PRAKTIK KEDOKTERAN
(PRAKTEK KEDOKTERAN MENURUT
UU)
Dr.H.Hamzah,MM
PEMAPARAN TERDIRI :
1. PENDAHULUAN
2. PRINSIP PELAYANAN MEDIK YANG
BAIK
3. UU PRADOK
4. PENYELENGGARAAN PRATEK KEDOK
5. PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM
6. PENUTUP
1. PENDAULUAN
FAKTOR KOLONIAL BELANDA
atan
s e h
s Ke
na
Di
Ijin
den
ga
na
kib
at l ar
g e
n
a ec o h
a
n ng
u
g me
g
n g
e
P an
y
Terbaurnya medis non
medis
um i k Centu Klin
U m Ap o t ry ik S
RS s a lin a t G u
P ra k pes
Be r
M ata o o b ardian K t ek iali
R S s us Tok lini B e s
Kh u H
u C ealth kM r sam
S us j a m lub K a
R
Kh u s Kios lini
Klin
k R ta
a
RS dah ik O
eum
Be wa nko tolog
a
J i i
RS l og
i
1. Kendali Mutu
2. Kendali Biaya
3. Berkeadilan (Equity)
4. Merata (Equality)
5. Terjangkau (Affordable)
6. Terstrukur (Structured)
7. Aman (Safe)
dalam sebuah kesisteman (health care
system)
Konsep Ideal Pelayanan Medik
Sistem Pendidikan
Ideal:
Dokter Yang Baik
hanya dapat mela- UU No 32/1992
kukan Pelayanan UU No 29/2004
Medik dalam UU No 40/2004
kesisteman yang Etika & UU SKN
baik pula Sistem
Hukum
Sistem Sistem
Pelayanan Pembiayaan
3 Tungku Sijarangan (System Dynamics)
Konsep Ideal Pelayanan Medik
1. Mutu
Output: Dampak:
2. Biaya
Tidak
diatur
didalam
UU PK 3. Keterjangkauan
Kepuasan
Pasien
3. UU PRAKTIK
KEDOKTERAN
( UU No. 29 tahun 2004, TENTANG PRAKTEK
KEDOKTERAN)
KOLEGIUM
FK IDI KKI DinKes
Kab/Kota
Penjelasan Ps 7, ayat(1)
Ps 29, ayat(3d) Ps 37, ayat(1)
Surat Surat
Sertifikat
Ijazah Kompetensi
Tanda Izin
Registrasi Praktik
(STR) (SIP)
(Pasal 37)
SYARAT MENDAPATKAN SIP
(Pasal 38)
DOKTER PRAKTEK BERHALANGAN
(Pasal 40)
RESIKO LAYANAN MEDIS
Kesalahan atau kelalaian
dalam memberikan layanan
medis dapat mengakibatkan
timbulnya resiko-resiko, baik
bagi pihak penerima layanan
medis (pasien) maupun pihak
pemberi layanan medis
(dokter).
RESIKO BAGI DOKTER
Pertanggungjawaban Internal
(Internal Accountability)
MKEK
MKDKI
Pertanggungjawaban Hukum
(Liability)
Tanggung jawab Perdata (Civil
Liability)
Tanggung jawab Pidana (Criminal
Liability)
Pertanggungjawaban Internal
(Internal Accountability)
Baik MKEK maupun MKDKI tidak
memiliki kewenangan menjatuhkan
sanksi selain hanya berupa sanksi
moral (mis; teguran, peringatan,
skorsing), atau sanksi administratif.