Anda di halaman 1dari 1

Bahan Sermon Epistel Minggu 3 Set.

TRINITATIS 18 Juni 2021


Ayub 38 : 1 – 11
1 Pendahuluan
Segala sesuatu dimungkinkan bisa terjadi dalam kehidupan manusia. Suatu ketika bisa saja kita mendapatkan apa
yang kita dambakan atau yang kita impikan, namun bisa juga sebaliknya sesuatu yang tidak kita harapkan bisa terjadi.
Terkadang kita bersedih, namun terkadang kita bersukacita. Dalam kehidupan manusia banyak hal-hal yang tidak mampu
terjangkau dengan akal. Ada banyak pertanyaan-pertanyaan tentang perkara kehidupan yang tidak dapat dijawab. Ada
banyak orang yang mempertanyakan kehidupannya karena ternyata hidup yang dia alami tidak seperti yang dia pikirkan atau
bahkan jika membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain.

2 Pembahasan
Banyak hal yang tidak terpecahkan manusia. Demikian halnya dengan pergumulan Ayub. Rumus kehidupan manusia
yang mengatakan : “Orang jahat dihukum Tuhan dan orang baik diberkati Tuhan”, tidak selalu tepat. Ada rahasia Tuhan.
Tuhan penuh dengan misteri. Pengetahuan manusia sangat terbatas. Kalau demikian, apa yang dapat dilakukan manusia?
Yaitu beriman bahwa : segala sesuatu adalah kekuasaan Tuhan. Kehidupan manusia ada di dalam kuasa Tuhan. Kalaupun kita
sebagai orang beriman tetapi mengalami penderitaan, itu supaya manusia lebih meningkatkan keimanannya. Apa yang Tuhan
lakukan pada Ayub? Dia mengijinkan iblis mencobai Ayub. Dia mengijinkan kesengsaraan menimpa Ayub. Anak-anaknya mati.
Istrinya meninggalkan dia. Penyakit menjijikan melekat di badannya. Semua hartanya habis. Dia duduk seperti pengemis di
jalanan. Dan, Ayub protes karena dia saleh. Seharusnya orang saleh, itu makmur. Diberkati, dan tidak menderita. Semuanya
sudah diberikan Ayub pada Tuhan. Setiap pagi dia memberi korban pesembahan pada Tuhan. Tapi mengapa Ayub harus
menderita? Tuhan tidak adil. Itu pikir Ayub. Adakah dosa yang Ayub lakukan. Dan ini yang membuat bathin Ayub kian perih
juga semakin bertanya, apa sungguh ia berdosa? Tapi bagaimana reaksi Tuhan? Tuhan tetap diam. Semua orang itu sibuk
bicara, sibuk ngobrol; kenapa begini dan begitu. Sama seperti banyak orang Kristen, kalau ada musibah; kita sibuk kasak
kusuk sana-sini, mencari apa yang salah, mencari siapa yang salah. Tapi Tuhan tetap diam. Dia mengamati dari Surga, menanti
waktu untuk memberi jawaban.
Dalam Pasal 38, barulah kita mendengar Tuhan berbicara. Dia datang dalam badai. Badai yang dahsyat, ketika Tuhan
memperkenalkan diri kepada Ayub. Tadinya, Ayub hanya menduga-duga seperti apa Tuhan, tapi sekarang, dalam badai;
Tuhan berbicara. Tuhan langsung menantang Ayub, “Siapa yang tidak berpengetahuan yang sanggup berbantahan denganku?”
Sebuah pertanyaan yang langsung menghujam bathin Ayub dan mengingatkan Ayub bahwa ia hanya debu di hadapan Tuhan.
Dan kemudian, Tuhan memberondong Ayub dengan banyak pertanyaan: Di mana Engkau ketika aku meletakkan dasar bumi?
Siapa yang menetapkan ukurannya? Siapa yang membendung laut? Dan membuat awan menjadi pakaian langit?
Pergumulan manusia adalah ketika manusia tidak mengetahui dan arah kehidupannya. Hidup menjadi sebuah teka-
teki yang sulit dipecahkan. Manusia mencoba menjawab kehidupan ini dengan pengetahuannya, lalu manusia melepaskan
hubungannya dengan yang mengetahui bahkan menguasai dirinya. Padahal, pengetahuan manusia begitu terbatas.
Keterbatasan manusia itu memang Tuhan nyatakan. Ketika manusia menerobos batasan-batasan kemampuannya, di situlah
manusia sudah memasuki kecongkakannya. Ketika manusia hidup dalam kecongkakannya, dimana ia tidak lagi menaruh
kekuatan dan pengharapan pada penciptaNya, di situlah ia mengalami gelombang-gelombang kehidupan yang tidak dapat ia
pahami. Kecongkakan manusia adalah ketika manusia itu tidak lagi melihat peran Tuhan di dalam hidupnya. Manusia yang
hanya mengandalkan dirinya merupakan bagian dari kecongkakan. Manusia yang tidak melakukan perintah Tuhan adalah
bagian dari kecongkakan manusia. Kecongkakan Gereja adalah ketika gereja tidak melakukan perintah Tuhan.
Melalui firman Tuhan ini, ada dua hal yang perlu kita kuatkan :
1. Jalanilah hidup ini dengan penuh iman, melakukan perintah-perintah Tuhan. Segala sesuatu di dunia ini ada
dalam kuasa Tuhan.
2. Jangan takut dengan apapun yang kita alami di dunia ini, sebab hidup ini memang penuh misteri.

3 Aplikasi
Kerap kali kita mendengar orang berkata: Hidup ini hanya sekali, nikmatilah sepuas-puasnya!. Tidak salah, memang
hidup hanya sekali. Tapi justru karena hanya sekali, kita harus mempergunakannya sebaik-baiknya bukan semau-maunya,
sebenar-benarnya bukan sepuas-puasnya. Hidup ini adalah titipan yang pada saatnya nanti harus kita pertanggungjawabkan
kepada yang menitipkannya yaitu Tuhan. Tindakan hidup semaunya atau seenaknya membuat hidup ini tidak bermakna.
Menikmati hidup yang benar ketika kita bisa bertindak dan melakukan segala sesuatu dengan baik dan benar dalam terang
iman kepada Tuhan Pemilik hidup. Bagi orang yang sudah berupaya hidup benar dan bertanggungjawab, maka Allah sudah
menyediakan yang terbaik bahkan kemuliaan abadi. Badai pasti berlalu dan berkat Tuhan akan melimpah bagi mereka yang
bergantung kepada Dia Yang Tak Terukur Kuasa-Nya, Tak Terselami Jalan-Nya, Tak Terselidiki Keputusan-Nya, Tak Terduga
Hikmat-Nya..

Anda mungkin juga menyukai