Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN DAN DISTRESS


SPIRITUAL

Dosen Pengampu : Ermawati Dalami, S. Kp, M. Kes

Disusun Oleh :

Ester Natasya (P27905118008)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

POLTEKKES KEMENKES BANTEN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN DAN DISTRESS SPIRITUAL

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Distress Spiritual

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Faktor Predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang

sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi

transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.

Faktor prediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,

okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,

tingkatan sosial.

B. Faktor Presipitasi

1. Kejadian Stresful

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan

tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,

kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan

zat yang maha tinggi.

2. Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual

adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan

ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun

komunitas.

C. Jenis

1
1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau

dari penderitaan yang berat

2. Spiritual yang khawatir yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan sistem nilai

seperti adanya aborsi

3. Spiritual yang hilang yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan

keagamaan.

D. Fase – fase

1. Fase penyangkalan (Denial) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap

kehilangan atau individu tidak percaya, menolak atau tidak menerima kehilangan yang

terjadi, pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin” atau “ saya tidak

percaya”. Seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti

baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami

halusinasi, melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan

atau mendengar suaranya. Perubahan fisik : letih, pucat, mual, diare, gangguan

pernafasan, lemah, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase marah (anger) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan

terjadinya kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada

orang yang berada dilingkungan nya.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, susah tidur,

tangan mengepal, mau memukul, agresif. Fase tawar menawar (bergaining) Individu yang

telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya, maka orang tersebut

akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemurahan TUHAN, individu ingin

menunda kehilangan dengan berkata ”seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian

ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa”.

3. Fase depresi Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan

keadaanyang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara

atauputus asa dan mungkin sering menangis.


2
4. Fase penerimaan (acceptance) Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,

misalnya : ya, akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat

sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.

Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang selalu

terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi,

individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses

berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas.

E. Rentang Respon

Nursalam (2007), mengemukakan bahwa respon adaptif spiritual dikembangkan dari

proses ronaldson (2000) dan Kauman dan Nipan (2003). Respon adaptif spiritual, meliputi:

1. Harapan yang realistis

2. Tabah dan sabar

3. Pandai mengambil hikmah

F. Mekanisme Koping

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada

kepentingan orang lain.

2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif

thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.

3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan

pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.

4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk

dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan

spiritualnya.

5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan

kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)


3
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk

meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai

keterampilan koping yang efektif.

III. A. POHON MASALAH

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Distress Spiritual

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang

diyakininya.

d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam

kehidupan.

e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang

dianut oleh pasien.


4
VI. SUMBER

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan

JIwa. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda nic noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KECEMASAN DAN DISTRESS SPIRITUAL

Proses Keperawatan :

Kondisi Klien : Tidak bersemangat, tampak kehilangan arah dan bersedih

Diagnosa Keperawatan : Distress Spiritual

Tujuan Khusus :

a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.

d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau perubahan

spiritual dalam kehidupan.

e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

5
Tindakan keperawatan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang diyakininya.

d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam

kehidupan.

e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh

pasien.

f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan

spiritual lainnya.

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada

pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya,

bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

a. Orientasi

Perawat : Selamat siang pak, nama saya Ners Ester saya dipanggil Ester, Nama bapak siapa?

Pasien : Iya ners, nama saya Anton.

Perawat : Bapak suka dipanggil apa?

6
Pasien : Panggil saja saya Anton.

Perawat : Oh, baik. Saya dari Politeknik Kesehatan Banten Program Studi Pendidikan Profesi Ners

yang akan merawat bapak selama 2 minggu di sini. Bagaimana perasaan bapak pagi ini.

Pasien : Saya sedang sedih ners.

2. Kontrak :

a. Topik : Bagaimana kalau kita berbicara tentang masalah - masalah yang bapak alami

b. Waktu : kita ngobrol selama 30 menit ya?

c. Tempat :

Perawat : Dimana menurut bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?

Pasien : Di bawah pohon rindang saja ners.

Perawat : Oh disana? Mari pak kalau begitu.

d. Tujuan interaksi : Mengetahui permasalahan yang mempengaruhi perasaan klien

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

Perawat : Apa masalah yang bapak rasakan saat ini?

Pasien : Saya marah sama tuhan, saya tidak mau shalat dan tidak mau mengaji lagi. Saya merasa

tidak berguna lagi.

Perawat : Coba bapak sampaikan apa yang menyebabkan bapak tidak sholat dan mengaji seperti

dulu?

Pasien : Semenjak musibah tsunami itu saya kehilangan pekerjaan dan harta saya suster.

Perawat : Oh, ya! selain itu faKtor apa lagi yang menyebabkan bapak tidak sholat dan mengaji.

Pasien : Sekarang saya merasa sudah tidak berguna lagi.

Perawat : Coba bapak sampaikan pendapat bapak tentang agama atau keyakinan yang bapak anut

selama ini?

Pasien : Agama yang saya anut adalah agama yang membawa kedamaian.

Perawat : Menurut bapak, apakah agama yang bapak anut bisa membawa kedamaian dan

ketenangan dalam kehidupan bapak saat ini?

Pasien : Saya merasa ini tidak seperti yang saya yakini.

7
Perawat : Apakah hal tersebut yang mempengaruhi bapak sehingga kurang aktif melakukan sholat

dan mengaji?

Pasien : Iya suster.

Perawat : Apa saja kegiatan ibadah yang bapak jalankan?

Pasien : Shalat, shalawat dan zikir, suster.

Perawat : Yang mana kira-kira yang ingin bapak jalankan?

Pasien : Shalawat dan zikir, suster.

Perawat : Mari bapak coba misalnya sholawat atau zikir.

Pasien : Shalatullah salaamullah ‘alatoha rasulillah, salaatullah salamullah ‘alaa yasiin habibillah.

Perawat : Bagus sekali! Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?

Pasien : Saya merasa tenang, suster.

Perawat : Apa keuntungan giat beribadah yang pernah bapak rasakan?

Pasien : Saya merasa tenang, suster.

Perawat : Betul sekali, setelah beribadah kita merasa tenang.

TERMINASI

1. Evaluasi

a. Evaluasi klien (Subjektif)

1. Klien merasa lebih lega

2. Klien tampak semangat saat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat

3. Klien merasa tidak maksimal beribadah dan sudah mencoba saat teduh

b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)

2. Rencana Tindak Lanjut : Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan ibadah yang

bapak lakukan serta belajar cara ibadah lain.

3. Kontrak Topik yang akan datang :

a. Topik : mengetahui manfaat kegiatan ibadah yang bapak lakukan serta belajar cara ibadah lain

b. Waktu : besok hari

8
c. Tempat : dibawah pohon rindang

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

Sp. 2-P : Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh pasien,

fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta

dalam kegiatan keagamaan.

ORIENTASI

3. Salam Terapeutik

a. Orientasi

Perawat : Selamat pagi, bapak bagaimana keadaan dan perasaan bapak saat ini? Sudah dicoba

melakukan ibadah?

Pasien : Baik ners, sudah.

Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah mencoba?

Pasien : Saya merasa jadi lebih tenang.

Perawat : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang persiapan saat teduh dan cara-cara menjalankan

ibdah saat teduh baik sendiri maupun bersama-sama. Bagaimana kalau kita ngobrol selama 30

menit. Dimana bapak mau ngobrol? Atau bagaimana kalau ditempat kemarin pak?

Pasien : Iya ners boleh.

4. Kontrak :

a. Topik : persiapan saat teduh dan cara-cara menjalankan ibdah saat teduh

baik sendiri maupun bersama-sama

b. Waktu : 30 menit

c. Tempat :

Perawat : Dimana menurut bapak tempat yang cocok untuk kita ngobrol?

Pasien : Di bawah pohon rindang saja ners.

Perawat : Oh disana? Mari pak kalau begitu.

e. Tujuan interaksi : mengajarkan saat teduh dan cara-cara menjalankan ibdah saat teduh baik

sendiri maupun bersama-sama

9
KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

Perawat : Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapaan untuk saat teduh, baik alat maupun diri

kita?

Pasien : alkitab saja.

Perawat : Bagus sekali! Menyiapkan alkitab benar pak, dan lebih penting lagi adalah hati dan diri

kita ya pak

Pasien : iya ners.

Perawat : Selain itu, apakah bapak pernah mengikuti ibadah persekutuan bersama?

Pasien : Dulu sering tapi sekarang tidak pernah.

TERMINASI

4. Evaluasi

a. Evaluasi klien (Subjektif)

Perawat : Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang persiapan saat teduh dan

cara-cara menjalankan ibdah saat teduh baik sendiri maupun bersama-sama

Pasien : Lebih tenang dan legah sekarang suster.

Perawat : Berapa kali sehari bapak mau mencoba? Mari kita buat jadwalnya, kalau sudah

dilakukan beri tanda ya pak.

Pasien : 2x sehari sebelum dan sesudah tidur ners.

Perawat : Ya baiklah, besok saya akan datang untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak

setelah melakukan ibadah ini ya pak.

Pasien : Iya ners terimakasih.

Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu. Sampai jumpa besok. Selamat siang pak.

Pasien : Siang ners, terimakasih.

b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)

10
5. Rencana Tindak Lanjut : Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui perasaan klien setelah

melakukan ibadah dan mengecek jadwal ketaatan beribadah klien.

6. Kontrak Topik yang akan datang :

a. Topik : berdiskusi tentang perasaan klien setelah melakukan ibadah dan mengecek jadwal

ketaatan beribadah klien.

b. Waktu : besok hari

c. Tempat : dikamar klien

11

Anda mungkin juga menyukai