& RESUSCITATION
PADA IBU HAMIL DAN PEDIATRIK
RESUSITASI JANTUNG PARU PADA
IBU HAMIL
HENTI JANTUNG PADA IBU
HAMIL
Gangguan kardiovaskular merupakan
penyebab kematian yg plg sering dari
seluruh kematian maternal (Confidential
Enquires into Maternal and Child Health)
Four – 4Hs : hypoxia; hypo-/hyperkalaemia and other electrolyte disorders; hypo-/hyperthermia; hypovolaemia;
Four - 4 Ts : tension pneumothorax; tamponade (cardiac); thrombosis (coronary and pulmonary); toxins (poisoning)
HENTI JANTUNG PADA KEHAMILAN
(Posisi miring kiri dapat dicapai secara manual atau dengan selimut
digulung di bawah pinggul dan daerah lumbar)
Hipotensi
supine akibat
Kompresi
Vena Kava
Teknik mendorong uterus ke kiri secara
manual dengan 1 atau 2 tangan
Teknik mendorong uterus ke kiri secara manual
dengan 1 tangan saat melakukan CPR
• Teknik CPR pada ibu hamil dengan
posisi left uterine displacement
Teknik miring lateral kiri/ Left Uterine Displacement
Cardiff Wedge
Teknik miring lateral kiri/ Left Uterine Displacement
The Society for Obstetric Anesthesia and Perinatology Consensus Statement on the Management of Cardiac Arrest in
Pregnancy; Anesthesia&Analgesia118(5):1003-1016, May 2014.
Tersedak (chocking) pada ibu hamil
Seksio Sesarea
segera
• Jika henti jantung dengan bantuan hidup lanjut tidak tertangani (4-5 menit),
maka persalinan sesar harus segera dilakukan pada kehamilan >20 minggu.
• Pengosongan uterus dapat mengembalikan aliran balik vena
cava ke aorta
Important causes include the 5 H's and 5 T's: Hypoxia,
Hypovolemia, Hydrogen ions (acidosis), Hyper/Hypo-kalemia,
Hypothermia; Tension pneumothorax, Tamponade-cardiac,
Toxins, Thrombosis-coronary (MI), Thrombosis-pulmonary (PE).
Henti Jantung Pada Masa Kehamilan
2020 (Baru):
• Karena pasien hamil lebih rentan terhadap hipoksia, maka oksigenasi dan manajemen
saluran napas harus diprioritaskan.
• Karena potensi gangguan pada resusitasi ibu, pemantauan janin sebaiknya tidak
dilakukan selama henti jantung pada masa kehamilan.
• Suhu yang ditargetkan sebaiknya diatur untuk wanita hamil yang tetap koma setelah
resusitasi dari henti jantung, janin sebaiknya terus dipantau untuk mengamati ada
tidaknya komplikasi bradikardia yang mungkin terjadi, dan konsultasi kebidanan dan
neonatal harus dilakukan.
Prevention of in-hospital maternal cardiac arrest
edukasi staf
respon yang
pemantauan pasien
cepat tanggap
Sandroni C, Nolan J, Cavallaro F, Antonelli M. In-hospital cardiac arrest: incidence, prognosis and possible measures to improve survival. Intensive Care Med 2007;33:237–45.
Nolan JP, Soar J, Smith GB, et al. Incidence and outcome of in-hospital cardiac arrest in the United Kingdom National Cardiac Arrest Audit. Resuscitation 2014;85:987–92.
Smith GB. In-hospital cardiac arrest: is it time for an in-hospital ‘chain of prevention’? Resuscitation 2010.
RRS/ RRT/ MET
Early Warnings
MENCEGAH
MORBIDITAS MAYOR/
SAKIT KRITIS? 3
Kegagalan dalam sistem dapat terjadi pada level mana pun:
Early Warnings
MENCEGAH
MORBIDITAS MAYOR/
SAKIT KRITIS? 3
Early Warnings
PARAMETER VITAL SIGN
1 YG ABNORMAL 2
Early Warnings
Delayed in Diagnostic
and Treatment/
MENCEGAH
Management
MORBIDITAS MAYOR/
SAKIT KRITIS? 3
• Dalam banyak kasus, tanda-tanda peringatan dini
mengenai “maternal collapse” tidak teridentifikasi.
Determine Determine unresponsiveness, get help, and activate emergency medical services (EMS)
Assess Assess pulse, determine if the victim is breathing or only gasping within 10 seconds
2-Finger compressions.
RESUSITASI JANTUNG PADA PEDIATRIK
Kompresi dada pada anak dgn satu tangan Kompresi dada pada anak dgn dua tangan
RESUSITASI JANTUNG PADA PEDIATRIK
Perubahan Pada Laju Napas Bantuan :
Baru : (PBLS) Untuk bayi dan anak-anak dengan denyut nadi, namun upaya bernapas
tidak ditemukan atau tidak memadai, pemberian 1 napas setiap 2 sampai 3 detik (20-
30 napas/ menit) dapat dilakukan.
Lama : PBLS) Jika ada denyut nadi yang teraba 60/menit atau lebih, tetapi tanpa
pernapasan yang memadai, berikan napas penyelamatan dengan laju sekitar 12 hingga
20 napas/menit (1 napas setiap 3-5 detik) sampai pernapasan spontan muncul.
Baru : (PALS) Saat melakukan CPR pada bayi dan anak-anak dengan advanced airway/
intubasi, rentang laju pernapasan 1 napas setiap 2 hingga 3 detik (20-30 napas/menit)
dipilih, berdasarkan usia dan kondisi klinis. Laju yang melebihi rekomendasi ini dapat
membahayakan hemodinamik.
Lama: (PALS) Jika bayi atau anak diintubasi, berikan ventilasi dengan laju sekitar 1
napas setiap 6 detik (10 napas/menit) tanpa mengganggu kompresi dada.
RESUSITASI JANTUNG PADA PEDIATRIK
ETT Berbalon
Baru : Untuk pasien anak-anak dalam keadaan apa pun, dosis awal epinefrin
perlu diberikan dalam 5 menit sejak dimulainya kompresi dada.
Lama: Epinefrin perlu diberikan pada kasus henti jantung pada anak.
• Tatalaksananya meliputi manajemen sirkulasi, jalan napas, sistem pernapasan, dan defibrilasi.
• Bila RJP gagal dalam waktu <5 menit, segera lakukan persalinan seksio
• Tim multidisiplin harus lebih mengetahui pedoman Cardiac Life Support dan modifikasi khusus
untuk ibu hamil.
• Chain of prevention dilaksanakan dalam rangka mencegah terjadinya IHCA termasuk pada pasien
maternal, yang meliputi : edukasi staf, pemantauan pasien, pengenalan dini akan tanda
penurunan keadaan umum pasien, adanya sistem untuk meminta bantuan (call for help) dan
respon tim yang cepat tanggap.
KESIMPULAN
• Tautan keenam, Pemulihan, ditambahkan ke Rantai Kelangsungan Hidup OHCA pediatrik
dan termasuk dalam Rantai Kelangsungan Hidup IHCA pediatrik baru.
• Untuk memaksimalkan kemungkinan hasil resusitasi yang baik, epinefrin harus diberikan
sedini mungkin, idealnya dalam waktu 5 menit sejak dimulainya henti jantung dari ritme
yang tidak dapat didefibrilasi (asistol dan aktivitas listrik tanpa denyut).
• Berdasarkan data baru yang tersedia dari resusitasi pediatrik, laju ventilasi berbantu yang
direkomendasikan telah ditingkatkan menjadi 1 napas setiap 2 hingga 3 detik (20-30
napas per menit) untuk semua skenario resusitasi pediatrik.