Anda di halaman 1dari 8

PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA DI INDONESIA

TERHADAP PLURALISME AGAMA

Marsudi Utoyo
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
Jl. Suka Bangun II Km. 6,5 Lr. Suka Pandai No. 1610 Palembang
email: mar_utoyo@yahoo.com

Abstract

For Indonesia plurality is a fact. To set the required plurality of pluralism. Because, no doubt,
contain the seeds of discord plurality, this required tolerance, openness, and equality. Pluralism
allows for harmony in society, pluralism encourages freedom, including freedom of religion, and is a
pillar of democracy. There is no true democracy without pluralism. Pluralism here means the
protection of the state against the rights of its citizens to embrace the religion according to what he
believes. Religious pluralism means building tolerance, we must recognizes that any religion with
adherents of each have the same rights. So that must be built is feeling and mutual respect between
religious communities.

Keywords: Plurality, Pluralism, Religious Pluralism, Tolerance.

Abstrak

Bagi bangsa Indonesia pluralitas itu merupakan kenyataan. Untuk mengatur pluralitas diperlukan
pluralisme. Sebab, tidak bisa dipungkiri, pluralitas mengandung bibit perpecahan, inilah
diperlukan sikap toleran, keterbukaan, dan kesetaraan. Pluralisme memungkinkan terjadinya
kerukunan dalam masyarakat, pluralisme mendorong kebebasan, termasuk kebebasan beragama,
dan merupakan pilar demokrasi. Tidak ada demokrasi yang sejati tanpa pluralisme. Pluralisme di
sini berarti perlindungan negara terhadap hak-hak warganegaranya untuk memeluk agama sesuai
dengan apa yang diyakininya. Pluralisme agama berarti membangun toleransi, kita harus
mengakui bahwa setiap agama dengan para pemeluknya masing-masing mempunyai hak yang
sama. Maka yang harus dibangun adalah perasaan dan sikap saling menghormati antar pemeluk
agama.

Kata Kunci : Pluralitas, Pluralisme, Pluralisme Agama, Toleransi.

A. Pendahuluan mengembangkan atau memperkaya keadaan


Pluralisme dan pluralitas merupakan dua yang bersifat plural tersebut. Dalam konteks
terma yang sering digunakan secara agama-agama pluralisme mengacu kepada
bergantian tanpa ada penjelasan apakah dua teori atau sikap bahwa semua agama,
kata tersebut memiliki arti yang sama atau meskipun dengan jalan yang berbeda-beda,
berbeda. Adakalanya, pluralisme dan menuju kepada satu tujuan yang sama, yang
pluralitas diartikan sama, yakni sebuah Absolut, yang terakhir, yakni Tuhan.1
keadaan yang bersifat plural, jamak atau Pluralisme adalah penyebab perubahan
banyak. Pluralisme sesungguhnya bukan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan
sekedar keadaan bersifat plural, juga bukan kondisi sosialnya yang secara pribadi
sekedar pengakuan bahwa heterogenitas itu mempengaruhi diri mereka. Sebagai sebuah
ada dalam realitas. Pluralisme agama adalah ciri keberagamaan, pluralisme dan pluralitas,
s u a t u s i k a p m e n g a k u i , m e n g h a rg a i , sering dikacaukan. Pluralitas, suatu realitas
menghormati, memelihara dan bahkan nyata. Sedangkan pluralisme, sebuah

1. Umi Sumbulah, 2006, Islam Radikal dan Pluralisme Agama: Studi Konstruksi Sosial Aktivis Hizb al- Tahrir dan Majelis
Mujahidin di Malang Tentang Agama Kristen dan Yahudi, Surabaya, hlm. 56

454
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-Agana di Indonesia

kesadaran akan realitas. Pluralitas itu B.Pembahasan


merupakan kenyataan. Untuk mengatur Pluralisme agama dalam perspektif
pluralitas diperlukan pluralisme. Sebab, tidak agama-agama sangat beragam dan berbeda,
bisa dipungkiri, pluralitas mengandung bibit peneliti dalam penelitian ini mengungkapkan
perpecahan, inilah diperlukan sikap toleran, pandang-padangan dan pendapat-pendapat
keterbukaan, dan kesetaraan. Pluralisme dari tokoh agama;
memungkinkan terjadinya kerukunan dalam
masyarakat, bukan konflik.2 1. Pluralisme agama dalam perspektif
Pluralisme mendorong kebebasan, Islam
termasuk kebebasan beragama, dan Dalam Islam, tidak ada satu ayat pun
merupakan pilar demokrasi. Tidak ada dalam al-Qur'an dan tidak ada satu hadits pun
demokrasi yang sejati tanpa pluralisme. yang mengobarkan semangat kebencian,
Pluralisme di sini berarti perlindungan negara permusuhan, pertentangan atau segala bentuk
terhadap hak-hak warganegaranya untuk perilaku negatif, represif yang mengancam
memeluk agama sesuai dengan apa yang stabilitas dan kualitas kedamaian hidup.
diyakininya. Pluralisme berarti membangun Ironisnya, hingga kini masih saja muncul
toleransi, kita harus mengakui bahwa setiap kekerasan yang mengatasnamakan agama.
agama dengan para pemeluknya masing- Menghadapi persoalan ini, diperlukan suatu
masing mempunyai hak yang sama untuk rumusan yang tepat untuk membangun sistem
eksis. Maka yang harus dibangun adalah kehidupan yang damai. Rumusan itu ada
perasaan dan sikap saling menghormati, yaitu dalam pluralisme. Pluralisme adalah jalan
toleransi dalam arti aktif. Pluralisme bukan terbaik untuk hubungan antar dan intra-
sinkretisme, juga bukan relativisme, tidak agama. Begitu banyak Tuhan menuturkan ide
berarti mencampuradukkan agama yang pluralisme ini. Tuhanlah yang menghendaki
disebut sinkretisme. Justru karena pluralisme makhlukNya bukan hanya berbeda dalam
itu mengakui perbedaan, maka perbedaan itu realitas fisikal melainkan juga berbeda-beda
perlu dikembangkan.3 dalam ide, gagasan, berkeyakinan, dan
Sebagai sebuah fakta historis-sosiologis, beragama sebagaimana yang disebut dalam
pluralitas menurut Budhi Munawar Rachman, beberapa firmanNya antara lain: ”Andaikan
tidak dapat dipahami hanya dengan Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan
mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, umat yang satu, Dan (tetapi) mereka
beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan senantiasa berbeda” [Al-Qur'an11:118] ;
agama, yang justru hanya menggambarkan “Andaikan Allah menghendaki niscaya kamu
kesan fragmentasi, bukan pluralisme. dijadikanNya satu umat saja” [Al-Qur'an 5:
Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekedar 48]. Dengan demikian, sangat jelas bahwa
kebaikan negatif (negative good), hanya ketunggalan dalam beragama dan
ditilik dari kegunaannya untuk berkeyakinan tidaklah dikehendaki Tuhan.
menyingkirkan fanatisme. Pluralisme akan Pada ayat lain yang sangat populer disebutkan
dipahami sebagai pertalian sejati kebhinekaan ”Tidak ada paksaan dalam memasuki agama”
dalam ikatan-ikatan keadaban (genuine [Al-Qur'an 2: 256]. Berdasarkan ayat tersebut
engagement of diversities within the bound of dapat dipahami bahwa di samping tidak boleh
civility). Bahkan pluralisme adalah juga suatu ada paksaan bagi seseorang untuk memeluk
keharusan bagi keselamatan umat manusia, suatu agama atau pindah agama, orang juga
antara lain melalui mekanisme perawatan, dibebaskan apabila memilih tidak beragama.
pengawasan dan pengimbangan yang Karena jalan yang benar dan yang salah sudah
dihasilkannya.4 dibentangkan Tuhan. Terserah kepada setiap
orang untuk memilih antara dua jalan tersebut,
tentu dengan segala konsekuensinya. Allah

2 Budhy Munawar Rachman, 2010, Argumen Islam Untuk Pluralisme, , Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, hlm 6
3. bid, hlm 85-87
4. Budhi Munawar Rachman, Pluralisme dan Inklusivisme dalam Wacana Keberagamaan:Upaya Mencegah Konflik Antaragama,
dalam, Syifaul Arifin dkk., (ed.), 2000, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, PP Ikatan Remaja Muhammadiyah, Pustaka Pelajar
dan The Asia Foundation, hlm 109-110

455
MMH, Jilid 44 No. 4, Oktober 2015

dengan sangat indah menjelaskan kebenaran 2. Pluralisme Agama dalam perspektif


dan kebatilan atau keimanan dan kekafiran ini Kristen
dalam dalam salah satu ayatNya [Al-Qur'an Pluralisme, dalam masyarakat Barat
13: 17].5 sesungguhnya digunakan untuk menyatakan
Jika Tuhan menghendaki bahwa adanya otonomi yang dimiliki oleh banyak
manusia diciptakan berbeda-beda, maka pihak, seperti pihak gereja, asosiasi dagang,
adalah sangat logis dan amat bijaksana dan organisasi profesional. Di samping dalam
bahwa Dia juga memberikan pengertian tersebut, pluralisme juga dipahami
perlindunganNya kepada para pemeluk oleh masyarakat Barat sebagai suatu ajaran
agama yang berbeda-beda tersebut dan bahwa semua kelompok masyarakat yang ada
t e m p a t - t e m p a t m e re k a m e n y e m b a h , adalah berguna. Dalam pengertian yang
mengagungkan otoritas yang mereka yakini terakhirlah, kemudian pluralisme
[al-Qur'an 22: 40]. Dan karena itu pula, pada berkembang menjadi sebuah ideologi
ayat lain, Allah melarang umat Islam mencaci terpenting bagi negara-negara modern, tidak
maki sesembahan pemeluk agama lain [Al- hanya di Barat tetapi juga di Timur.
Qur'an 6:108].6 Penerimaan pluralisme ini nyata sekali
Dalam kitab suci disebutkan bahwa dalam teks-teks Perjanjian Lama dan
Allah menciptakan mekanisme pengawasan Perjanjian Baru. Allah yang menyatakan diri
7
dan pengimbangan antara sesama manusia kepada umat pilihanNya dalam Perjanjian
guna memelihara keutuhan bumi, dan Lama dan Perjanjian Baru adalah satu-satunya
merupakan salah satu wujud kemurahan Allah dan merupakan Allah bangsa-bangsa
Tuhan yang melimpah kepada umat manusia. (UI. 6:4; 4:35,39;Yes. 43:10-11). Karena itu
“....Seandainya Allah tidak melindungi perjanjian Allah dengan Musa, “Aku akan
sebagian manusia dengan sebagian yang lain, menjadi Allahmu dan engkau akan menjadi
niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi allah untuk-Ku” (Im. 26:12, yang didahului oleh
mempunyai karunia (yang dilimpahkanNya) perjanjian-Nya dengan Abraham (Kej. 15:17-
8
atas seluruh alam” [al-Qur'an 2: 251]. 21; 17:1-14), Nuh dengan tanda pelangi (Kej.
Disebutkan pula dalam surat Yunus yang 9:16) dan Adam (Kej. 1-5) dan selanjutnya
menyatakan ...sekiranya tidak karena suatu diteruskan melalui Daud (Mzm. 89) dan Al
firman yang keluar dari Tuhan sudah Masih, adalah perjanjian dengan umat
mendahului, yang diperselisihkan niscaya manusia, bahkan seluruh dunia. Dengan
sudah terselesaikan antar mereka [al-Qur'an demikian sejarah keselamatan tidak dibatasi
10: 19].9 Al-Qur‟an secara tegas dan jelas hanya pada satu umat pilihan saja, melainkan
menunjukkan adanya pluralitas dan seluruh umat manusia. Pilihan Allah tidak
keanekaragaman agama [al-Qur'an 2:62] 10 memutuskan Israel dari bangsa-bangsa,
Dalam hadits disebutkan Islam melainkan justru menempatkan mereka dalam
mengharuskan berbuat baik dan menghormati relasi dengan bangsa-bangsa. Panggilan Israel
hak-hak tetangga, tanpa membedakan agama adalah menjadi saksi atas panggilan universal
tetangga tersebut. Sikap menghormati itu itu.12
dihubungkan dengan iman kepada Allah, dan Dalam Perjanjian Baru Yesus tidak
iman kepada hari akhir. Ada juga hadits yang hanya datang kepada orang-orang Israel saja,
menyatakan siapa yang menyakiti kaum melainkan juga kepada orang-orang non
Dzimmi (kelompok minoritas non-Muslim Yahudi. Seperti penyembuhan anak laskar
yang berlindung di bawah kekuasaan Islam) Romawi (Mat. 8:10), penyembuhan anak
berarti dia menyakitiku (hadits).11 perempuan Samaria (Yoh. 4:1-6). Penjelasan

6. Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Madinah, Mujamma “Al Malik Fahd li Thiba'at Al Mushaf, 1971
Ibid, hlm 205
7. Moh. Shofan, 2006, Jalan Ketiga Pemikiran Islam, IRCiSoD, bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Gresik-UGM
Press Jawa Timur, Yogyakarta, hlm 55
8. Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 1971, Madinah, Mujamma “Al Malik Fahd li Thiba“ at Al Mushaf, hlm 61-62
9. Ibid, hlm 309
10.Ibid, hlm 19
11.Ibid, hlm 92
12.Bambang Ruseno Utomo, 2006, Religiositas Eksklusif ke Inklusif dalam Modul, Studi Intensif Antarumat Beragama,

456
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-Agana di Indonesia

perumpamaan undangan penjamuan kawin melainkan memandang sebagai sesama


yang akhirnya dihidangkan kepada siapa saja manusia atau saudara yang sama-sama
(Mat. 22:1-4). Perumpamaan orang Samaria membutuhkan cinta kasih dan perhatian, serta
yang baik hati sebagai penjelasan perintah penghargaan akan hak-hak asasinya.14
untuk mengasihi sesama. Sesama adalah
bukan orang atau kelompok yang dipilih 3. Pluralisme Agama dalam perspektif
sendiri, melainkan siapa saja yang dihadirkan Katolik
Allah dihadapan kehidupan kita tanpa Pasca Konsili Vatikan II (1962-1965)
mengenal batas keluarga, etnis, agama, aliran yang telah membawa gereja Katolik merevisi
kepercayaan, status sosial dan kekayaan yang pandangannya terhadap agama-agama lain.
memerlukan perhatian, kasih dan pertolongan Rahner mengembangkan teologi inklusif
kita.13 Karena itu bangsa lain, termasuk di yang sejalan dengan Konsili Vatikan II, yang
dalamnya adat, budaya dan kepercayaanya merevisi pandangan gereja tentang extra
tidak dilihat sebagai sama sekali negatif, kafir eclessiam nulla salus (di luar gereja tidak ada
dan gelap, melainkan secara positif, di mana keselamatan). Dalam pandangan Rahner,
Roh Kudus juga bekerja, dapat tumbuh iman, penganut agama lain mungkin menemukan
sehingga mempersiapkan mereka untuk karunia Yesus melalui agama mereka sendiri14
bertemu dengan Allah dan menerima tanpa harus masuk menjadi penganut Kristen.
pemenuhan keselamatan-Nya secara Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang
sempurna. Hubungan dengan orang lain dalam agama-agama itu serba benar dan suci.
adalah bukan hubungan sebagai musuh atau Dengan sikap hormat yang tulus gereja
rival, melainkan sebagai sahabat, saudara merenungkan cara-cara bertindak dan hidup,
untuk hidup bersama saling mengenal, tolong kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang
menolong dan saling menyejahterakan. memang dalam banyak hal berbeda dari apa
Bahkan gambaran gereja sebagai persekutuan yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi
orang percaya sekalipun tidak pernah tidak jarang toh yang memantulkan sinar
digambarkan sebagai satu kesatuan yang Kebenaran, yang menerangi semua orang.
seragam (uniform). Melainkan sebagai satu Namun gereja tiada hentinya mewartakan dan
15
tubuh yang terdiri dari banyak anggota yang wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan,
tempat, rupa, bentu sifat dan fungsinya kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia
berbeda antara satu dengan lainnya. Namun manusia menemukan kepenuhan hidup
justru dalam keperbedaan itu mereka dapat keagamaan, dalam Dia pula Allah
saling melengkapi, mengayakan dan mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya
menyejahterakan untuk melayani Sang (Kor 5:18-19). Maka gereja mendorong para
Kepala yang satu ini. Dengan demikian bahwa puteranya, supaya dengan bijaksana dan
perbedaan di antara manusia adalah kehendak penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama
Tuhan sendiri. Jikalau mau, dapat saja Tuhan dengan para penganut agama-agama lain,
menjadikan semua orang sama dan manusia sambil memberi kesaksian tentang iman serta
menjadi satu. Adanya perbedaan itu perihidup kristiani, mengakui, memelihara
dikehendaki supaya mereka saling mengenal dan mengembangkan harta-kekayaan rohani
diri sendiri, orang lain dan berkembang sesuai dan moral serta nilai-nilai sosial budaya, yang
dengan kepribadian dan talentanya masing- terdapat pada mereka.16
masing, serta saling mengayakan untuk Pendapat tokoh Katolik Frans Magnis
kesejahteraan bersama. Dalam menyikapi Suseno, sebagaimana ditulis dalam bukunya,
perbedaan itu bukan dengan kebencian, menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat
kesombongan, permusuhan saling m a j e m u k ,17 b a h w a p l u r a l i s m e a g a m a ,
men g h an cu rkan dan menyingkirkan, sebagaimana diperjuangkan di kalangan
13. Malang:Institut Pendidikan Theologia Balewiyata Malang-Jawa Timur, hlm 11
14 Ibid, hlm 13
. Karl Rahner yang oleh banyak kalangan disebut sebagai salah satu teolog terbesar Katolik di abad ke-20, yang pemikirannya
15.
mempengaruhi secara signifikan terhadap teologi pasca Konsili Vatikan II (1962-1965)
Paulus Uskup Gereja Katolik, Hamba Para Hamba Allah Bersama Bapa-Bapa Konsili Suci Demi Kenangan Abadi dalam Alkitab
16. Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama Bukan Kristiani, Roma, di Gereja Santo Petrus, tanggal 28 Oktober
1965, hlm 311
17.Frans Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus Di Tengah Masyarakat Majemuk, Penerbit Obor, Jakarta 2004, hlm 138-141

457
MMH, Jilid 44 No. 4, Oktober 2015

Kristen oleh teolog-teolog seperti John Hick, imannya. Bukan namanya toleransi apabila
Paul F. Knitter (Protestan) dan Raimundo untuk mau saling menerima dituntut agar
Panikkar (Katolik), adalah paham yang masing-masing melepaskan apa yang mereka
menolak eksklusivisme kebenaran. yakini.
Bagi mereka, anggapan bahwa hanya
agamanya sendiri yang benar merupakan 4. Pluralisme Agama dalam perspektif
kesombongan. Agama-agama hendaknya Hindu
pertama-pertama memperlihatkan Kaum Pluralis Agama dari berbagai
kerendahan hati, tidak menganggap lebih penganut agama sering mengutip ucapan
benar daripada yang lain-lain. Teologi yang tokoh-tokoh Hindu untuk mendukung
19
mendasari anggapan itu adalah, kurang lebih, pendapat mereka. Sukidi, seorang
dan dengan rincian berbeda, anggapan bahwa propagandis Pluralisme Agama dari kalangan
agama-agama merupakan ekspresi liberal di Muhammadiyah, misalnya, menulis
religiositas umat manusia. Para pendiri dalam satu artikel di media massa,
a g a m a , s e p e r t i B u d d h a , Ye s u s , d a n konsekuensinya, ada banyak kebenaran
Muhammad merupakan genius-genius (many truths) dalam tradisi dan agama-
religius, mereka menghayati dimensi religius agama. Nietzsche menegasikan adanya
secara mendalam. Mereka, mirip dengan kebenaran tunggal dan justru bersikap
orang yang bisa menemukan air di tanah, afirmatif terhadap banyak kebenaran.
berakar dalam sungai ke-ilahian mendalam Mahatma Gandhi pun seirama dengan
yang mengalir di bawah permukaan dan dari mendeklarasikan bahwa semua agama
padanya segala ungkapan religiositas Hinduisme, Buddhisme, Yahudi, Kristen,
manusia hidup. Posisi ini bisa sekaligus Islam, Zoroaster, maupun lainnya-adalah
berarti melepaskan adanya Allah personal. benar. Konsekuensinya, kebenaran ada dan
Jadi, yang sebenarnya diakui adalah dimensi ditemukan pada semua agama. Agama-agama
transenden dan metafisik alam semesta itu diibaratkan, dalam nalar pluralisme
manusia. Namun, bisa juga dengan Gandhi, seperti pohon yang memiliki banyak
mempertahankan paham Allah personal.18 cabang (many), tapi berasal dari satu akar (the
Paham Pluralisme agama, menurut Frans One). Akar yang satu itulah yang menjadi asal
Magnis, jelas-jelas ditolak oleh Gereja dan orientasi agama-agama. Karena itu, mari
K a t o l i k . P a d a t a h u n 2 0 0 0 , Va t i k a n kita memproklamasikan kembali bahwa
menerbitkan penjelasan “Dominus Jesus”. pluralisme agama sudah menjadi hukum
Penjelasan ini, selain menolak paham Tuhan yang tidak mungkin berubah. Karena
pluralisme agama, juga menegaskan kembali itu, mustahil pula kita melawan dan
bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya menghindari. Sebagai umat pemeluk agama,
pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada mereka tidak punya jalan lain kecuali bersikap
orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus. positif dan optimistis dalam menerima
Di kalangan Katolik sendiri, “Dominus Jesus” pluralisme agama sebagai hukum Tuhan.
menimbulkan reaksi keras. Frans Magnis Dalam paparannya tentang Hinduism dari
sendiri mendukung “Dominus Jesus” itu, dan bukunya, The World‟s Religions, Huston
menyatakan, bahwa “Dominus Jesus” itu Smith juga menulis satu sub-bab berjudul
sudah perlu dan tepat waktu. Menurutnya, “Many Paths to the Same Summit”, bahwa:
pluralisme agama hanya di permukaan saja “Early on, the Vedas announced
kelihatan lebih rendah hati dan toleran Hinduism‟s classic contention that the
daripada sikap inklusif yang tetap meyakini various religions are but different languages

18.
Dominus Jesus dikonsep dan semula ditandantangani oleh Kardinal Ratzinger–sekarang Paus Benediktus XVI –dan dikeluarkan
pada 28 Agustus 2000. Dokumen ini telah menimbulkan perdebatan sengit di kalangan Kristen, termasuk intern Katolik sendiri.
Dokumen ini dikeluarkan menyusul kehebohan di kalangan petinggi Katolik akibat keluarnya buku Toward a Christian Theology
of Religious Pluralism karya Prof. Jacques Dupuis SJ, dosen di Gregorian University Roma. Dalam bukunya ini, Dupuis
menyatakan, bahwa “kebenaran penuh‟ (fullnes of thruth) tidak akan terlahir sampai datangnya kiamat atau kedatangan Yesus
Kedua. Jadi, katanya, semua agama terus berjalan–sebagaimana Kristen –menuju kebenaran penuh tersebut. Semua agama
disatukan dalam kerendahan hati karena kekurangan bersama dalam meraih kebenaran penuh tersebut.
19. Adian Husaini, 2010, Pluralisme Agama Musuh Agama-Agama (Padangan Katolik, Protestan, Hindu dan Islam Terhadap Paham
Pluralisme Agama), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, hlm 17

458
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-Agana di Indonesia

through which God speaks to the human heart. sama, tidak lebih dari nama-nama yang
“Truth is one; sages call it by different berbeda untuk hal yang sama. Ini telah
names.” (Terjemahan: Sejak dulu, kitab- kitab menyebabkan mereka mencampurdukkan
Veda menyatakan pandangan Hindu klasik, agama-agama yang berbeda menjadi satu,
bahwa agama-agama yang berbeda hanyalah sering dengan wiweka yang kecil, mencoba
merupakan bahasa yang berbeda-beda yang menjadikan semua hal untuk semua orang.
digunakan Tuhan untuk berbicara kepada hati Buddha menekankan pada aturan
manusia. Kebenaran memang satu; orang- disiplin, yang menyangkut segi duniawi dan
orang bijak menyebutnya dengan nama yang spiritual, untuk dapat dipraktekkan. Hal ini
berbeda-beda).20 sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Untuk memperkuat penjelasannya beliau dalam kitab Digha Nikayn III: 127 yaitu
tentang sikap “Pluralistik” agama Hindu, demi untuk kebaikan dan kebahagiaan orang
Huston Smith juga mengutip ungkapan banyak, demi kasih sayang terhadap dunia,
“orang suci Hindu” abad ke-19, yaitu demi kebaikan dan kebahagiaan para dewa
Ramakrishna, yang mencari Tuhan melalui dan manusia.23
berbagai agama: Kristen, Islam, dan Hindu. Empat puluh lima tahun lamanya Sang
Hasilnya, menurut Ramakrishna, adalah sama Buddha menyiarkan agamanya. Namun
saja. Maka ia menyatakan: “God has made sepanjang sejarahnya, belum pernah terjadi
different religions to suit different aspirations, bentrokan antar para pemeluk agama. Hal ini
times, and countries. All doctrines are only so disebabkan karena sikap hormat menghormati
many paths; but a path is by no means God dan bekerja sama antara pemeluk agama yang
Himself. Indeed, one can reach God if one berbeda-beda sejak dulu merupakan sikap
follows any of paths with whole-hearted hidup umat Buddha. Hal ini terbukti dengan
devotion” (Terjemahan: Tuhan telah membuat adanya prasasti Kalingga No. XXII dari raja
agama-agama yang berbeda-beda untuk Asoka (abad ke-3 sebelum Masehi) yang
memenuhi berbagai aspirasi, waktu, dan antara lain berbunyi:
negara. Semua doktrin hanyalah merupakan ”....Janganlah kita hanya menghormati
banyak jalan; tetapi satu jalan tidak berarti agama sendiri dan mencela agama lain tanpa
Tuhan itu sendiri. Sesungguhnya, seseorang suatu dasar yang kuat. Sebaliknya agama
dapat mencapai Tuhan jika ia mengikuti jalan orang lainpun hendaknya dihormati atas
mana saja dengan sepenuh hati).21 dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat
Frank Gaetano Morales, seorang demikian kita telah membantu agama kita
cendekiawan Hindu, mengecam keras orang- sendiri, untuk perkembangan di samping
orang Hindu yang menyama-nyamakan menguntungkan pula orang lain. Dengan
agamanya dengan agama lain. Biasanya kaum berbuat sebaliknya kita telah merugikan
Hindu Pluralis menggunakan “metafora agama kita sendiri, di samping merugikan
gunung” (mountain metaphor), yang agama orang lain, oleh karena barang siapa
menyatakan: “Kebenaran (atau Tuhan atau menghormati agamanya sendiri dan mencela
Brahman) berada di puncak dari sebuah agama orang lain, semata-mata karena
gunung yang sangat tinggi. Ada berbagai jalan didorong oleh rasa bakti kepada agamanya
untuk mencapai puncak gunung, dan dengan sendiri dengan berpikir “Bagaimana aku
itu mencapai tujuan tertinggi. Beberapa jalan dapat memuliakan agamaku sendiri”.
lebih pendek, yang lain lebih panjang. Jalan Dengan berbuat demikian ia malah amat
itu sendiri bagaimana pun tidak penting. Satu- merugikan agamanya sendiri. Oleh karena itu
satunya yang sungguh penting, adalah para kerukunan yang dianjurkan dengan
pencari semua mencapai puncak gunung itu”.22 pengertian bahwa semua orang hendaknya
“Mereka melihat kepada agama-agama mendengar dan bersedia mendengarkan
yang berbeda sebagai hanya sekedar jalan ajaran yang dianut orang lain.24
alternatif untuk mencapai tujuan yang yang
20 Huston Smith, 1991, The World‟s Religions, New York: Harper Collins Publiser, hlm 73
21. Ibid, hlm 74
22. Ibid, hlm 22
23. Ibid
24. Suwono, “Sejarah Agama Buddha dan Kerukunan Beragama” makalah, 2008, hlm 2

459
MMH, Jilid 44 No. 4, Oktober 2015

5. Pluralisme Agama perspektif Harmonis tetapi jati diri tetap eksis.


Konghucu Kemudian ayat yang ketiga menyatakan
Ketika berbicara masalah pluralisme “Tidak berangan-angan kosong, (maksudnya
agama menurut ajaran Konghucu, bahwa isme realitas bahwa menghadapi masalah apapun
merupakan suatu pemahaman tentang plural. harus bertindak dan membumi), tidak
Dalam agama Konghucu itu tidak membahas mengharuskan (maksudnya dalam perilaku
secara spesifik membahas tentang pluralisme, sehari-hari kita tidak boleh mengharuskan
atau yang lain tetapi dalam hal ini agama karena ada dimensi waktu, dimensi tempat
Konghucu mempunyai pemahaman yang dan dimensi apa saja itu pasti berubah) maka
disebut dengan Kosmologi Confucian, yaitu ada kata-kata bijak yang menurut agama
seperti masyarakat frontal itu yang dikenal Konghucu bisa untuk kebajikan “Kesalahan
dengan sebutanYing-Yang. adalah kebenaran yang tertunda, dan
Y i n g - Ya n g i t u b a n y a k o r a n g kebenaran adalah kesalahan yang tertunda”
menerjemahkan salah persepsi nya artinya (maksudnya adalah seseorang tidak mungkin
Ying-Yang diterjemahkan dengan dikotomi berbuat kesalahan terus, begitu pula
artinya dilawan-lawankan, padahal Ying- kebenaranpun pasti ada juga yang akhirnya
Yang adalah pemahaman bukan dikotomi salah) tidak kukuh dan tidak ego” (maksudnya
tetapi merupakan dialektika komplementar. ketika keyakinan kita yang paling benar
Artinya ketika berbicara perbedaan, plural jangan menyalahkan yang lain) jika ego
bukan ranah pada manusia saja, tetapi artinya dilaksanakan maka akan terjadi gesekan.26
disemua benda, semua makhluk yang ada
dimuka bumi ini semua makhluk adalah C. Simpulan
plural, artinya tidak ada makhluk yang satu Ada tiga hal tentang pluralisme yang dapat
macam dan seragam.25 menjelaskan arti pluralisme; Pertama,
Ying-Yang menunjukkan sesuatu yang pluralisme bukan hanya beragam atau
tidak mutlak dan tidak absolut bahwa sesuatu majemuk, pluralisme lebih dari sekedar
itu tidak mutlak, tidak absolut. Jadi Ying- majemuk atau beragam dengan ikatan aktif
Yang dalam pemahaman adalah sesuatu yang kepada kemajemukan tadi. Meski pluralisme
relatif, maka ketika berbicara relatif itu tidak dan keragaman terkadang diartikan sama, ada
ada sesuatu yang absolut dan tidak ada yang perbedaan yang harus ditekankan. Keragaman
tunggal, kalau tidak ada yang tunggal berarti adalah fakta yang dapat dilihat tentang dunia
jamak, kalau jamak konsekuensinya adalah dengan budaya yang beraneka ragam.
plural, dan ini menyangkut semua yang ada di Pluralisme membutuhkan keikutsertaan;
muka bumi dari semua ciptaan. Kedua, pluralisme bukan sekedar toleransi.
Dalam Kosmologi Confucian adalah Pluralisme lebih dari sekedar toleransi dengan
pertama saling melengkapi kedua, ada usaha yang aktif untuk memahami orang lain;
perbedaan ketiga ada siklus dan keempat Ketiga, bahwa pluralisme bukan sekedar
keharmonisan. Dalam agama Konghucu relativisme. Pluralisme adalah pertautan
dikatakan sebagai Filosofis Religious, karena komitmen antara komitmen religius yang
secara tekstual dalam agama Konghucu penuh nyata dan komitmen sekuler yang nyata.
dengan filosofis. Ayat yang mengatakan Pluralisme didasarkan pada perbedaan dan
tentang pluralisme diantaranya “Tidak ada bukan kesamaan. Pluralisme adalah sebuah
yang harus, tidak ada yang tidak harus” ikatan, bukan pelepasan-perbedaan dan
maksudnya adalah Bijak. Menurutnya bahwa kekhususan. Kita harus saling menghormati
kebenaran itu ada empat yakni: pertama, dan hidup bersama secara damai. Ikatan
kebenaran kontekstual, kedua, kebenaran komitmen yang paling dalam, perbedaan yang
kondisional, ketiga, kebenaran dialektis dan paling mendasar dalam menciptakan
keempat, kebenaran haqiqi. masyarakat secara bersama-sama menjadi
Sedangkan ayat yang kedua menyatakan unsur utama dari pluralisme.
bahwa “Harmonis tidak melanda” maksudnya

25. Wawancara dengan Imron, SO (Ahua)., Pengurus Klenteng Kwa Ceng Bio Palembang, Senin, 09 Juli 2012 pukul.
14.30 WIB
26. Ibid, Suwono, hlm 2

460
Marsudi Utoyo, Perspektif Agama-Agana di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Al Malik Fahd li Thiba'at Al Mushaf, 1971,


Al-Qur‟an dan Terjemahnya.
Husaini, Adian, 2010, Pluralisme Agama
Musuh Agama-Agama (Padangan
Katolik, Protestan, Hindu dan Islam
Terhadap Paham Pluralisme Agama),
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
hlm 17
Huston Smith, 1991, The World‟s Religions,
New York: Harper Collins Publiser,
Magnis Suseno, Frans, 2004, Menjadi Saksi
Kristus Di Tengah Masyarakat Majemuk,
Jakarta: Penerbit Obor
Munawar Rachman, Budhy, 2010, Argumen
Islam Untuk Pluralisme, Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
Munawar Rachman, Budhy, 2000, Pluralisme
d a n I n k l u s i v i s m e d a l a m Wa c a n a
Keberagamaan:Upaya Mencegah
Konflik Antaragama, dalam, Syifaul
Arifin dkk., (ed.), Melawan Kekerasan
Tanpa Kekerasan, PP Ikatan Remaja
Muhammadiyah, Pustaka Pelajar dan The
Asia Foundation
Ruseno Utomo, Bambang, 2006, Religiositas
Eksklusif ke Inklusif dalam Modul, Studi
Intensif Antarumat Beragama, Malang:
Institut Pendidikan Theologia
Balewiyata Malang-Jawa Timur
Shofan, Moh. 2006, Jalan Ketiga Pemikiran
Islam, IRCiSoD, bekerjasama dengan
Universitas Muhammadiyah Gresik-
UGM Press Jawa Timur, Yogyakarta
Suwono, 2008, Sejarah Agama Buddha dan
Kerukunan Beragama, hlm 2
Umi Sumbulah, Umi, 2006, Islam Radikal
dan Pluralisme Agama: Studi Konstruksi
Sosial Aktivis Hizb al- Tahrir dan Majelis
Mujahidin di Malang Tentang Agama
Kristen dan Yahudi, Surabaya

461

Anda mungkin juga menyukai