Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aulia Fitria

Kelas : XI MIPA 3

Nabi Ayyub AS

Nabi Ayub adalah cucu dari Nabi Ishaq bin Ibrahim as. Seluruh umat manusia mengenal beliau sebagai
sosok seorang Nabi Allah yang memiliki tingkat kesabaran yang paling tinggi dalam menghadapi cobaan
dari Allah swt.
Kekuranagan harta benda, menderita sakit yang berkepanjangan, dan bahkan kehilangan nyawa anak-anak
beliau, semua itu tidak dapat meruntuhkan benteng keimanan Nabi Ayub as. Justru sebaliknya, semua itu
semakin menambahkan cinta dan ketaatannya kepada Allah swt. Beliau senantiasa beribadah kepada
Allah swt, dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit, dan kaya maupun miskin.

Di negeri tempatnya berpijak beliau dan keluarganya dikenal sebagai orang yang kaya-raya lagi
dermawan. Harta yang melimpah ruah, rumah dan gedung-gedung indah yang dimilikinya, perhiasan
emas dan perak, serta tanaman dan hasil bumi yang dihasilkannya, tidak menjadikan beliau sombong dan
angkuh. Justru beliau dan keluarga (istri dan anak-anaknya) selalu membantu orang-orang fakir yang
miskin, anak-anak yatim, dan janda-janda tua yang hidupnya serba kekurangan.
Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun dari penduduk setempat yang meminta bantuan kepada keluarga
Nabi Ayub, pulang dengan tangan hampa. Tidak heran, apabila seluruh orang memuji atas kebaikkan dan
kedermawanan beliau. Sanjungan tersebut tidak hanya datang dari golongan manusia, bahkan para
malaikat pun turut memuji amal saleh yang dilakukan oleh Nabi Ayub as.
Cobaan Untuk Nabi Ayub
Nabi Ayub dikenal sebagai nabi yang sangat kuat keimananya. Iblis merasa cemburu dan sakit hati
mendengar pujian malaikat terhadap kekuatan iman Nabi Ayub. Iblis merayu Nabi Ayub agar
meninggalkan perintah Allah. Namun, hal itu tidak berhasil.

Iblis menemui Allah dan berkata, “Tuhan, Ayub itu sebenarnya tidak ikhlas sujud kepada-Mu. Dia hanya
menginginkan nikmat kekayaan dan anak sebagai pewarisnya.” Allah ingin membuktikan bahwa Nabi
Ayub memang seorang yang beriman, sabar, dan tabah dalam menghadapi segala ujian. Kemudian, Allah
memberikan izin kepada iblis untuk menghasut Ayub agar lalai beribadah.
Iblis memusnahkan seluruh harta benda Nabi Ayub. Nabi Ayub pun menjadi bangkrut. Kemudian iblis
merobohkan rumah Nabi Ayub. Seluruh anak-anak Nabi Ayub yang berada di dalam rumah meninggal.
Kemudian, iblis menyamar sebagai seorang lelaki. Iblis itu berkata kepada Nabi Ayub. “Tiada berguna
engkau rajin beribadah karena Allah Yang Maha Kuasa itu pun tidak mau menyelematkanmu.” Nabi
Ayub menjawab, “Wahai iblis, semua yang aku miliki selama ini adalah pinjaman dari Allah saja. Kini
sudah tiba saatnya Allah mengambilnya. Hanya Allah yang berkuasa atas segala-galanya.”

Iblis sangat marah, dia menemui Allah lagi dan menyatakan kekecewaannya. Untuk ketiga kalinya, Allah
memberikan izin kepada iblis untuk mengganggu kesehatan Nabi Ayub. Iblis memasukkan sesuatu
penyakit yang tidak ada obatnya ke dalam tubuh Nabi Ayub. Nabi Ayub menahan rasa sakit selama
bertahun-tahun. Namun, segala rasa sakit tidak menghalangi ibadah Nabi ayub.
Penyakit Nabi Ayub semakin lama semakin parah. Sekalipun demikian, Nabi Ayub tetap tabah dan
menerimanya sebagai cobaan dari Allah swt. Keimanannya kepada Allah swt tidakberkurang sedikitpun,
justru beliau semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Iblis sangat kecewa dan
tidak puas dengan ketabahan Nabi ayub. Dengan demikin usaha iblis menjadi sia-sia.
Kesembuhan Nabi Ayub as
Penyakit Nabi Ayub sangat parah sehingga ia hanya dapat berbaring. Semakin lama kondisinya semakin
memburuk. Penyakit ini ia derita sudah 18 tahun.

Masyarakat di sekitarnya melupakan kedermawanan Nabi Ayub. Selama beliau sakit, seluruh penduduk
disekitarnya mengasingkan dirinya. Hanya istrinya yang mengurus segala keperluan Nabi ayub. Namun,
iblis selalu menghasut istri Nabi Ayub yang bernama Rahmah. Iblis membisikkan kebencian ke dalam
hati istri Nabi Ayub. Pada suatu hari, istri Nabi Ayub mengatakan hal-hal yang menyakiti Nabi ayub.
Nabi Ayub pun sangat sedih. Ia bersumpah apabila ia sembuh kelak, ia akan memukul istrinya sebanyak
100 kali.

Pada saat kondisi Nabi Ayub semakin lemah, Allah menurunkan wahyu kepadanya, “Hentakanlah kakimu
sehingga muncul air yang sejuk untuk mandi dan minum.”

Nabi Ayub menghentakan kakinya ke tanah sehingga air keluar. Air tersebut digunakan untuk mandi dan
minum Nabi Ayub. Tidak lama kemudian, tubuh Nabi Ayub kembali sehat. Bahkan. Ia lebih sehat dan
kuat dibanding sebelumnya.

Setelah sembuh, istri Nabi Ayub kembali kepada suaminya Nabi Ayub teringat dengan sumpahnya.
Namun, ia tidak sampai hati memukul istrinya. Oleh karena itu, ia tidak dapat memenuhi sumpahnya.
Setelah itu, turunlah perintah Allah agar Nabi Ayub melaksanakan sumpahnya. Ia diperintah memukul
istrinya menggunakan 100 helai rumput yang diikat.

Kisah Nabi Ayub ini telah diceritakan dalam Al-Quran Surat Shaad ayat 41-44 yang artinya, “Dan
ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan
dengan kepayahan dan siksaan” (Allah berfirman). “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk
mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
(kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), setelah itu
pukullah dengan ikatan rumput itu kepada istrimu agar kamu tidak melanggar sumpah. Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhannya)”

Kesabaran Nabi Ayub dapat dijadikan contoh bagi kita. Sebaiknya kita tidak cepat mengeluh pada saat
menghadapi kesusahan dan hidup.

Anda mungkin juga menyukai