Anda di halaman 1dari 5

Menurut Dr.

Boyke Nugraha pendidikan seks bagi anak dibagi

berdasarkan usia ke dalam empat tahap yakni usia 1 - 4 tahun, usia 5 - 7

tahun, 8 - 10 tahun dan usia 10-12 tahun,yaitu: 8

1. Pada usia 1 sampai 4 tahun.

Pada umur 1 sampai 4 tahun orangtua disarankan untuk mulai

memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga

ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang

unik, dan berbeda satu sama lain. Kenalkan, “ini mata, ini kaki, ini

vagina”. Itu tidak apa-apa. Terangkan bahwa anak laki-laki dan

perempuan diciptakan Tuhan berbeda, masing-masing dengan

keunikannya sendiri.

2. Pada usia 5 sampai 7 tahun.

Selanjutnya pada usia 5 sampai 7 tahun, rasa ingin tahu anak tentang

aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa

8 Ahmad Matori,http://article.duniaaretha.com/2011/01/perlunya-pendidikan-seks-pada-anak.html

16

temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri.

Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua

diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang

ingin diketahui anak. ”Kalau anak laki-laki mengintip temannya

perempuan yang sedang buang air, itu mungkin karena ia ingin tahu”.

Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan. Terangkan,

bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus dengan sabar

memberikan penjelasan pada anaknya.


3. Pada usia 8 – 10 tahun.

Pada usia 8 samapi 10 tahun,biasanya seorang anak sudah mampu

membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini,

orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi,

misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk

bayi.

4. Pada usia 11-13 tahun

Anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan

fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat

mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai mencobacoba alat make up ibunya. Pada
tahap inilah, menurut Boyke, peran

orangtua amat sangat penting. Orangtua harus menerima perubahan diri

anaknya sebagai bagian yang wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak

menuju tahap dewasa, dan tidak memandangnya sebagai ketidakpantasan

atau hal yang perlu disangkal.Orang tua harus berusaha melakukan

pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan ana

tetap berjalan lancar. Kalau anak merasa yakin dan percaya ia bisa

menceritakan apa saja kepada orang tuanya, orang tua akan bisa

mengawasi si anak dengan lebih baik.Juga harus ditekankan pentingnya

proses pembentukan identitas diri pada anak selama tahap pubertas ini.

Karena itu, anak perempuan yang memiliki hubungan lebih dekat dengan

ibu, atau sebaliknya akan mempermudah anak membentuk identitas

dirinya sendiri sebagai individu yang dewasa.

1
Tidak ada lagi istilah tabu dalam membicarakan tentang masalah seksual di hadapan anak. Sejak dini
orangtua sudah harus waspada tentang masalah ini karena kejahatan seksual semakin marak akhir-akhir
ini.

Anak-anak semakin mudah mengakses internet dan membuka hal-hal yang tidak sepatutnya mereka
lihat. Pengaruh teman sebaya juga sangat besar. Kata-kata yang diucapkan oleh teman sebaya seringkali
di ‘copas’ begitu saja oleh anak-anak kita tanpa mereka tahu apa artinya. Tugas orangtualah untuk selalu
menyaring dan memberikan pemahaman yang benar pada anak.

Untuk memberikan pendidikan seksual pada anak, sebaiknya kita memahami dahulu bagaimana
tahapan perkembangan anak secara keseluruhan untuk tiap usia anak. Berikut adalah cara memberikan
pendidikan seksual pada anak sesuai dengan tahap perkembangannya :

Usia 2- 3 tahun

Pada usia ini kosa kata anak mulai bertambah. Anak-anak mulai menirukan kata-kata yang ia dengar dari
orang-orang di sekitarnya. Dia mulai memahami bahwa setiap wujud benda pasti memiliki
‘nama/sebutan’.

Orangtua sebaiknya mengenalkan alat kelamin pria dan wanita dengan nama yang sebenarnya, yakni
‘penis’ dan ‘vagina’, bukan dengan istilah-istilah lain. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak bingung dan
salah persepsi, dan mengajarkan pada anak bahwa alat kelamin bukan untuk diejek atau dipermainkan.

Usia 3-4 tahun

Pada usia ini anak mulai bertanya “ Kok punya aku beda ama punya kakak?”, “ Kok bisa ada adik bayi?”.
Berikan penjelasan dengan ‘bahasa anak’, bukan dengan bahasa yang rumit, misalnya : “Adik bayi itu
dari dalam perut mama, awalnya kecil sekali lalu lama-lama menjadi besar dan siap untuk keluar ke
dunia ini”.

Selain memberikan penjelasan bisa juga dengan menunjukkan contoh tantenya atau siapapun yang
sedang mengandung anaknya, karena pada usia ini anak lebih mudah mencerna dengan melihat
langsung.

Usia 5-6 tahun

Pada usia ini anak sudah mulai bisa diberikan penjelasan yang lebih kompleks misalnya dengan
menyebutkan tentang bagian rahim seorang wanita. Penjelasan bisa dilakukan dengan menunjukkan
sebuah gambar.

Orangtua bisa mengatakan “ Di dalam perut mama itu seperti ini keadaannya, ini namanya rahim, ini
namanya indung telur, adik bayi nanti bobo di sini selama 9 bulan”.

Usia 6-7 tahun


Pada usia ini kita mulai mengenalkan tentang hubungan antara laki-laki dan wanita, tentang konsep
pernikahan, konsep keluarga, misalnya “ Papa dan mama harus menikah dulu baru boleh punya adik
bayi”, mungkin bisa dikaitkan dengan konsep agama.

Anak-anak juga selalu diingatkan untuk menjaga miliknya, misalnya : “Tidak boleh ada yang memegang
kamu dari bagian leher ke bawah selain mama atau papa”. Selain itu, tentang kebersihan juga harus
selalu kita ingatkan.

Usia 8-9 tahun

Pada usia ini biasanya anak-anak sudah mulai mendengar tentang hal-hal seksual dari teman-temannya.
Agar tetap terpantau, orangtua harus selalu menjaga kedekatan emosional dengan anak sehingga anak
mau selalu terbuka.

Katakan pada anak jika ingin mengetahui segala hal tentang seksual, anak bisa bertanya pada
orangtuanya. Pada masa ini, orangtua sudah mulai harus menjelaskan dengan lebih detail tentang
hubungan antara pria dan wanita, misalnya tentang bertemunya sel sperma dan sel telur, tentang
penyakit seksual, tentang pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Ajarkan bahwa kita harus selalu
menjaga teman-teman kita dan tidak boleh mengejek fisik anak lain.

Usia 9-11 tahun

Pada usia ini anak mulai masuk ke masa pubertas. Perubahan pada tubuh mulai dirasakan oleh anak
seperti tumbuh jakun, payudara, rambut , dan lainnya. Orangtua mulai bisa menjelaskan tentang
menstruasi pada anak perempuan atau mimpi basah pada anak laki-laki.

Setiap perubahan yang dirasakan oleh anak sebaiknya selalu didiskusikan bersama sehingga anak tidak
mencari tahu dari media atau orang lain. Konsep pacaran juga sudah mulai diberikan pemahaman pada
anak.

Usia 12 tahun ke atas

Pada usia ini anak sudah mulai paham tentang interaksi antara lawan jenis dan ada beberapa dari anak-
anak yang sudah mulai berpacaran. Tentunya kontrol orangtua harus semakin ketat.

Orangtua harus selalu mengingatkan bahwa “tidak boleh menyentuh bagian tubuh orang lain”, “harus
menghargai orang lain”, “tidak boleh memaksa”, dan lain sebagainya. Lakukan pendekatan pada anak
dengan lembut, tanpa kekerasan, karena semakin kita keras pada anak, mereka akan semakin
membangkang dan akan sengaja melakukan hal-hal yang dilarang.

Ingatkan selalu anak-anak untuk :

~ Mengganti pakaian dalam dua kali sehari

~ Menjaga kebersihan alat kelamin, yakni mencucinya setiap selesai buang air kecil

~ Harus meminta ijin saat masuk kamar orang


~ Jika memiliki masalah pada wajah sebaiknya pergi ke dokter kulit, tidak memakai obat sembarangan

~ Sebaiknya tidak memakai pakaian yang terlalu ketat

~ Rajin menggunting kuku

~ Menggunakan bra bagi remaja wanita

~ Memakai pakaian yang sopan

~ Tidak pergi berduaan dengan teman lawan jenis

~ Selalu terbuka pada orangtua

ditulis oleh:

Natalia, M.Psi. Psikolog Anak dan Remaja

Psikolog Anak lulusan Magister Profesi Psikologi Klinis Anak UI. Memiliki pengalaman pada terapi
perilaku, emosi, dan anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai