Anda di halaman 1dari 3

Renungan Ibadah Rumah Tangga 19082022

Ayub 35:1-7
(NIV)
Job 35:1 Then Elihu said:
Job 35:2 “Do you think this is just? You say, `I shall be cleared by God.’ [Or My righteousness is more than God’s]
Job 35:3 Yet you ask him, `What profit is it to me, [Or you] and what do I gain by not sinning?’
Job 35:4 “I would like to reply to you and to your friends with you.
Job 35:5 Look up at the heavens and see; gaze at the clouds so high above you.
Job 35:6 If you sin, how does that affect him? If your sins are many, what does that do to him?
Job 35:7 If you are righteous, what do you give to him, or what does he receive from your hand?

AMANAT KHOTBAH: PENGENALAN AKAN ALLAH ADALAH SUMBER HIKMAT DAN


KEBIJAKSANAAN BAGI MANUSIA

PENDAHULUAN
Ayub adalah seorang yang terkenal karena kesalehannya. Ia adalah seorang yang hidupnya sangat
diberkati oleh Tuhan. Alkitab mencatat bahwa ia adalah orang yang saleh dan jujur. Ia takut akan Allah
dan menjauhi kejahatan. Kesetiaan dan ketaatan kepada Allah menjadi tema utama di dalam kehidupan
Ayub. Namun, walau Ayub hidupnya saleh dan setia kepada Allah, bukan berarti ia mengetahui semua
hal tentang Allah dengan benar. Ia tetap memiliki beberapa kekeliruan atau ketidaktahuannya tentang
Allah dan sifat-sifatnya. Dalam episode lain kehidupannya, Ayub mengalami berbagai penderitaan.
Kehilangan harta benda, kehilangan seluruh anak-anaknya dalam satu hari saja, juga penyakit yang
dialami oleh dirinya. Belum lagi ditambah dengan istrinya yang berputus asa dan meminta dia mengutuki
Allah.

Dalam penderitaannya, ia dikunjungi oleh sahabat-sahabatnya. Di antara sahabat-sahabatnya tersebut, ada


tiga orang yang sebaya dengannya dan ada satu orang yang usianya jauh lebih muda dari yang lainnya.
Dalam pertemuan itu terjadi perdebatan antara Ayub dan ketiga orang temannya yang sebaya dengannya.
Ketiga orang ini tidak dapat memperbaiki kekeliruan konsep pengenalan akan Allah dan sifat-sifatnya
yang dimiliki oleh Ayub, karena mereka juga memiliki kekeliruan konsep mengenai Allah dan sifat-
sifatnya. Bacaan kita hari merupakan respon Elihu terhadap ketidakmampuan ketiga rekan Ayub yang
lebih tua untuk menyanggah pernyataan Ayub yang keliru tentang Allah dan sifat-sifatnya, sekaligus ia
meluruskan pandangan Ayub tentang Allah dan sifat-sifatnya.

EKSPOSISI
Penulis: Tidak Dikenal
Tema: Mengapa Orang Benar Menderita?
Tanggal Penulisan: Tidak Pasti
Penulis: Tidak Diketahui
Latar Belakang Kitab Ayub
Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas
secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab
ini berbentuk syair. Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (lih. #/TB
Yeh 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (lih. #/TB Yak 5:11). Tempat terjadinya peristiwa
dalam kitab ini ialah "tanah Us" (#/TB Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di
bagian tenggara Laut Mati atau di sebelah utara Arabia (bd. #/TB Rat 4:21); jadi latar belakang sejarah
Ayub bersifat Arab dan bukan Ibrani.
Ada tiga pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini:

1. Manusia tidak akan pernah menjadi sama atau lebih benar dari pada Allah (Ayat 1-3)
 (ayat 2): “Inikah yang kauanggap adil dan yang kau sebut: kebenaranku di hadapan Allah” (NIV:
“Do you think this is just? You say, `I shall be cleared by God.’ [Or My righteousness is more than
God’s])
 Dari pernyataan ini kita bisa menangkap bahwa Elihu mengerti bahwa Ayub pada saat itu mencoba
membenarkan dirinya dihadapan Allah. Ia menganggap ia benar dan Allah harusnya membenarkan
dia karena kesalehannya selama ini. Bahkan kemungkinan ia menganggap bahwa ia lebih benar dari
Allah. Ia menganggap bahwa Allah telah berlaku tidak adil kepadanya (lihat Pasal 27:2).
 (ayat 3) “Kalau engkau bertanya: Apakah gunanya bagiku? Apakah kelebihanku bila aku berbuat
dosa? ” (NIV: ‘Yet you ask him, `What profit is it to me, [Or you] and what do I gain by not
sinning?’)
 Elihu membuat pertanyaan retorika ini untuk menyatakan pada Ayub bahwa sebaik dan sebenar
apapun seorang manusia, dia tidak akan pernah menjadi lebih benar ataupun sama benarnya dengan
Allah. Elihu mau menyatakan bahwa sesaleh-salehnya Ayub, tetap ia adalah orang yang berdosa
(bandingkan dengan Roma 3:23 dan Mazmur 51: 5 dan 7). Ayub tidak bisa membenarkan dirinya di
hadapan Allah (bandingkan dengan Mazmur 51:6).
 Tidak ada seorangpun manusia yang boleh mengklaim dirinya benar dihadapan Allah berdasarkan
atas kesalehannya sendiri. Kita bisa memiliki hidup yang saleh dan benar di hadapan Tuhan itu
semata-mata karena Roh Allah sendirilah yang bekerja di dalam kita sehingga kita bisa memiliki
kehidupan yang saleh dan benar.
 Selalu rendah hati dihadapan Allah karena sesungguhnya kita adalah orang-orang berdosa yang
menerima pengampunan dari Allah melalui pengorbanan Kristus Yesus.

2. Pengenalan akan Allah adalah sumber Hikmat dan Kebijaksanaan (Ayat 4-5)
 (ayat 4-5) “Akulah yang akan memberi jawab kepadamu dan kepada sahabat-sahabatmu bersama-
sama dengan engkau. Arahkanlah pandanganmu ke langit dan lihatlah, perhatikanlah awan-awan
yang lebih tinggi dari padamu!”
 Elihu ’Allah-ku ialah Dia’Sahabat Ayub yang paling muda, anak Barakheel, orang Bus dari
Kaum Ram.
 (ayat 4): Elihu hendak mengajarkan kepada Ayub dan ketiga orang temannya dengan tujuan
memperbaiki kekeliruan pandangan mereka tentang Allah dan sifat-sifatnya serta manusia dan
pergumulan-pergumulannya dan dosa-dosanya.
 (ayat 5): Elihu mau memberi penekanan bahwa walau betapa tingginya pengetahuan dan hikmat
manusia, tetap tidak lebih tinggi dari awan-awan, apalagi Allah. Dalam hal ini Elihu menegaskan
bahwa pengetahuan tentang Allah adalah tidak mungkin dikuasai sepenuhnya oleh manusia.
 Kalau kita baca keseluruhan Kitab ini kita akan mendapatkan fakta yang menarik: Di bagian akhir
dari kitab ini hanya Elihu yang tidak membuat Allah murka, sedangkan ketiga orang lainnya
membuat Allah murka. Di sini terlihat seperti bahwa Elihu lebih mengenal Allah dan sifat-sifatnya
serta lebih mengetahui mengenai manusia dan pergumulan-pergumulan serta penderitaannya
dibandingkan ketiga orang lainnya. Elihu terlihat memiliki hikmat yang selaras dengan apa yang
Allah kehendaki.
 Pelajaran bagi kita adalah menjadi berhikmat dan bijaksana bukan ditentukan oleh usia dan
pengalaman hidup saja, tetapi yang paling utama adalah seberapa dalam pengenalan akan Allah
dan sifat-sifat Nya.
 Untuk bisa mengenal Allah, kita perlu berelasi dengan Nya melalui doa dan pembacaan Alkita secara
rutin setiap hari, baik secara individu per individu di dalam keluarga, maupun oleh seluruh anggota
keluarga secara bersama-sama mempelajari Firman Tuhan secara rutin setiap hari.
 Teruslah setia belajar untuk dapat terus mengenal Allah dan sifat-sifat serta kehendak Nya lewat
kesetiaan membaca dan mempelajari Alkitab maupun lewat kesetiaan mengikuti ibadah-ibadah.
Pengenalan akan Allah yang mendalam adalah kunci menuju hikmat teragung (Amsal 1:7).
3. Allah berdaulat atas diri Nya sendiri dan tidak terikat pada keadaan Manusia (ayat 6-7)
 (ayat 6-7) “Jikalau engkau berbuat dosa, apa yang kau lakukan terhadap Dia? Kalau pelanggaranmu
banyak, apa yang kau perbuat terhadap Dia?” (NIV: “If you sin, how does that affect him? If your
sins are many, what does that do to him? If you are righteous, what do you give to him, or what does
he receive from your hand?”)
 Elihu menegaskan bahwa apapun keadaan seorang manusia, tetap tidak akan mempengaruhi Allah.
 Ketika manusia berdosa, maka Allah sedikitpun tidak rugi. Kemuliaan dan kekuasaan Nya tidaklah
berkurang.
 Ketika manusia hidup saleh dan benarpun sama sekali tidak membuat Allah berubah. Allah tidak
mengalami keuntungan sedikitpun dari kesalehan dan kebenaran manusia. Kemuliaan Nya tetap dan
tidak bertambah, demikian pula kekuasaan Nya tetap dan tidak berubah.
 Tidak ada apapun yang manusia perbuat yang bisa mengubah Allah dan sifat-sifat Nya.
 Dari sini kita belajar bahwa pelajaran utama dari kitab Ayub adalah bahwa Allah berdaulat secara
penuh atas segala tindakan Nya dan tidak terikat pada keadaan manusia.
 Dalam hal ini Allah berhak merendahkan ataupun mengangkat manusia seturut dengan kehendak
Nya. Allah berhak memberikan ujian dan mengijinkan siapapun mengalami pencobaan, namun Ia pun
berhak untuk menunjukkan kasih setia dan anugerah Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki.
 Manusia tidak berhak menilai dan menghakimi Allah berdasarkan pengetahuan dan hikmatnya yang
sangat terbatas.
 Satu pelajaran penting yang bisa kita pelajari bahwa Allah tidaklah dipengaruhi oleh keadaan yang
berasal dari luar diri Nya. Ia tidak berubah. Jika Ia mau menunjukkan kasih Nya kepada Manusia, itu
semata-mata adalah merupakan keputusan yang dibuat oleh Nya sendiri berdasarkan kedaulatan dan
kuasa Nya, bukan karena keadaan manusia.
 Walaupun kebaikan dan kesalehan kita tidak mempegaruhi Allah, tetaplah berusaha hidup sebagai
orang yang baik dihadapan Allah dan sesama, karena sesungguhnya itulah yang Ia kehendaki. Kita
diselamatkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah sediakan bagi kita
(Efesus 2:10).

KESIMPULAN
1. Tidak ada seorangpun manusia yang boleh mengklaim dirinya benar dihadapan Allah berdasarkan
atas kesalehannya sendiri. Kita bisa memiliki hidup yang saleh dan benar di hadapan Tuhan itu
semata-mata karena Roh Allah sendirilah yang bekerja di dalam kita sehingga kita bisa memiliki
kehidupan yang saleh dan benar.
2. Pelajaran bagi kita adalah menjadi berhikmat dan bijaksana bukan ditentukan oleh usia dan
pengalaman hidup saja, tetapi yang paling utama adalah seberapa dalam pengenalan akan Allah
dan sifat-sifat Nya.
3. Teruslah setia belajar untuk dapat terus mengenal Allah dan sifat-sifat serta kehendak Nya lewat
kesetiaan membaca dan mempelajari Alkitab maupun lewat kesetiaan mengikuti ibadah-ibadah.
Pengenalan akan Allah yang mendalam adalah kunci menuju hikmat teragung (Amsal 1:7).
4. Walaupun kebaikan dan kesalehan kita tidak mempegaruhi Allah, tetaplah berusaha hidup sebagai
orang yang baik dihadapan Allah dan sesama, karena sesungguhnya itulah yang Ia kehendaki. Kita
diselamatkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang telah Allah sediakan bagi kita
(Efesus 2:10).

AMIN

Anda mungkin juga menyukai