PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara dan sikap yang benar untuk berkomunikasi dengan klien
lanjut usia?
C. Tujuan
Adapun tujuannya untuk mengetahui bagaimana cara dan sikap yang
benar sebagai perawat untuk berkomunikasi dengan klien lanjut usia untuk
diterapkan dalam berinteraksi secara langsung.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN LANSIA
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
2
fungsi tubuh serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan
damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
Tindakan yang harus dilakukan oleh perawat kepada pasien lanjut usia adalah :
1. Memberikan kesempatan untuk melakukan apa saja yang disenangi lansia
asal tidak membahayakan dirinya.
2. Memberi hasil kerja mereka apa adanya dan hindarkan sikap mencela
3. Berkomunikasi atau berbicara kepada mereka dengan lembut, bila hasilnya
kurang memuaskan.
3
5. Sadari bahwa beberapa orang dewasa mungkin menggunakan nada
merendahkan terhadap perawat yang lebih muda. Hargailah tetapi tunjukkan
pengetahuan anda yang luas, menegaskan latihan dan keahlian anda.
6. Luangkan waktu lebih untuk mengerjakan mengenai pemeriksaan atau
pembenahan dan pengobatan. Lakukan dengan kecepatan yang lebih lambat
dan nilai ulang pemahamannya secara berkala.
7. Berikan pasien kesempatan untuk membuat keputusan secara mandiri, sesuai
kebutuhan.
b. Responsif
Perawat/tenaga kesehatan memberikan perhatian yang lebih
kepada klien lansia dengan cara bersikap lebih aktif terhadap klien
lansia. Dengan sikap seperti ini akan membuat perasaan klien lebih
tenang dan menciptakan hubungan saling percaya antara klien dan
perawat.
4
c. Fokus
Merupakan suatu upaya bagi perawat untuk tetap konsisten, tidak
melenceng terhadap bahan/materi yang ingin disampaikan kepada
klien lansia. Hal ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia
senang menceritakan hal – hal yang mungkin tidak relevan dengan
kepentingan petugas kesehatan/ perawat.
d. Supportif
Karena banyak perubahan yang terjadi pada klien lansia, baik pada
aspek fisik maupun psikis secara bertahap dapat membuat emosi klien
relative menjadi labil, dan tugas perawat adalah menjaga kestabilan
emosi klien tersebut.
Contoh :
1. Meng”IYA”kan pada saat klien berbicara.
2. Memberikan senyuman dan menanggukan kepala
ketika pasien lansia menceritakan perasaannya.
3. Memberikan ungkapan – ungkapan yang bisa
memotivasi klien tanpa terkesan menggurui atau
mengajari klien, seperti “Saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu apakah bapak/ibu
dapat melaksanakannya? Bila perlu kami dapat bantu.”
5
e. Klarifikasi
Dengan adanya banyak perubahan yang terjadi pada klien lansia,
sering kali komunikasi tidak berjalan dengan semestinya. Klarifikasi
dengan cara mengajukan ulang pertanyaan – pertanyaan serta
pengulangan penjelasan terkadang perlu dikalukan oleh perawat agar
maksud dari pesan yang ingin disampaikan oleh perawat dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien.
Contoh :
“bapak/ibu bisa menerima apa yang telah saya sampaikan tadi?
Saya boleh minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?”
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam berinteraksi dengan klien lanjut usia, kita sebagai perawat
haruslah memperhatikan beberapa hal, yaitu : Memberikan kesempatan untuk
melakukan apa saja yang disenangi lansia asal tidak membahayakan dirinya.
Memberi hasil kerja mereka apa adanya dan hindarkan sikap mencela.
Berkomunikasi atau berbicara kepada mereka dengan lembut, bila hasilnya
kurang memuaskan.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini baik penyusun maupun pembaca
dapat memahami bagaimana melakukan komunikasi terapeutik pada pasien
lansia. Apa bila pembaca menemukan kata-kata yang kurang berkenan,
penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
7
ROLE PLAY
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN LANJUT USIA
2. Fase Orientasi
Keluarga : Maaf sus, Ibu saya kurang mendengar. Untuk hari ini
keadaannya sudah lumayan membaik.
8
P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada
hari ini, nenek sudah makan belum pagi ini....??
Ny.Ratih : Owh iya saya makan lebih banyak dari yang kemarin saat
sayamasih mual.
9
P1 : Kalau begitu kami permisi sebentar untuk
mempersiapkanalatnya, kurang lebih 5 menit kami akan
kembali lagi.
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang
akan digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.
3. Fase Kerja
(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)
P1 dan P2 : Assalmu’alaikum...
Ny. Ratih : Iya sus, saya tidak bisa tidur tadi malam.
10
P1 : Nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek...!!
Ny. Ratih : Sudah sih, nenek punya cucu.. sudah 3, sudah besar-besar
semua.
Ny. Ratih : Yang 1 sudah, terus yang duanya masih kuliah. Mereka
cantik dan ganteng-ganteng sus kayak nenek dan kakek
waktu muda dulu
11
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai
diukur, kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan
perawat 2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.
4. Fase terminasi
Ibu : Ya sus...!!
12