1. Selain menggunakan modalitas pengobatan khusus dari farmakoterapi, dan
psikoterapi, manajemen penatalaksaan depresi harus besifat holistic dan termasuk didalamnya pengelolaan stress, penempatan pasien dalam berhubungan dengan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya lainnya yang ada, mengubah stigma dan diskriminasi, dan mengelola komorbiditas bersamaan.
2. Hubungan terapeutik yang kuat antara dokter dan pasien, dengan
kemampuan empati mendengarkan, telah terbukti meningkat hasil perbaikan pada pasien depresi.
3. Psikoterapi atau terapi bicara telah terbukti efektif sebagai antidepresan
untuk pasien dengan depresi ringan, sedang, hingga berat. Tetapi pemilihan pasien penting tidak semua pasien cocok dengan pemilihan psikoterapi.
4. Cognitiv behavior thepary bekerja dengan mengidentifikasi pikiran
disfungsional saat ini dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih bermanfaat, dengan maksut memodifikasi perilaku dan emosi
5. Pemilihan antidepresan awal dokter harus mempertimbangkan efek
samping, kondisi komorbiditas, dan dosis letal pada obat tersebut.
6. Antidepresaan harus dimulai dengan dosis subterapetik untuk menilai
tolerabilitas, setelah itu ditingkatkan secara bertahap sampai dosis minimal yang efektif tercapai
7. Penilaian yang akurat dari respon terapi, digunakan untuk peningkatan
dosis/ penggantian obat antidepresan yang lain jika perbaikan tidak memadai. 8. Setelah mencapai gejala remisi, dosis antidepresan dipertahankan dengan jangka waktu tertentu untuk mencegah kekambuhan. Durasi terapi pemeliharaan tergantung pada jumlah episode depresi, tingkat keparahan episode dan beberapa faktor lainnya.
9. Pasien harus diberitahu bahwa antidepresan tidak bersifat addiktif dan
bahwa dosis yang diberikan membuat pasien emnjadi merasa baik
10. Dokter harus mengetahui bahwa pasien tidak cocok dengan pengobatan primer dan harus segera dirujuk ke psikiater.