Anda di halaman 1dari 43

Dr.dr.

Ria Maria, SpKJ


Terapi Individu
Penanganan pasien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara perawat dengan pasien.
Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan pasien untuk mengubah perilaku pasien
Hubungan yang dijalin dengan sengaja untuk tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur)
sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah
laku pasien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan
agar pasien mampu menyelesaikan konflik yang
dialaminya.
Pasien diharapkan mampu meredakan penderitaan
emosional (distress), serta mengembangkan cara yang
sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
1. Tahapan orientasi :
Dimulai saat perawat memulai interaksi dengan
pasien.
Bina rapport antara perawat dengan pasien agar
saling percaya
Setelah rapport terbina dengan baik, tahapan
selanjutnya adalah pasien bersama perawat
mendiskusikan:
-apa latar belakang munculnya masalah pasien

-apa konflik yang terjadi

-Apa penderitaan yang dirasakan pasien

-Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan


perawat dan pasien untuk menentukan tujuan yang
akan dicapai dalam hubungan perawat-pasien
-Bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut agar
tujuan dapat tercapai
2. Tahapan kerja
Lakukan intervensi setelah pasien percaya

Pasien mulai dapat mengeksplorasi diri dan


mengungkapkan permasalahan yang dialami
Perhatikan bagaimana perasaan pasien pada
saat bercerita
Pasien dibantu untuk dapat memahami
tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan
dirinya, serta dibantu untuk berubah dari
perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif
3. Tahapan terminasi
Setelah pasien dan perawat sepakat
bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah
mereda dan lebih terkendali maka
perawat dapat melakukan terminasi
dengan pasien.
Pertimbangan untuk melakukan
terminasi adalah apabila pasien telah
merasa lebih baik, terjadi peningkatan
fungsi diri, sosial dan pekerjaan, serta
yang lebih penting adalah tujuan terapi
telah tercapai.
 Bentuknya adalah memberi kesempatan pasien
untuk tumbuh dan mengubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam
aktivitas dan interaksi di RS
 Perawat harus memberikan kesempatan,
dukungan, pengertian agar pasien dapat
berkembang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
 Pasien harus mentaati peraturan di RS dan
belajarberinteraksi dengan orang lain.
 Bahwa lingkungan rumah sakit adalah
lingkungan sementara di mana pasien akan
kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi
lingkungan ini adalah menyiapkan pasien
hidup di luar RS
 Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga.
 Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya
 Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan
diidentifikasi seluruh anggota keluarga ., apa masalah yang terjadi di
keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah,
untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga
dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang
seharusnya.
 Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase
2 (kerja), fase 3 (terminasi).
 Fase pertama perawat dan pasien mengembangkan hubungan saling
percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan
bersama.
 Fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat
sebagai perawat berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota
keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota
keluarga, eksplorasi Batasan dalam keluarga, peraturan yang selama ini
ada.
 Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat
lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan
cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat
mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
 Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada pasien yang
dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan
perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok pasien secara
teratur.
 Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri pasien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
 Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga
disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini pasien
diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi,
kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas
tersebut dilaksanakan. Peran perawat dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur
kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal
pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di
antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan
dengan fase kerja.
 Di fase kerja perawat membantu pasien untuk
mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan
here and now. Dukungan diberikan agar masing-
masing anggota kelompok melakukan kegiatan
yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai
tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi
kelompok di mana pasien bersama kelompoknya
melakukan kegiatan untuk mencapai target
perubahan perilaku dengan saling mendukung di
antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan
maka diakhiri dengan fase terminasi.
 Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah
difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan
interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah
mendorong anggota kelompok untuk saling
memberi umpan balik, dukungan, serta
bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada.
Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong
agar anggota kelompok berani dan mampu
menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di
masa mendatang.
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan
bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran.
Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar

TERAPI
yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
Role model

PERILAKU Kondisioning operan


Desensitisasi sistematis
Pengendalian diri
 Pada usia anak

TERAPI  Komunikasi dengan permainan rapport terbina


dengan baik

BERMAIN  Anak dapat merefleksikan perasaan/emosinya


TERAPI
BIOLOGIS
 Psikofarmaka
 Electro convulsive therapy
(ECT)
 TMS
 adalah obat yang bekerja secara
selektif pada susunan saraf pusat
(SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan
perilaku
ANTIPSIKOTIKA
DAPAT
DIPERTIMBANGKA
N BILA ADA a. Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang dalam
mengobati delirium, dapat diberikan per oral, IM, atau
TANDA DAN IV.
GEJALA PSIKOSIS, b. Dosis Haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV dan
dapat diulang setiap 30 menit (maksimal 20 mg/hari).
MISALNYA
Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat terjadi
HALUSINASI, c.

Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya


WAHAM ATAU d.
pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia jantung
SANGAT AGITATIF e. Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan
(VERBAL ATAU antipsikotika (misalnya, pasien dengan Syndrom
Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons bisa
FISIK) SEHINGGA ditambahkan benzodiazepin yang tidak mempunyai
BERISIKO metabolit aktif, misalnya lorazepam tablet 1–2 mg per
oral. Kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan
TERLUKANYA pernafasan.
PASIEN ATAU
ORANG LAIN
Terapi

a.Pemeriksaan tanda vital

b.Perhatikan tanda-tanda intoksikasi

c. Simtomatik bergantung dari kondisi klinis, untuk penggunaan oral, merangsang muntah dengan
activated charcoal atau kuras lambung adalah penting.

d.Antipsikotika; haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau klorpromazin 1 mg/kg BB, oral, setiap
4-6 jam

e. Antihipertensi bila perlu (TD di atas 140/100 mmHg).

f.Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepin; diazepam 3x5 mg atau
klordiazepoksid 3x25 mg.

g. Bila ada kejang, berikan diazepam 10-30 mg parenteral

h.Aritmia kordis, lakukan Cardiac monitoring, misalnya untuk palpitasi diberikan propanolol 20-80
mg/hari (perhatikan kontraindikasinya)

i.Kontrol temperatur dengan selimut dingin atau klorpromazin untuk mencegah temperatur tubuh
meningkat

j.Observasi di IGD 1 x 24 jam; bila kondisi tenang dapat diteruskan rawat jalan
 Sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahan yang terjadi pada
penghentian pemberian zat secara absolut atau relatif sesudah penggunaan zat
yang terus menerus dan dalam jangka panjang atau dosis tinggi.Waktu onset
terbatas dan berkaitan dengan jenis dan dosis zat yang digunakan
sebelumnya.Dapat disertai dengan komplikasi kejang.

Terapi Putus zat Opioid

PUTUS ZAT
a. Simptomatik sesuai gejala klinis

b. Subtitusi golongan opioid: metadon, bufrenorfin yang diberikan secara


tapering off. Untuk metadon dan buprenorfin terapi dapat dilanjutkan untuk
jangka panjang (rumatan). Bila tidak tersedia dapat menggunakan kodein.
c. Subtitusi nonopioid: klonidin, perlu pengawasan tekanan darah. Bila sistol
kurang dari 100mmHg atau diastol kurang 70 mmHg HARUS DIHENTIKAN.
d. Pemberian sedatif-hipnotik, antipsikotika dapat diberikan sesuai indikasi.

e. Perawatan rumah sakit, tidak menjadi keharusan, bergantung kasusnya. Bila


gejala putus zatnya sangat berat sebaiknya dirawat inap.
a. Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan
psikiatrik.
TERAPI b. Rawat inap diperlukan apabila disertai gejala
psikotik berat, gejala depresi berat atau
PUTUS ZAT kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi fisik
lainnya.
AMFETAMI c. Terapi: antipsikotika (haloperidol 3 x 1,5-5mg, atau
risperidon 2 x 1,5-3 mg), antiansietas (alprazolam 2
N x 0,25-0,5 mg, atau diazepam 3 x 5-10 mg, atau
klobazam 2 x 10 mg) atau antidepresan golongan
SSRI atau trisiklik/tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
Antidepresan efektif untuk gangguan mood depresi dan
berbagai jenis gangguancemas.

Antidepresan digolongkan menjadi:


1.Trisiklik (TCA) contohnya amitriptyline, imipramin,
clomipramin.
2.SSRI contohnya: paroxetine, fluoxetine, fluvoxamine,
sertraline.
3.Golongan lainnya contohnya mirtazapine, trazodone
Jenis Obat Dosis mg/hari Anticholinergi Sedasi Hipotensi Level Efek
k Orthostatik Dalam Plasma

Amitryptilin 50-300 ++++ ++++ ++ 110-250


(Laroxyl)

Clomipramine( 25-250 +++ +++ ++ 80-100


anafranil)

Imipramine 30-300 ++ ++ +++ 200-350


(Tofranil)

Tetracyclic 50-225 ++ ++ + 200-300


Maproptiline
(Ludiomil)
 Efektif untuk depresi dan beberapa gangguan
cemas OCD, Panik, Fobia sosial
 Efektif untuk komorbid depresi dengan gangguan SSRI
fisik
 Level puncak dalam darah setelah 6 jam.
 Penyerapan diusus tidak dipengaruhi oleh makanan
JENIS OBAT DOSIS ANTICHOLINE SEDASI HIPOTENSI
MG/HARI RGIK ORTHOSTATIK

PAROXETINE 20-50 0/+ 0/+ 0

FLUOXETINE 20-60 0 0 0

SERTRALINE 50-200 0 0/+ 0

FLUVOXAMINE 50-300 0 0/+ 0


 pusing, mengantuk, tremor,berkeringat, sakit
kepala, mulut kering, diare, mual dan muntah
 Cemas dan insomnia (fluoxetine)
 Somnolen atau mengantuk berat (Paroxetine)
 Diare (sertraline)
CARA
PEMBERIAN
BENZODIAZEPI
NE
 Efek anxiolitik, hipnotik, relaksasi otot dan
antikonvulsan.
 Indikasi utama adalah mengurangi cemas

 Efektif untuk mengatasi insomnia jangka


pendek.
 Penggunaan untuk pasien anxietas dinilai 2
minggu
JENIS OBAT PEMBERIAN DOSIS LEVEL MAKSIMUM DALAM
MG/HARI PLASMA (JAM)

Alprazolam (Xanax) 0,75-4 1-2

Chlordiazepoxide (Librium) 15-100 0,5-4

Clonazepam 1,5-20 1-2

Clorazepate (Tranxene) 15-60 1-2

Diazepam (Valium) 4-40 0,5-2

Estazolam (esilgan) 1-2 2

Lorazepam (Ativan) 2-4 1-6

Triazolam (Halcion) 0,125-0,5 0,5-2


Khasiat panjang
Flurazepam 15-30
Diazepam 4-80
Khasiat menengah
OBAT ANTI Estazolam 1-4
INSOMNIA/HIPN Nitrazepam 2.5 – 5
OTIKA Khasiat pendek
Triazolam 0.125-0.25
Lorazepam 2-10
 Fenobarbital 30-150
 Difenhidantoin 100-300
 Carbamazepin 400-800
 Diazepam 4-80
 Clonazepam 0,75-8
 Asam/Na Valproat 750-3800

 Primodone 250-1500
 Gabapentine 50-150
PENGOBATA
N YANG
LAIN
 Konvensional

 Premedikasi

Indikasi
 Akut, gaduh gelisah

 Medikamentosa tidak ada perubahan

 Tentamen suicide
 Non invasive
 Memberikan stimulasi pada sel otak
dengan menggunaka magnet untu
merangsang bagian tertentu di otak
berfungsi Kembali
 Dapat diguakan pada pasien depresi,
cemas, gangguan mood bipolar
 Reassurance meyakinkan pasien akan
kemampuannya, misal memberi dukungan &
umpan balik terhadap hal positif
 Sugesti saran/dorongan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien
 Ventilasiperawat bertindak sbg pendengar yg
baik
RELAKSASI
 Berbaring di ruangan yang tenang , dimana
anda tidak akan terganggu
 Tutup mata anda & konsentrasikan pikiran
anda pada ritme pernafasan anda
 Cobalah bernafas lambat, teratur, dan penuh
melalui hidung, bernafas yang dalam
 Kemudian hembuskan nafas pelan-pelan

 Cobalah latihan ini 10 menit setiap hari


 Suatu aktivitas baik mental/fisik sebagai
bantuan untuk suatu penyembuhan akibat
penyakit/luka.
 Melalui berbagai aktivitas yang
diprogramkan untuk dilakukan oleh
ABK, diharapkan dapat mengembalikan
atau mengoptimalkan kondisi mental/fisik
yang mengalami gangguan sesuai potensi
atau kemampuan yang dimilikinya.
 Usaha penyembuhan terhadap seseorang yang
mengalami kelainan mental, fisik dengan jalan
memberikan suatu keaktifan kerja, dimana
keaktifan tersebut untuk mengurangi rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai