Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah Studi PL 2

Tanggapan Elifas dan respon Ayub


Kelompok I
1. Imenuel Lanu
2.
3.
4.
5.
6.

Dosen Pengampu
Dr. Rasmalem
Penderitaan Ayub

• Firman Tuhan mengatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan
jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayb 1:1).
• Berdasarkan bahasa Ibraninya dikatakan bahwa Ayub seorang yang
terhormat, seorang yang berkarakter (positif), dan orang yang secara
moral tidak tercemar. Dengan kata lain, Ayub adalah orang benar di
hadapan Allah.
• Pertama, Ayub kehilangan lima ratus pasang lembu dan
lima ratus keledai betina karena dirampas orang Syeba. Kedua,
Ayub kehilangan tujuh ribu ekor kambing domba beserta para
Kedua, penjaganya karena disambar api dari langit. Ketiga,
Ayub kehilangan tiga ribu ekor unta dan para penjaganya
karena diserbu orang Kasdim. Keempat, Ayub kehilangan
tujuh putera dan tiga puterinya sekaligus karena rumah tempat
puteranya mengadakan pesta rubuh menimpa mereka (Ayb.
1:13-19).
• Ayub harus menghadapi pencobaan dan penderitaan kelima
di mana Ayub ditimpa barah busuk di sekujur tubuhnya (Ayb.
2:7). Kemalangan Ayub belum berakhir karena isteri yang
seharusnya menjadi ‘tiang penopang’ dalam hidupnya justru
mengejeknya dan menyuruh Ayub mengutuki Allah (Ayb.
2:9). Tak lama kemudian, teman-teman Ayub secara tidak
langsung menuduh apa yang dialami Ayub akibat dosa.
• Ayub adalah pribadi yang benar dihadapan Allah. Walau Ayub
diijinkan Allah masuk dalam masalah demi masalah di dalam
hidupnya. Walau Ayub diijinkan Allah menghadapi pencobaan demi
pencobaan di dalam hidupnya. Walau Ayub diijinkan Allah
mengalami kemalangan demi kemalangan di dalam hidupnya. Walau
Ayub harus menghadapi hal-hal yang pahit di dalam hidupnya.
Namun firman Tuhan menyatakan bahwa Ayub tidak berbuat dosa
dengan bibirnya (Ayb, 2:10)
Ayub tidak menyalahkan alam. Ayub tidak menyalahkan situasi.
Ayub tidak menyalahkan para penjaga. Ayub tidak menyalahkan para
perampok. Ayub tidak menyalahkan isterinya. Ayub tidak menyalahkan
teman-temannya. Ayub tidak menyalahkan dirinya sendiri. Ayub tidak
menyalahkan sekelilingnya. Terlebih lagi, Ayub tidak menyalahkan Allah
seperti yang dinyatakan dalam teks, ‘Dalam kesemuanya itu Ayub tidak
berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut’ (Ayb.
1:22). Ayub tetap hidup benar di hadapan Allah.
Reaksi Ayub

Ayub 1:20–21 Lalu Ayub bangun, mengoyak jubahnya, dan


mencukur kepalanya, kemudian tersungkur dan menyembah,
katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari rahim ibuku, dengan
telanjang aku juga akan kembali ke situ: Tuhan yang memberi,
Tuhan juga yang mengambil; terpujilah nama Tuhan ."
Tanggapan Elifas
Tanggapan pertama dalam pasal 4-5
• , Elifas yang pertama berbicara secara sepihak menuduh Ayub dihukum Allah
karena dosanya dan menuntutnya bertobat agar hukumannya diringankan.
Menurut Elifas, dosa yang dilakukan Ayub adalah: kemunafikan, karena ia bisa
mengajar orang lain namun diri sendiri dihukum Allah (4:2-6); kehidupan yang
tidak jujur dan yang penuh kejahatan (4:7-11); dan kebodohan, karena ia selalu
menganggap diri benar dan tidak menerima ketika dihukum Allah (5:1-7).
• Ucapan Elifas dilengkapi dengan saran kepada Ayub untuk segera bertobat dengan
beberapa alasan: supaya tidak mendapat hukuman yang lebih berat dari Allah yang
tidak segan menghukum para malaikat-Nya (4:18-21); Allah akan berbelaskasihan
kepada orang-orang yang merendahkan diri di hadapan-Nya (5:1-16); dan Allah
akan mengampuni dan memulihkan orang yang bertobat setelah dihukum-Nya
(5:17-26).
• Dua pelajaran dari kesalahan Elifas di atas. Pertama, kita perlu
berhati-hati memberi penilaian kepada situasi kondisi yang
sedang dihadapi seseorang. Penderitaan seseorang tidak selalu
merupakan akibat dari dosa dan kesalahannya. Kedua, kita
tidak boleh dengan sembarangan memakai nama Allah untuk
mendukung pandangan kita dan juga perlu berhati-hati dengan
orang yang suka memakai nama Allah untuk mendukung
pandangannya.
• Ia mengajukan pertanyaan retoris (ayat 2-3, 7-9, 11-14) dan kata-kata kasar serta tajam
(ayat 4-6, 16). Rupanya Elifas tersinggung dengan pernyataan Ayub (ayat 12:3; 13:2).
Itu sebabnya Elifas membalas Ayub dengan menggunakan kata-kata Ayub sendiri (ayat
9). Pertanyaan-pertanyaan retoris Elifas sebenarnya bermaksud menyindir Ayub yang
mengaku diri berhikmat (ayat 2), memiliki pengetahuan ilahi (ayat 7-8) dan merasa diri
benar (ayat 14-16) padahal bodoh dan berdosa. Sedangkan kata-kata kasar serta tajam
Ayub, hanya menyamakannya dengan orang fasik. Perhatikan, misalnya
"kesalahanmulah yang menghajar mulutmu, dan bahasa yang licik yang kaupilih" (ayat
5), juga "lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan seperti
air" (ayat 16).
Tanggapan ke dua dalam pasal 15
Ia mengajukan pertanyaan retoris (ayat 2-3, 7-9, 11-14) dan kata-kata kasar serta tajam
(ayat 4-6, 16). Rupanya Elifas tersinggung dengan pernyataan Ayub (ayat 12:3; 13:2).
Itu sebabnya Elifas membalas Ayub dengan menggunakan kata-kata Ayub sendiri (ayat
9). Pertanyaan-pertanyaan retoris Elifas sebenarnya bermaksud menyindir Ayub yang
mengaku diri berhikmat (ayat 2), memiliki pengetahuan ilahi (ayat 7-8) dan merasa
diri benar (ayat 14-16) padahal bodoh dan berdosa. Sedangkan kata-kata kasar serta
tajam Ayub, hanya menyamakannya dengan orang fasik. Perhatikan, misalnya
"kesalahanmulah yang menghajar mulutmu, dan bahasa yang licik yang kaupilih" (ayat
5), juga "lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan
seperti air" (ayat 16).
• Mulai ayat 20-35 Elifas kemudian menguraikan panjang lebar tentang
nasib orang fasik. Orang fasik sepanjang hidupnya akan menderita,
ketakutan (ayat 20-24, 28-30), dan akhirnya binasa (ayat 31-35) oleh
karena hidup mereka yang menentang Allah (ayat 25-27). Ucapan Elifas
ini menciptakan `tembok pemisah' antara Ayub dengan ketiga temannya
(ayat 10). Perkataan Elifas ini mempertajam suasana yang tidak enak
menjadi konflik terbuka. Yang ada bukan nasihat lemah lembut, tetapi
tuduhan yang penuh kemarahan. Sikap menghukum menggantikan kasih.
Tanggpan Ketiga Pasal 22
• Elifas menghujani Ayub dengan pelbagai tuduhan, yang entah
muncul dari mana. Kita tahu jelas tuduhan itu bertolak
belakang dengan karakter Ayub (Ayb. 1). Sebagai seorang yang
diperkenalkan sebagai sahabat Ayub, Elifas pun seharusnya
mengenal Ayub.
• Elifas memaksakan Ayub setuju argumennya bahwa orang
susah pasti berdosa. Walaupun dia bersahabat dengan Ayub, ia
tak mampu merevisi pemahamannya agar sesuai data baru di
hadapannya. Tuhan menciptakan manusia dengan akal budi
sesuai citra-Nya.
• Satu bahaya lain juga mengincar, yaitu: ceramah dari ketiga
teman Ayub ini tidak melenceng jauh dari ajaran yang benar.
Misalnya, Allah mahakuasa (3), mahatahu (13 dst.), mendengar
doa (27). Tetapi penerapannya yang simplistis dengan berpikir
bahwa orang sukses pasti selamat dan orang yang doanya tidak
didengar Tuhan pasti punya dosa tersembunyi. Semua ajaran
mereka sangat berbahaya. Karena itu, butuh kepekaan dan
ketelitian untuk mengenali dan meluruskan ajaran-ajaran yang
beda tipis dengan iman Kristen. Sedikit toleransi pada hal-hal
yang prinsipil berakibat fatal,karena mereka melihat anugerah
Allah yang menghidupkan diyakininya sebagai hukum yang
mematikan.
• Satu bahaya lain juga mengincar, yaitu: ceramah dari ketiga
teman Ayub ini tidak melenceng jauh dari ajaran yang benar.
Misalnya, Allah mahakuasa (3), mahatahu (13 dst.), mendengar
doa (27). Tetapi penerapannya yang simplistis dengan berpikir
bahwa orang sukses pasti selamat dan orang yang doanya tidak
didengar Tuhan pasti
punya dosa tersembunyi. Semua ajaran mereka sangat
berbahaya. Karena itu, butuh kepekaan dan ketelitian untuk
mengenali dan meluruskan ajaran-ajaran yang beda tipis dengan
iman Kristen. Sedikit toleransi pada hal-hal yang prinsipil
berakibat fatal,
karena mereka melihat anugerah Allah yang menghidupkan
diyakininya sebagai hukum yang mematikan.
Tanggpan Ayub
• Ayub kecewa. Ia tidak diperlakukan sebagai sahabat yang kehilangan keluarga, usahanya, dan
kesehatannya, tetapi sebagai sembarang orang yang tidak menyadari bahwa tiap manusia berdosa.
Ia diberikan nasihat yang lazim: ikutilah upacara pengampunan! Penderitaan hanya dilihat sebagi
bukti kesalahannya, bukan sebagai sakit yang hampir tidak tertahan: Ayub 6:2-3
• Ayub bukan hanya kesal hati dan malang, tetapi hidupnya terancam dari dalam dan dari luar:
segala sesuatu tergoyang, tiada lagi yang pasti. Untuk pertama kalinya ayub menyebutkan siapa
yang meyebabkan penderitaan itu. (Ayub 6:4)
Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh
jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku.
• Bukan hanya hubungannya dengan Tuhan yang berubah, melainkan juga ikatan dengan sesamama.
(Ayub 6:15-17) saudara-saudaraku tidak dapat dipercaya seperti sungai, seperti dasar dari pada
sungai seperti dasar dari pana sungai yang mengalir lenyap, yang keruh karena air beku, yang
didalamnya salju menjadi cair, yang surut pada musim kemarau, dan menjadi kering ditempatnya
menjadi panas.
• Ayub tidak pernah meminta hadiah atau dukungan. Ia tidak berutang
budi kepada mereka ia rela mendengarkan mereka. (Ayub 6:24: )
Ajarilah aku, maka aku akan diam; dan tunjukkan kepadaku dalam hal
apa aku tersesat.
• Ayub tidak menerima tuduhan yang umum. Ia ingin menegtahui
mengapa ia dipersalahkan. Untuk pelanggaran manakah ia dihukum.
Karena sesungguhnya ia tidak sadar apa alasan celaan itu, maka ia
mengaharapkan perkataan tepat dan jujur, yang menjawab pertanyaan
yang lebih menyakitkan dari pada penyakit itu sendiri: apa sebabnya
saya menderita? hasrat mengerti itu menjadi dorongan utama hatinya.
Walau dia susah, asalkan dia tahu mengapa ia menderita, ia akan
menerima kenyataan tersebut.
• Untuk mencari jawaban itu, ia memikirkan kesusahan umum manusia di
bumi ini. (Ayub 7:1-3) Bukan manusia harus bergumul dibumi , dan
harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak
yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-
nantikan upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku malam-malam
penuh kesusahan.
• Kembali pada dirinya Ayub mengatakan (Ayub 7:7-9) ingatlah, bahwa
hidupku hanya hembusan nafas ; mataku tidak akan lagi melihat yang
baik. Orang yang memandang aku, tidak akan melihat aku lagi,
sementara engkau memandang aku, aku tidak ada lagi. Sebagaimana
awan lenyapdan melayang hilang, demikian juga orang yang turun
kedalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali.
Kesimpulan
• Ucapan Elifas di atas sangat meyakinkan, namun sepenuhnya salah karena Ayub
menderita bukan karena dosanya. Dua pelajaran dari kesalahan Elifas di atas.
Pertama, kita perlu berhati-hati memberi penilaian kepada situasi kondisi yang
sedang dihadapi seseorang. Penderitaan seseorang tidak selalu merupakan akibat dari
dosa dan kesalahannya. Kedua, kita tidak boleh dengan sembarangan memakai nama
Allah untuk mendukung pandangan kita dan juga perlu berhati-hati dengan orang
yang suka memakai nama Allah untuk mendukung pandangannya. 
• Memang kita harus berhati-hati dalam menasihati orang lain. Jangan gegabah
memutlakkan pandangan kebenaran kita. Jangan pula menuduh tanpa bukti-bukti
yang jelas, apalagi dengan kata-kata keras dan kasar. Bila nasihat disampaikan
dengan kesombongan, hasilnya adalah pertengkaran, kemarahan, dan sakit hati.
Kebenaran harus disampaikan dalam kasih.

Anda mungkin juga menyukai