitoring dan evaluasi :

Anda mungkin juga menyukai