Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Memahami pengalaman mistik ................................................ 4
B. Memahami doktrin mistik ........................................................ 8
C. Memahami teknik mistik........................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kritik dan Saran ....................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Pengalaman Mistik adalah (mystical experience) sebagai salah satu
bentuk pengalaman keagamaan (religious experience) dalam tradisi filsafat
sering diungkapkan dengan terma-terma matafisika. Padahal, tak sedikit kalangan
pemikir memandang bahwa pendekatan metafisika dalam mengungkapkan
pengalaman mistik bukannya tanpa kelemahan, terutama dari sudut
penggunaan “bahasa” dan kategorisasi yang sulit diverifikasi.
Dalam kaitan dengan pengalaman mistik itu tak sedikit karya-karya
mistik yang kemudian lahir dari sejumlah pemikir atau mistikus. Hal tersebut
menunjukkan jika pengalaman mistik sedemikian kuat berpengaruh dalam sejarah
manusia dan ciri-cirinya dan ini juga yang menjadi bukti untuk menolak asumsi
bahwa pengalaman mistik yang dialami manusia berabad-abad merupakan
suatu ilusi sebagai ungkapan ketidakberdayaannya atau tidak bermakna
(meaningless).
B. Rumusan Masalah
1) Memahami pengalaman mistik.
2) Memahami doktrin mistik.
3) Memahami teknik mistik.
C. Maskud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembuatan makalah:
1) Memenuhi tugas mata kuliah filsafat mistisisme dari dosen pengampu
2) Untuk mengetahui pengalaman mistik.
3) Untuk mengetahui doktrin mistik.
4) Untuk mengetahui teknik mistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengalaman Mistik
Dalam sejarah filsafat adanya keinsafan batin yang lebih tinggi dalam diri
manusia, dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta telah menjadi telaah
terus-menerus dalam suatu tema yang disebut sebagai “pengalaman religius”
(religious experience). Pengalaman religius adalah pengalaman yang terjadi dalam
“ruang sebelah dalam” manusia mengembangkan suatu pusat kekuatan,
sehingga kebebasannya berkembang secara penuh, dan berhubungan secara
langsung dengan pusat kekuatan alam semesta, yang dalam bahasa teologis disebut
dengan Allah.1
Sudah dipahami bahwa dalam kata mistik itu terkandung sesuatu yang
misterius, yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa atau dengan usaha
intelektual, misteri dan mistik memang berasal dari kata Yunani myein, “menutup
mata”. Mistik telah disebut “arus besar kerohanian yang mengalir dalam semua
agama”. Dalam artinya yang paling luas, mistik bisa didefinisikan sebagai
kesadaran terhadap Kenyataan Tunggal–yang mungkin disebut Kearifan, Cahaya,
Cinta, atau Nihil.2
Pengalaman mistik itu sendiri menurut Schimmel (1975) dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu yang berupa mistisisme ketakterhinggaan (mysticism of
Infinity) dan mistisisme kepribadian (mysticism of Personality). Pada pengalaman
pertama dapat dijumpai pada model ajaran Plotinus atau Upanishad dan dalam
Islam dapat kita temui pada ajaran Ibn Arabi. Pengalaman ini kerap digambarkan
sebagai lautan tak bertepi dimana manusia diibaratkan sebagai tetesan air yang
tenggelam didalamnya.3
Menurut james seorang “mistik” adalah seorang yang percaya pada
perpindahan pikiran atau kebangkitan-kembali ruh. Namun makna ini terlalu

1
Muzairi, Dimensi Pengalaman Mistik (Mystical Experience) Dan Ciri-Cirinya, Religi, Vol. X, No. 1, Januari
2014, hal. 53
2
Ibid, hal. 52
3
Muzairi, Dimensi Pengalaman Mistik (Mystical Experience) Dan Ciri-Cirinya, Religi, Vol. X, No. 1, Januari
2014, hal. 54

3
banyak sinonim yang ambigu. Karena istilah tersebut justru seolah tidak memiliki
makna apapun, sehingga di tuliskan tentang empat karakter pengalaman mistik.4
1) Tidak bisa diungkapkan. Tanda paling mudah yang bisa dipakai untuk
mengklasifikasikan suatu pola tertentu sebagai yang bersifat mistik adalah
tanda negatif. Orang yang mengalaminya mengatakan bahwa pengalaman itu
tidak bisa diungkapkan, tidak ada uraian yang memadai untuk mengisahkannya
dalam kata-kata. Ini berarti bahwa hal semacam ini harus dialami secara
langsung, dan tidak bisa diberikan ataupun dipindahkan kepada orang lain.
Dalam keadaan mistik yang khas seperti ini, situasinya lebih mirip dengan
keadaan perasaan daripada keadaan intelek. Kita harus mengalami sendiri
untuk memahami pengalaman mistis itu sendiri.
2) Kualitas neotik. Meskipun sangat mirip dengan situasi perasaan, bagi orang
yang mengalaminya situasi mistik juga merupakan situasi berpengetahuan.
Dalam situasi ini, orang mendapatkan wawasan tentang kedalaman kebenaran
yang tidak bisa digali melalui intelek yang bersifat diskursif. Semua ini
merupakan peristiwa pencerahan dan pewahyuan yang penuh dengan makna
dan arti, tetapi tidak bisa dikatakan meskipun tetap dirasakan.
3) Situasi transien. Keadaan mistik tidak bisa dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama. Kecuali pada kesempatan-kesempatan yang jarang terjadi, batas-
batas yang bisa dialami seseorang sebelum kemudian pulih kekeadaan biasa
adalah sekitar setengah jam, atau paling lama satu sampai dua jam. Seringkali
saat mulai melemah, kualitas situasi ini sering diproduksi di dalam ingatan
meskipun tidak terlalu sempurna. Akan tetapi, saat ia datang kembali akan
dapat dikenali dengan mudah.
4) Kepasifan. Datangnya situasi mistik bisa dikondisikan oleh beberapa tindakan
pendahuluan yang dilakukan secara sengaja, seperti melakukan pemusatan
pikiran, gerakan tubuh tertentu, atau menggunakan cara-cara yang diuraikan
dari pelbagai buku panduan mistisme. Meskipun demikian, saat kesadaran khas
yang ada pada situasi ini muncul, sang mistikus merasa bahwa untuk sementara
hasratnya menghilang, dan ia merasa direngkuh dan dikuasai oleh suatu
kekuatan yang lebih tinggi. Hal yang terakhir ini mengaitkan situasi mistik ini
dengan gejala kepribadian sekunder atau alternatif tertentu seperti ucapan

4
William james, perjumpaan dengan Tuhan , ragam pengalaman religius manusia, mizan pustaka, Bandung,
hal. 506

4
kenabian, penulisan otomatis, atau keadaan kesurupan saat menjadi seorang
medium. Meskipun demikian, jika kondisi-kondisi terakhir ini muncul dengan
jelas, orang-orang yang mengalami hal itu tidak bisa mengingat lagi gejala
yang mereka alami, dan bisa jadi gejala tersebut tidak memberikan pengaruh
pada kehidupan batin si subjek yang biasa, dan itu hanya dianggap sebagai
peristiwa selingan biasa. Situasi mistik tidak pernah dianggap sebagai peristiwa
selingan. Ingatan akan situasi itu akan terus ada, dan perasaan yang mendalam
tentang pentingnya hal itu akan tetap muncul . perstiwa itu akan mengubah
kehidupan batin subjek pada waktu-waktu di antara perulangan peristiwa-
peristiwa tersebut. Meskipun demikian, upaya mengklasifikasi hal ini secara
tajam akan sangat sulit dilakukan.
Muhammad Iqbal mempunyai keinginan untuk menstrukturkan pengalaman
mistik, sehingga akhirnya orang awam pun bisa memahami apa itu pengalaman
mistik. Upaya untuk menstrukturkan pengalaman mistik tersebut, ditempuh
muhammad Iqbal dengan mencirikannya menjadi beberapa sifat khas.
Pertama: pengalaman mistik dialami oleh seseorang secara langsung.
Dalam hal ini tidak ada bedanya dengan pengalaman-pengalaman terhadap obyek
lain. Seseorang mengenal Tuhan seperti ia mengenal obyek-obyek lain. Menurut
Iqbal, Tuhan bukanlah kesatuan matematik atau suatu sistem pengertian-
pengertian timbal balik yang berhubungan satu sama lain dan tidak ada sangkut
pautnya dengan pengalaman.
Kedua: keseluruhan pengalaman mistik tidak dapat diuraikan, tetapi bukan
berarti pengalaman tersebut tidak rasional. Menurutnya, suasana mistik dan
kesadaran rasional adalah kenyataan yang sama, sehingga yang teruraikan hanya
sebagian kecil saja.
Ketiga: pengalaman mistik adalah saat penggabungan diri dengan yang
Maha Menyeluruh. Untuk sementara dan seketika Dzat yang Maha menyeluruh
tersebut menekan kepribadian subyek yang mengalami.
Keempat: suasana hubungan langsung dengan hal tersebut lebih bersifat
perasaan dari pada pikiran, penjelasan terhadap orang lain hanya bisa sebatas
proposisi-proposisi semata, sedang isi serta suasana pengalaman mistik tidak dapat
diceritakan.

5
Menurut R. A. Vaughan, Sebagaimana dikutip oleh B. B. Warfield, seluruh
pengalaman persatuan mistik manusia dari berbagai macam agama yang berbeda
pada dasarnya dapat dibedakan atas tiga macam5, yaitu:
(1) mistisisme teopatik (theophatic ), yakni yang terkandung di dalam
perasaan, sehingga yang memainkan peranan adalah unsur emosional; (2)
mistisisme teosofik ( theosophic ), memberikan inspirasi pengetahuan sehingga
yang memainkan peranan adalah unsur intelektual; dan
(3)mistisisme teurgik (theurgic ) yang bertujuan mencari kekuatan
tambahan, karena itu yang menonjol adalah unsur thelematic . Di sini, sang
mistikus dimampukan untuk melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa yang tidak
mampu dilakukan oleh manusia lain pada umumnya.
Dupre membatasi telaahnya pada mistisisme agama-agama. Dengan
sendirinya ia mengesampingkan mistisisme non-agamawi. Pengalaman-
pengalaman mistik agamawi oleh Dupre dikategorikan menjadi lima jenis:
1. Mistisisme diri (mysticism of the self)
Tipe ini dijumpai pada hampir semua agama dan merupakan inti
( core ) dari agama tersebut. Setiap agama pasti mempunyai seorang
tokoh historis sebagai pendirinya dan setiap pendiri agama mengawali
“kariernya” melalui suatu pengalaman kontak pribadi yang serta-merta
dengan Tuhan.
2. Mistisisme kekosongan (the mysticism of emptiness )
Tipe ini dijumpai dalam Budhisme. Dengan pengosongan (diri)
dari sang mistikus, keadaan ini secara praktis mengarah ke monisme,
atau dapat juga dikatakan sebagai panteisme.
3. Mistisisme rupa ( mysticism of the image)
Tipe ini dijumpai di gereja Timur dan gereja Barat mula-mula.
Figur yang diangkat sebagai contoh adalah Yesus Kristus sendiri yang
mengawali pelayanan-Nya dengan terlebih dahulu dibaptis oleh
Yohanes di sungai Yordan. Pada momen tersebut langit terbuka, Allah
Bapa berbicara dari Surga dan Roh Kudus turun dalam rupa burung
merpati. Di tengah-tengah rutinitas-Nya melayani khalayak ramai, Ia
selalu menyediakan waktu khusus untuk bersekutu dengan Bapa-Nya di

5
Hali Daniel Lie, Analisis Kritis Terhadap Pandangan-Pandangan Unio Mystica Ditinjau Dari Dari Teologi
Perjanjian Baru,VERITAS 2/2(Oktober 2001),hal. 227

6
dalam doa. Sampai akhir hidup-Nya pun, Yesus menyerahkannya
kepada Bapa
4. Mistisisme kasih (mysticism of love )
Tipe mistik ini dijumpai di gereja-gereja Kristen modern dan
Sufisme. Kasih bisa tertuju kepada sesama manusia, tetapi terutama
terhadap Allah sendiri
Kerap juga digunakan perumpamaan bagai gurun luas dimana manusia
ibarat debu didalamnya. Bentuk pengalaman semacam ini kerap menuju pada
suatu paham yang biasa mendapat sebutan pantheisme atau monisme yang kerap
mendapat serangan akibat hancurnya pertanggung jawaban individu pada
pemahaman seperti itu. Bentuk pengalaman kedua dapat dijumpai pada banyak
sufi dimana hubungan antara manusia dengan Tuhan digambarkan sebagai
hubungan antara ciptaan dengan Penciptanya, hubungan antara budak dengan
Tuannya dan antara pecinta dengan yang dicintainya.6
Berikut beberapa contoh pengalaman mistis yang akan mencirikan gejala
dari pengalaman mistis dengan gejala-gejala yang mengklaim dirinya sendiri
sebagai yang tidak memiliki makna keagamaan tertentu, dan mengakhirinya
dengan pengalaman yang memiliki potensi keagamaan yang begitu ekstrim.
Pengalaman mistik yang sederhana adalah pengalaman yang memperdalam
rasa kebermaknaan dari suatu dalil atau kaidah yang telah kita ketahui
sebelumnya. Seperti pengalaman dari Luther, “ Saat saya masih menjadi seorang
biarawan, pada suatu hari saya mendengar rekan biarawan saya mengulang kata-
kata dari Kredo, ‘ Aku percaya akan pengampunan dosa,’ dan tiba-tiba saya
melihat Alkitab dengan cara yang sama sekali baru, dan segera saya merasa seperti
dilahirkan kembali. Saat itulah saya merasa seolah-olah pintu surga dibuka lebar-
lebar.”
Rasa kebermaknaan yang lebih mendalam itu diperoleh tidak terbatas
melalui pernyataan rasional. Satu kata atau sekumpulan kata, pantulan cahaya pada
tanah atau laut, aroma, dan musik-semua itu bisa membangkitkan pengalaman
yang bermakna jika pikiran kita tertuju pada arah yang benar. Sebagian besar dari
kita masih bisa mengingat bagaimana kekuatan emosional yang aneh muncul dari
puisi-puisi tertentu yang kita baca saat kita masih muda, yang melalui saluran

6
Muzairi, Dimensi Pengalaman Mistik (Mystical Experience) Dan Ciri-Cirinya, Religi, Vol. X, No. 1, Januari
2014, hal. 54

7
irasional ini masuklah unsur misteri dari fakta, unsur keliaran dan sengatan dari
hidup, ke dalam hati kita dan menggetarkannya.
jika seseorang menaiki satu tangga lebih tinggi dari tingkatan mistik,
seseorang akan gejala yang akan sering ditemui yaitu munculnya perasaan yang
tiba-tiba datang, yaitu perasaan “pernah berada di sini sebelumnya”, seolah pada
masa lalu yang tidak tertentu, tepat di tempat ini, persis dengan orang-orang ini,
pernah mengatakan hal-hal ini. Seperti yang dituliskan Tennyson:
“ Lebih jauh sesuatu itu ada atau tampak ada, yang menyentuhku dengan
pancaran mistik, Seperti kilasan impian yang terlupakan-
“ Tentang sesuatu yang pernah dirasakan, seperti sesuatu yang pernah ada
di sini; Tentang sesuatu yang pernah dikerjakan, tapi aku tak tahu di mana;
Sesuatu yang terkatakan oleh bahasa.”
Sir James Crichton-Browne memberi istilah teknis “ keadaan bermimpi”
(dreamy states) saat seseorang secara mendadak dilanda oleh sesuatu kesadaran
akan kenangan yang kabur. Hal-hal ini menimbulkan perasaan tentang watak
misterius dan dualistis-metafisis dari segala sesuatu. Dalam pandangan Dr. James
Crichton-Browne, peristiwa ini terkait dengan perasaan bingung dan takut yang
menyertai gangguan kesadaran diri, yang biasanya mendahului serangan epilepsi.
B. Doktrin mistik.

Ada berbagai jenis kebenaran yang bisa di komunikasikan secara mistik,


baik yang bersifat indrawi maupun supra indrawi. Beberapa kebenaran ini terkait
dengan dunia ini. Sebagai contoh melihat masa depan, membaca isi hati,
memahami naskah-naskah secara mendadak, mengetahaui peristiwa-peristiwa yang
berlangsung ditempat yang jauh. Akan tetapi yang terpenting adalah yang bersifat
teologis atau metafisis.7
“suatu hari santo ignatius mengaku kepada pastor Laynez, bahwa meditasi
selama satu jam di Manresa lebih banyak mengajarkan kebenaran tentang hal-hal
surgawi daripada segala ajaran para pakar yang pernah diterimanya. Pada saat
sedang melakukan orison di anak tangga bagian paduan suara di Gereja
Dominikan, dengan sangat nyata ia melihat rancangan kebijaksanaan Ilahi dalam
penciptaan dunia.”8

7
Hali Daniel Lie, Analisis Kritis Terhadap Pandangan-Pandangan Unio Mystica Ditinjau Dari Dari Teologi
Perjanjian Baru,VERITAS 2/2(Oktober 2001),Hal.538
8
Ibid,Hal.538

8
Demikian juga yang terjadi pada santa teresa. Ia menulis : “ suatu hari saat
melakukan orison, saya mendapatkan rahmat untuk melihat dalam satu waktu
bagaimana segala sesuatu terlihat dan terkandung dalam Tuhan. saya tidak melihat
hal-hal dalam bentuk-bentuk tertentu. Meskipun demikian, penglihatan saya
tentang mereka sangatlah terang dan memberikan kesan amat kuat pada jiwa saya.
Ini adalah satu dari tanda terbesar dari segala rahmat yang Tuhan anugerahkan
kepada saya. Penglihatan ini begitu halus dan pelik, sehingga nalar semata tidak
akan mampu memahaminya.9
Dalam mistisisme Islam Ibnu Arabi terkenal tentang wahdatul wujud
diterangkan dengan menekankan pengertian kesatuan keberadaan hakikat (unity
of existence). Maksudnya, seluruh yang ada, walaupun tampaknya, sebenarnya
tidak ada dan keberadaannya bergantung pada Tuhan Sang Pencipta. Yang
tampak hanya bayang-bayang dari Yang Satu (Tuhan). Seandainya Tuhan, yang
merupakan sumber bayang-bayang, tidak ada, yang lain pun tidak ada karena
seluruh alam ini tidak.10
C. Teknik mistik.
Gagasan-gagasan yang pada dasarnya sederhana semacam itu terdapat
dalam setiap jenis mistik. Para ahli mistik dalam pelbagai agama telah mencoba
melambangkan pengalaman-pengalaman mereka dalam tiga kelompok citraan yang
berbeda-beda, usaha yang tak ada habisnya untuk mencari dan menemukan Tuhan
dilambangkan dengan “Jalan”, dan si pejalan harus tetap melangkah seperti yang
digambarkan dalam sejumlah cerita kiasan tentang Perjalanan Peziarah atau
Perjalanan ke Sorga. Perubahan jiwa melalui kesengsaraan dan pemurnian yang
menyakitkan sering diungkapkan dalam gambaran alkimia atau proses serupa
dalam alam dan ilmu prailmiah, impian kuno tentang pembuatan emas dari logam
rencahan menjelma kenyataan dalam taraf rohani.11
Menurut William R. Inge, langkah-langkah menuju persatuan mistik dapat
dibedakan atas tiga tahap:
1. Kehidupan purgatif (purgative life)Manusia mesti menyatakan kesedihan secara
mendalam atas dosa-dosanya karena dosa merupakan persoalan yang sangat
serius. Kesedihan yang mendalam atas dosa akan menuntun orang itu kepada
9
Ibid, hal.538
10
Ilham Ramadhan, http://www.academia.edu/3370450/ibnu_arabi, 13 maret 2016, pukul 23:01 wib.
11
Muzairi, Dimensi Pengalaman Mistik (Mystical Experience) Dan Ciri-Cirinya, Religi, Vol. X, No. 1, Januari
2014, hal. 54

9
pengakuan (dosa) dan berakhir pada memohon pengampunan dengan sepenuh
hati.
2. Kehidupan iluminatif (illuminative life) Setelah pertobatan, langkah berikutnya
yang harus ditempuh adalah mengkonsentrasikan seluruh kemampuan hanya
kepada Allah. Seluruh keberadaan kemanusiaan yang dapat diwakili oleh
kehendak, intelek dan perasaan, sekarang difokuskan kepada pribadi Allah.
3. Kehidupan unitif atau kontemplatif ( unitive or contemplative life ) Setelah
melalui kedua tahap di atas kini orang tersebut telah siap untuk bergabung atau
menyatukan diri dengan Tuhan sehingga memungkinkan manusia memandang
Allah muka berhadapan dengan muka.

Dalam insititusi gereja kristen untuk mencapai penyatuan disusun berdasarkan


pengalaman kaum mistikus kaum yaitu dengan jalan sistem “orison” atau meditasi.
Melalui praktek orison, tingkat-tingkat pengalaman mistik yang lebih tinggi bisa
dicapai. Hal pertama yang menjadi tujuan orison adalah terlepasnya pikiran dari
rangsangan luar, karena hal ini mengganggu upaya konsentrasi terhadap hal-hal yang
ideal.
Dengan melewati tahapan demi tahapan, suatu saat kita semua akan sampai
kepada persatuan mistik dengan Allah. Jadi, persatuan mistik bukan merupakan suatu
keadaan idealis atau bahkan utopis. Persatuan mistik sungguh-sungguh realistis
adanya. Kehidupan beragama yang terdalam dan tertinggi yang mampu dicapai
manusia selama berada di dunia ini terletak pada gagasan persatuan mistik.
Sedangkan dalam islam menurut suhrawardi, secara metodologis, pengetahuan
ruhani setidaknya diperoleh melaluit tiga tahapan12 :
1. Persiapan.
Seseorang yang biasanya disebut shalik harus menmpuh jenjang kehidupan
spiritual. Para tokoh berbeda mengenai jenjang yang harus dilalui. Yang semua
ini berangkat dari dasar sampai ke puncak di mana saat qalbu menjadi netral dan
jernih sehingga siap menerima limpahan pengetahuan.
2. Tahap penerimaan.
Jika telah mencapai tingkat tertentu dalam sufisme seseorang akan
mendapat limpahan pengetahuan langsung dari Tuhan secara illuminatif atau
noetic.

12
Khudori soleh, Filsafat Islam :Wacana Baru Filsafat Islam, pustaka pelajar, yogyakarta, 2004, hal.204

10
3. Pengungkapan.
Ini merupakan tahap terakhir dari proses pencapaian pengetahuan irfani,
dimana pengalaman mistik diinterprestasikan dan diungkapkan kepada orang
lain, lewat ucapan atau tulisan.

BAB III

PENUTUP

11
A. Kesimpulan

Kata mistisisme berasal dari bahasa Yunani Meyein, yang artinya “menutup
mata”. Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan hal-hala yang
berkaitan denganpengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas, mistik dapat
didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang mungkin disebut
kearifan, cahaya, cinta atau nihil. Pengertian mistisme merupakan Terminologi dari
kaum orientalis Barat yang dapat disamakan dengan pengertian Tasawuf dalam
islam.

Menurut Harun Nasution, intisari dari mistisme, termasuk di dalamnya


Sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia
dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Mistisme dijumapai
dalam semua agama baik agama langit (Teistik) seperti Islam, Yahudi, dan Nasrani
maupun agama bumi (non Teistik) seperti agama Budha, Sinto dan sbagainya .

Adapun hal-ha yang termasuk mistisme ada lima macam yaitu:

1) Ilmu gaib yaitu : kekuatan-kekuatan yang tidak dapat diamati oleh rasio dan
pengalaman fisik manusia.

2) Magis yaitu : suatu tindakan dengan anggapan, bahwa kekuatan gaib dapat
mempengaruhi manusia secara nonkultus dan nonteknis berdasarkan
pengalaman dan kenangan.

Para psikologi yaitu : yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa yang


terjadi tanpa dengan panca indera serta perubahan-perubahan yang bersifat fisik
yang digerakkan oleh jiwa tanpa menggunakakan kekuatan yag terkait dengan
tubuh manusia.

Kebatinan yaitu : suatu paham atau aliran yang mengutamakan hidup


kejiwaan guna menemukan jalan menempatkan manusia pada tempat yang
sewajarnya di  tengah masyarakat dan mencari hubungan yang seakrab-akrabnya
dengan tuhan kalau perlu bersatu dengan tuhan.

12
Tasawuf yaitu : untuk memperoleh hubungan langsung dengan tuhan
sehingga di sadari bahwa seseorang berada di akhiranya tuhan. Dan tasawuf hanya
terdapat dalam islam.

B. Saran

Bermodalkan kesadaran diri untuk mau menekuni minat membaca yang


pada ahkirnya, akan membawa manfaat, maka diantaranya adalah bagaimana
menggunakan belajar dengan bnyak-banyak membaca sebagai alat dan bukan
tujuan. Mengingat bahwa tujuan dari belajar adalah menjadi dirimu seutuhnya,
yang dicirikan dengan berinisiatif dalam banyak membaca buku atau mau
meminjam buku serta mau menunjukan kemampuan diri pada lingkungan.
Sehingga diri sendiri pun dapat menjadi orang yang berguna dan kaya akan
wawasan serta pengetahuan yang telah dimilikinya. Sehingga menjadi orang yang
sadar diri, tau diri dan kenal diri.

13
DAFTAR PUSTAKA

James .William.Perjumpaan dengan Tuhan .ragam pengalaman religius manusia.mizan


pustaka. Bandung,
Lie .Hali Daniel. 2001.Analisis Kritis Terhadap Pandangan-Pandangan Unio Mystica
Ditinjau Dari Dari Teologi Perjanjian Baru.VERITAS
Muzairi. 2014.Dimensi Pengalaman Mistik (Mystical Experience) Dan Ciri-
Cirinya.Religi.Vol. X
Ramadhan. Ilham. http://www.academia.edu/3370450/ibnu_arabi
Soleh .Khudori. 2004. Filsafat Islam :Wacana Baru Filsafat Islam.pustaka
pelajar.Yogyakarta,

14

Anda mungkin juga menyukai