Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TENTANG

OBAT EMERGENCY
Untuk Memenuhi Tugas Belajar
Mata Kuliah Farmakoterapi

Disusun oleh:
Azzah Azaria Wulandari 180106014
Farah Fildzah Rosadi 180106013
Harnita 180106005
Nisa Mega Gumilang 180106010

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “MAKALAH TENTANG OBAT
EMERGENCY”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam menyumbang pemikiran teori yang menunjang dalam pembuatan
tugas ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas
kami selanjutnya.

Purwokerto, 15 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Aminofilin.............................................................................................................................6
B. Asam Traneksamat..............................................................................................................12
C. Adrenalin............................................................................................................................16
D. Kalmethasone.....................................................................................................................20
E. Furosemide.........................................................................................................................23
BAB III..........................................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................30

3
BAB I

A. Latar Belakang
Kesehatan manusia merupakan masalah yang dihadapi masing- masing individu
untuk mempertahankan dirinya agar selalu dalam keadaan sehat fisik, mental dan social.
Seseorang individu menginginkan dirinya baik keluarga maupun orang-orang
disekitarnya sehat dari berbagai penyakit atau kecacatan. Jika sampai merekapun sakit
baik akibat dari factor biologis maupun fisik maka langkah mereka adalah membawanya
ke tenaga kesehatan. Sekalipun mereka dalam kondisi yang gawat darurat maupun kritis,
mereka tetap mencari dan butuh pengobatan karena menginginkan untuk kesembuhan
dan setidaknya menyelamatkan dari kematian .
Begitupun seorang tenaga kesehatan, sudah selayaknya mereka melakukan usaha-
usaha untuk meminimalkan resiko kecacatan maupun kematian pada pasien yang gawat
maupun darurat sebagai pertolongan yang pertama dan menyelamatkan pasien dari
kematian. Kondisi yang seperti itu dinamakan sebagai emergency. Emergency merupakan
suatu usaha dimana penanganannya harus cepat dan tepat untuk menghindari kematian.
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan atau emergency adalah hak asasi setiap
orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Dimana pasien yang
gawat darurat mendapatkan hak untuk diberikan suatu pengobatan sebagai penunjang
hidupnya. Apalagi jika pasien hanya mampu hidup dengan bantuan alat kesehatan khusus
yang berada pada ruang yang khusus maupun tergantung pada obat-obatan, sudah
seharusnya tenaga kesehatan memberikan apa yang pasien butuhkan termasuk pemberian
obat.
Obat yang diberikan pada pasien gawat darurat merupakan obat-obatan
emergency . Obat emergency adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi situasi
gawat darurat atau untuk resusitasi/life support.
Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu penulis
ingin memaparkan tulisan yang membahas tentang obat-obatan apa saja yang termasuk
dalam kategori obat emergency.

4
B. Rumusan Masalah
a) Penjelasan Obat Aminofilin
b) Penjelasan Obat Traneksamat
c) Penjelasan Obat Adrenalin
d) Penjelasan Obat Kalmethason
e) Penjelasan Obat Furosemid

C. Tujuan
a) Mampu mengetahui serta memahami apa saja obat yang termasuk dalam obat
emergency
b) Mampu mengetahui obat-obat emergency berdasarkan golongannya
c) Mampu mengetahui cara kerja dan efek dari obat emergency berdasarkan masing-
masing golongan obatnya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aminofilin
1. Pengertian

Aminofilin adalah obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai
gangguan pernafasan, seperti asma, penyakit paru opstruksif kronis, bronchitis, dan
emfisema.

2. Mekanisme kerja

Bekerja dengan cara membuka saluran pernafasan diparu-paru, sehingga udara


dapat mengalir kedalam paru-paru tanpa hambatan. Kondisi ini akan membuat
pernafaasan menjadi lega dan membantu meringankan gejala batuk dan sesak nafas.

3. Tentang aminofilin

a. Golongan : xanthine bronchodilator

b. Kategori : obat resep

c. Manfaat : mengobati berbagai gangguan pernafasan seperti asma,


bronchitis, emfisema, penyakit paru opstruktif.

d. Digunakan oleh : dewasa dan anak-anak.

e. Sediaan :

1) Suntikan : 1mg/ml, 2mg/ml, 25mg/ml

2) Tablet : 100mg, 200mg

3) Tablet, pelepasan diperpanjang : 225mg

4) Larutan oral : 105 mg/5ml

5) Larutan rektal : 60mg/ml

6) Supositoria : 250mg, 500mg

6
100mg aminofilin setara dengan 78,9mg teofilin anhidrosa.

f. Penyimpanan :

1) Suntikan : suhu kamar (15°-30° C). jangan biarkan membeku. Lindungi dari
cahaya.

2) Supositoria : dinginkan. Suhu jangan melebihi 8°C.

g. Pengenceran untuk infus

a) Pemuatan : encerkan dalam 50 ml D5W atau NS

b) Dosis pemeliharaan : encerkan 500mg dalam 500ml D5W atau NS (1mg/ml).

h. Elimiansi : hati

4. Dosis

Kondisi Bentuk Obat Usia Dosis


Sesak napas Infus Untuk pasien yang tidak minum
akut (intravena) obat teofilin:
 Dosis awal adalah 5 mg/kgBB
atau 250-500 mg, selama lebih
dari 20-30 menit, dengan suntik
lambat atau infus.
 Dosis perawatan adalah 0,5
Dewasa
mg/kgBB per jam.

Untuk pasien yang minum obat teofilin,


pemberian dosis dapat ditunda hingga
kadar teofilin dalam darah diketahui.
Jika sangat diperlukan, dosis dapat
diberikan sebesar 3,1 mg/kgBB.

Lansia 0,3 mg/kgBB per jam.

7
Dosis awal sama dengan dosis dewasa.
Dosis perawatan:
 Usia 6 bulan-9 tahun: 1
Anak-
mg/kgBB per jam.
anak

 Usia 10-16 tahun: 0,8 mg/kgBB


per jam.
225-450 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat
Dewasa
ditingkatkan jika diperlukan.
Lansia Dosis dikurangi dari dosis dewasa
Anak-
anak
Sesak napas
Tablet dengan Dosis awal adalah 225 mg, 2 kali sehari.
kronis
berat Setelah 1 minggu, dosis dapat
badan ditingkatkan jika diperlukan hingga 450
lebih mg, 2 kali sehari.
dari 40
kg

5. Farmakologi

Aminofilin diubah menjadi teofilin. Mekanisme aksinya yang tepat tidak jelas.
Teofilin, suatu bronkodilator metil-xantin, dapat menimbulkan efek farmakologinya
dangan demikian menginhibisi fosfodiesterase, dengan demikian meningkatkan kadar
adenosine monofosfat siklik (cAMP) dalam otot polos bronkus; dengan memblokir
reseptor adenosine; mengantagonisir prostaglandin E2 ; atau suatu efek langsung
terhadap mobilisasi kalsium. Aminofilin mengurangi kelelahan otot-otot diafraghma,
meningkatkan curah jantung dan menurunkan tahanan vaskuler tepi. Efek yang
bermanfaat dalam menghilangkan sakit kepala setelah pungsi lumbal disebabkan oleh
blok dari resptor adenosine dan peningkatan kadar cAMP dalam sel pleksus
koroideus, dengan demikian meningkatkan sekresi LCS (cairan serebrospinal)

8
6. Farmakokinetik

a. Awitan aksi : IV, beberapa menit, PO dalam 30 menit.

b. Efek puncak : IV 1jam, PO 1-2jam

c. Lama aksi : PO 4-8jam

d. Interaksi /toksisitas :peningkatan kadar serum pada pasien yang mendapatkan


simetidn, penyekat beta, eritromisin, allopurinol, dan steroid kontarasepsi oral,
dan pada pasien dengan gagal jantung dan insufisiensi hepar, penurunan kadar
seum dengan fenbarbital, fenitoin, rifampim, dan perokok; aminofilin
mengantagosnisasi efek propranolol mempotensiasi efek presor simpatomimetk,
dan dapat menimbulkan kejang, disritma jantung, henti kordiorespirasi,aritmia
ventrikel dangan kadar plama yang berlbihan atau pada pasien yang mendapat
anestetik volatile, khususnya halotan.

7. Efek samping

a. Kardiovaskuler : palpitasi takikardi sinus, aritmia ventrikuler.

b. Pulmoner : takipne

c. Ssp : kejang, sakit kepala, iritabilitas.

d. GI : mual, muntah, nyeri epigastrik

e. Lain-;ain :hiperglikemi, sindrom hormone anti diuretic yang tak semestinya


(SIADH)

8. Menggunakan amaminofilin dengan benar :

a. Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan
aminofilin sebelum mulai menggunakannya.

b. Aminofilin tablet dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Gunakan air
putih untuk menelan tablet. Jangan mengunyah, membelah, atau menghancurkan
tablet karena dapat meningkatkan risiko efek samping.

9
c. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi aminofilin, disarankan untuk segera
mengonsumsinya begitu teringat jika jeda dengan dosis yang terlewat tidak lebih
dari 4 jam. Jika sudah lebih dari 4 jam, abaikan dan lanjutkan dosis seperti biasa.
Jangan menggandakan dosis aminofilin pada jadwal berikutnya untuk mengganti
dosis yang terlewat.

d. Selama mengonsumsi obat ini, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter secara
rutin agar dapat dilakukan tes darah untuk memastikan kadar obat ini di dalam
tubuh tidak terlalu tinggi, dan untuk memeriksa kadar kalium darah.

e. Jangan berhenti mengonsumsi aminofilin secara mendadak tanpa berkonsultasi


dengan dokter terlebih dahulu, untuk mencegah gejala muncul kembali.

9. Peringatan

a. Hindari mengonsumsi aminofilin jika memiliki alergi terhadap obat ini.

b. Berhati-hatilah dan konsultasikan lebih dahulu kepada dokter jika sedang


menggunakan obat-obatan lainnya, seperti allopurinol, azithromycin,
carbamazepine, cimetidine, ciprofloxacin, clarithromycin, diuretik, erythromycin,
lithium, phenytoin, prednisone, propranolol, rifampin, dan tetracycline.

c. Berhati-hatilah dan konsultasikan juga kepada dokter jika sedang mengonsumsi


obat-obatan yang mengandung ephedrine, phenylphrine, phenylpropanolamine,
atau pseudoephedrine.

d. Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat kejang,
penyakit jantung, gangguan kelenjar tiroid, hipertensi, gangguan hati,
dan kecanduan alkohol.

e. Hindari penggunaan produk yang mengandung tembakau, seperti rokok, karena


dapat memengaruhi efektivitas aminofilin.

f. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan aminofilin, segera
temui dokter.

10. Indikasi

10
a) Reaksi alergi terhadap obat, seperti gatal, ruam, kulit memerah atau
terkelupas, sesak napas, dada atau tenggorokan terasa tertekan, sulit bernapas
dan menelan, sulit berbicara, suara serak, serta pembengkakan di mulut,
wajah, bibir, atau lidah.

b) Gejala hipokalemia (kadar kalium rendah), seperti otot lemah, kram otot, dan
gangguan irama jantung.

c) Gejala hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), seperti disorientasi, sering


haus dan lapar, jumlah urine meningkat, dan napas cenderung cepat.

d) Nyeri ulu hati.

e) Mual dan muntah.

f) Kejang.

11. Kontraindikasi

Hindari mengonsumsi aminofilin jika memiliki alergi terhadap obat ini. Berhati-
hatilah dan konsultasikan lebih dahulu kepada dokter jika sedang menggunakan obat-
obatan lainnya, seperti allopurinol, azithromycin, carbamazepine, cimetidine,
ciprofloxacin, clarithromycin, diuretik, erythromycin, lithium, phenytoin, prednisone,
propranolol, rifampin, dan tetracycline.

Berhati-hatilah dan konsultasikan juga kepada dokter jika sedang mengonsumsi


obat-obatan yang mengandung ephedrine, phenylphrine, phenylpropanolamine, atau
pseudoephedrine. Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat
kejang.

B. Asam Traneksamat
1. Pengertian

Asam traneksamat adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau


menghentikan perdarahan. Ketika mengalami perdarahan, tubuh otomatis akan
membekukan darah untuk menghentikan perdarahan. Namun pada beberapa kondisi,
bekuan darah yang sudah terbentuk ini mudah hancur dan perdarahan terus terjadi.

11
2. Mekanisme kerja

Asam traneksamat bekerja dengan cara menghambat hancurnya bekuan darah


yang sudah terbentuk, sehingga perdarahan tidak terus terjadi.

3. Tentang traneksamat

a. Golongan : golongan anti fibrinolitik

b. Kategori : obat resep

c. Digunakan oleh : dewasa dananak-anak

d. Manfaat : untuk mengurangi dan menghentikan pendarahan

e. Sediaan : tablet, kapsul dan suntik

f. Eliminasi :

g. Penyimpanan : Simpan asam traneksamat pada suhu ruangan dan di dalam wadah
tertutup, sehingga tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung, dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak.

4. Dosis

a. Kondisi: Perdarahan jangka pendek

1) Suntik intravena

Dewasa: 0,5-1 gr atau 10 mg/kgBB, 3 kali sehari. Atau 25-50 mg/kgBB, per
24 jam, melalui infus berkelanjutan.
Anak-anak: 10 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.

2) Tablet/kapsul
Dewasa: 1-1,5 gr atau 15-25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.
Anak-anak: 25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.

b. Kondisi: Hereditary angioedema


12
1) Tablet/kapsul
Dewasa: 1-1,5 gr, 2-3 kali sehari

Anak-anak: 25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.

5. Farmakokinetik

Interaksi Obat

Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan asam
traneksamat bersama dengan obat-obatan lain:

1) Meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat


pembuluh darah, jika digunakan bersamaan dengan hormon estrogen dan
faktor pembekuan.

2) Meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang bersifat fatal pada


penderita leukemia jika digunakan dengan tretinoin.

6. Peringatan

a. Hindari penggunaan asam traneksamat bersama dengan tretinoin, pil KB, dan
faktor pembekuan.

b. Hati-hati penggunaannya pada penderita perdarahan subarachnoid, gangguan


fungsi ginjal, gangguan penglihatan, perdarahan saluran kemih, dan penderita
yang pernah atau sedang mengalami penyakit penggumpalan darah, seperti deep
vein thrombosis.

c. Hentikan mengonsumsi asam traneksamat dan segera temui dokter jika


mengalami gangguan atau perubahan dalam penglihatan.

d. Beri tahu dokter jika siklus menstruasi berlangsung kurang dari 21 hari atau lebih
dari 35 hari.

e. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan asam traneksamat,
segera temui dokter

7. Menggunakan asam traneksamat dengan benar

13
a. Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan
obat sebelum menggunakan asam traneksamat. Jangan menambah atau
mengurangi dosis tanpa konsultasi lebih dahulu kepada dokter.

b. Asam traneksamat oral dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Gunakan
air untuk menelan asam traneksamat tablet secara utuh. Jangan menghancurkan,
mengunyah, atau membelah tablet karena dapat meningkatkan efek samping obat.

c. Usahakan untuk selalu mengonsumsi asam traneksamat pada jam yang sama
setiap harinya. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi asam traneksamat, disarankan
untuk segera melakukannya begitu teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi
berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan jangan menggandakan
dosis.

d. Untuk penanganan perdarahan pada masa menstruasi, asam traneksamat


sebaiknya dikonsumsi ketika masa menstruasi dimulai. Jangan mengonsumsi
asam traneksamat jika tidak sedang menstruasi, dan jangan mengonsumsi obat ini
selama lebih dari 5 hari dalam siklus menstruasi atau 6 tablet dalam 24 jam. Asam
traneksamat digunakan untuk mengurangi jumlah darah selama masa menstruasi,
bukan untuk menghentikan darah menstruasi. Segera hubungi dokter jika
perdarahan tidak membaik atau semakin memburuk.

8. Efek samping
Berikut ini adalah efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan asam
traneksamat tablet atau kapsul:
a. Sakit kepala.
b. Nyeri otot dan sendi.

c. Hidung tersumbat.

d. Nyeri perut.

e. Nyeri punggung.

f. Mual dan muntah.

g. Diare
14
h. Lemas.

i. Anemia.

j. Migrain.

k. Pusing.

9. Indikasi

a) Mual

b) Muntah-muntah

c) Diare

d) Pusing

e) Perubahan pada penglihatan

f) Perubahan pada kebiasaan atau mood

g) Getaran yang tidak bisa dikendalikan pada salah satu bagian tubuh

h) Ruam

10. Kontraindikasi

Hindari penggunaan asam traneksamat bersama dengan tretinoin, pil KB, dan
faktor pembekuan. Hati-hati penggunaannya pada penderita perdarahan subarachnoid,
gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan, perdarahan saluran kemih, dan
penderita yang pernah atau sedang mengalami penyakit penggumpalan darah, seperti
deep vein thrombosis.

Hentikan mengonsumsi asam traneksamat dan segera temui dokter jika


mengalami gangguan atau perubahan dalam penglihatan. Beri tahu dokter jika siklus
15
menstruasi berlangsung kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari. Jika terjadi reaksi
alergi atau overdosis setelah menggunakan asam traneksamat, segera temui dokter.

C. Adrenalin
1. Pengertian
Epinephrine atau adrenalin merupakan obat yang di gunakan untukmengobati
reaksi alergi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu syok anafilatik.
2. Mekanisme kerja
Epinephrine akan meredakan reaksi alergi tersebut dengan melemaskan otot-otot
saluran pernapasan dan mempersempit pembuluh darah, sehingga napas menjadi lega
dan aliran darah ke sel tetap terjaga.
3. Tentang adrenalin
a. Golongan : Agonis alfa dan beta adrenergic
b. Dingunakan oleh : dewasa dan anak-anak
c. Ketegori : obat resep
d. Manfaat : Mengatasi syok anafilaktik akibat reaksi alergi.- Salah satu
penanganan henti jantung.
e. Sediaan : cairan suntik
f. Penyimpanan : cairan/ suntikan. Lindungi dari sinar cahaya, panas ekstrim, dan
pembekuan. Preparat harus jernih. Jangan di injeksikan pada pasien bila sudah
terjadi perubahan warna atau jika mengandunng presipitat.
g. Pengenceran pada infus :3mg dalam 250ml larutan D5W atau NS (12µg/ml)
h. Eliminasi : Degredasi enzimatik (hati, ginjal, traktus Gi)
4. Dosis

Keperluan Usia Dosis

Penanganan syok Dewasa Suntikan di otot (IM): 0,5 mg diberikan


anafilaktik setiap 5 menit hingga ada tanda-tanda
pemulihan kondisi pasien dari syok
anafilaktik.Suntikan di pembuluh darah
(IV): 0,5 mg suntik perlahan hingga
perbaikan kondisi.
16
Anak-anak Suntikan IM atau IV: 0,01 mg/kgBB.

Intravena: 1 mg, dapat diulangi setiap 2-3


Dewasa menit sekali hingga kondisi pasien mulai
Salah satu
pulih dan denyut jantung normal kembali.
penanganan
Intravena: 0,01 mg/kgBB, dapat diulangi
resusitasi jantung
setiap 2-3 menit sekali hingga kondisi pasien
paru Anak-anak
mulai pulih dan denyut jantung normal
kembali.

5. Farmakologi
Suatu katekolamin endogen yang mengaktivasi adrenergic alfa maupun
beta. Pada dosis terapeodk parenteral, efek yang mencolok adalah pada reseptor
adrenergic beta. Terdapat peningkatan kontraktilita moikard dan nadi, relaksasi
cabang bronkus, dolatasi faskulator otot skelet dan suatu penurunan tahanan perifel
total. Pada dosis yang lebih tinggi, efek adrenergic alfa predominan dan terdapat
peningkatan tahanan perifer total.
Epinefrin meningkatkan aktivitas uterus dan menimbulkan vase kontriksi
uterus dan mengurangi aliran darah uterus. Epinefrin mengurangi kecepatan absorbsi
anestetik local. Panjang lama anestetik dan mengurangi reiko toksisitas sistemik.
Penurunan dari waktu awitan dan perbaikan dalamm kualitas anesthesia dapat
disebabkan oleh efek agonis alfa-2 dan aktifitas yang tertekan dari dinamika rentang
neuron yang luas

6. Farmakokinetik
a. Awitan aksi : IV 30-60 detik, SK 6-15 menit, intratrakea 5-15 detik, inhalasi 3-5
menit
b. Efek puncak : IV 3 menit
c. Lama aksi : IV 5-10 menit, intratrakea 15-25 menit, inhalasi / SK
1-3 jam

17
d. Interaksi atau toksisitas : aritmia ventrikel , (peningkatan resiko pada
penggunaan anestetik volatile, khususnya (halotan); penurunan aliran darah
ginjal dan keluaran urin; peningkatan efektifitas dengan antidepresi trisiklik dan
bretilium; mengurangi waktu awitan dan memperbaiki kualitas anestetik epidural
atau spinal (efek adrenergic alfa-2)

7. Efek samping
Beberapa efek samping epinephrine yang mungkin terjadi adalah:
a. Kardiovaskuler : hipertensi, takikardia, aritmia, angina.
b. Pulmoner : edema paru-paru

c. SSP : Ansietas, sakit kepala, pendarahan serebrovaskuler.

d. Dermatologic : nekrosis pada tempat suntikan.

e. Metabolic : hiperglikemia, hyperkalemia sementara, hypokalemia

8. Peringatan
a. Harap berhati-hati bagi pasien yang memiliki penyakit jantung dan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, hipertiroidisme, serta pasien yang berusia lanjut.
b. Pada keadaan yang mengancam nyawa, epinephrine akan diberikan dengan
pemantauan yang ketat, tanpa memperhatikan riwayat penyakit atau obat yang
sedang dikonsumsi.
c. Jika pasien mendapatkan epinephrine sebagai tindakan gawat darurat, pasien akan
tetap dipantau oleh dokter, walaupun kondisi tubuhnya telah membaik.
d. Konsultasikan kembali dengan dokter bila mengalami gejala infeksi di lokasi
suntikan epinephrine, seperti merah dan bengkak.
9. Menggunakan adrenalin dengan benar
Dokter atau petugas kesehatan akan memberikan epinephrine dengan cara
disuntikan kepada pasien. Epinephrine dapat diberikan beberapa kali kepada pasien
hingga kondisi pasien membaik. Jika kondisi pasien sudah membaik setelah diberikan
epinephrine, pasien akan mendapatkan penanganan lanjutan oleh dokter.
10. Indikasi
a) Berkeringat.
18
b) Mual dan muntah.
c) Gelisah.
d) Pusing.
e) Gangguan irama jantung.
f) Gangguan pernapasan.
g) Lemas.
h) Kulit pucat.
11. Kontraindikasi
Harap berhati-hati bagi pasien yang memiliki penyakit jantung dan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, hipertiroidisme, serta pasien yang berusia lanjut.
Pada keadaan yang mengancam nyawa, epinephrine akan diberikan dengan
pemantauan yang ketat, tanpa memperhatikan riwayat penyakit atau obat yang sedang
dikonsumsi.
Jika pasien mendapatkan epinephrine sebagai tindakan gawat darurat, pasien akan
tetap dipantau oleh dokter, walaupun kondisi tubuhnya telah membaik.
Konsultasikan kembali dengan dokter bila mengalami gejala infeksi di lokasi suntikan
epinephrine, seperti merah dan bengkak.

D. Kalmethasone
1. Pengertian
Kalmethasone adalah obat jenis kortikosteroid yang dapat mengatasi beberapa
masalah terkait alergi dan peradangan.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan membrane lisososm leukosit sehingga
pelepasan hydrolase asam merusak yang merusak leukosit dapat di cegah.
3. Tentang kalmethason
a. Golangan : kortikosteroid
b. Kategori : obat resep
c. Manfaat : untukmeredakan peradangan dan reaksi alergi terhadap gatal-gatal
dikulit, dermatitis, asma bronchitis, dan lain sebagainya
d. Di gunakan oleh : dewasa dan anak-anak
19
e. Sediaan : tablet dan cairan injeksi
4. Dosis
a. Dosis kalmethasone bagi orang dewasa adalah 0,5-10 mg per hari.

b. Pada anak-anak, obat kalmethasone diberikan dengan dosis sebanyak 0,08 mg-
0,3 mg/kgBB/hari. Dosis kalmethasone tersebut merupakan dosis terbagi
sebanyak 3-4 dosis per hari. Minumlah kalmethasone sebelum atau setelah
makan.

c. Pada bentuk sediaan cairan injeksi, dosis kalmethasone pada orang dewasa
adalah 0,5 – 24 mg/kg bb/hari. Dosis tersebut berbeda pada anak-anak, yaitu
sebesar 200 – 400 mcg/kg bb/hari.

5. Farmakologi
Kalmethasone adalah glukokortikoid mempunyai efek sedikit menahan sodium.
Absorbsi peroral 80-90%. Waktu paruh plasma: 3-4 jam. Waktu paruh biologis: 36-54
jam. Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi
melalui urine.
6. Efek samping
a. Beberapa tanda-tanda reaksi alergi yang mungkin muncul di antaranya adalah
sakit kepala atau pusing, sesak napas, sakit perut, mual, muntah, gatal-gatal, dan
ruam kulit. Hentikanlah pemakaian obat kalmethasone jika Anda mengalami
reaksi alergi.

b. Obat kalmethasone juga dapat memicu efek samping seperti tukak lambung,
dispepsia, kandidiasis, pankreatitis akut, dan ulserasi esophageal. Beberapa wanita
ada yang mengalami amenore dan ketidakteraturan siklus menstruasi.

c. Perhatikanlah berat badan Anda setelah mengonsumsi obat kalmethasone karena


penggunaannya dapat membuat berat badan bertambah. Kandungan deksametason
di dalam kalmethasone bisa meningkatkan nafsu makan Anda.

20
d. Efek samping kalmethasone yang juga bisa bersifat psikis, seperti depresi,
euforia, psikosis, dan aggravation of schizophrenia. Orang-orang yang menjalani
terapi pengobatan dengan obat kalmethasone bisa mengalami insomnia atau susah
tidur.

7. Peringatan
Pemberian obat kalmethasone kepada pasien yang masih anak-anak dan
remaja sebaiknya dilakukan setelah mendapatkan izin dari dokter. Ini dikarenakan
kemungkinan efek kalmethasone yang dapat menggangu pertumbuhan anak dan
remaja.

Hal tersebut juga berlaku pada pasien yang sudah lanjut usia. Penderita
hipertensi, osteoporosis, glaukoma, tukak lambung, diabetes melitus, dan hipotiroid
juga harus berhati-hati di dalam penggunaan obat kalmethasone.

Jika Anda memiliki masalah berupa gangguan jantung, gangguan ginjal, dan
gangguan hati maka jangan menggunakan kalmethasone sebelum Anda melakukan
konsultasi dengan dokter dan mendapatkan resep.

Apabila Anda memiliki riwayat penyakit tuberkulosis maka dokter perlu


mengawasi Anda sebelum memberikan resep kalmethasone. Kalmethasone harus
diberikan secara hati-hati pada pasien supresi adrenal dan infeksi, perforasi kornea,
dan epilepsi.

Pasien dengan penyakit herpes simpleks di mata dan psikosis juag perlu
berhati-hati jika ingin menggunakan obat kalmethasone. Jangan pernah menggunakan
kalmethasone sebelum berkonsultasi dengan dokter jika Anda sedang hamil atau
menyusui.

8. Indikasi

a) Anafilaksis
21
b) Bradikardia

c) Jerawat

d) Dermatitis alergi

e) Retensi cairan

f) Distensi abdomen

g) Kelemahan otot

h) Kejang

i) Depresi

9. Kontraindikasi

Apabila Anda memiliki kontraindikasi maka penggunaan obat kalmethasone harus


dihindari. Hal ini bertujuan agar Anda tidak mengalami efek samping yang merugikan
kesehatan. Pasien yang mengalami infeksi secara sistemik sebaiknya tidak memakai
kalmethasone.

Contoh infeksi sistemik tersebut bisa berupa infeksi jamur. Obat kalmethasone
juga memiliki kontraindikasi pada pasien yang telah mendapatkan vaksin virus hidup.
Periksakanlah diri Anda ke dokter guna memastikan Anda tidak memiliki
kontraindikasi ini.

Kontraindikasi juga bisa terjadi pada orang-orang atau pasien yang memiliki
hipersensitivitas terhadap kandungan bahan aktif obat kalmethasone, yaitu
deksametason. Ini bisa menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi.

22
E. Furosemide
1. Pengertian
Furosemide adalah obat golongan diuretik yang digunakan untuk
membuang cairan atau garam berlebih di dalam tubuh melalui urine dan
meredakan pembengkakan yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati,
penyakit ginjal atau kondisi terkait.
2. Mekanisme kerja
Obat Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk menghambat
penyerapan kembali zat natrium oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, dan kalium tanpa mempengaruhi
tekanan darah normal. Setelah pemakaian oral furosemid akan diabsorpsi sebagian
secara cepat dengan awal kerja obat terjadi dalam ½ sampai 1 jam, dengan lama
kerja yang pendek berkisar 6 sampai 8 jam, kemudian akan diekskresikan bersama
dengan urin dan feses. Dengan cara kerjanya tersebut obat furosemid dapat
digunakan untuk membuang cairan yang berlebihan dari di dalam tubuh.
3. Tentang furosemide

Jenis obat Diuretik


Golongan Obat resep
Manfaat Mengatasi penumpukan cairan dan pembengkakan pada tubuh
Digunakan
Dewasa dan anak-anak
oleh
Bentuk Tablet, sirup, dan suntik

4. Dosis
a. Dosis furosemide akan disesuaikan dengan kondisi yang dialami pasien.
Dosis yang umumnya diresepkan dokter bagi penderita edema, khususnya
yang berkaitan dengan gagal jantung adalah 20-40mg/hari. Dosis ini dapat
diturunkan per 20 mg secara berkala, atau justru dinaikkan ke 80mg jika
kondisi kesehatan memburuk.

23
b. Bagi penderita hipertensi, dosis yang biasa disarankan adalah 40-80mg/hari
yang dikonsumsi secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.
c. Bagi yang memerlukan perawatan menggunakan cairan suntik, dosis akan
disesuaikan dengan kondisi pasien di rumah sakit.
d. Untuk penderita anak-anak, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui
dosis yang tepat sesuai dengan berat badan mereka.
5. Farmakologi
Furosemide menghambat reabsorbsi air dan elektrolit, terutama karena
aksinya terhadap bagian atas dari “loop of Henle”. Furosemid juga mengurangi
reabsorbsi natrium klorida dan meningkatkan eskskresi kalium pada tubulus
distal. Selain itu juga diduga memiliki efek langsung terhadap transport elektrolit
pada tubulus proksimal. Mula kerja setelah pemberian intravena (i.v) adalah 1 –
10 menit.

6. Farmakokinetik
Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan
furosemide bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:
a. Berpotensi meningkatkan efek nefrotoksik (kerusakan ginjal) dari obat
golongan sefalosporin (misalnya cefalotin) dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAIDs).
b. Meningkatkan efek ototoksik (kerusakan telinga) dari obat aminoglikosida,
asam ethacynic, dan obat-obatan ototoksik lainnya.
c. Meningkatkan efek hipotensi dari obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors), angiotensin II receptor antagonists, dan obat
penghambat monoamine oksidase.
d. Risiko hiperkalemia dapat meningkat jika digunakan bersama dengan obat
diuretik hemat kalium.
e. Risiko kardiotoksik (kerusakan jantung) dapat meningkat jika digunakan
bersama dengan obat glikosida jantung dan anthihistamin.

24
f. Berpotensi meningkatkan efek hiponatremia jika digunakan bersama
dengan obat antikejang, seperti carbamazepine.
g. Dapat menurunkan konsentrasi furosemide dalam darah jika digunakan
bersama dengan obat aliskiren.
h. Berpotensi menekan efek hipoglikemia dari obat antidiabetes.
i. Menurunkan efek hipotensi dan natriuretik dari obat ini jika digunakan
bersama dengan indometacin, dan menghilangkan efek diuretik jika
digunakan bersama dengan obat salisilat.
7. Efek samping
a. Sama seperti loop diuretik lain furosemide dapat menyebabkan hipokalemia,
hal ini dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat dengan produk kalium.
b. Furosemide juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam
urat dan kadar gula darah
c. pada saluran pencernaan dapat menimbulkan mual, muntah, nafsu makan
menurun, iritasi pada mulut dan lambung, dan diare.
d. Efek samping lainnya yang juga dapat timbul antara
lain gangguan pendengaran, sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur.
e. Efek samping yang berat antara lain anemia aplastik, anemia hemolitik,
trombositopenia, leukopenia, agranulositosis,dan eosinofilia.
8. Peringatan
a. Harap berhati-hati bagi penderita penyakit ginjal, gangguan prostat, gangguan
hati, penyakit asam urat, kolesterol tinggi, lupus dan diabetes.
b. Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil, memiliki
tingkat natrium dan kalium rendah dalam darah, atau gangguan keseimbangan
kadar elektrolit.
c. Hindari penggunaan obat jika Anda memiliki alergi antibiotik golongan sulfa.
Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui obat pengganti yang tepat untuk
kondisi Anda.
d. Jika Anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan MRI atau pemindaian yang
melibatkan penyuntikan zat radioaktif ke dalam pembuluh vena, beri tahu dokter

25
bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan furosemide. Kombinasi
furosemide dengan tes-tes tersebut dapat berbahaya bagi ginjal.
e. Furosemide dapat meningkatkan kadar gula darah. Pastikan Anda rutin
memeriksanya agar selalu terpantau, khususnya bagi penderita diabetes.
f. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

9. Menggunakan adrenalin dengan benar


a. Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan furosemide
sebelum mulai menggunakannya. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis
tanpa berkonsultasi dengan dokter.
b. Furosemide oral dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Minumlah
furosemide tablet dengan air putih.
c. Jika Anda mengonsumsi furosemide dalam bentuk sirup, gunakan sendok takar
obat agar mendapatkan dosis yang tepat. Hindari penggunaan sendok makan atau
sendok teh.
d. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi furosemide oral, disarankan segera
melakukannya begitu teringat jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak
terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
e. Dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk tetap melanjutkan penggunaan
obat meskipun kondisi kesehatan sudah membaik untuk menghindari kambuhnya
kondisi, khususnya penderita hipertensi.
f. Pastikan Anda memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama menggunakan
furosemide agar dokter dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.
g. Hindari mengonsumsi minuman keras saat sedang menggunakan furosemide,
karena dapat menyebabkan pusing.
h. Dalam kasus tertentu, obat ini dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap
cahaya. Pastikan Anda menggunakan tabir surya dan pakaian tertutup saat
beraktivitas di bawah terik matahari. Jika memungkinkan, hindari aktivitas
tersebut untuk sementara waktu.

10. Indikasi

26
a) Kram perut.

b) Merasa lelah.

c) Mudah mengantuk.

d) Mual parah.

e) Mulut terasa kering.

f) Aritmia.

g) Telinga berdenging.

h) Kulit menguning.

i) Reaksi alergi (ruam atau pembengkakan pada mulut

11. Kontraindikasi

Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil,
memiliki tingkat natrium dan kalium rendah dalam darah, atau gangguan
keseimbangan kadar elektrolit. Hindari penggunaan obat jika Anda memiliki
alergi antibiotik golongan sulfa. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui
obat pengganti yang tepat untuk kondisi Anda.

Jika Anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan MRI atau


pemindaian yang melibatkan penyuntikan zat radioaktif ke dalam pembuluh
vena, beri tahu dokter bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan
furosemide. Kombinasi furosemide dengan tes-tes tersebut dapat berbahaya
bagi ginjal. Furosemide dapat meningkatkan kadar gula darah. Pastikan Anda
rutin memeriksanya agar selalu terpantau, khususnya bagi penderita diabetes.

27
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obat obat emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
situasi gawat darurat atau untuk resusitasi life support. Pengetahuan mengenai obat-
obatan ini pentimg sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang mengancam nyawa
dengan cepat dan tepat. Banyak sekali macam obat emergency, sebagai perawat
memerlukan pemahaman sebagai modal sebelum memberikan obat kepada pasien. Kita
harus melihat indikasi kontraindikasi, dan efeksamping karena setiap kasus akan berbeda
pyla obat emergency yang diberikan. Sehingga pasien akan tertolong dengan pertolongan
yang tepat dan tidak ada kejadian fatal yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat
emergency.

28
DAFTAR PUSTAKA

a) https://www.alodokter.com/aminofilin
b) https://www.alodokter.com/furosemide
c) https://doktersehat.com/obat-kalmethasone/
d) https://www.alodokter.com/epinephrine
e) https://www.alodokter.com/asam-traneksamat
f) https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/kalmethasone-0-5-mg-10-tablet-per-strip-
tablet
g) https://www.google.com/search?
q=kortokostroid+adalag+obata+golongan+yang+bagaimana&oq=kortokostroid+adalag
+obata+golongan+yang+bagaimana&aqs=chrome..69i57.19969j0j7&sourceid=chrome
&ie=UTF-8
h) https://www.honestdocs.id/furosemid

29

Anda mungkin juga menyukai