Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkomunikasi dengan kelompok usia yang berbeda memerlukan teknik


khusus dan pemahaman mengenai perkembangan manusia. Perawat seringkali
memiliki pasien dengan usia yang berbeda-beda yang memerlukan pendekatan
yang berbeda unutk penilaian dan pengobatan. Perawat perlu mengenali bahwa
mungkin terdapat perbedaan antargenerasi antara perawat dan pasien. Untuk
dewasa usia lanjut mungkin memiliki perspektif yang berbeda mengenai
kesehatan dan komunikasi. Perawat memerlukan latar belakang perkembangan
manusia untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang fleksibel dan
mudah beradaptasi yang diperlukan untuk bekerja dengan pasien dari semua usia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara dan sikap yang benar untuk berkomunikasi dengan klien
lanjut usia?

C. Tujuan
Adapun tujuannya untuk mengetahui bagaimana cara dan sikap yang
benar sebagai perawat untuk berkomunikasi dengan klien lanjut usia untuk
diterapkan dalam berinteraksi secara langsung.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN LANSIA
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK


1. Pengertian Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontology adalah ilmu yang mempelajari tentang
perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan pengkajian
kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi, serta evaluasi.
(Lueckerotte, 2000).
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
professional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan
gerontik,mencangkup bio psikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang
yang berusia >60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit. Tujuan
keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan

2
fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan
damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.

C. KOMUNIKASI DENGAN LANJUT USIA


Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO). Lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60-74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

Tindakan yang harus dilakukan oleh perawat kepada pasien lanjut usia adalah :
1. Memberikan kesempatan untuk melakukan apa saja yang disenangi lansia
asal tidak membahayakan dirinya.
2. Memberi hasil kerja mereka apa adanya dan hindarkan sikap mencela
3. Berkomunikasi atau berbicara kepada mereka dengan lembut, bila hasilnya
kurang memuaskan.

Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu:


1. Kenali bahwa mungkin terdapat perbedaan antar–generasi, antar pasien-
perawat; hargai sudut pandang pasien.
2. Dengarkan narasi riwayat pasien, sesuai ketersediaan waktu. Hal ini akan
menggambarkan pengalaman, kepribadian, ketakutan, dan tantangan pasien
tersebut.
3. Hindari istilah teknis berlebihan dengan menilai pemahaman pasien dan
mengulang kembali penjelasan istilah medis dan intervensi sesuaitingkat
pemahaman pasien.
4. Hindari nama yang merendahkan seperti; “nenek” dan “sayang”. Selalu
melalui secara formal (Tn., Ny., atau Nn.) dan kemudian tanya pasien
dengan nama apa yang ia lebih suka dipanggil.

3
5. Sadari bahwa beberapa orang dewasa mungkin menggunakan nada
merendahkan terhadap perawat yang lebih muda. Hargailah tetapi tunjukkan
pengetahuan anda yang luas, menegaskan latihan dan keahlian anda.
6. Luangkan waktu lebih untuk mengerjakan mengenai pemeriksaan atau
pembenahan dan pengobatan. Lakukan dengan kecepatan yang lebih lambat
dan nilai ulang pemahamannya secara berkala.
7. Berikan pasien kesempatan untuk membuat keputusan secara mandiri, sesuai
kebutuhan.

D. TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA


Untuk dapat melaksanakan komukasi yang efektif kepada klien lansia,
petugas kesehatan juga harus mengetahui teknik – teknik khusus untuk
berkomunikasi dengan lansia, agar komunikasi efektif yang diharapkan dapat
tercapai.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan kepada klien lansia,
antara lain :
a. Teknik Asertif
Asertif merupakan sikap yang dapat menerima, memahami lawan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan
dan memperhatikan ketika sedang berbicara agar maksud komunikasi
atau pembicaraan dapat di mengerti. Teknik ini akan sangat
membantu kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik
dengan klien lansia.

b. Responsif
Perawat/tenaga kesehatan memberikan perhatian yang lebih
kepada klien lansia dengan cara bersikap lebih aktif terhadap klien
lansia. Dengan sikap seperti ini akan membuat perasaan klien lebih
tenang dan menciptakan hubungan saling percaya antara klien dan
perawat.

4
c. Fokus
Merupakan suatu upaya bagi perawat untuk tetap konsisten, tidak
melenceng terhadap bahan/materi yang ingin disampaikan kepada
klien lansia. Hal ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia
senang menceritakan hal – hal yang mungkin tidak relevan dengan
kepentingan petugas kesehatan/ perawat.

d. Supportif
Karena banyak perubahan yang terjadi pada klien lansia, baik pada
aspek fisik maupun psikis secara bertahap dapat membuat emosi klien
relative menjadi labil, dan tugas perawat adalah menjaga kestabilan
emosi klien tersebut.
Contoh :
1. Meng”IYA”kan pada saat klien berbicara.
2. Memberikan senyuman dan menanggukan kepala
ketika pasien lansia menceritakan perasaannya.
3. Memberikan ungkapan – ungkapan yang bisa
memotivasi klien tanpa terkesan menggurui atau
mengajari klien, seperti “Saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu apakah bapak/ibu
dapat melaksanakannya? Bila perlu kami dapat bantu.”

Hal ini dilakukan agar klien merasa dihormati selama berbicara


oleh perawat/tenaga kesehatan, dan juga dapat membuat kepercayaan
diri klien menjadi tumbuh sehingga klien tidak menjadi beban bagi
keluarganya.

5
e. Klarifikasi
Dengan adanya banyak perubahan yang terjadi pada klien lansia,
sering kali komunikasi tidak berjalan dengan semestinya. Klarifikasi
dengan cara mengajukan ulang pertanyaan – pertanyaan serta
pengulangan penjelasan terkadang perlu dikalukan oleh perawat agar
maksud dari pesan yang ingin disampaikan oleh perawat dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien.
Contoh :
“bapak/ibu bisa menerima apa yang telah saya sampaikan tadi?
Saya boleh minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?”

f. Sabar dan Ikhlas


Pada kasus yang melibatkan klien lansia umumnya mengalami
permasalahan yang sama satu dengan yang lainnya, yaitu perubahan –
perubahan dan sifat kekanak – kanakan mereka yang terkadang
membuat para perawat kerepotan untuk melakukan suatu tindakan
kepada klien. Jika permasalahan ini tidak disikapi dengan sabar dan
ikhlas, maka dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga membuat komunikasi terapeutik yang dilakukan tidak
tercapai, melaikan akan mengubah menjadi komunikasi yang
berlangsung dengan emosinal dan akan menimbulkan rusaknya
hubungan antara perawat dan klien.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam berinteraksi dengan klien lanjut usia, kita sebagai perawat
haruslah memperhatikan beberapa hal, yaitu : Memberikan kesempatan untuk
melakukan apa saja yang disenangi lansia asal tidak membahayakan dirinya.
Memberi hasil kerja mereka apa adanya dan hindarkan sikap mencela.
Berkomunikasi atau berbicara kepada mereka dengan lembut, bila hasilnya
kurang memuaskan.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini baik penyusun maupun pembaca
dapat memahami bagaimana melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
lansia. Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kurang berkenan,
penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

7
ROLE PLAY
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANJUT USIA

1. Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat


perkembangan kondisipada pasien lansia yang bernama Ny. Ratih. Ny. Ratih
menderita penyakit hipertensi dan mengalami gangguan pendengaran yang
dirawat di ruang melati RSUD KotaMataram.

2. Fase Orientasi

Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Ny. Ratih di ruang


perawatan. P1 dan P2 : Assalamu’alaikum.

Keluarga : Wa’alaikum salam.

P1 dan P2 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)

Keluarga : Pagi juga sus....!!

Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.

P1 dan P2 : Pagi nek...!! Gimana kabar nenek hari ini..sehat ??

Ny. Ratih : Nenek hanya tersenyum dan tampak kebingungan.

Keluarga : Maaf sus, Ibu saya kurang mendengar. Untuk hari ini
keadaannya sudah lumayan membaik.

P1 dan P2 : Owh nggih bapak

P1 : Nenek... perkenalkan saya perawat Ana dan ini perawat


Deny (Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan
pendekatan kepada nenek dan juga juga keluarganya).

8
P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada
hari ini, nenek sudah makan belum pagi ini....??

Ny. Ratih : Iyaa sudah sus.

P2 : Makannya banyak atau sedikit nek...??

Ny. Ratih : Iya makanannya enak

P2 : Maaf nek, nenek makannya banyak ?

Ny.Ratih : Owh iya saya makan lebih banyak dari yang kemarin saat
sayamasih mual.

P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum nek...??

Ny. Ratih : Apa sus?

P1 dan P2 : Obatnya sudah diminum?

Ny. Ratih : Iya sudah...!!

Ibu : Iya sus obat nya tadi sudah diminum semua...

Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan


keperawatanyang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.

P1 : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan


melakukan pemeriksaan kepada nenek. Apakah bapak, ibu
bersedia...??

Bapak : Iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang


terbaik buat orang tua kami..!!

P2 : Iya pak terimakasih, kami akan mencoba melakukan


yang terbaik buat orang tua bapak dan ibu. Kami juga
mohon kerjasamanya nanti dalam pemeriksaan.

9
P1 : Kalau begitu kami permisi sebentar untuk
mempersiapkanalatnya, kurang lebih 5 menit kami akan
kembali lagi.

Ibu : Iya sussilahkan..!!

P1 dan P2 : Mari pak, buk... (sambil berjalan pergi untuk mengambil


alat).

Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang
akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.

3. Fase Kerja
(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)

P1 dan P2 : Assalmu’alaikum...

Semua : Wa’alaikum salam...

(Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan).

P1 : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya... biar


nenek lebih santai..

Ny. Ratih : Iya sus, saya tidak bisa tidur tadi malam.

P2 : Maaf nek, untuk melakukan pemeriksaan silahkan nenek


berrrbaaarrriing , tiduurrrraaannn.

P1 : Kenapa nenek tidak bisa tidur? Nenek gelisah?

Ny. Ratih : Iya nenek pingin cepat pulang

P1 : Tenang saja nek, nenek pasti pulang asalkan rajin minum


obatnya

(Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek).

10
P1 : Nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek...!!

(Perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan darah).

P1 : Nenek sudah punya cucu? (Perawat mencoba mengajak


komunikasi pada nenek)

Ny. Ratih : Sudah sih, nenek punya cucu.. sudah 3, sudah besar-besar
semua.

P1 : Ooh iya nek, (sambil tersenyum) sudah nikah semua??

Ny. Ratih : Yang 1 sudah, terus yang duanya masih kuliah. Mereka
cantik dan ganteng-ganteng sus kayak nenek dan kakek
waktu muda dulu

P1 : Ya iya dong. Kan neneknya sampai sekarang juga


cantik.. (perawat dan nenek ketawa)

Sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2


menyiapkan termometer untuk mengukur suhu nenek.

P2 : Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan


kanannya...

Ny. Ratih : (Mengangkat sedikit tangan kanan nya)

P2 : (Setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung


memasang termometer).

P2 : Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan


dulu dilepassebelum saya suruh..

Ny. Ratih : (Hanya mengangguk)

11
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai
diukur, kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan
perawat 2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.

4. Fase terminasi

Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh


perawat dan semua peralatan dirapikan

Bapak : Bagaimana sus...??

P1 : Keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua


bapak harus banyak minum air putih dan juga makan
sayur-sayuran. Orang tua bapak dan ibu harus banyak
istirahat dan juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek
cepat sembuh..

P2 : Kalau begitu kami permisi dulu ya pak buk...Nenek kami


permisi dulu ya nek... Nenek cepat sembuh ya nek... Nanti
kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat...

Ibu : Ya sus.. terima kasih...

P2 : Mari pak, buk...mari nek....

Ibu : Ya sus...!!

Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan

ruangan kamar Ny.N.

12

Anda mungkin juga menyukai