Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif


DOSEN : Saharuddin, S.Kep.,Ns.M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

 Irma Tahir
 Mirnawati
 Muh. Ayyub Irsyadullah Nasir
 Nirwani

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa
Atas segala taufik, hidayah, serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga
kami dapat menyelesaikan Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Keperawatan Paliatif
dengan judul "Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif”. Kami berharap
laporan tugas ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi sumber
pengetahuan kita tentang perawatan paliatif
Akhir kata, kami berharap laporan tugas ini dapat berguna bagi semua pihak,
kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan tugas dimasa mendatang

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif.............................................3
B. Tujuan dan Sasaran Terkait Perawatan Paliatif.............................................4
C. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif.............................................................5
D. Aspek Medicolegal Perawatan Paliatif..........................................................5
E. Sumber Daya Manusia dalam Perawatan Paliatif..........................................8
F. Tempat Perawatan Paliatif.............................................................................8
G. Pembinaan dan Pengawasan Perawatan Paliatif............................................9
H. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif............................9
I. Keputusan Menteri Kesehatan RI Terhadap Perawatan Paliatif....................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran ............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Meski
pada akhirnya pasien meninggal dunia, yang terpenting sebelum meninggal
dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak setres
menghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif :
Menghargai setiap kehidupan, Mengganggap kematian sebagai proses
yang normal, Tidak mempercepat atau menunda kematian, Menghargai
keinginan pasien dalam mengambil keputusan, Menghilangkan nyeri dan
keluhan lain yang mengganggu, Mengintegrasikan aspek psikologis
social, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, Menghindari
tindakan medis yang sia sia, Memberikan dukungan yang di perlukan
agar pasien tetep aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat,
Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien
dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru
perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif
lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi
dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan
dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan
terbaik sampai akhir hayatnya.
Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih
belum merata sedangkanpasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan

1
kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi
saranapelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan
perawatan paliatif.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah
a. Mengetahui apa kebijakan nasional terkait perawatan paliatif
b. Mengetahui tujuan kebijakan nasional terkait perawatan paliatif
c. Mengetahui lingkup kegiatan perawatan paliatif
d. Mengetahui sumber daya manusia dalam perawatan paliatif
e. Mengetahui pembinaan dan pengawasan
f. Mengetahui pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif
g. Mengetahui keputusan Menteri Kesehatan RI terhadap perawatan paliatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Nasional terkait Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hiduppasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang
tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (WHO, 2002).

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan


terhadap keadaan pasien sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari
kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah

Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah :


1.Gejala fisik
2.Kemampuan fungsional (aktifitas)
3.Kesejahteraan keluarga
4.Spiritual
5.Fungsi social
6.Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
7.Orientasi masa depan
8.Kehidupan seksual,termasuk gambaran terhadap diri sendiri
9.Fungsi dalam bekerja

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang


dilakukan di rumahpasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas
bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium

3
terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan
tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit Pelayanan yang
diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan
pelayaan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan
keadaan seperti di rumah pasien sendiri.

Sarana (fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan


layanan kesehatan secara medis bagi masyarakat. Kompeten adalah
keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu
membuat keputusan secara rasional berdasarkan informasi tersebut.

B. Tujuan dan Sasaran Terkait Perawatan Paliatif


1) Tujuan
 Tujuan umum
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia
 Tujuan khusus

a. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai


standar yang berlaku di seluruh Indonesia
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan
paliatif.
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.
2)Sasaran kebijakan perawatan paliatif
a) Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga,
lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana
pun pasien berada di seluruh Indonesia
b) Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga
kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya.
c) Institusi-institusi terkait, misalnya:

4
1. Dinas Kesehatan provinsi dan dinas Kesehatan kabupaten/kota
2. Rumah sakit pemerintah dan swasta
3. Puskesmas
4. Rumah perawatan hospis
5. Fasilitas Kesehatan pemerintah dan swasta
C. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
• Penatalaksanaan nyeri.
• Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
• Asuhan keperawatan
• Dukungan psikologis
• Dukungan sosial
• Dukungan kultural dan spiritual
• Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawata inap, rawat jalan, dan
kunjungan rumah rawat

D. Aspek Medicolegal Perawatan Paliatif


a. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif:
1) Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan
perawatan paliatif melalui komunikasi yang intensif dan
berkesinambungan anta tim perawat paliatif dengan pasien dan
keluarganya.
2) Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan
kedokteran pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah di atur
dalam peraturan perundang- undangan.
3) Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis)
yang membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan
paliatif sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed
consent. 

5
4) Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan,
diutamakan pasien sendiri apabila ia masih kompeten, dengan
saksi anggota keluarga terdekatnya. Jika pasien tidak
berkompeten maka anggota keluarga terdekat yang sudah
di percaya oleh pasien yang akan melakukannya atas nama
pasien.
5) Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk
memperoleh pesan atau pernyataan pasien pada saat ia sedang
berkompeten tentang apa yang harus atau boleh atau tidak boleh
dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian menurun
(advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit tindakan
apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula hanya
menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam
membuat keputusan pada saat ia tidak berkompeten. Pernyataan
tersebut di buat tertulis dan akan dijadikan panduan utama bagi
tim perawatan paliatif.
6) Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang di perlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
b. Resusitasi/tidak resusitasi pada pasien paliatif
1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh tim perawat
paliatif.
2) Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada
saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
3) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang di butuhkannya
untuk membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut
dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau
dalam informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.

6
4) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak beleh membuat keputusan
tidak resusitasi, kecuali telah di pesankan dalam advanced
directivetertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan
atas petimbangan tertentu yang lauyak dan petut, permintaan
tertulis oleh seluruh anggota keluarga dapat dimintakan penetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
5) Tim perawat paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu
apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kuaitas hidupnya
berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
c. Perawatan pasien peliatif di ICU
1) Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebaimana di uraikan di
atas.
2) Dalam menghadapi tahap terminal, tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian
peralatan life- supporting. 
d. Masalah medikolegal lainya pada perawatan pasien paliatif
1) Tim perawatan paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh  pimpinan rumah sakit, termasuk pada saat
melakukan perawatan di rumah sakit.
2) Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh
tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan
pasien tindakan-tindakan tertentu dapat di delegasikan kepada tenaga
kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara pelaksana dengan
pembuat kebijakan harus dipelihara.

E. Sumber Daya Manusia dalam Perawatan Paliatif

7
a. Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial,
rohaniawan, keluarga, relawan.
b. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat
Pelatihan
c. Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).
F. Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
a. Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus.
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan
khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan. Organisasi perawatan
paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya adalah :
 Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
 Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas
C dan kelas B non pendidikan.
 Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B
Pendidikan dan kelas A.
 Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat
koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait.

G. Pembinaan dan Pengawasan Perawatan Paliatif

8
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang
dengan melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan
terkait.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh
Departemen Kesehatan.
H. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif
Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif
diperlukan:
a) Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non
kesehatan.
b) Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing
Professional Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk
jumlah, jenis dan kualitas pelayanan.
c) Menjalankan program keselamatan pasien/patient safety.
I. Keputusan Menteri Kesehatan RI Terhadap Perawatan Paliatif
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Menimbang :
a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan
perawatan kuratif dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi
pasien dengan stadium terminal;
c.   bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu
adanya Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.
Mengingat:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

9
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan Pelaksanaan
Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 319/PB/A.4/88 tentang Informed Consent
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan
1. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan
perawatan paliatif
2. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan

10
Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini, akan dilakukan perbaikan-perbaikan
sebagaimana mestinya.

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat
aktif dan menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka. Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa
sakit dan gejala tidak nyaman lainnya, meningkatkan kualitas hidup,
dan memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien
hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab
kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat
sedih dan kehilangan, dan membantu keluarga agar tabah
selamapasien sakit serta disaat sedih

B. Saran
Bagi pembaca makalah ini penulis menyarankan supaya kita semua
selalu menerapkan pola gaya hidup yang baik dan menyehatkan. 

12
DAFTAR PUSTAKA

Cindy Nova, 2018 https://www.scribd.com/document/388777208/Kelompok-2-etik-


dan-kebijakan-nasional-perawatan-paliatif-docx

Galihendradita, 2015, https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/kmk-no-


812-th-2007-ttg-kebijakan-perawatan-paliatif.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai