Anda di halaman 1dari 3

Kuliah Tamu Kesmen

Pemateri : Syawaliyah Gismin, S.Psi, M.Psi., Psikolog

KEGIATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM KASUS


KEKERASAN SEKSUAL

1. Kasus kekerasan seksual bukan lagi kasus yg langka, tetapi terjadi secara menyeluruh.
Baik korban dan pelakunya juga tidak lagi bisa disimpulkan apakah dia anak-anak atau
dewasa.
2. Ada pola asuh non-biner di barat dan dipakai di beberapa keluarga tertentu. Pola asuh
non-biner adalah pola asuh yg tidak mengarahkan preverensi gender anaknya, apakah dia
perempuan atau laki-laki. Sehingga, orang-orang ini menghindari saat ada komunikasi
terhadap sinyal gender, seperti pemberian nama yang bisa menjadi laki ataupun
peremouan, baju yg bebas, dekorasi kamar dan pernak-pernik.
3. Dampak ketika membiarkan kondisi ini, seperti tidak memandunya dalam
menitikberatkan gendernya atau menerapkan lgbt terjadi pada generasi selanjutnya.
- Untuk perilaku seksual, mereka akan hidup yg tidak sesuai dengan norma yang ada.
- Ada kasus, dimana mahasiswa hampir di rudapaksa ketika kecil, nah saat besarnya ia
bisa saja menjadi pelaku dan dia juga berpotensi mengalami trauma.
- Pelecehan dan kekerasan seksual harusnya diberikan terapi, agar mereka tidak
menjadi pelaku karena mereka menganggap bahwa ia harus membalaskan dendamnya
kepada orang lain
4. Dalam kesmen tindakan promotif dan preventif sebenarnya yang harus dilakukan,
dibandingkan tindakan kuratif, karena beberapa korban takut untuk melaporkan kejadian
yg dialaminya.
5. Tindakan preventif bisa dilakukan ke beberapa pihak, yakni ortu dan keluarga untuk
diedukasi, seperti:
- pendidikan seksualitas yang benar
Seksualitas adalah bagaimana ekspresi kita terhadap perempuan dan laki-laki,
Sehingga penting untuk memberikan pengetahuan yg benar terhadap anak untuk
menghadapi perilaku seksual yg mana sesuai kaidah yg ada agar anak dapat
beradptasi dengan baik terhadap hasrat seksualnya. Pendidikan ini dilakukan untuk
menghindari dosa.
- Kehadiran sosok ayah dan ibu sangat penting, krna disitukah manusia melihat contoh
laki-laki dan perempuan.
- Konsistensi pola asuh, jika anaknya laki-laki maka jangan diberikan hal” yg sifatnya
perempuan.
- Menjaga fitrah keimanan, dasar perkembangan keimanan manusia ketika masih kecil
lewat keteladanan orang-orang disekitarnya.
- Fase perkembangan seksualitas anak harus dibarengi dnegan sosok orang tuanya
Umur 0-2 tahun anak harus dekat dengan ibunya
Umur 2-6 tahun akan harus dekat dengan ayahnya
Umur 6-10 tahun, anak pr dekat dengan ibunya dan anak lk dengan ayahnya
Umur 10-14 tahun, anak lk dekat dengan ibu, dan anak pr dekat ayahnya
Umur 15, anak akan menampilkan perilaku yang mempersiapkan perilaku sebagai
ayah dan ibu.
- Di barat sendiri, pendidikan seksual yg dilakukan adalah terkait kesetiaan baik itu
pada lawan jenis ataupun sesame jenis, dimana remaja yg sdh diizinkan untuk keluar
rumah boleh melakukan hubungan seksual tetapi dengan menggunakan kondom dan
harus atas sama-sama mau.
- Anak juga harus asentif, dimana mereka harus bisa menolak terhadap perilaku” yg
sdh tidak sesuai
- Mengetahui adab-adab dalam keluarga, misalnya anak diajarkan untuk tidak masuk
sembarangan dalam kamar orang lain tetapi harus mengetuk pintu dlu, menggunakan
pakaian yg sesuai, batasan main dan batasan tidur.
- Di sekolah, kasus kekerasan seksual bisa discounter. Sehingga sekolah harusnya
memiliki regulasi yg jelas terhadap kekerasan seksual maupun tempat yg bisa
dijadikam tempat kekerasan seksual dan itu harus dilakukan sedari Tk.
6. Usaha promotif yg bisa dilakukan, yaitu
- Dilakukan oleh lembaga-lembaga seperti memberikan psikoedukasi kepada sekolah
ataupun komunitas-komunitas dalam rangka menangkal kasus kekerasan seksual.
- Membuat poster untuk ditempelkan di tempat public yg sering diakses orang banyak.

Anda mungkin juga menyukai