OBAT EMERGENCY
Untuk Memenuhi Tugas Belajar
Mata Kuliah Farmakoterapi
Disusun oleh:
Azzah Azaria Wulandari 180106014
Farah Fildzah Rosadi 180106013
Harnita 180106005
Nisa Mega Gumilang 180106010
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “MAKALAH TENTANG OBAT
EMERGENCY”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut serta dalam menyumbang pemikiran teori yang menunjang dalam pembuatan
tugas ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas
kami selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Aminofilin.............................................................................................................................6
B. Asam Traneksamat..............................................................................................................12
C. Adrenalin............................................................................................................................16
D. Kalmethasone.....................................................................................................................20
E. Furosemide.........................................................................................................................23
BAB III..........................................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................30
3
BAB I
A. Latar Belakang
Kesehatan manusia merupakan masalah yang dihadapi masing- masing individu
untuk mempertahankan dirinya agar selalu dalam keadaan sehat fisik, mental dan social.
Seseorang individu menginginkan dirinya baik keluarga maupun orang-orang
disekitarnya sehat dari berbagai penyakit atau kecacatan. Jika sampai merekapun sakit
baik akibat dari factor biologis maupun fisik maka langkah mereka adalah membawanya
ke tenaga kesehatan. Sekalipun mereka dalam kondisi yang gawat darurat maupun kritis,
mereka tetap mencari dan butuh pengobatan karena menginginkan untuk kesembuhan
dan setidaknya menyelamatkan dari kematian .
Begitupun seorang tenaga kesehatan, sudah selayaknya mereka melakukan usaha-
usaha untuk meminimalkan resiko kecacatan maupun kematian pada pasien yang gawat
maupun darurat sebagai pertolongan yang pertama dan menyelamatkan pasien dari
kematian. Kondisi yang seperti itu dinamakan sebagai emergency. Emergency merupakan
suatu usaha dimana penanganannya harus cepat dan tepat untuk menghindari kematian.
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan atau emergency adalah hak asasi setiap
orang dan merupakan kewajiban yang harus dimiliki semua orang. Dimana pasien yang
gawat darurat mendapatkan hak untuk diberikan suatu pengobatan sebagai penunjang
hidupnya. Apalagi jika pasien hanya mampu hidup dengan bantuan alat kesehatan khusus
yang berada pada ruang yang khusus maupun tergantung pada obat-obatan, sudah
seharusnya tenaga kesehatan memberikan apa yang pasien butuhkan termasuk pemberian
obat.
Obat yang diberikan pada pasien gawat darurat merupakan obat-obatan
emergency . Obat emergency adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi situasi
gawat darurat atau untuk resusitasi/life support.
Pengetahuan mengenai obat-obatan ini penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat. Oleh karena itu penulis
ingin memaparkan tulisan yang membahas tentang obat-obatan apa saja yang termasuk
dalam kategori obat emergency.
4
B. Rumusan Masalah
a) Penjelasan Obat Aminofilin
b) Penjelasan Obat Traneksamat
c) Penjelasan Obat Adrenalin
d) Penjelasan Obat Kalmethason
e) Penjelasan Obat Furosemid
C. Tujuan
a) Mampu mengetahui serta memahami apa saja obat yang termasuk dalam obat
emergency
b) Mampu mengetahui obat-obat emergency berdasarkan golongannya
c) Mampu mengetahui cara kerja dan efek dari obat emergency berdasarkan masing-
masing golongan obatnya
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aminofilin
1. Pengertian
Aminofilin adalah obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah berbagai
gangguan pernafasan, seperti asma, penyakit paru opstruksif kronis, bronchitis, dan
emfisema.
2. Mekanisme kerja
3. Tentang aminofilin
e. Sediaan :
6
100mg aminofilin setara dengan 78,9mg teofilin anhidrosa.
f. Penyimpanan :
1) Suntikan : suhu kamar (15°-30° C). jangan biarkan membeku. Lindungi dari
cahaya.
h. Elimiansi : hati
4. Dosis
7
Dosis awal sama dengan dosis dewasa.
Dosis perawatan:
Usia 6 bulan-9 tahun: 1
Anak-
mg/kgBB per jam.
anak
5. Farmakologi
Aminofilin diubah menjadi teofilin. Mekanisme aksinya yang tepat tidak jelas.
Teofilin, suatu bronkodilator metil-xantin, dapat menimbulkan efek farmakologinya
dangan demikian menginhibisi fosfodiesterase, dengan demikian meningkatkan kadar
adenosine monofosfat siklik (cAMP) dalam otot polos bronkus; dengan memblokir
reseptor adenosine; mengantagonisir prostaglandin E2 ; atau suatu efek langsung
terhadap mobilisasi kalsium. Aminofilin mengurangi kelelahan otot-otot diafraghma,
meningkatkan curah jantung dan menurunkan tahanan vaskuler tepi. Efek yang
bermanfaat dalam menghilangkan sakit kepala setelah pungsi lumbal disebabkan oleh
blok dari resptor adenosine dan peningkatan kadar cAMP dalam sel pleksus
koroideus, dengan demikian meningkatkan sekresi LCS (cairan serebrospinal)
8
6. Farmakokinetik
7. Efek samping
b. Pulmoner : takipne
a. Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan
aminofilin sebelum mulai menggunakannya.
b. Aminofilin tablet dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Gunakan air
putih untuk menelan tablet. Jangan mengunyah, membelah, atau menghancurkan
tablet karena dapat meningkatkan risiko efek samping.
9
c. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi aminofilin, disarankan untuk segera
mengonsumsinya begitu teringat jika jeda dengan dosis yang terlewat tidak lebih
dari 4 jam. Jika sudah lebih dari 4 jam, abaikan dan lanjutkan dosis seperti biasa.
Jangan menggandakan dosis aminofilin pada jadwal berikutnya untuk mengganti
dosis yang terlewat.
d. Selama mengonsumsi obat ini, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter secara
rutin agar dapat dilakukan tes darah untuk memastikan kadar obat ini di dalam
tubuh tidak terlalu tinggi, dan untuk memeriksa kadar kalium darah.
9. Peringatan
d. Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat kejang,
penyakit jantung, gangguan kelenjar tiroid, hipertensi, gangguan hati,
dan kecanduan alkohol.
f. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan aminofilin, segera
temui dokter.
10. Indikasi
10
a) Reaksi alergi terhadap obat, seperti gatal, ruam, kulit memerah atau
terkelupas, sesak napas, dada atau tenggorokan terasa tertekan, sulit bernapas
dan menelan, sulit berbicara, suara serak, serta pembengkakan di mulut,
wajah, bibir, atau lidah.
b) Gejala hipokalemia (kadar kalium rendah), seperti otot lemah, kram otot, dan
gangguan irama jantung.
f) Kejang.
11. Kontraindikasi
Hindari mengonsumsi aminofilin jika memiliki alergi terhadap obat ini. Berhati-
hatilah dan konsultasikan lebih dahulu kepada dokter jika sedang menggunakan obat-
obatan lainnya, seperti allopurinol, azithromycin, carbamazepine, cimetidine,
ciprofloxacin, clarithromycin, diuretik, erythromycin, lithium, phenytoin, prednisone,
propranolol, rifampin, dan tetracycline.
B. Asam Traneksamat
1. Pengertian
11
2. Mekanisme kerja
3. Tentang traneksamat
f. Eliminasi :
g. Penyimpanan : Simpan asam traneksamat pada suhu ruangan dan di dalam wadah
tertutup, sehingga tidak terkena paparan sinar matahari secara langsung, dan
jauhkan dari jangkauan anak-anak.
4. Dosis
1) Suntik intravena
Dewasa: 0,5-1 gr atau 10 mg/kgBB, 3 kali sehari. Atau 25-50 mg/kgBB, per
24 jam, melalui infus berkelanjutan.
Anak-anak: 10 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.
2) Tablet/kapsul
Dewasa: 1-1,5 gr atau 15-25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.
Anak-anak: 25 mg/kgBB, 2-3 kali sehari.
5. Farmakokinetik
Interaksi Obat
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan asam
traneksamat bersama dengan obat-obatan lain:
6. Peringatan
a. Hindari penggunaan asam traneksamat bersama dengan tretinoin, pil KB, dan
faktor pembekuan.
d. Beri tahu dokter jika siklus menstruasi berlangsung kurang dari 21 hari atau lebih
dari 35 hari.
e. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan asam traneksamat,
segera temui dokter
13
a. Ikutilah anjuran dokter dan bacalah informasi yang tertera pada label kemasan
obat sebelum menggunakan asam traneksamat. Jangan menambah atau
mengurangi dosis tanpa konsultasi lebih dahulu kepada dokter.
b. Asam traneksamat oral dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Gunakan
air untuk menelan asam traneksamat tablet secara utuh. Jangan menghancurkan,
mengunyah, atau membelah tablet karena dapat meningkatkan efek samping obat.
c. Usahakan untuk selalu mengonsumsi asam traneksamat pada jam yang sama
setiap harinya. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi asam traneksamat, disarankan
untuk segera melakukannya begitu teringat, jika jeda dengan jadwal konsumsi
berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan jangan menggandakan
dosis.
8. Efek samping
Berikut ini adalah efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan asam
traneksamat tablet atau kapsul:
a. Sakit kepala.
b. Nyeri otot dan sendi.
c. Hidung tersumbat.
d. Nyeri perut.
e. Nyeri punggung.
g. Diare
14
h. Lemas.
i. Anemia.
j. Migrain.
k. Pusing.
9. Indikasi
a) Mual
b) Muntah-muntah
c) Diare
d) Pusing
g) Getaran yang tidak bisa dikendalikan pada salah satu bagian tubuh
h) Ruam
10. Kontraindikasi
Hindari penggunaan asam traneksamat bersama dengan tretinoin, pil KB, dan
faktor pembekuan. Hati-hati penggunaannya pada penderita perdarahan subarachnoid,
gangguan fungsi ginjal, gangguan penglihatan, perdarahan saluran kemih, dan
penderita yang pernah atau sedang mengalami penyakit penggumpalan darah, seperti
deep vein thrombosis.
C. Adrenalin
1. Pengertian
Epinephrine atau adrenalin merupakan obat yang di gunakan untukmengobati
reaksi alergi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu syok anafilatik.
2. Mekanisme kerja
Epinephrine akan meredakan reaksi alergi tersebut dengan melemaskan otot-otot
saluran pernapasan dan mempersempit pembuluh darah, sehingga napas menjadi lega
dan aliran darah ke sel tetap terjaga.
3. Tentang adrenalin
a. Golongan : Agonis alfa dan beta adrenergic
b. Dingunakan oleh : dewasa dan anak-anak
c. Ketegori : obat resep
d. Manfaat : Mengatasi syok anafilaktik akibat reaksi alergi.- Salah satu
penanganan henti jantung.
e. Sediaan : cairan suntik
f. Penyimpanan : cairan/ suntikan. Lindungi dari sinar cahaya, panas ekstrim, dan
pembekuan. Preparat harus jernih. Jangan di injeksikan pada pasien bila sudah
terjadi perubahan warna atau jika mengandunng presipitat.
g. Pengenceran pada infus :3mg dalam 250ml larutan D5W atau NS (12µg/ml)
h. Eliminasi : Degredasi enzimatik (hati, ginjal, traktus Gi)
4. Dosis
5. Farmakologi
Suatu katekolamin endogen yang mengaktivasi adrenergic alfa maupun
beta. Pada dosis terapeodk parenteral, efek yang mencolok adalah pada reseptor
adrenergic beta. Terdapat peningkatan kontraktilita moikard dan nadi, relaksasi
cabang bronkus, dolatasi faskulator otot skelet dan suatu penurunan tahanan perifel
total. Pada dosis yang lebih tinggi, efek adrenergic alfa predominan dan terdapat
peningkatan tahanan perifer total.
Epinefrin meningkatkan aktivitas uterus dan menimbulkan vase kontriksi
uterus dan mengurangi aliran darah uterus. Epinefrin mengurangi kecepatan absorbsi
anestetik local. Panjang lama anestetik dan mengurangi reiko toksisitas sistemik.
Penurunan dari waktu awitan dan perbaikan dalamm kualitas anesthesia dapat
disebabkan oleh efek agonis alfa-2 dan aktifitas yang tertekan dari dinamika rentang
neuron yang luas
6. Farmakokinetik
a. Awitan aksi : IV 30-60 detik, SK 6-15 menit, intratrakea 5-15 detik, inhalasi 3-5
menit
b. Efek puncak : IV 3 menit
c. Lama aksi : IV 5-10 menit, intratrakea 15-25 menit, inhalasi / SK
1-3 jam
17
d. Interaksi atau toksisitas : aritmia ventrikel , (peningkatan resiko pada
penggunaan anestetik volatile, khususnya (halotan); penurunan aliran darah
ginjal dan keluaran urin; peningkatan efektifitas dengan antidepresi trisiklik dan
bretilium; mengurangi waktu awitan dan memperbaiki kualitas anestetik epidural
atau spinal (efek adrenergic alfa-2)
7. Efek samping
Beberapa efek samping epinephrine yang mungkin terjadi adalah:
a. Kardiovaskuler : hipertensi, takikardia, aritmia, angina.
b. Pulmoner : edema paru-paru
8. Peringatan
a. Harap berhati-hati bagi pasien yang memiliki penyakit jantung dan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, hipertiroidisme, serta pasien yang berusia lanjut.
b. Pada keadaan yang mengancam nyawa, epinephrine akan diberikan dengan
pemantauan yang ketat, tanpa memperhatikan riwayat penyakit atau obat yang
sedang dikonsumsi.
c. Jika pasien mendapatkan epinephrine sebagai tindakan gawat darurat, pasien akan
tetap dipantau oleh dokter, walaupun kondisi tubuhnya telah membaik.
d. Konsultasikan kembali dengan dokter bila mengalami gejala infeksi di lokasi
suntikan epinephrine, seperti merah dan bengkak.
9. Menggunakan adrenalin dengan benar
Dokter atau petugas kesehatan akan memberikan epinephrine dengan cara
disuntikan kepada pasien. Epinephrine dapat diberikan beberapa kali kepada pasien
hingga kondisi pasien membaik. Jika kondisi pasien sudah membaik setelah diberikan
epinephrine, pasien akan mendapatkan penanganan lanjutan oleh dokter.
10. Indikasi
a) Berkeringat.
18
b) Mual dan muntah.
c) Gelisah.
d) Pusing.
e) Gangguan irama jantung.
f) Gangguan pernapasan.
g) Lemas.
h) Kulit pucat.
11. Kontraindikasi
Harap berhati-hati bagi pasien yang memiliki penyakit jantung dan pembuluh
darah, tekanan darah tinggi, hipertiroidisme, serta pasien yang berusia lanjut.
Pada keadaan yang mengancam nyawa, epinephrine akan diberikan dengan
pemantauan yang ketat, tanpa memperhatikan riwayat penyakit atau obat yang sedang
dikonsumsi.
Jika pasien mendapatkan epinephrine sebagai tindakan gawat darurat, pasien akan
tetap dipantau oleh dokter, walaupun kondisi tubuhnya telah membaik.
Konsultasikan kembali dengan dokter bila mengalami gejala infeksi di lokasi suntikan
epinephrine, seperti merah dan bengkak.
D. Kalmethasone
1. Pengertian
Kalmethasone adalah obat jenis kortikosteroid yang dapat mengatasi beberapa
masalah terkait alergi dan peradangan.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan membrane lisososm leukosit sehingga
pelepasan hydrolase asam merusak yang merusak leukosit dapat di cegah.
3. Tentang kalmethason
a. Golangan : kortikosteroid
b. Kategori : obat resep
c. Manfaat : untukmeredakan peradangan dan reaksi alergi terhadap gatal-gatal
dikulit, dermatitis, asma bronchitis, dan lain sebagainya
d. Di gunakan oleh : dewasa dan anak-anak
19
e. Sediaan : tablet dan cairan injeksi
4. Dosis
a. Dosis kalmethasone bagi orang dewasa adalah 0,5-10 mg per hari.
b. Pada anak-anak, obat kalmethasone diberikan dengan dosis sebanyak 0,08 mg-
0,3 mg/kgBB/hari. Dosis kalmethasone tersebut merupakan dosis terbagi
sebanyak 3-4 dosis per hari. Minumlah kalmethasone sebelum atau setelah
makan.
c. Pada bentuk sediaan cairan injeksi, dosis kalmethasone pada orang dewasa
adalah 0,5 – 24 mg/kg bb/hari. Dosis tersebut berbeda pada anak-anak, yaitu
sebesar 200 – 400 mcg/kg bb/hari.
5. Farmakologi
Kalmethasone adalah glukokortikoid mempunyai efek sedikit menahan sodium.
Absorbsi peroral 80-90%. Waktu paruh plasma: 3-4 jam. Waktu paruh biologis: 36-54
jam. Waktu mencapai kadar puncak: 1-2 jam. Metabolisme terutama di hati. Ekskresi
melalui urine.
6. Efek samping
a. Beberapa tanda-tanda reaksi alergi yang mungkin muncul di antaranya adalah
sakit kepala atau pusing, sesak napas, sakit perut, mual, muntah, gatal-gatal, dan
ruam kulit. Hentikanlah pemakaian obat kalmethasone jika Anda mengalami
reaksi alergi.
b. Obat kalmethasone juga dapat memicu efek samping seperti tukak lambung,
dispepsia, kandidiasis, pankreatitis akut, dan ulserasi esophageal. Beberapa wanita
ada yang mengalami amenore dan ketidakteraturan siklus menstruasi.
20
d. Efek samping kalmethasone yang juga bisa bersifat psikis, seperti depresi,
euforia, psikosis, dan aggravation of schizophrenia. Orang-orang yang menjalani
terapi pengobatan dengan obat kalmethasone bisa mengalami insomnia atau susah
tidur.
7. Peringatan
Pemberian obat kalmethasone kepada pasien yang masih anak-anak dan
remaja sebaiknya dilakukan setelah mendapatkan izin dari dokter. Ini dikarenakan
kemungkinan efek kalmethasone yang dapat menggangu pertumbuhan anak dan
remaja.
Hal tersebut juga berlaku pada pasien yang sudah lanjut usia. Penderita
hipertensi, osteoporosis, glaukoma, tukak lambung, diabetes melitus, dan hipotiroid
juga harus berhati-hati di dalam penggunaan obat kalmethasone.
Jika Anda memiliki masalah berupa gangguan jantung, gangguan ginjal, dan
gangguan hati maka jangan menggunakan kalmethasone sebelum Anda melakukan
konsultasi dengan dokter dan mendapatkan resep.
Pasien dengan penyakit herpes simpleks di mata dan psikosis juag perlu
berhati-hati jika ingin menggunakan obat kalmethasone. Jangan pernah menggunakan
kalmethasone sebelum berkonsultasi dengan dokter jika Anda sedang hamil atau
menyusui.
8. Indikasi
a) Anafilaksis
21
b) Bradikardia
c) Jerawat
d) Dermatitis alergi
e) Retensi cairan
f) Distensi abdomen
g) Kelemahan otot
h) Kejang
i) Depresi
9. Kontraindikasi
Contoh infeksi sistemik tersebut bisa berupa infeksi jamur. Obat kalmethasone
juga memiliki kontraindikasi pada pasien yang telah mendapatkan vaksin virus hidup.
Periksakanlah diri Anda ke dokter guna memastikan Anda tidak memiliki
kontraindikasi ini.
Kontraindikasi juga bisa terjadi pada orang-orang atau pasien yang memiliki
hipersensitivitas terhadap kandungan bahan aktif obat kalmethasone, yaitu
deksametason. Ini bisa menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi.
22
E. Furosemide
1. Pengertian
Furosemide adalah obat golongan diuretik yang digunakan untuk
membuang cairan atau garam berlebih di dalam tubuh melalui urine dan
meredakan pembengkakan yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati,
penyakit ginjal atau kondisi terkait.
2. Mekanisme kerja
Obat Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk menghambat
penyerapan kembali zat natrium oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, dan kalium tanpa mempengaruhi
tekanan darah normal. Setelah pemakaian oral furosemid akan diabsorpsi sebagian
secara cepat dengan awal kerja obat terjadi dalam ½ sampai 1 jam, dengan lama
kerja yang pendek berkisar 6 sampai 8 jam, kemudian akan diekskresikan bersama
dengan urin dan feses. Dengan cara kerjanya tersebut obat furosemid dapat
digunakan untuk membuang cairan yang berlebihan dari di dalam tubuh.
3. Tentang furosemide
4. Dosis
a. Dosis furosemide akan disesuaikan dengan kondisi yang dialami pasien.
Dosis yang umumnya diresepkan dokter bagi penderita edema, khususnya
yang berkaitan dengan gagal jantung adalah 20-40mg/hari. Dosis ini dapat
diturunkan per 20 mg secara berkala, atau justru dinaikkan ke 80mg jika
kondisi kesehatan memburuk.
23
b. Bagi penderita hipertensi, dosis yang biasa disarankan adalah 40-80mg/hari
yang dikonsumsi secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.
c. Bagi yang memerlukan perawatan menggunakan cairan suntik, dosis akan
disesuaikan dengan kondisi pasien di rumah sakit.
d. Untuk penderita anak-anak, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui
dosis yang tepat sesuai dengan berat badan mereka.
5. Farmakologi
Furosemide menghambat reabsorbsi air dan elektrolit, terutama karena
aksinya terhadap bagian atas dari “loop of Henle”. Furosemid juga mengurangi
reabsorbsi natrium klorida dan meningkatkan eskskresi kalium pada tubulus
distal. Selain itu juga diduga memiliki efek langsung terhadap transport elektrolit
pada tubulus proksimal. Mula kerja setelah pemberian intravena (i.v) adalah 1 –
10 menit.
6. Farmakokinetik
Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan
furosemide bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:
a. Berpotensi meningkatkan efek nefrotoksik (kerusakan ginjal) dari obat
golongan sefalosporin (misalnya cefalotin) dan obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAIDs).
b. Meningkatkan efek ototoksik (kerusakan telinga) dari obat aminoglikosida,
asam ethacynic, dan obat-obatan ototoksik lainnya.
c. Meningkatkan efek hipotensi dari obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors), angiotensin II receptor antagonists, dan obat
penghambat monoamine oksidase.
d. Risiko hiperkalemia dapat meningkat jika digunakan bersama dengan obat
diuretik hemat kalium.
e. Risiko kardiotoksik (kerusakan jantung) dapat meningkat jika digunakan
bersama dengan obat glikosida jantung dan anthihistamin.
24
f. Berpotensi meningkatkan efek hiponatremia jika digunakan bersama
dengan obat antikejang, seperti carbamazepine.
g. Dapat menurunkan konsentrasi furosemide dalam darah jika digunakan
bersama dengan obat aliskiren.
h. Berpotensi menekan efek hipoglikemia dari obat antidiabetes.
i. Menurunkan efek hipotensi dan natriuretik dari obat ini jika digunakan
bersama dengan indometacin, dan menghilangkan efek diuretik jika
digunakan bersama dengan obat salisilat.
7. Efek samping
a. Sama seperti loop diuretik lain furosemide dapat menyebabkan hipokalemia,
hal ini dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat dengan produk kalium.
b. Furosemide juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam
urat dan kadar gula darah
c. pada saluran pencernaan dapat menimbulkan mual, muntah, nafsu makan
menurun, iritasi pada mulut dan lambung, dan diare.
d. Efek samping lainnya yang juga dapat timbul antara
lain gangguan pendengaran, sakit kepala, pusing dan penglihatan kabur.
e. Efek samping yang berat antara lain anemia aplastik, anemia hemolitik,
trombositopenia, leukopenia, agranulositosis,dan eosinofilia.
8. Peringatan
a. Harap berhati-hati bagi penderita penyakit ginjal, gangguan prostat, gangguan
hati, penyakit asam urat, kolesterol tinggi, lupus dan diabetes.
b. Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil, memiliki
tingkat natrium dan kalium rendah dalam darah, atau gangguan keseimbangan
kadar elektrolit.
c. Hindari penggunaan obat jika Anda memiliki alergi antibiotik golongan sulfa.
Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui obat pengganti yang tepat untuk
kondisi Anda.
d. Jika Anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan MRI atau pemindaian yang
melibatkan penyuntikan zat radioaktif ke dalam pembuluh vena, beri tahu dokter
25
bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan furosemide. Kombinasi
furosemide dengan tes-tes tersebut dapat berbahaya bagi ginjal.
e. Furosemide dapat meningkatkan kadar gula darah. Pastikan Anda rutin
memeriksanya agar selalu terpantau, khususnya bagi penderita diabetes.
f. Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
10. Indikasi
26
a) Kram perut.
b) Merasa lelah.
c) Mudah mengantuk.
d) Mual parah.
f) Aritmia.
g) Telinga berdenging.
h) Kulit menguning.
11. Kontraindikasi
Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil,
memiliki tingkat natrium dan kalium rendah dalam darah, atau gangguan
keseimbangan kadar elektrolit. Hindari penggunaan obat jika Anda memiliki
alergi antibiotik golongan sulfa. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui
obat pengganti yang tepat untuk kondisi Anda.
27
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obat obat emergency merupakan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
situasi gawat darurat atau untuk resusitasi life support. Pengetahuan mengenai obat-
obatan ini pentimg sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang mengancam nyawa
dengan cepat dan tepat. Banyak sekali macam obat emergency, sebagai perawat
memerlukan pemahaman sebagai modal sebelum memberikan obat kepada pasien. Kita
harus melihat indikasi kontraindikasi, dan efeksamping karena setiap kasus akan berbeda
pyla obat emergency yang diberikan. Sehingga pasien akan tertolong dengan pertolongan
yang tepat dan tidak ada kejadian fatal yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat
emergency.
28
DAFTAR PUSTAKA
a) https://www.alodokter.com/aminofilin
b) https://www.alodokter.com/furosemide
c) https://doktersehat.com/obat-kalmethasone/
d) https://www.alodokter.com/epinephrine
e) https://www.alodokter.com/asam-traneksamat
f) https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/kalmethasone-0-5-mg-10-tablet-per-strip-
tablet
g) https://www.google.com/search?
q=kortokostroid+adalag+obata+golongan+yang+bagaimana&oq=kortokostroid+adalag
+obata+golongan+yang+bagaimana&aqs=chrome..69i57.19969j0j7&sourceid=chrome
&ie=UTF-8
h) https://www.honestdocs.id/furosemid
29