Anda di halaman 1dari 12

KASUS DAN TREND PADA KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

MUH AYYUB IRSYADULLAH N


SUDIRMAN
Tren pada anak

 Kekerasan Seksual Pada Anak


 Pelecehan seksual pada anak adalah kenyataan yang menakutkan dan tidak menyenangkan di
 dalam dunia yang tidak menentu ini harus dihadapi. Apalagi, pengaruhnya atas anak-anak bisa
 menghancurkan psiokososial, tumbuh dan berkembangnya di masa depan. Menurut berbagai
 penelitian, korban pelecehan seksual adalah anak laki-laki dan perempuan berusia bayi sampai
 usia 18 tahun. Kebanyakan pelakunya adalah orang yang mereka kenal dan percaya. Sebagai
 orangtua, sangat mutlak harus melindungi anak di sekitarnya untuk terlindung dari bahaya
 pelecehan seksual pada anak.
1. Kekerasan seksual pada anak sering muncul dalam berbagai kondisi dan lingkup sosial. Diantaranya :

KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK SERING MUNCUL DALAM BERBAGAI KONDISI DAN LINGKUNGAN SOCIAL
DIANTARANYA :

Kekerasan seksual dalam keluarga (Intrafamilial abuse). Mencakup kekerasan seksual


yang dilakukan dalam keluarga inti atau majemuk, dan dapat melibatkan teman dari
anggota keluarga, atau orang yang tinggal bersama dengan keluarga tersebut, atau
kenalan dekat dengan sepengetahuan keluarga. Kekerasan pada anak adopsi ataupun anak
tiri juga termasuk dalam lingukup ini.
Kekerasan seksual di luar keluarga (Extrafamilial abuse). Mencakup kekerasan yang
dilakukan oleh orang dewasa yang kenal dengan anak tersebut dari berbagai sumber,
seperti tetangga, teman, orangtua dari teman sekolah.
Institutional abuse.Kekerasan seksual dalam lingkup institusi tertentu seperti sekolah,
tempat penitipan anak, kamp berlibur, seperti kegiatan pramuka, dan organisasi lainnya.
Kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenal (Street or stranger abuse).Penyerangan
pada anak-anak di tempat-tempat umum.
Dengan adanya berbagai kasus trend pelecehan seksual pada anak maka orang tua dan
dunia Pendidikan harus mengampil peran:
Tanggung Jawab orang tua:
Tanggung jawab utama untuk melindungi anak-anak dari pelecehan ada pada orang tua,
bukan pada anak-anak. Karena itu, orang tua harus terdidik sebelum bisa mendidik anak.
Jika Anda orang tua, ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui. Anda perlu mengetahui
ciri-ciri pelaku dan bagaimana modusnya. Orang tua sering membayangkan pelaku
sebagai orang tak dikenal yang mengintai di kegelapan, mencari-cari cara untuk menculik
dan memperkosa anak-anak. Orang jahat seperti itu memang ada. Media berita sering kali
melaporkan tentang mereka. Namun, secara relatif mereka jarang ada. Dalam sekitar 90
persen kasus pelecehan seksual anak, pelakunya adalah orang yang sudah dikenal dan
dipercaya oleh si anak.

Orangtua sulit untuk berpikir atau membayangkan bahwa manusia di sekitarnya yang
dikenal baik seperti tetangga, guru, tenaga medis, pelatih olahraga, atau kerabat bisa
berp[optensi melakukann pelecehan seksual pada anak. Dan, kebanyakan orang memang
tidak begitu. Padahal, sebagian besar pelakunya justru orang dekat yang dikenal anak
atau keluarga. Memang seharusnya tidak perlu mencurigai setiap orang di sekitar.
Namun, orangtua dapat melindungi anaknya dengan mengetahui karakteristik seorang
pelaku pelecehan.
APA YANG ORANG TUA DAPAT LAKUKAN UNTUK MENCEGAH PELECEHAN
SEKSUAL?

1. Cari tahu apakah sekolah anak Anda memiliki program pencegahan pelecehan untuk anak dan
2. guru. Jika tidak, mulailah adakan program tersebut.
3. Bicarakan dengan anak Anda tentang pelecehan seksual. Waktu yang baik untuk melakukan hal
4. ini adalah saat sekolahnya mensponsori sebuah program tentang pelecehan seksual.
5. Ajarkan anak tentang privasi bagian-bagian tubuh.
6. Dengarkan ketika anak berusaha memberitahu Anda sesuatu, terutama ketika ia terlihat sulit
7. untuk menyampaikan hal tersebut.
8. Berikan anak Anda waktu cukup sehingga anak tidak akan mencari perhatian dari orang
9. dewasa lain.
10. Ketahui dengan siapa anak Anda menghabiskan waktu. Hati-hatilah dalam membiarkan anak
11. menghabiskan waktu di tempat-tempat terpecil dengan orang dewasa lain atau anak-anak yang
12. lebih tua. Rencanakan untuk mengunjungi pengasuh anak Anda tanpa pemberitahuan terlebih
13. dahulu.
14. Beritahu seseorang jika Anda mencurigai anak Anda atau anak orang lain telah dilecehkan
Memberi Pelajaran tentang seks pada anak
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam
hidupnya. Anak yang tidak tahu apa-apa tentang seks akan menjadi korban empuk
berikutnya. Anak-anak yang kurang pengetahuan tentang seks jauh lebih mudah dibodohi
oleh para pelaku p[elecehan seksual. Sehingga untuk melindungi anak dari segala
sesuatu yang tidak diinginkan, amatlah penting memberikan edukasi khusus kepada anak.
Pendidikan yang terkait adalah pendidikan seks dan pemberian informasi berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan upaya pelecehan seksual.

Pendidikan seks pada anak didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ
tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual. Dengan mengajarkan pendidikan
seks pada anak, menghindarkan anak dari resiko negatif perilaku seksual. Karena dengan
sendirinya anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan
material seseorang.
Pelajara sederhana yang bisa dilakukan adalah mulai sejak dini dengan menyebutkan
bagian-bagian tubuh. Sebaiknya dipakai bahasa yang benar, bukan bahasa anak-anak,
untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa tidak ada satu bagian pun dari tubuh
mereka yang aneh atau memalukan.” Petunjuk untuk menghindari pelecehan menyusul
dengan sendirinya. Banyak orang tua memberi tahu anak-anak bahwa bagian tubuh yang
tertutup pakaian renang bersifat pribadi dan khusus.
ISU PADA ANAK

Isu dan Tantangan Perlindungan Anak di Indonesia


Komitmen Pemerintah Terhadap Perlindungan Anak
Potret Buram Anak Indonesia
Penegakan Hukum (Law Enforcement)
ISU DAN TANTANGAN PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA

1. Setidaknya dalam kurun waktu dua dekade terakhir, isu tentang perlindungan anak di
2. Indonesia mulai menjadi konsen berbagai kalangan, baik nasional maupun Internasional.
3. Puncaknya pada pasca reformasi 1998 mulai bermunculan lembaga-lembaga yang fokus pada
4. advokasi dan perlindungan hak-hak anak. Namun, banyaknya lembaga-lembaga yang konsen
5. pada isu perlindungan anak tersebut belum mampu memberikan angin segar dan solusi bagi
6. terbentuknya zona aman dan nyaman bagi anak. Berbagai praktik buruk yang mengancam hak
7. hak anak masih terjadi sampai saat ini. Mulai dari masih banyaknya pekerja anak, perkawinan
8. anak, anak berhadapan dengan hukum (ABH), AKB, Anak dengan gizi buruk, kekerasan
9. terhadap anak (termasuk kekerasan seksual), trafficking dan sebagainya. Sebagaimana diketahui
10. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
11. termasuk perlindungan terhadap hak-hak anak yang merupakan hak-hak asasi manusia.
Komitmen Pemerintah Terhadap Perlindungan Anak
Dalam konteks Internasional, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA)
melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Dengan demikian, Indonesia telah
mengikatkan diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam KHA.
Kemudian diikuti dengan penandatanganan Deklarasi Konferensi Tingkat Tinggi Anak (KTT
Anak) di New York, 30 September 1990 serta Deklarasi Stochklom untuk Agenda Aksi
menentang Eksploitasi Seksual Komersial terhadap Anak tahun 1996. Nah, salah satu kewajiban
dari ratifikasi tersebut adalah Indonesia harus memberikan laporan atas pelaksanaan KHA secara
periodik setiap lima tahun sekali. Kendati selalu mengalami keterlambatan, Indonesia telah
mengirimkan laporan periodik ketiga dan keempat untuk periode 1997-2007 yang telah diterima
oleh Komite Hak Anak PBB pada tanggal 18 Oktober 2012. Terakhir, Indonesia juga melakukan
17dialog dengan Komite Hak Anak sebagai badan pemantau Convention on the Rights of the Child
atau CRC pada 5 Juni 2014 di Jenewa.
Dari sekian banyak produk hukum yang telah dihasilkan ini tentu tidak berlebihan bahwa yang paling
menggembirakan adalah ketika Undang-undang Perlindungan Anak telah disahkan menjadi
produk hukum yang saat ini telah diharapkan untuk digunakan memberikan perlindungan
terhadap anak. Pada perjalanannya, UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengalami
perubahan atau revisi menjadi UU Nomor 35 Tahun 2014.
Potret Buram Anak Indonesia
Dari sekian banyak permasalahan anak-anak Indonesia saat ini, saya hanya menuliskan
sebagian kecil, tetapi diharapkan akan dapat memberi gambaran tentang besaran masalah anak di
Indonesia baik dilihat dari jenis dan tingkat keseriusan masalah yang dialami/dihadapi anak-anak
Indonesia. Keberadaan buruh anak misalnya masih menjadi masalah besar di Indonesia saat ini.
Berdasarkan perkiraan BPS, pada tahun 2010, ditemukan 2,1 juta anak bekerja pada situasi buruk
(worst form). Kurang lebih 50% mereka bekerja 35 jam seminggu. Jumlah ini belum mencakup
anak-anak dibawah umur 10 tahun. Umumnya mereka bekerja pada jenis pekerjaan yang
terlarang dan berbahaya (penuh risiko/rentan) bagi anak, antara lain industri perikanan (jermal),
pertambangan, konstruksi, transportasi, industri kimia, dan sebagainya. Demikian juga anak
jalanan (anjal), keberadaannya bukanlah merupakan fenomena baru di Indonesia. Dari fakta yang
dapat dilihat secara kasat mata maupun dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa
fenomena anak jalanan masih akan terus membutuhkan perhatian dari negara. Diperkiraan
jumlah anak jalanan yang tersebar di 12 kota besar di Indonesia adalah 239.861 dan secara
nasional diperkirakan lebih kurang 650.000 jiwa. Menurut data dan informasi yang dikumpulkan
KomNas Perlindungan Anak bahwa sepanjang tahun 2010 mereka menerima 1.258 pengaduan
anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Angka ini meningkat dibanding pengaduan pada
tahun 2011. Hampir 52 persen dari angka tersebut adalah kasus pencurian diikuti dengan kasus
kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan dan 89,8 persen kasus anak yang
berhadapan dengan hukum berakhir pada pemidanaan. Prosentase pemidanaan ini dibuktikan
dengan data Anak yang berhadapan dengan Hukum di 16 Lapas di Indonesia (Kementerian
Hukum dan HAM) ditemukan 5.308 anak mendekam di penjara. Hanya kurang lebih 10 persen
anak yang berhadapan dengan hukum dikenakan hukuman tindakan yakni dikembalikan kepada
Kementerian Sosial atau orang tua. Ini menunjukkan bahwa negara khususnya penegak hukum
gagal melaksanakan amanat UU Pengadilan Anak, UU Perlindungan Anak maupun Konvensi
19PBB tentang Hak Anak
Penegakan Hukum (Law Enforcement)

Diatas telah diuraikan sebagian kecil dari masalah anak Indonesia, tetapi tentu diluar itu
masih banyak permasalahan lain yang juga membutuhkan penanganan dan dicari solusi
seperti
adanya anak-anak yang putus sekolah, anak yang tidak mempunyai akte lahir, anak yang
kurang
gizi, penculikan, penjualan bayi, anak korban narkotika, anak penderita HIV/AIDS dan
bentuk-bentuk pelanggaran lainnya. Dalam rangka pemenuhan, pemajuan, penghormatan
dan perlindungan hak anak sebagai bagian integral Hak asasi manusia adalah menjadi
komitmen bersama seluruh umat manusia di dunia.
Sekian dan terima
kasih………………..

Anda mungkin juga menyukai