Ev. Tan Giok Lie 3 Orangtua ... Betapa Pentingnya!

Teduh Primandaru 7 Orangtua Sebagai Kawan Sekerja Allah

Desiana M. Nainggolan 13 Menjadi Seorang Bapak: Hak lstimewa dan Tanggung
Jawab Rohani
Herlise Y. Sagala, D.TH 17 Motivasi Kehadiran dan Ketidakhadiran Anak Dalam
Keluarga Kristen
M. Yuni Megarini C 25 Empty Nest (Sarang Kosong)
W. Kirana 29 Orangtua Mandiri
Grace Emilia 32 Memahami Terbentuknya Pola Kelekatan Emosi
DR. Ibrahim Surya 38 Gaya Pengasuhan Anak (Parenting Style)
Noertjahja Nugraha 43 Pola Asuh Orangtua Dalam Mendidik Anak di Era Digital
Melania 50 Menjadi Orangtua Gaul, Siapa Takut?
Noertjahja Nugraha 57 Peran Orangtua Dalam Membina Iman Anak Generasi
Milenial dan Generasi Z
Phebe Simbar 64 Membangun Relasi dengan Orang Tua Pasangan
Pdt. Dr. Togardo Siburian 66 Gereja-Gereja Sebagai "lbu" Orang Percaya • Surat
Yohanes Kedua
Pdt. Chandra Gunawan 73 Mukjizat Dalam lman Kristen
Donny A. Wiguna 81 Keuangan Bagi Orangtua
88 Meditasi
Donny A. Wiguna 96 lnvestasi Orangtua Untuk Anak
Obrolan Ringan
Pdt. Bong San Bun 101 Orangtua Atau Helikopter?
Sudut Refleksi
Sandra Lilyana 104 Kursus Kilat Menjadi Orang Tua
Tokoh Alkitab
Pdt. Agus Surjanto 108 Yosua • Panglima Yang Beribadah
116 Apresiasi Musik
Resensi Buku
Ev. Rachmat Reza, M.Th. 119 Generasi ke Generasi

2 EUANGE LION 162

Pendahuluan
Mukjizat bukanlah istilah yang
asing dalam perbendaharaan kata
orang Kristen . Meskipun demikian, is-
tilah terse but dapat digunakan dalam
beragam konteks . Dalam tulisan
ini, istilah mukjizat menunjuk pada
peristiwa supernatural yang terjadi
karen a adanya campurtangan Tuhan.
Kita sering mendengar berbagai ki-
sah mukjizat dalam kitab suci. Con-
tohnya, kisah mengenai kelahiran
Ishak (Kej 1-21), kesembuhan orang
buta (bdk. Yoh 9:1-2), orang lumpuh
dapat berjalan (bdk. Kis 3:1-10), atau-
pun kebangkitan orang mati (bdk. Luk
7:11-17) . Selain itu, kita juga sering
mendengar berbagai kesaksian me-
ngenai mukjizat kesembuhan yang
dialami orang-orang Kristen . Sebagai
contoh, sebagaimana dituliskan oleh
Gani Wiyono dalam artikelnya "Pen-
tecostalism in Indonesia," berbagai
mukjizat terjadi di Timor Leste saat
kebangunan rohani (tahun 1960-an).
Walaupun topik mengenai muk-
jizat penting untuk didiskusikan, topik
ini terbukti sulit untuk dibaha s sebab
ada perbedaan sikap dan penerimaan
dari orang-orang Kristen terhadap
fenomena tersebut. Sebagian orang
Kristen sangat percaya dengan
mukjizat, dan mereka bahkan meng-
harapkan hal tersebut sering terjadi
dalam kehidupan mereka. Sebagian
orang Kristen lainnya bersikap skeptis
terhadap mukjizat dan memandang
hal terse but perlu diuji terlebih dahulu
sebab fenomena supernatural 'tidak
EUANGELION 162
selalu' datang dari Tuhan . Sebagian
orang Kristen lainnya menolak fe-
nomena mukjizat masa kini karena
mereka memandang bahwa mukjizat
sudah t idak terjadi lagi atau karena
mukjizat dalam Alkitab mereka lihat
hanyalah sebagai sebuah mitos.
Orang-orang Kristen tentu tidak
dapat mengabaikan fenomena muk-
jizat sebab hal tersebut dibicarakan
dalam Alkitab. Dalam Perjanjian
Lama, kita menemukan bagaimana
nabi-nabiTuhan melakukan mukjizat,
misalnya, Elisa menyembuhkan Na-
aman yang sakit kusta (II Raja-raja 5).
Dalam Perjanjian Baru, kita men de-
ngar bahwa dalam pelayanan Yesus
dan para rasul, mukjizat merupakan
bagian penting dari pekerjaan Tu-
han. Meskipun demikian, orang-
orang Kristen pun tidak seharusnya
mengabaikan bahwa Alkitab juga
berbicara mengenai nabi-nabi palsu
yang juga mampu membuat hal-hal
yang supernatural seperti halnya
mukjizat. Hal ini bisa kita lihat, mi-
salnya, dalam peringatan Musa
kepada bangsa Israel (UI13:1-3) bah-
wa: "Apabila di tengah-tengahmu
muncu/ seorang nabi atau seorang
pemimpi, dan ia memberitahukan
kepadamu suatu tanda atau mujizat,
dan apabila tanda atau mujizat yang
dikatakannya kepadamu itu terjadi,
dania membujuk: Mari kita mengikuti
allah lain, yang tidak kaukenal, dan
mari kita berbakti kepadanya, maka
janganlah engkau mendengarkan per-
kataan nabi atau pemimpi itu."
73
 Dalam artikel pendek ini, penulis
akan mencoba untuk mendiskusikan
gagasan 'tanda' dalam lnjil Yohanes
untuk menolong pembaca melihat
salah satu perspektif Alkitab me-
ngenai mukjizat. Penelaahan ini
diharapkan dapat menolong kita
memahami fenomena mukjizat
dalam gereja mula-mula dan impli-
kasinya bagi gereja masa kini. Untuk
itu, kita pertama-tama akan men-
diskusikan konsep mukjizat yang
secara umum dibicarakan Alkitab.
Kita kemudian akan memikirkan
konsep 'tanda' dalam injil Yohanes
yang memperlihatkan cara pandang
gereja mula-mula dalam melihat
mukjizatYesus. Setelah itu, kita akan
mendiskusikan implikasi dari konsep
mukjizat yang kita bicarakan bagi
fenomena mukjizat masa kini. Untuk
itu, kita akan membahas terlebih
dahulu mengapa sebagian orang
begitu percaya dengan mukjizat dan
sebagian lainnya bersikap skeptis
atau bahkan menolaknya. Setelah
itu, kita akan memikirkan bagaimana
gereja seharusnya melihat sebuah fe-
nomena supernatural, seperti halnya
mukjizat.
Mukjizat dalam Alkitab
Alkitab menggunaan berbagai
istilah yang berbeda untuk membi-
carakan "mukjizat." Dalam Perjanjian
Lama, ada dua terminologi dalam ba-
hasa lbrani yang biasa digunakan un-
tuk menyebut "mukjizat," yakni oth
dan mofeth. Menu rut Professor Wen-
dy Cotter, dalam artikel mengenai
mukjizat yang ditulisnya dalam The
New Interpreter's Dictionary of the
74
Bible, kedua istilah tersebut sering
kali digunakan sebagai 'pengingat'
akan kuasa dan otoritas Allah atas
umatTuhan maupun segala ciptaan.
Dalam Perjanjian Baru, ada dua istilah
dari bah a sa Yunani yang cukup sering
digunakan untuk membicarakan
mukjizat, yakni dynamis dan semeion.
Sementara istilah dynamis digunakan
untuk memperlihatkan "kuasa" dari
Allah dan Yesus, istilah semeion di-
gunakan untuk menegaskan bahwa
mukjizat adalah sebuah "tanda."
Seorang pakar dalam bidang studi
Alkitab, Professor Craig L. Blom-
berg, dalam artikel yang dituliskan
mengenai mukjizat dalam buku
Evangelical Dictionary of Biblical
Theology, menegaskan bahwa tujuan
utama dari mukjizat bukanlah untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Mukjizat dikerjakan Allah sebagai
sebuah "tanda" yang menolong ma-
nusia dalam melihat pribadi Allah
dan karya keselamatannya . Professor
Blomberg percaya bahwa mukjizat
dapat menjadi sebuah sarana berkat
Tuhan, namun tujuan utama dari
mukjizat bukanlah dalam konteks
tersebut. Mukjizat dikerjakan Tuhan
dalam konteks pewahyuan (supaya
manusia dapat mengenal Allah) dan
dalam konteks keselamatan (supaya
manusia percaya kepada Kristus) .
Dalam PL, kita memang mene-
mukan bahwa peristiwa mukjizat di-
kerjakan Tuhan terutama sebagai me-
dia pewahyuan. Pewahyuan adalah
karya Allah dalam menyingkapkan
siapa dirinya. Dalam PL kita me-
nemukan bahwa Allah sering kali
menyatakan dirinya melalui karya
EUANGELION 162
yang bersifat supernatural (muk-
jizat). Dalam Keluaran 34:10, Tuhan
menegaskan: "Sungguh, Aku meng-
adakan suatu perjanjian. Di depan
seluruh bangsamu ini akan Kulakukan
perbuatan-perbuatan yang ajaib, se-
perti yang belum pernah dijadikan di
seluruh bumi dian tara segala bangsa;
seluruh bangsa, yang di tengah-te-
ngahnya engkau diam, akan melihat
perbuatan TUHAN (garis bawah dari
penulis), sebab apa yang akan Kula-
kukan dengan engkau, sungguh-sung-
guh dahsyat. Di sini kita melihat
II
bahwa tujuan dari mukjizatterutama
adalah supaya manusia dapat melihat
karya Tuhan dan membuat mereka
mencari Tuhan . Jadi, fungsi dari
mukjizat dalam PL terutama dilihat
sebagai sebuah "tanda ."
Pemahaman yang sam a dapat kita
lihat dalam PB . Dalam percakapan
Yesus dengan salah seorang murid
Yohanes, Yesus berkata: "Pergilah
dan katakanlah kepada Yohanes apa
yang kamu dengar dan kamu lihat:
orang buta melihat, orang lumpuh
berjalan, orang kusta menjadi tahir,
orang tuli mendengar, orang ma-
ti dibangkitkan dan kepada orang
miskin diberitakan kabar baik.Dan
berbahagialah orang yang tidak
menjadi kecewa dan menolak Aku. II
Ucapan Yesus ini disampaikan untuk
menjawab pertanyaan Yohanes me-
ngenai jati diri Yesus sebagai sang
Mesias. Yesus menegaskan bahwa
semua mukjizat yang Yes us kerjakan
memperlihatkan siapa dirinya. Jadi,
seperti halnya dengan Perjanjian
Lama, dalam Perjanjian Baru pun,
mukjizat dipandang sebagai sebuah
EUANGELIO N 162
"tanda" yang dikerjakan Tuhan bukan
sekadar sebagai 'media berkat' na-
mun sebagai 'media pewahyuan'
untuk membuat manusia mengenal
Kristus dan karya keselamatan yang
dikerjakannya . Selain itu, dalam lnjil
Yohanes, Alkitab dengan jelas me-
ngatakan bahwa mukjizat dikerjakan
Tuhan dan disaksikan oleh para pe-
nulisAikitab supaya manusia percaya
kepada Yes us. Yohanes menegaskan
dalam Yohanes 20 :30-31: "Memang
masih banyak tanda lain yang dibuat
Yesus di depan mata murid-m urid-
Nya, yang tidak tercatat dalam kitab
ini, tetapi semua yang tercantum
di sini telah dicatat, supava kamu
percava (garis bawah dari penulis),
bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah,
dan supaya kamu oleh imanmu mem-
peroleh hidup dalam nama-Nya . II
Mukjizat sebagai Tanda dalam lnjil
Yohanes
Kita telah mend iskusikan bahwa
baik dalam PL maupun PB, gagasan
mukjizat dibicarakan dalam konteks
"tanda ." Dalam lnj il Yohane s, kita
membaca penegasan yang lebih kuat
dala m memandang mukjizat sebagai
"ta ndall yang disampaikan untuk
menegaskan sesuatu melampaui apa
yang sebuah peristiwa (supernatural)
mampu perlihatkan. Kita seka rang
akan mendiskusikan beberapa sudut
pandang teologi dar i penulis injil
Yohanes dalam menjelaskan makna
mukjizat sebagai "tanda ."
Pertama, Dalam injil Yohanes
kita menemukan bahwa "tanda"
(mukjizat) tidak berdiri sendiri, dan
itulah sebabnya RasuiYohanes mem-
75
berikan penjelasan mengenai makna
di balik tanda/mukjizat yang Yesus
kerjakan. Dalam injil Yohanes ter-
dapat sekitar 7 tanda, dan penulis
injil Yohanes selalu memberikan
penjelasan mengenai makna dari
setiap tanda/mukjizatYesus. Sebagai
contoh, dalam Yohanes 6:1-15, Yes us
memberi makan lebih dari lima ribu
orang hanya dengan lima roti dan
dua ikan. Oleh karena mukjizat ini
merupakan sebuah tanda, penulis
Alkitab memberikan penjelasan dari
makna mukjizattersebutdalam khat-
bah Yes us mengenai "roti hidup." Di
sini, kita belajar bahwa mukjizat se-
bagai sebuah tanda membutuhkan
sebuah penjelasan. Tanpa penjelasan,
sebuah fenomena supernatural kehi-
langan maknanya.
Kedua, Rasul Yohanes selalu me-
ngaitkan mukjizat dengan pekerjaan
Yesus, yakni menjadi saksi bagi
pekerjaan Allah. Tanda/mukjizat
menjadi semacam 'audio-visual'
yang memperlihatkan pekerjaan
dari Yesus, yakni mempermuliakan
Allah melalui apa yang Dia kerjakan.
Dalam tanda pertama yang Yesus
perbuat, dalam Yohanes 2 :11, Alkitab
menegaskan: "Hal itu [mengubah air
menjadi anggur] dibuatYesus di Kana
yang di Galilea, sebagai yang pertama
dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu
Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya
(garis bawah dari penulis), dan mu-
rid-murid-Nya percaya kepada-Nya."
Dengan demikian, kita belajar bahwa
Allah tidak mengerjakan mukjizat
semata-mata demi manusia (mi-
salnya saja, supaya orang tersebut
76
mengalami kesembuhan) namun
untuk pekerjaan Tuhan (misi kerajaan
Allah).
Ketiga, tanda/mukjizat Yesus se-
lalu dikerjakan bukan hanya dalam
lingkup yang terbatas, yakni dalam
komunitas murid-muridYesus, tetapi
dikerjakan di hadapan banyak orang,
termasuk mereka yang belum percaya
kepadaYesus. Hal ini memperlihatkan
bahwa tanda/mukjizat dikerjakan
Yesus sebagai sebuah kesaksian
untuk memperlihatkan siapakah
Yesus dan karya yang dikerjakan-
Nya bagi manusia. Konteks bahwa
tanda/mukjizat merupakan sebuah
bentuk kesaksian penting untuk
dipikirkan sebab keduanya tidak
terpisahkan. Tujuan seseorang me-
ngalami karya mukjizat adalah su-
paya orang tersebut menjadi sak-
si atas pekerjaan Tuhan yang dia
alami. DalamYohanes 9:17, Yohanes
menceritakan mengenai tanda/
mukjizat yang Yesus kerjakan dalam
menyembuhkan seorang buta . Se-
waktuYesus ditanya oleh murid-mu-
ridnya mengenai orang yang bersalah
sehingga mengakibatkan orang ter-
sebut lahir buta, Ia menegaskan bah-
wa Tuhan sedang mempersiapkan pe-
kerjaan Tuhan melalui kesembuhan
orang tersebut. Orang-orang yang
telah mengalami mukjizat tentunya
dipanggil untuk menjadi saksi atas
pekerjaan Tuhan terse but.
Berdasarkan beberapa makna
dari konsep "tanda" dalam injil Yo-
hanes, kita menemukan bahwa
mukjizat berfungsi sebagai media
dalam memperlihatkan pribadi
EUANGELION 162
dan karya Yesus . Yohanes 20 :30-31
menjadi kunci utama dalam mema-
hami tujuan dari karya Allah dalam
mengerjakan "tanda" atau muk-
jizat dalam dunia ini, yakni, supaya
manusia datang kepada Yesus dan
percaya kepada Dia. Konteks muk-
jizat sebagai "tanda" dalam inj il Yo-
hanes pada dasarnya melanjutkan
apa yang ditegaskan dalam PL, hanya
saja dalam PB, tanda/mukjizatsecara
khusus dipandang sebagai 'media
kesaksian' dalam memberitakan
Kristus. Konteks inilah yang perlu
kita ingat ketika mendiskusikan me-
ngenai konsep mukjizat dalam iman
Kristen.
Penerimaan terhadap Mukjizat dan
Fenomena Mukjizat Masa Kini
Sulitnya menerima fenomena
mukjizat bersumber pada kultur da-
ri sebagian manusia modern yang
asing dengan berbagai fenomena
supernatural. Banyak orang Kristen
yangtumbuhdan besardalam sebuah
kebudayaan dan komunitas yang
a sing dengan fenomena supernatural
memiliki sikap yang tertutup dan
skeptis terhadap mukjizat. Mengapa
demikian? Hal ini disebabkan karena
manusia cenderung membenarkan
apa yang mereka sering lihat dan ala-
mi.lnillah yang membuatseorang pe-
mikir besa r seperti David Hume me -
nyebut kisah mukjizat sebagai cerita
dari kaum barba r, sebab di zaman
ia hidup, kisah mengenai mukjizat
jarang terdengar sehingga ia tidak
pernah berinteraksi dengan orang-
orang yang mengalami mukjizat dan
akibatnya ia tidak mempercayainya
EUANGELION 162
sebab hal terse but jarang ada di za-
mannya (hal inilah yang disoroti oleh
Craig S. Keener dalam artikel yang
ditulisnya "A ReassessmentofHume's
Case against Miracles").
Sebaliknya, Hwa Yung yang me-
rupakan seorang Bishop dari Ma-
laysia, dalam bukunya "Mangoes of
Bananas: The Ouest for an Authen-
tic Asian Christian Theology," me-
ngatakan bahwa, bagi orang-orang
Asia, mukjizat tidaklah sulit untuk
diterima sebab hal tersebut sering
mereka lihat bahkan alami. Hal
yang sama juga ditemukan dari
sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Ji::irg Stolz terhadap fenomena
mukjizat dalam beberapa gereja
Pentakosta . Dalam artikel yang ditu-
lisnya ("AI/Thing are Possible": Toward
a Sociological Explanation of Pen-
tecostal Miracles and Healing"), Stolz
menemukan bahwa jemaat tidak
asing dengan fenomena mukjizat
bahkan mengharapkan hal tersebut
terjadi karena berbagai kesaksian
dari orang-orang yang mengalami
mukjizat.
Perbedaan sikap dan respons
terhadap fenomena mukjizat juga
terjadi dalam gereja. Gereja-gereja
yang tumbuh dalam kebudayaan
barat lebih sulit menerima fenomena
mukjizat sebab mereka sering kali
terpengaruh oleh filsafat David Hume
meng ena i hukum alam . Walaupun
banyak pakar dalam bidang teo-
logi, filsafat, dan sains, telah mem-
perlihatkan kesalahan dari filsafat
Hume dalam memandang mukjizat,
pengaruh dari Hume terhadap orang-
orang Kristen di bela han dunia Barat
77
mas ih sangat kuat. Gereja-gereja
yang tumbuh dalam kebudayaan
timur dan non-western (contohnya,
Afrika) tidak sepakat dalam me-
mandang fenomena mukjizat. Ge-
reja-gereja yang beraliran Reformed
dan Protestan nampaknya lebih
sulit menerima fenomena mukjizat.
Sebaliknya, gereja-gereja yang ber-
aliran Pentakosta dan Kharismatik
lebih mudah menerima mukjizat
bahkan menjadikan fenomena ini
sebagai bag ian utama dari kehidupan
berjemaat. Tentu ada berbagai alasan
berbeda mengapa banyak gereja
Reformed dan Protestan lebih sulit
menerima fenomena mukjizat, mi-
salnya saja karena sulitnya menguji
kebenaran dari fenomena mukjizat
yang terjadi dalam gereja.
Meskipun demikian, fakta bahwa
fenomena mukjizat ternyata berpe-
ngaruh dalam kebangunan gereja
yang terjadi di beberapa wilayah
Indonesia dan ternyata berperan pen-
ting dalam penyebaran iman Kristen
di berbagai wilayah Indonesia yang
sangat tertutup dengan berita injil
seharusnya membuat kita berani un-
tuk memikirkan ulang secara serius
bagaimana gereja-gereja Reformed
dan Protestan harus memandang
dan menyikapi fenomena mukjizat.
Nasehat dari Professor Ebbie C.
Smith mengenai mukjizat dalam
pelayanan misi (dalam artikel me-
ngenai mukjizat yang ditulisnya da-
lam buku Evangelical Dictionary of
World Missions), penting untuk kita
pikirkan . Ia menegaskan bahwa pa-
da satu sisi, pe layanan misi/gereja
78
tidak seharusnya anti dengan kuasa
supernatural Allah maupun dengan
mukj izatyang Dia kerjakan, dan di sisi
yang lainnya, pelayanan misi/gereja
tidak seharusnya terobsesi dengan
fenomena supernatural, seperti hal-
nya mukjizat. Kita membutuhkan
sikap terbuka namun berhati-hati
dalam merespons fenomena muk-
jizat. Dalam hal ini, nasehat dari
Profesor Herman Bavinck, dalam
bukunya "Reformed Dogmatics,"
penting untuk kita dengarkan. Ia
menegaskan bahwa jika orang-orang
Kristen meragukan adanya mukjizat
Allah, mereka secara tidak langsung
meragukan kesaksian dari wahyuAI-
Iah dan berita injil. Profesor Bavinck
mengatakan hal yang benar bahwa
orang-orang Kristen yang sungguh-
sungguh mau mempercayai kitab
suci tidak mungkin akan menyangkali
nilai penting dari mukjizatAIIah.
Agustinus, sang bapak Gereja,
pernah mengingatkan kita bahwa
mukjizat tidaklah bertentangan
dengan hukum alam . Yang terjadi
di era modern adalah manusia me-
mandang mukjizat bertentangan
dengan pandangan manusia modern
terhadap hukum a lam. Dalam hal ini,
man usia modern harusnya menyadari
bahwa pandangan mereka terhadap
hukum alam tidaklah sempurna . Ke-
tidakmampuan mereka memahami
peristiwa supernatural dalam kitab
suci tidaklah membuktikan bahwa
peristiwa tersebut bertentangan
dengan hukum alam, namun me-
lampaui pemahaman manusia mo-
dern terhadap hukum a lam .
EUANGE LI ON 162
Selain itu, orang-orang Kristen
hendaknya tidak terjebak dalam pen-
dekatan teolog-teolog Liberal, seperti
F. Schleiermacher, yang mencoba
untuk mereduksi konsep mukjizat
menjadi sebuah pengalaman natural.
Walaupun real ita bahwa man usia, mi-
salnya saja, dapat bernafas, dapat di-
lihat sebagai sebuah mukjizat dalam
pengertian yang sangat umum,
namun Alkitab dengan spesifik ber-
bicara mengenai adanya hal-hal
tertentu yang Allah kerjakan secara
supernatural seperti terbelahnya Iaut
oleh Musa, dibangkitkannya seorang
anak dari kematian oleh Elia, ataupun
ditenangkannya badai oleh Yesus
hanya dengan perkataan. Mukjizat
dalam kehidupan manusia berfungsi
sebagai salah satu instrumen dalam
menolong manusia untuk dapat me -
ngenal Allah serta untuk dapat me-
ngasihi dan mempercayakan hidup
pada Dia.
Fenomena mukjizat yang dibi-
carakan dalam konteks masa kini
sering kali berhubungan dengan isu
mengenai pemeliharaan Tuhan atas
penderitaan manusia. Dalam hal
ini, isu mengenai mukjizat dikaitkan
terutama dengan berkat Tuhan .
Dalam hal ini, orang-orang Kristen
perlu belajar melihat mukjizat dalam
konteks yang lebih luas . Mukjizat
seharusnya dipandang bukan saja
sebagai sebuah 'instrumen berkat
Tuhan', namun harus dipandang
sebagai "tanda" yang berfungsi
terutama sebagai ' penunjuk' yang
mengarahkan seseorang untuk me-
lihat pada pribadi Allah dan karya
keselamatan-Nya dalam Kristus .
EUANGELIO N 162
Orang-orang yang mengalami karya
mukjizat dari Tuhan haruslah belajar
untuk menyadari bahwa mukjizat ti-
dak pernah diberikan sekadar untuk
menolong kita lepas dari pergumulan
dan kesulitan hidup, tetapi untuk
memberikan kesempatan bagi orang-
orang percaya dalam memberikan
kesaksian mengenai pekerjaan yang
Tuhan sedang kerjakan melalui muk-
jizat terse but.
Di sisi yang lain, orang-orang
Kristen perlu untuk waspada supaya
mereka tidak terobsesi dengan muk-
jizat. Dalam kitab suci kita mene-
mukan bahwa cara Tuhan dalam me-
meliharakan dan memberkati umat-
nya tidaklah selalu dalam bentuk
memberikan mukjizat. Demi ki an
juga dengan perkembangan gere-
ja Tuhan. Walaupun mukjizat se-
ring kali dijadikan instrumen un-
tuk pengembangan kerajaan Allah,
pekerjaan misi Tuhan tidak ber-
gantung pada mukjizat. Mukjizat
yang terjadi dalam sebuah gereja
juga perlu diuji apakah hal tersebut
mengkonfirmasi kebenaran Firman
Tuhan dan membuat nama Tuhan
semakin dipermuliakan .
Walaupun gereja perlu bersikap
te rbuka terhadap pekerjaan Tuhan
melalui sebuah mukjizat, orang-
orang percaya perlu menguji apakah
seb uah fenomena supernatural
benar-benar mukjizat dari Tuhan.
Menguji fenomena supernatural
tidaklah mudah. Kita membutuhkan
kepekaan rohani untuk dapat
membedakan apakah fenomena
tersebut berasal dari Tuhan ataukah
tidak. Terbatasnya ruang dal am t u-
79
lisan ini membuat kita t idak mung-
kin membahas dengan mendeta il
mengenai aspek penting ini. Mes-
kipun demikian, ada beberapa hal
yang bisa kita lakukan untuk menguji
fenomena supernatural. Pertama,
fenomena supernatural perlu diuji
dengan firman Tuhan. Oleh karena
mukjizat berperan terutama untuk
menyaksikan kebenaran firman Tu-
han, fenomena supernatural yang
bertentangan dengan Firman Tuhan
pastilah bukan dari Tuhan . Kedua,
oleh karena dalam setiap fenomena
supernatural selalu ada makna dan
motif di baliknya, jika makna dan
motif tersebut bertentangan de-
ngan Firman Tuhan, kita tentunya
dapat meragukan apakah fenomena
tersebut benar-benar dari Tuhan.
Ketiga, jika sebuah fenomena super-
natural tidak membuat seseorang
80
semakin mencari Tuhan, maka fe-
nomena tersebut bukanlah dari
Tuhan . Keempat, Jika fenomena su-
pernatural yang terjadi melibatkan
unsur-unsu r perdukunan/okultisme,
maka hal terse but pastilah bukan dari
Tuhan .
Setelah kita mendiskusikan ba-
gaimana konsep Alkitab mengenai
mukjizat dan konsep manusia mo -
dern terhadap karya Allah tersebut,
kita belajar bahwa bahwa mukjizat
tidaklah pernah diberikan sekadar
sebagai instrumen dari berkat Allah,
namun sebagai "tanda" yang mem-
buat manusia bertanya mengenai
makna di balik peristiwa terse but. Tu-
gas dari orang-orang percaya adalah
menjadi saksiTuhan dan berupaya un-
tuk memberikan kesaksian mengenai
pribadi Allah dan karya-Nya dalam
kehidupan manusia .
Pdt. Chandra Gunawan
EUANGEUON 162