Anda di halaman 1dari 15

1 2 3

Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah , Muhamad Adam
1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah , Muhamad Adam3
2

pengetahuan, kesadaran diri dengan 0,444. Hasil uji reliabilitas Cronbach’s


FAKTOR PENENTU KUALITAS KOMPRESI RESUSITASI
kualitas kompresi RJP. alpha kuesioner pengetahuan RJP sebesar
JANTUNG PARU OLEH PERAWAT
0,821 dan kuesioner kesadaran diri sebesar
METODE PENELITIAN Fakrul Ardiansyah 1, Elly Nurachmah2, Muhamad Adam 3
0,814.
Penelitian ini menggunakan metode
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, STIKes Kendedes Malang1
Peneliti mendapatkan lolos uji etik
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia2.3
Crossectional yang melibatkan fakrul.ns@gmail.com
72 1
dari 2 FIK UI dengan nomor
ellynur08@yahoo.co.id
responden dengan menggunakan muhamad.adam31@ui.ac.id
teknik 3
91/UN2.F12.D/HKP.02.04/2018. Lokasi
Stratified Sampling. Waktu penelitian dari
ABSTRAK penelitian di satu RSUD wilayah Jawa
proposal hingga laporan
Latar belakang: selesai
Henti jantung kurang
sering terjadi di instalasi gawat darurat dan Return of spontaneus
Timur. Responden mengisi kuesioner dan
circulation (ROSC) masih rendah. ROSC dipengaruhi oleh kualitas kompresi RJP oleh perawat.
(Februari-Juli 2018). Pengambilan sampel
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor penentu RJP kualitas kompresi
melakukan dengan rasioRJP. Metode:
30 kompresi
Penelitian7 ini
terpenuhi Meimenggunakan metode Crossectional
sampai dengan 7 Juni yang melibatkan 72 responden dengan teknik
Stratified Sampling di ruang IGD, Kamar Bedah, ICU, dada:
HCU,2 HCU ventilasi selama
paru, dan CVCU. 5 Variabel
siklus pada
2018. Variabel usia,
independen independen yaitu usia,indeks
jenis kelamin, jenis massa tubuh (IMT), kelelahan, frekuensi pelatihan,
manekin RJP, setelah itu responden
pengetahuan, dan kesadaran diri dianalisis hubungannya variabel dependent variabel dependent
kelamin, IMT, kelelahan, frekuensi
kualitas kompresi RJP. Hasil: Hasil analisis uji chi-squaredievaluasi
dan uji tingkat
regresikelelahan menggunakan
logistik menunjukkan
hubungan
pelatihan, signifikan antara
pengetahuan, dan usia, jenis kelamin,
kesadaran diri IMT, kelelahan, frekuensi pelatihan, pengetahuan,
kesadaran diri dengan kualitas kompresi pada resusitasi Borg Perceived
jantung Exertionserta
paru (p<0,05), (RPE). Analisis
faktor yang
dianalisis dengan kualitas kompresi RJP.
paling dominan yaitu jenis kelamin (p<0,05;OR=0,01;CI=8,644-1144,269). Saran: Rekrutmen
data univariat berupa data distribusi
perawat di unit kritis harus mempertimbangkan
Instrumen penelitian ini adalah faktor usia, jenis kelamin, IMT, frekuensi pelatihan,
pengetahuan dan kesadaran diri yang berpeluang tinggi frekuensi.
peningkatanAnalisis
angkabivariat
harapanmenggunakan
hidup pasien henti
kuesioner
jantung. (data demografi, pengetahuan,
uji Chi-Square dan analisis multivariat
kesadaran
Kata Kunci:diri,Kualitas,
Rating of Perceived
RJP, Faktor, dan Perawat menggunakan regresi logistik.
Exertion, kualitas kompresi RJP), manekin
RJP, timbangan berat badan, dan stature. ABSTRACT HASIL PENELITIAN

Kuesioner Cardiac
Background: pengetahuan RJP
arrest often telah
occurs Analisa
in emergency Univariat
unit and Return of spontaneus circulation
(ROSC) is still low. ROSC is influenced by the quality ofBerdasarkan
CPR compression performed
hasil by nurses.
penelitan pada
Objective: This study aimed to identify predict factors of CPR compression quality. Methode: This
research used crossectional method involving 72 respondents with Stratified Sampling technique in
Emergency Unit, Surgical Unit, Intensive Care Unit, High Care Unit, and Cardio Vasculare Care Unit.
Independent variables including age, sex, body mass index (BMI), fatigue, training frequencies,
knowledge, and self-awareness are analyzed the dependent variable of CPR compression quality.
Result: The result of chi-square test and logistic regression test show the significant correlation
between age, sex, BMI, fatigue, training frequencies, knowledge, self-awareness with CPR
compression quality (p <0,05). The most dominant factor is sex (p <0.05; OR = 0.01; CI = 8,644-
1144,269). Sugestion: The nurses recruitment in critical units should consider age, sex, BMI, training
frequencies, knowledge and self awareness that have a high chance of increasing survival rate of
cardiac arrest patient.

Keywords: Quality, Cardiopulmonary Resuscitation, Factors, And Nurses

Frekuensi Pelatihan Cukup 33 45,8


Baik 39 54,2

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 123


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

PENDAHULUAN tergantung dari bantuan hidup dasar dan


Henti jantung sebagai masalah
bantuan hidup lanjut (Paal et al., 2012; Lee
kesehatan yang meningkat 15 tahun
& Low, 2010). Karakteristik high quality
terakhir di Amerika Serikat akibat penyakit
RJP dipengaruhi oleh kecepatan kompresi
jantung koroner (PJK) (Gaieski et al.,
100–120 kali/menit, kedalaman 2–2,4 inchi
2017; Jentzer, Clements, Murphy, &
(5–6 cm). Selain itu, Complete recoil tiap
Wright, 2017). Data kejadian henti jantung
akhir kompresi, dan minimal interupsi
di rumah sakit di Indonesia tiap tahunnya
(Hazinski et al, 2015). Kemampuan
belum diketahui dengan pasti (Santosa,
kompresi dada yang berkualitas menjadi
Wihastuti, & Haedar, 2015). Namun, Data
perhatian utama (Lin et al., 2016).
henti jantung berasal dari 144 rumah sakit
Kasus henti jantung di rumah sakit
di Amerika Serikat sebesar 22.628 kasus
sebagian besar disaksikan oleh perawat
dengan usia > 16 tahun. Kejadian henti
(Heng, Fong, & Anantharaman, 2011).
jantung sebesar 53,7% di instalasi
Perawat memiliki peran penting dalam
perawatan intensif (Benjamin, et al., 2018).
manajemen penanganan henti jantung
Menurut Sample Regristration
dengan kunci utama penerapan RJP
System (SRS) bahwa kematian dalam
(Chick, 2011; Hou, Chern, How, & Wang,
setahun akibat penyakit kardiovaskuler 7,4
2007). Dampak RJP yang tidak berkualitas
juta (42,3%) disebabkan oleh PJK
dapat menyebabkan kematian, ekonomi,
(KEMENKES, 2017).
psikologis, sosial, dan lama perawatan
Berdasarkan data salah satu RSUD
(Kisorio & Langley, 2016; Qazi et al.,
di Jawa Timur bahwa penyebab henti
2017;Uray et al., 2015).
jantung terbesar adalah Acute Coronary
Beberapa penelitian sebelumnya
Syndrome (ACS). Kasus ACS tahun 2016
ditemukan faktor penentu kualitas
berjumlah 160 kasus, 8% diantaranya
kompresi RJP meliputi berat badan, tinggi
kasus baru, ACS yang mengalami henti
badan. Namun demikian, faktor penentu
jantung sebesar 24 kasus dan 10% ROSC.
kualitas kompresi RJP akan ada perbedaan
Tahun 2017 prevalensi ACS berjumlah 176
pada populasi yang berbeda. Tujuan
kasus, 10% kasus baru. Pasien ACS yang
penelitian ini adalah mengidentifikasi
mengalami henti jantung sebesar 26 kasus
faktor penentu kualitas kompresi RJP.
dan 10% ROSC. Kejadian henti jantung
Hipotesis penelitian ini adalah ada
berdampak pada kerusakan jantung dan
hubungan antara usia, jenis kelamin, IMT,
otak dalam beberapa menit, angka
kelelahan, frekuensi pelatihan,
keberhasilan penanganan henti jantung

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 124


valid dengan r hitung 0,476-0,765 > r tabel
0,444 dan kuesioner kesadaran diri telah analisa univariat disajikan dalam pada

valid dengan r hitung 0,470-0,792 > r tabel tabel sebagai berikut.

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (N=72)
No Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
1 Usia >35 Tahun 39 54,2
≤35 Tahun 33 45,8
2 Jenis Kelamin Perempuan 47 65,3
Laki-Laki 25 34,7
3 Indeks Massa Tubuh Berlebih 33 45,8
Normal 39 54,2
4 Kelelahan Berat 34 47,2
Ringan 38 52,8
5

6 Pengetahuan RJP Kurang 26 36,1


Baik 46 63,9
7 Kesadaran Diri Rendah 26 36,1

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 125


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

Tinggi 46 63,9
8 Kualitas Kompresi pada RJP Rendah 36 50
Tinggi 36 50
Analisis Bivariat antara variable independen dengan
Analisis bivariat menggunakan uji hubungan dependen, dapat dilihat pada
Chi Squre untuk mengetahui hubungan table sebagai berikut.
Tabel 2.
Distribusi Kualitas Kompresi dengan Variabel Independen (n=72)
Frekuensi Kualitas
Kompresi pada RJP
Variabel Kategori OR (95%CI) p Value
Rendah Tinggi
n % n %
Usia >35 Tahun 29 80,6 10 27,8 0,001*
≤35 Tahun 7 19,4 26 72,2 10,771(3,580-32,405)
Total 36 100 36 100
Jenis Kelamin Perempuan 35 97,2 12 33,3 0,001*
Laki-Laki 1 2,8 24 66,7 70 (8,528-574,548)
Total 36 100 36 100
IMT Berlebih 22 61,1 11 30,6
Normal 14 38,9 25 69,4 3,571 (1,346-9,475) 0,018*
Total 36 100 36 100
Kelelahan Berat 25 69,4 9 25
Ringan 11 30,6 27 75 6,818 (2,421-19,201) 0,001*
Total 36 100 36 100
Frekuensi Cukup 22 61,1 11 30,6
Pelatihan Baik 14 38,9 25 69,4 3,571 (1,346-9,475) 0,018*
Total 36 100 36 100
Pengetahuan Kurang 20 55,6 6 16,7
RJP Baik 16 44,4 30 83,3 6,250 (2,090-18,695) 0,001*
Total 36 100 36 100
Kesadaran Diri Rendah 19 52,8 7 19,4
Tinggi 17 47,2 29 80,6 4,630 (1,615-13,275) 0,007*
Total 36 100 36 100

Hasil uji statistik menunjukkan tinggi dibandingkan usia >35 tahun


bahwa terdapat hubungan yang bermakna (OR=10,771; CI=3,580-32,405). Hasil uji
antara usia dengan kualitas kompresi RJP statistik menunjukkan bahwa terdapat
(p=0,001;α<0,05). dan usia ≤35 tahun hubungan yang bermakna antara jenis
mampu melakukan kompresi berkualitas kelamin dengan kualitas kompresi RJP

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 126


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

(p=0,001;α<0,05). Analisis lebih lanjut kategori baik berpeluang 6,25 kali lebih
didapatkan laki-laki mampu melakukan besar mampu melakukan kompresi
kompresi berkualitas tinggi dibandingkan berkualitas tinggi dibandingkan
perempuan (OR=70; CI=8,528-574,548). pengetahuan RJP kategori kurang
Hasil uji statistik menunjukkan (OR=6,250; CI=2,090-18,695). Hasil uji
bahwa terdapat hubungan yang bermakna statistik menunjukkan bahwa terdapat
antara IMT dengan kualitas kompresi RJP hubungan yang bermakna antara kesadaran
(p=0,018;α<0,05). Analisis lebih lanjut diri dengan kualitas kompresi RJP
didapatkan bahwa IMT kategori normal (p=0,007; α<0,05). Hasil analisis lebih
mampu melakukan kompresi berkualitas lanjut didapatkan kesadaran diri tinggi
tinggi dibandingkan IMT kategori lebih mampu melakukan kompresi berkualitas
(OR=3,571; CI=1,346-9,475). Hasil uji tinggi dibandingkan kesadaran diri
statistik menunjukkan bahwa terdapat kategori rendah (OR=4,630; CI=1,615-
hubungan yang bermakna antara kelelahan 13,275).
dengan kualitas kompresi RJP (p=0,001; Hasil uji multivariat didapatkann
α<0,05). Hasil analisis lebih lanjut faktor dominan yang berhubungan dengan
didapatkan kategori kelelahan mampu kualitas kompresi RJP adalah jenis kelamin
melakukan kompresi berkualitas tinggi dengan (OR=0,01; CI=8,644-1144,269).
dibandingkan kelelahan berat (OR=6,818; Hasil akhir multivariat menunjukkan
CI= 2,421-19,201). bahwa jenis kelamin laki-laki mencegah
Hasil uji statistik menunjukkan 0,001 kali melakukan kompresi berkualitas
bahwa terdapat hubungan yang bermakna rendah setelah dikontrol oleh faktor
antara frekuensi pelatihan dengan kualitas kesadaran diri dan kelelahan.
kompresi (p=0,018; α<0,05). Analisis lebih
lanjut didapatkan bahwa frekuensi PEMBAHASAN
pelatihan kategori baik mampu melakukan Hubungan Usia dengan Kualitas
kompresi berkualitas tinggi dibandingkan Kompresi RJP
Hasil uji statistik menunjukkan
frekuensi pelatihan kategori cukup
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
(OR=3,571; CI=1,346-9,475). Hasil uji
antara usia dengan kualitas kompresi RJP
statistik menunjukkan bahwa terdapat
(p=0,001;α<0,05). Hasil penelitian ini
hubungan yang bermakna antara
sependapat Kılıç, Göksu, Kılıç, &
pengetahuan RJP dengan kualitas kompresi
Buyurgan (2017) bahwa Kelompok usia
RJP (p=0,001; α<0,05). Analisis lebih
<35 tahun mampu melakukan kompresi
lanjut didapatkan bahwa pengetahuan RJP

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 127


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

RJP berkualitas selama 5 siklus dengan penelitian mendukung penelitian pada 84


proporsi 76,2%. Penelitian lain rentang mahasiswa kedokteran melakukan RJP
usia 23-35 tahun memiliki performa yang pada manekin selama 2 menit didapatkan
baik dalam kompresi dada kedalaman 5cm bahwa laki-laki efektif mencapai
dengan proporsi 80% (Sayee, 2012). Usia kedalaman kompresi dada yang adekuat
21-35 tahun memiliki performa kualitas dibandingkan dengan perempuan. Laki-
kompresi dada yang baik dibandingkan laki memiliki peluang kompresi dada
usia 36-60 tahun (Ann, Silver, & Ornato, berkualitas 3,85 kali lebih besar
2009). dibandingkan perempuan. Kompresi dada
Hal ini sesuai dengan teori bahwa adekuat dapat mengoptimalkan cardiac
ambilan volume oksigen maksimal normal output (Reddy, Murray, Rudy, Moyer, &
pada usia 25 tahun sebesar Sinz, 2011).
47,7ml/kg/menit. Kadar normal volume Penelitian ini sejalan dengan hasil
oksigen maksimal akan menurun 10 penelitian Sayee & Mccluskey (2012) yang
ml/kg/menit setelah usia 35 tahun sehingga menunjukkan bahwa laki-laki mampu
ketahanan tubuh menurun selama aktivitas memberikan kompresi dada lebih dalam
(Kenney, Wilmore, & Costill, 2015). daripada perempuan ketika menggunakan
Kondisi ambilan volume oksigen maksimal European Resuscitation Council (30:2).
berkurang menyebabkan peningkatan Penelitian oleh Fikrina & Al-Afik (2016)
metabolisme anaerob dengan cara didapatkan laki-laki memiliki performa
memecah lemak dan glikogen. Pemecahan lebih baik dalam mencapai kedalaman
glikogen menjadi asam piruvat dan asam kompresi dada 5-6 cm dibandingkan
laktat sehingga menyebabkan kelelahan perempuan
otot (Guyton, 2015). Kondisi ini yang Asumsi peneliti sesuai dengan teori
menyebabkan kekuatan untuk kompresi bahwa laki-laki memiliki hormon
dada juga berkurang, maka perlu testosteron yang menstimulasi produksi
mempertimbangkan usia penolong untuk eritropoitin pada ginjal sehingga produksi
mencapai kompresi berkualitas tinggi. sel darah merah, serta proporsi kadar
Hubungan Jenis Kelamin dengan Hemoglobin laki-laki lebih tinggi
Kualitas Kompresi RJP dibandingkan perempuan. Hal ini
Hasil uji statistik menunjukkan
menyebabkan tingginya ambilan volume
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
oksigen maksimal, sehingga ketahanan
antara jenis kelamin dengan kualitas
tubuh laki-laki lebih baik dibandingkan
kompresi RJP (p=0,001;α<0,05). Hasil

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 128


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

dengan perempuan selama beraktivitas dalam mencapai kompresi berkualitas


(Power & Howley, 2012). tinggi.
Hormon estrogen pada perempuan Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
berfungsi meningkatkan deposit lemak. dengan Kualitas Kompresi RJP
Hasil uji statistik menunjukkan
Hal ini menyebabkan produksi enzim
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
lipoprotein lipase meningkat dan diikuti
antara IMT dengan kualitas kompresi RJP
pembentukan kilomikron. Aktivitas enzim
(p=0,018;α<0,05). Penelitian ini
lipoprotein lipase menyebabkan
mendukung hasil penelitian bahwa IMT
kilomikron menyimpan trigliserida
mempunyai hubungan kuat dengan
kedalam jaringan adiposa pada paha dan
kebugaran jasmani (Jaafar, Abdulwahab, &
pinggul. Proses lipolisis pada paha dan
Al-hashemi, 2015). IMT lebih mempunyai
pinggul perempuan lebih sulit
korelasi negatif dengan status ketahanan
dibandingkan laki-laki (Kenney, Wilmore,
kardiorespirasi, semakin tinggi IMT, maka
& Costill, 2015).
semakin rendah tingkat ketahanan
Kondisi fisiologis timbunan lemak
kardiorespirasi dibandingkan IMT normal.
perempuan lebih besar dibandingkan laki-
Penurunan ketahanan kardiorespirasi dapat
laki. Namun, lemak ini sebagai bahan
menyebabkan individu cepat kelelahan
bakar utama ketika individu melakukan
(Ock, Kim, Chung, & Kim, 2011; Chalkias
aktivitas. Lemak akan dipecah menjadi
et al, 2013).
asam lemak dan gliserol. Proses glikolisis
Asumsi peneliti bahwa IMT sebagai
ini meningkatkan produksi asam piruvat
indikator penting penentu kualitas
dan asam laktat sehingga cepat mengalami
kompresi RJP. Komposisi nutrisi harian
kelelahan (Guyton, 2015).
sekitar 45% karbohidrat, 40% lemak dan
Perempuan memiliki kekuatan otot
15% protein (Guyton, 2015). IMT berlebih
ekstremitas atas 40%-60% lebih lemah
identik dengan kelebihan lemak. Adenosin
dibandingkan laki-laki dan 25%-30% otot
trifosfat dibutuhkan dalam kontraksi otot
ekstremitas bawah perempuan lebih lemah
sebagai sumber energi, tetapi karbohidrat
dibandingkan otot ekstremitas bawah laki-
sumber utama penghasil energi tanpa
laki (Kenney, Wilmore, & Costill, 2015).
oksigen. Energi didapatkan dari
Individu dengan kebugaran fisik dan
pemecahan glikogen menjadi asam piruvat,
kekuatan otot yang baik akan mampu
dan asam piruvat dipecah menjadi asam
melakukan aktivitas yang berkualitas.
laktat (Martini, Nath, & Bartholomew,
Sehingga, dipertimbangkan jenis kelamin
2015; Guyton, 2015).

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 129


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

Peneliti berpendapat bahwa Asumsi peneliti bahwa kelelahan


hubungan IMT dengan kualitas kompresi sebagai indikator yang berhubungan
RJP dikaitkan dengan fungsi dengan kualitas kompresi. Sesuai teori
kardiorespirasi. Dengan demikian, indeks bahwa kontraksi otot lebih dari 5-10 detik
massa tubuh individu perlu diperhatikan berisiko terjadi proses glikolisis anaerob
untuk mencapai kompresi berkualitas dengan sumber utama glikogen (Guyton,
tinggi. 2015). Glikogen dipecah selama kontraksi
Hubungan Kelelahan dengan Kualitas otot sehingga kadar asam laktat meningkat
Kompresi RJP dan individu mengalami kelelahan
Hasil uji statistik menunjukkan
(Kenney, Wilmore, & Costill, 2015).
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
Peneliti berpendapat bahwa kelelahan
antara kelelahan dengan kualitas kompresi
secara fisik akibat melakukan RJP dapat
RJP (p=0,001; α<0,05). Penelitian ini
menurunkan kualitas kompresi RJP.
mendukung hasil penelitian Mcdonald,
Penggantian penolong diharapkan setiap 5
Heggie, Jones, Thorne, & Hulme (2012)
siklus untuk mempertahankan kualitas
dan Hasegawa et al (2014) yang
kompresi RJP dan mencegah kelelahan
menemukan bahwa kompresi dada dapat
berat pada penolong.
menyebabkan kelelahan sehingga kualitas
Hubungan frekuensi Pelatihan dengan
kompresi menurun. Kelelahan Kualitas Kompresi RJP
menyebabkan tidak adekuatnya kecepatan Hasil uji statistik menunjukkan
dan kedalaman RJP. Kelelahan terjadi pada bahwa terdapat hubungan yang bermakna
menit pertama RJP dan semakin lelah saat antara frekuensi pelatihan dengan kualitas
5 menit RJP (Manders S, Geijsel FE, kompresi RJP (p=0,018; α<0,05).
2009). Penelitian ini mendukung penelitian pada
Kompresi dada dikenal sebagai 78 dokter residen didapatkan rerata
aktivitas fisik kategori sedang-tinggi yang evaluasi retensi skill paska 3 hari pelatihan
memerlukan > 6 atau 7 kkal/menit (Kwak kemampuan identifikasi henti jantung
et al, 2016). Lebih lanjut, Kwak et al rerata 93,42 dan keterampilan RJP 73,78
(2016) menyatakan bahwa kelelahan (Oo, Di, & Desalu, 2013). Sedangkan
penolong akan terjadi setelah 1 menit penelitian lain didapatkan 133 perawat
pertama dan akan meningkat pada menit ke yang dilakukan evaluasi lulus skill Basic
2. Penolong lebih dari 2 orang bisa Life Support (BLS) pada 3 dan 12 bulan
bergantian tiap 2 menit (Shin et al., 2014). paska pelatihan didapatkan 63% dan 58%,
sedangkan evalusi 3 bulan dan 12 bulan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 130


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

lulus skill Advance Cardiac Life Support Proses belajar melibatkan perhatian,
(ACLS) didapatkan 30% dan 14%, retensi, kemampuan perilaku, dan intensif
penurunan pengetahuan muncul ketika (Hergenhahn & Olson, 2008).
pelatihan yang cukup dilakukan (Smith, Peneliti berpendapat bahwa frekuensi
Gilcreast, & Pierce, 2008; Oo et al., 2013). pelatihan kategori baik mampu
Pelatihan ulang secara aktif mampu meningkatkan kognitif dan skill melalui
berpartisipasi meningkatkan kepercayaan belajar observasional selama pelatihan,
diri, kemampuan, dan kemauan penolong sehingga individu akan koreksi diri untuk
untuk melakukan RJP dapat diperbaiki meningkat kualitas kompresi RJP.
dengan meningkatkan motivasi penolong Hubungan Pengetahuan RJP dengan
(Avisar, Shiyovich, Aharonson-daniel, & Kualitas Kompresi RJP
Hasil uji statistik menunjukkan
Nesher, 2013). Keterampilan RJP cepat
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
mengalami penurunan dibandingkan
antara pengetahuan RJP dengan kualitas
pengetahuan, keterampilan RJP menurun
kompresi RJP (p=0,001; α<0,05).
pada 2 minggu paska pelatihan dan
Penelitian ini mendukung penelitian pada
progresif menurun pada 1-2 tahun paska
mahasiswa keperawatan pengetahuan baik
pelatihan (Jantti, 2010; Curran, Fleet, &
dengan skor > 80 mampu melakukan
Greene, 2012; Oo et al., 2013).
kompresi berkualitas dengan skor rerata
Individu yang mengikuti pelatihan
>82 (Vural et al., 2017). Lebih lanjut Vural
akan menjalani proses belajar
et al (2017) mengatakan bahwa
observasional. Proses belajar observasional
pengetahuan tentang RJP sangat penting
diharapkan menghasilkan perubahan
bagi perawat, dokter dan staf paramedis
perilaku individu (Hergenhahn & Olson,
dan diharapkan mengikuti kursus RJP
2008). Perubahan perilaku individu dapat
tersertifikasi karena sering terpapar situasi
bersifat permanen, dan dapat berubah
gawat darurat dan berguna untuk
setelah proses belajar selesai. Pelatihan
tatalaksana pasien henti jantung di rumah
mengajarkan secara langsung baik
sakit.
pengalaman maupun praktik. Individu akan
Asumsi peneliti bahwa pengetahuan
mengamati perilaku sendiri dan
RJP sangat penting bagi perawat di unit
membandingkan dengan pelatih yang
perawatan kritis. Pengetahuan perawat
menimbulkan tindakan korektif. Hal ini
didapatkan dari belajar observasional.
menyebabkan umpan balik untuk
Sesuai teori bandura bahwa belajar
menyamakan individu dengan pelatih
observasional melalui proses atensional,
dengan observasi diri dan koreksi diri.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 131


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

proses retensi, proses perubahan perilaku, jantung di rumah sakit. Kesadaran diri
dan proses motivasional (Hergenhahn & diperlukan sebagai evaluasi diri, evaluasi
Olson, 2008). kegagalan diri, antisipasi penyebab
Peneliti berpendapat bahwa kegagalan, dan keinginan kuat yang
pengetahuan tentang RJP perlu konsisten untuk memperbaiki diri sehingga
ditingkatkan melalui pelatihan rutin setiap kesadaran diri seseorang akan meningkat
tahun supaya pengetahuan tentang RJP (Duval, Silvia, & Lalwani, 2001).
selalu update. Pengetahuan yang tinggi Peneliti berpendapat bahwa
tentang RJP mampu meningkatkan kesadaran diri perawat yang tinggi
performa kompresi berkualitas tinggi dan terhadap situasi gawat mampu
meningkatkan angka harapan hidup pasien meningkatkan motivasi dan kepercayaan
henti jantung. diri untuk melakukan kompresi sehingga
Hubungan Kesadaran Diri dengan kompresi berkualitas tinggi dapat dicapai.
Kualitas Kompresi RJP Faktor yang Paling Dominan
Hasil uji statistik menunjukkan Berhubungan dengan Kualitas
bahwa terdapat hubungan yang bermakna Kompresi RJP
antara kesadaran diri dengan kualitas Faktor paling dominan yang

kompresi pada RJP (p=0,007; α<0,05). berhubungan dengan kualitas kompresi

Penelitian ini didukung oleh penelitian lain RJP adalah jenis kelamin dengan

dengan kesadaran diri pentingnya RJP (OR=0,01; CI=8,644-1144,269). Hasil

didapatkan 71,8 % perawat dengan akhir multivariat menunjukkan bahwa jenis

kesadaran diri tinggi pentingnya RJP kelamin mencegah 0,01 kali melakukan

mampu dalam melakukan RJP berkualitas kompresi berkualitas rendah pada RJP.

(Vural et al., 2017). Penelitian lain Hasil penelitian didukung oleh

kesadaran diri mahasiswa kedokteran penelitian sejenis didapatkan bahwa laki-

didapatkan 77,3% responden kesadaran laki mampu mencapai kompresi dada

diri tinggi dalam melaksanakan bantuan kedalaman 5 cm dengan proporsi > 78,8%

hidup dasar dapat melaksanakan CPR yang selama 5 menit dibandingkan perempuan.

berkualitas di rumah sakit atau di luar Laki-laki mampu mencapai kedalaman dan

rumah sakit (G, Niranjan, & Dinesh, kecepatan kompresi adekuat dikaitkan

2013). dengan ketahanan fungsi kardiorespirasi

Asumsi penelitian bahwa perawat laki-laki mencapai 49,1 mL/kg/menit

sebagai seorang profesional diperlukan dibandingkan perempuan hanya 37,1

kesadaran diri tinggi pada situasi henti mL/kg/menit dan kekuatan otot laki-laki

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 132


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

sebesar 2,41 kali lebih baik dibandingkan ginjal sehingga produksi sel darah merah,
perempuan (Ock, Kim, Chung, & Kim, serta proporsi kadar Hemoglobin laki-laki
2011; López-gonzález et al., 2016). Faktor lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal
penentu kualitas kompresi RJP oleh ini menyebabkan ambilan volume oksigen
penolong perlu mempertimbangkan jenis maksimal lebih tinggi, sehingga ketahanan
kelamin (Barcala-furelos, Ph, Romo-perez, tubuh laki-laki lebih baik dibandingkan
& Palacios-aguilar, 2017; Hazinski et al, dengan perempuan selama beraktivitas
2015) (Power & Howley, 2012).
Kompresi dada efektif sangat penting Penelitian ini memiliki keterbatasan
untuk memperbaiki aliran darah selama menggunakan manekin RJP untuk
RJP, alasan ini sebagai pentingnya RJP menentukan kualitas kompresi RJP, bukan
dalam tatalaksana henti jantung. Kompresi situasi sesungguhnya pada pasien henti
dada efektif adalah push hard dan push fast jantung. Instrumen penelitian
yang tepat dengan kecepatan 100- menggunakan manekin RJP yang tidak
120x/menit dan kedalaman 5-6 cm mampu merecord, ketepatan indikator
(Hazinski et al, 2015). Stiell et al (2014) kedalaman kompresi dilihat dari indikator
menyatakan bahwa kedalaman kompresi lampu. Peneliti mengupayakan bahwa hasil
sebagai komponen penting yang harus observasi valid dengan cara 2 enumerator
diperhatikan selama melakukan RJP. menilai kedalaman kompresi dada dan 2
Kedalaman kompresi dada interval 40,3 enumerator menilai kecepatan kompresi
sampai 55,3 mm akan meningkatkan angka dada. Penelitian ini tidak memperhatikan
harapan hidup. Faktor penolong harus ketidakadekuatan visualisasi pada
diperhatikan terutama jenis kelamin yang enumerator dalam evaluasi kedalaman
berhubungan terhadap capaian RJP yang kompresi dada menggunakan indikator
berkualitas tinggi (Barcala-furelos, Ph, lampu pada manekin. Penelitian ini tidak
Romo-perez, & Palacios-aguilar, 2017; memperhatikan penentuan kriteria sampel
Hazinski et al, 2015). meliputi frekuensi perawat menolong
Asumsi peneliti bahwa jenis kelamin pasien henti jantung, dan jenis pelatihan
berhubungan dengan kualitas kompresi yang diikuti. Instrumen evaluasi kelelahan
pada RJP dikaitkan dengan kebugaran fisik responden menggunakan Rating of
dan kekuatan otot. Asumsi peneliti sesuai Perceived Exertion berdasarkan keluhan
dengan teori bahwa laki-laki memiliki verbalis sehingga tidak mampu
hormon testosteron yang mampu mengidentifikasi kebugaran fisik secara
menstimulasi produksi eritropoitin pada objektif. Instrumen penelitian ini

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 133


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

menggunakan IMT sehingga tidak mampu 2. Institusi pendidikan hendaknya


mengevaluasi kekuatan otot yang melengkapi materi faktor penentu
menunjang performa kompresi RJP. kualitas kompresi RJP sebagai bahan
pembelajaran dikelas atau kegiatan
KESIMPULAN DAN SARAN pelatihan RJP.
Kesimpulan 3. Penelitian lanjutan tentang faktor
Ada hubungan yang bermakna antara penentu kualitas kompresi RJP
usia (p=0,001), jenis kelamin (p=0,001, dilakukan pada situasi henti jantung
IMT (0,018), kelelahan (0,001), frekuensi nyata dengan merekam proses RJP
pelatihan (p=0,018), pengetahuan melalui video selama perawat
(p=0,001), dan kesadaran diri perawat melakukan RJP yang kemudian hasil
(p=0,007) dengan kualitas kompresi RJP. perekaman video tersebut dievaluasi.
Saran 4. Evaluasi ambilan oksigen maksimal
1. Rekrutmen staf code blue di unit untuk identifikasi kebugaran fisik, serta
keperawatan kritis dengan identifikasi kekuatan otot dan
mempertimbangkan proporsi laki-laki kebiasaan aktivitas sebagai faktor
harus lebih banyak, usia ≤35 tahun, penentu kualitas kompresi RJP yang
IMT normal, frekuensi pelatihan, lain.
pengetahuan baik, dan kesadaran diri
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ann, M., Silver, A., & Ornato, J. P. (2009). Effect of caregiver gender , age , and feedback
prompts on chest compression rate and depth, 80, 1169–1174.
Avisar, L., Shiyovich, A., Aharonson-daniel, L., & Nesher, L. (2013). Cardiopulmonary
Resuscitation Skills Retention and Self- Confidence of Preclinical Medical Students,
15(october), 1–6.
Barcala-furelos, R., Ph, C. A., Romo-perez, V., & Palacios-aguilar, J. (2013). American
Journal of Emergency Medicine Effect of physical fatigue on the quality CPR : a water
rescue study of lifeguards Physical fatigue and quality CPR in a water rescue. American
Journal of Emergency Medicine, 31(3), 473–477.
Benjamin, E. J., Virani, S. S., Callaway, C. W., Chamberlain, A. M., Chang, A. R., Cheng, S.,
et al. (2018). Heart disease and stroke statistics-2018 update. Circulation , 137, e67-
e492.
Chalkias, A., Vogiatzakis, N., Tampakis, K., Kalafati, M., Papadimitriou, L., & Xanthos, T.
(2013). American Journal of Emergency Medicine One-hand chest compression and
hands-off time in single-lay rescuer CPR — a manikin study. American Journal of
Emergency Medicine, 31(10), 1462–1465.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 134


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

Chick, S. (2011). Trained Nurse Location Model for In-Hospital Cardiac Arrest Survival
Trained Nurse Location Model for.
Curran, V., Fleet, L., & Greene, M. (2012). An exploratory of factors influencing resuscitation
skills retention and performance among health providers. Journal of Continuing
Education in The Health Professions , 32 (2), 126-133
Duval, T. S., Silvia, P. J., & Lalwani, N. (2001). Self-Awareness & Causal Attribution A Dual
Systems Theory. New York: Kluwer Academic Publisher
G, A. C., Niranjan, G. M., & Dinesh, B. (2013). Origi n a l A rt i c l e A cross-sectional study
on awareness and perception about basic life support / cardio-pulmonary resuscitation
among undergraduate medical students from coastal South India, 3(3), 146–150.
Gaieski, D. F., Agarwal, A. K., Abella, B. S., Neumar, R. W., Mechem, C., Wallace, S., …
Band, R. A. (2017). Adult out-of-hospital cardiac arrest in philadelphia from 2008–
2012: An epidemiological study. Resuscitation, 115, 17–22.
Guyton, C. A. (2015). Textbook of medical physiology (13 ed.). Philadelphia: Elsevier.
Fikriana, R., & Al-Afik. (2016). Faktor yang berhubungan dengan tercapainya high quality
CPR pada peserta Basic Life Support Training. Ejournal Umm , 7, 118-125.
Hasegawa, T., Daikoku, R., Saito, S., & Saito, Y. (2014). Relationship between weight of
rescuer and quality of chest compression during cardiopulmonary resuscitation, 1–7.
Hazinski, M. F., Shuster. M., Donnino, M. W., Travers, A. H., Samson. R.A., Schexnayder,
S.M., Sinz, E. H., Woodin. J.A., Atkins, D.L., Bhanji, F., Brooks, S.C., Callaway, C.
W., Allan, R., Kleinman M. E., Kronick, S. L., Lavonas, E. J., Link M. S., Mancini,
M.E., Morrison, L. J., Neumar, R. W., O’Connor, R. E., Singletary, E.M., Wyckoff, M.
H. (2015). Highlights of the 2015 American Heart Association Guidelines Update for
CPR and ECC. Texas: American Heart Association.
Heng, K.W.J., Fong, M.K., Wee, C., Anantharaman, V. (2011). The role of nurses in the
resuscitation of in-hospital cardiac arrests. Singapore Med J, 52, 611-615.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2008). Theories of Learning (Teori Belajar) (Ketujuh
ed.). (T. B. S, Trans.) Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Hou, S., Chern, C., How, C., & Wang, L. (2007). Is Ward Experience in Resuscitation Effort
Related to the Prognosis of Unexpected Cardiac Arrest ?, 70(9), 385–391.
Jaafar, A., Abdulwahab, M., & Al-hashemi, E. (2015). Influence of Rescuers ’ Gender and
Body Mass Index on Cardiopulmonary Resuscitation according to the American Heart
Association 2010 Resuscitation Guidelines, 2015(Cc).
Jantti, H. (2010). Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) Quality and Education. Finland:
Publications of the University of Eastern Finland Dissertations in Health Sciences.
Jentzer, J. C., Clements, C. M., Murphy, J. G., & Wright, R. S. (2017). Recent developments
in the management of patients resuscitated from cardiac arrest. Journal of Critical Care,
39, 97–107. https://doi.org/10.1016/j.jcrc.2017.02.011
KEMENKES. (2017, Juli 29). Retrieved Pebruari 26, 2018, from www.depkes.go.id:
http://www.depkes.go.id/article/view/17073100005/penyakit-jantung-penyebab-
kematian-tertinggi-kemenkes-ingatkan-cerdik-.html
Kenney, W. L., Wilmore, J. H., & Costill, D. L. (2015). Physiology sport and exercise (Sixth
ed.). United State: Human Kinetics.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 135


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

Kisorio, L. C., & Langley, G. C. (2016). End-of-life care in intensive care unit : Family
experiences. Intensive & Critical Care Nursing, 35, 57–65.
Kılıç, D., Göksu, E., Kılıç, T., & Buyurgan, C. S. (2017). PT NU SC.
Kwak, S., Kim, Y., Baek, H. J., Kim, S. H., & Yim, H. W. (2016). Chest compression quality
, exercise intensity , and energy expenditure during cardiopulmonary resuscitation using
compression-to-ventilation ratios of 15 : 1 or 30 : 2 or chest compression only : a
randomized , crossover manikin study, 3(3), 148–157.
Lee, I.S., Low, L.P. (2010). Nurses’ role in the early defibrillation of cardiac patients:
implications for nursing in Hong Kong. Contemp. Nurse, 35 (1), 88–94.
Lin, C., Kuo, C., Ng, C., Li, W., Weng, Y., & Chen, J. (2016). American Journal of
Emergency Medicine Rescuer factors predict high-quality CPR — a manikin-based
study of health care providers. American Journal of Emergency Medicine, 34(1), 20–24.
López-gonzález, A., Sánchez-lópez, M., Garcia-hermoso, A., López-tendero, J., Rabanales-
sotos, J., & Martínez-vizcaíno, V. (2016). American Journal of Emergency Medicine
Muscular fi tness as a mediator of quality cardiopulmonary resuscitation. American
Journal of Emergency Medicine, 34(9), 1845–1849.
Manders S, Geijsel FE. (2009). Alternating providers during continuous chest compressions
for cardiac arrest: everyminute or every two minutes?. Resuscitation, 80, 1008-1015.
Martini, F., Nath, J., & Bartholomew, E. (2015). Fundamental of Anatomy & Physiology
(Tenth ed.). St. San Francisco: Pearson.
Mcdonald, C. H., Heggie, J., Jones, C. M., Thorne, C. J., & Hulme, J. (2012). Rescuer fatigue
under the 2010 ERC guidelines, and its effect on cardiopulmonary resuscitation ( CPR )
performance.
Oo, A., Di, M., & Desalu, I. (2013). Analgesia & Resuscitation : Current Research How much
do we Remember after CPR Training ? – Experience from a Sub-Saharan Teaching
Hospital, 1–4.
Ock, S.-M., Kim, Y.-M., Chung, J. h., & Kim, S. H. (2011). Influence of physical fitness on
the performance of 5-minutes continous chest compression. European Jpurnal of
Emergency Medicine , 18, 251-256.
Paal, P., Pircher, I., Baur, T., Gruber, E., Strasak, A.M., Herff, H., Brugger, H., Wenzel, V.,
Mitterlechner, T. (2012). Mobile phone-assisted basic life support augmented with a
metronome. J. Emerg. Med, 43 (3), 472–477.
Power, S. K., & Howley, E. T. (2012). Exercise Physiology Theory and Application to Fitness
and Performance (Eighth ed.). United States: McGraw-Hill International Edition.
Qazi, A. H., Kennedy, K., Bradley, S. M., & Chan, P. S. (2017). outcomes and subsequent
length of stay. Resuscitation, 121, 117–122.
Reddy, K., Murray, B., Rudy, S., Moyer, J., & Sinz, E. (2011). Effective Chest Compressions
Are Related to Gender and Body Mass Index. Circulation , 124, A224.
Santosa, W. R., Wihastuti, T. A., & Haedar, A. (2015). Analisis faktor yang berhubungan
dengan terjadinya return of spontaneous circulation pasien henti jantung di IGD RSUD
dr.Iskak Tulungagung. The Indonesian Journal of Health Science , 6, 8-18.
Sayee, N., & Mccluskey, D. (2012). Factors Influencing Performance of Cardiopulmonary
Resuscitation ( CPR ) by Foundation Year 1 Hospital Doctors, 81(1), 14–18.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 136


1
Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Fakrul Ardiansyah , Elly Nurachmah 2, Muhamad Adam3

Shin, J., Hwang, S. Y., Lee, H. J., Park, C. J., Kim, Y. J., Son, Y. J., Hong, S. G. (2014).
Comparison of CPR quality and rescuer fatigue between standard 30 : 2 CPR and chest
compression-only CPR : a randomized crossover manikin trial, 1–9.
Smith, K. K., Gilcreast, D., & Pierce, K. (2008). Evaluation of staff ’ s retention of ACLS and
BLS skills.
Stiell IG, Brown SP, Nichol G, et al. (2014). Resuscitation Outcomes Consortium
Investigators. What is the optimal chest compression depth during out-of-hospital
cardiac arrest resuscitation of adult patients? Circulation, 130(22), 1962–1970.
Uray, T., Mayr, F. B., Fitzgibbon, J., Rittenberger, J. C., Callaway, C. W., Drabek, T.,
Dezfulian, C. (2015). Socioeconomic factors associated with outcome after cardiac
arrest in patients under the age of 65. Resuscitation, 93, 14-19.
Vural, M., Koşar, M. F., Kerimoğlu, O., Kızkapan, F., Kahyaoğlu, S., Tuğrul, S., & İşleyen,
H. B. (2017). Cardiopulmonary resuscitation knowledge among nursing students : a
questionnaire study, (8), 140–145.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 137

Anda mungkin juga menyukai