Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGGOLONGAN OBAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi Kesehatan

Dosen Pengampung : Ratna Agustiningrum

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Raja Fath Bagas Ramadhan ( 202102032 )

2. Risma Rahmawati ( 202102033 )

3. Rizki Ramadhani ( 202102034 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Farmakologi Kesehatan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Agustiningrum selaku dosen
pengampu mata kuliah Farmakologi Kesehatan yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam mengumpulan data-data dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi tercapainya makalah yang sempurna.

Klaten , 08 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Tujuan Masalah...........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Antitusif ......................................................................................................................................5
B. Antihistamin ...............................................................................................................................7
C. Antituberculosis.......................................................................................................................... 10
D. Antibakteri ..................................................................................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 22
B. Saran .......................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan.
Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia
pada saat diperlukan dalam jenis dan jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik
(Sambara, 2007). Saat ini banyak sekali beredar berbagai macam jenis obat baik itu produk
generik maupun produk dagang, pada umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik
untuk mengkonsumsi produk obat bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal
itu disebabkan adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah dari pada produk
yang bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006).

Berkaitan dengan pengobatan sendiri, telah dikeluarkan berbagai peraturan


perundangan, antara lain pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (SK Menkes No.2380/1983). Semua obat yang
termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan pada
setiap kemasannya tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pemakaian, dosis, dan
pernyataan lain yang diperlukan (SK Menkes No.917/ 1993). Ada batas lama pengobatan
sendiri untuk keluhan tertentu. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda
peringatan “apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (SK Menkes No.386/1994). Sumber
obat yang paling dominan adalah warung (44,35%) dan yang lainnya adalah puskesmas
(15,85%), praktek perawat/ bidan (11,44%), toko obat (9,31%), praktek dokter (8,41%), apotik
(5,03%) dan RS hanya 2,36%. Pada umumnya penggunaan obat ditujukan untuk mengobati
penyakit (91,56%), sedangkan untuk menjaga kesehatan 5,58% dan untuk keluarga berencana
1,16% (Depkes, 1999).

B. Tujuan Makalah

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah, dengan tujuan mahasiswa mampu memahami dan mengerti terkait penggolongan obat
yang ada pada mata kuliah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

 ANTITUSIF

A. Pengertian Antitusif
Obat yang digunakan untuk mengurangi gejala batuk akibat berbagai sebab
termasuk infeksi virus pada saluran napas atas.

B. Contoh Obat Antitusif


1. Keodein
Alkaloida candu ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetis dan meredakan
batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak
digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit, biasanya dikombinasi dengan
asetosal yang memberikan efek potensiasi.
2. Noskapin
Alkaloida candu alamiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin,
melainkan termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloda candu lainnya
(papaverin dan tebain). Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein, tetapi tidak
mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi, sedangkan efk sedatifnya dapat diabaikan.
Risiko adiksinya ringan sekali. Berkat sifat baik ini, kini obat ini banyak digunakan dalam
berbagai sediaan obat batuk popular.
Noskapin tidak bersifat analgetis dan merupakan pembebas histamine yang kuat dengan
efek bronchokonstriksi dan hipotensi (selewat) pada dosis besar.
3. Dekstrometofan
Derivat-fenantren ini (1953) berkhasiat menekan batuk, yang sama kuatnya dengan
kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetis, sedative, sembelit, atau adiktif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
peyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SP.

5
C. Dosis Obat Antitusif
Dosis antara satu obat dengan obat lainnya akan berbeda, begitu juga dengan dosis untuk
anak-anak juga akan berbeda dengan dosis untuk orang dewasa. berikut adalah dosis obat-obat
antitusif :
1. Keodein

Usia Dosis

2-6 tahun 2.5-5 mg/oral setiap jam

6-12 tahun 5-10 mg/oral setiap 4-6 jam

Dewasa 15 mg/oral setiap jam

Lansia 10 mg/oral setiap 6 jam

2. Noskapin

Usia Dosis

Anak-anak 7.5-15 mg/oral setiap 3-4 jam

Dewasa 15-30 mg/oral setiap 4-6 jam

3. Dekstrometofan

Usia Dosis

2-6 tahun 8 mg/oral

6-12 tahun 15 mg/oral

Dewasa 10-20 mg/oral

6
D. Kontra Indikasi
Kontra indikasi adalah situasi di mana aplikasi obat atau terapi tertentu tidak dianjurkan,
karena dapat meningkatkan risiko terhadap pasien. Kontra indikasi dari obat antitusif sebagai
berikut :
1. Asma bronkial
2. Emfisema paru-paru
3. Trauma kepala
4. Tekanan intrakranial yang meninggi
5. alkoholisme akut
6. pasca operasi saluran empedu

E. Efek Samping
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang
diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping dari obat antitusif ada yang ringan sampai
yang berat contohnya seperti dapat menimbulkan ketergantungan, mual, muntah, indiosinkrasi,
pusing, sembelit, depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan shock,
mengantuk, pusing, nyeri kepala.

 ANTIHISTAMIN

1. Obat Antihistamin

Antihistamin merupakan golongan obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala

akibat reaksi alergi. Reaksi alergi yang biasanya dapat diatasi oleh obat ini adalah reaksi alergi

akibat sengatan serangga, alergi makanan, biduran, rinitis, dan urtikaria. Obat ini juga

digunakan untuk mengatasi mual atau muntah yang diakibatkan oleh mabuk perjalanan. Obat-

obatan antihistamin dijual di pasaran dengan harga yang berkisar antara Rp 1.500 – Rp 90.000.

7
Salah satu obat paten antihistamin adalah Interhistin 50 mg - 100 Tablet - Obat antihistamin

50mg (Rp 130.000) atau obat generik Cetirizine Novell 10 mg - 50 tablet - Obat untuk Alergi

10mg (Rp 25.000).

Histamin merupakan zat yang dikeluarkan tubuh untuk melawan infeksi virus atau bakteri.

Ketika tubuh melakukan perlawanan ini, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada

orang yang memiliki riwayat alergi, kinerja zat histamin menjadi kacau karena tidak bisa lagi

membedakan objek yang tidak berbahaya dengan patogen penyebab penyakit. Oleh sebab itu

tubuh mengalami alergi ketika objek masuk ke dalam tubuh. Obat antihistamin bekerja dengan

memblokir zat histamin yang diproduksi oleh tubuh.

2. Contoh Obat Antitusif

1. Akrivastin
2. Astemizol
3. Azatadine maleate
4. Bepotastine besilate
5. Brompheniramine maleate
6. Levocetirizine
7. Ketotifen
8. Deksklorfeniramin maleat
9. Hydroxyzine
10. Desloratadine
11. Difenhidramin hidroklorida
12. Dimenhidrinat
13. Loratadine
14. Cetirizine
15. Fexofenadine HCl
16. Feniramin maleat
17. Hidroksizin hidroklorida
18. Homoklorsiklizin hidroklorida

8
19. Klemastin
20. Klorfeniramin maleat

3. Efek Samping

Terdapat beberapa gejala efek samping yang timbul jika Anda mengonsumsi obat-

obatan golongan antihistamin. Beberapa gejala yang umum timbul akibat penggunaan obat ini,

antara lain:
1. Sakit kepala
2. Kantuk
3. Mulut menjadi kering
4. Sulit buang air kecil
5. Penglihatan menjadi kabur
6. Sakit perut

Gejala efek samping dapat memburuk jika ditandai dengan muncul ruam, demam, dan

kehilangan kesadaran. Segera periksakan diri ke dokter atau Unit Gawat Darurat (UGD) jika

hal tersebut terjadi untuk membuat Anda segera mendapatkan penanganan medis.

4. Cara Konsumsi

Jika Anda memiliki gangguan perut, maka Anda dapat mengonsumsi obat ini bersamaan

dengan makanan. Sebaiknya Anda juga mengonsumsi air yang cukup agar membuat obat dapat

melebur dengan baik di dalam tubuh. Namun jangan hancurkan obat karena dapat melepaskan

kandungan yang terkandung dalam obat.

Jika obat yang Anda konsumsi dalam bentuk cair, maka berhati-hati dalam menakar dosis

obat. Gunakan sendok takar agar dosis yang Anda konsumsi sesuai dan tepat.

9
 ANTITUBERCULOSIS
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular yang paling sering terjadi di paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB tersebar diseluruh dunia. Penyakit

ini ditularkan dari orang ke orang terutama melalui saluran pernafasan, lewat percikan dahak

(droplet infection). Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan

pencegahan, salah satu diantaranya adalah batuk dan bersin sambil menutup hidung.

1. Obat Antituberkulosis

Obat Antituberkulosisi (OAT) dibagi menjadi dua, obat pilihan pertama (first line) yang

terdiri dari isoniazid, rifampisisn, pyrazinamid, ethambutol dan streptomicin dan second line

terdiri atas para aminosalisilat acid (PAS), kanamicin, ciprofloxacin dimana kelompok ini tidak

seefektif obat first line.

2. Dosis dan Penggunaan

Obat Dosis Penggunaan Dan Pertimbangan

First Line drug

Isoniazid Dewasa : Oral/IM : 5 Profilaksis 10 mg/kg BB/ hari (dosis

mg/kg BB/hari (dosis tunggal) Kontra indikasi : penyakit renal dan

tunggal), maximal 300 hepar yang berat, diabetik retinopati. Efek

mg/hari; Profilaksis : 300 samping polineuritis, tinnitus, mual, muntah,

mg/hari Anak-anak : Oral mulut kering, konstipasi. Efek meningkat

10-20 mg/kg BB/hr (dosis dengan penggunaan alkohol dan fenitoin,

tunggal). Absorbsi GI menurun pada penggunaan

antasida

10
Ethambutol HCl Dewasa : Oral 15 mg/kg Kombinasi, untuk TB aktif. Dosis

BB/hari (dosis tunggal). diturunkan pada pasien insufisiensi ginjal.

Retreatmen : 25 mg/kg

BB/hr (dosis tunggal

untuk 2 bulan), kemudian

diturunkan menjadi 15

mg/kg BB/hr

Pyrazinamid Oral 20-35 mg/kg BB/hr Kombinasi dengan anti TB lain untuk jangka

dibagi 3-4 dosis. Maks 3 pendek. Tingkatkan intake cairan

g/hari

Rifampisin Dewasa : Oral 600 mg/hr Kombinasi obat untuk TB aktif. Untuk

(dosis tunggal); Anak : 10- infeksi karena bakteri Gram positif dan

20 mg/kg BB/hr, negatif termasuk N. meningitidis.

maksimal 600 mg/hr Enzym hepar harus dimonitor.

Streptomicin Dewasa IM: 1 g/hari atau Sebagai obat ketiga dalam pengobatan TB

7-15 mg/kg BB/hr selama (INH dan ethambutol). Penggunaan waktu

2-3 bln, kemudian 2-3 lama mengakibatkan neurotoksik syaraf ke-8

kali/minggu Anak IM : 20-


40 mg/kg BB/hr dalam

beberapa dosis

Obat Dosis Penggunaan Dan Pertimbangan

Second Line Drugs

Kanamicin IM/IV : 15 mg/kg dalam Digunakan secara kombinasi dengan

2-3 kali (garam sulfat) anti TBC lain. Tidak dianjurkan pada

setiap hari atau 2- 4 kali penggunaan jangka lama. Bersifat

seminggu. Maximal 1 g/hr ototoksik dan nefrotoksik

Ciprofloxacin Dewasa : Oral :250-750, Ciprofloxacin adalah antibiotik yang

11
2-3 kali sehari. IV : 200- digunakan untuk menangani berbagai

400 mg tiap 12 jam jenis infeksi akibat bakteri, misalnya

infeksi saluran kemih, infeksi pada

saluran pencernaan, infeksi pada mata,

dan infeksi menular seksual. Jenis obat

ini bekerja dengan membunuh atau

mencegah perkembangan bakteri yang

menjadi penyebab infeksi. Karena itu,

ciprofloxacin tidak akan efektif untuk

mengobati flu atau pilek yang

disebabkan oleh infeksi virus.

Para amino salisilat Dewasa : Oral :250-750, Digunakan secara kombinasi dengan

(PAS) 2-3 kali sehari. IV : 200- anti TBC lain, untuk mengobati infeksi

400 mg tiap 12 jam TBC paru dan diluar paru-paru setelah

gagal dengan pengobatan first line

drugs. Efek yang tidak diinginkan :

Gangguan GI dan hepatotoksik.

2. Efek Samping
Beberapa jenis OAT berefek samping hepatotoksik dan ototoksik. Pada kondisi pasien

yang tidak dapat mentolerir efek samping OAT pilihan pertama, dapat diberikan pengganti dari

OAT pilihan kedua.

Efek samping OAT berbeda-beda, Isoniazid dapat mengakibatkan neuropati perifer,

khususnya pada penderita DM dan alkoholisme. Kondisi ini dapat dicegah dengan pemberian

pyridoxine (vitamin B6). Hepatotoxik dapat terjadi pada pemberian pirazinamid. Isoniazid

bersama rifampisin berpotensi hepatotoksik, terutama pada ras tertentu yang memiliki sifat

asetilator lambat. Isoniazid dapat menyebabkan terjadinya hiperglikemia, hiperkalemia,

hipokalsemiadan hipofosfatemiadan sebagainya. Sementara itu, pasien yang minum ethambutol

dapat mengalamiconfuse (kebingungan), halusinasi dan nyeri sendi.

12
 ANTIBAKTERI
1. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan bakteri
dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan manusia. Antibakteri terdiri
atas antibiotik dan kemoterapi. 

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. 

Kemoterapi ialah zat kimia yang mampu menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba
tetapi tidak berasal dari suatu mikroba atau fungi.

2. Penggolongan Antibiotik

a. Penicillin

Penicillin dapat membunuh bakteri dengan mencegah pembentukan dinding sel. Antibiotik
yang termasuk dalam kelompok ini banyak digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:

13
 infeksi kulit,
 infeksi paru-paru, dan
 infeksi saluran kemih

Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya:


 penicillin,

 amoxicillin.

Anda tidak disarankan minum salah satu obat yang masuk dalam golongan ini jika pernah
mengalami alergi akibat mengonsumsinya.

b. Makrolida

Makrolida bekerja dengan cara mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalangi
bakteri membuat protein. Makrolida juga dapat berguna sebagai alternatif orang yang alergi
dengan obat antibiotik penisilin. Selain itu, makrolida dapat menangani bakteri yang kebal
dengan penisilin.

Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:


 azithromycin,
 erythromycin.

Jangan mengonsumsi makrolida juga Anda mengidap porfiria, sebuah kelainan darah langka
turunan. Jika Anda hamil atau menyusui, satu-satunya jenis makrolida yang dapat dikonsumsi
adalah erythromycin.

14
c. Cephalosporin

Sama seperti penisilin, cephalosporin membunuh bakteri dengan cara mencegahnya


membentuk dinding sel. Obat dalam kelompok ini digunakan untuk mengatasi berbagai macam
infeksi.

Namun, beberapa jenisnya efektif untuk mengobati infeksi serius, seperti:


 septikemia,
 meningitis.
Obat-obatan yang termasuk dalam cephalosporin, yaitu:
 cephalexin,
 levofloxacin.

Jika Anda sebelumnya mengalami reaksi alergi karena mengonsumsi penisilin, kemungkinan
Anda juga akan alergi dengan cephalosporin.
Obat-obatan ini juga mungkin tidak cocok dikonsumsi untuk penderita gagal ginjal.

15
d. Fluoroquinolones

Fluoroquinolones adalah obat spektrum luas yang membunuh bakteri dengan mencegahnya
menciptakan DNA. Kelompok obat-obatan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi, termasuk:
 infeksi saluran pernapasan,
 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok itu, yaitu:
 ciprofloxacin,
 levofloxacin.

Jenis obat ini sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi secara rutin karena efek sampingnya
yang cukup serius.

16
e. Tetracycline

Tetracycline bekerja dengan mencegah bakteri berkembang baik, yaitu menghalanginya


membuat protein.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
 tetracycline,
 doxycycline.

Obat-obatan ini biasanya tidak direkomendasikan untuk orang-orang dengan kondisi, seperti:
 gagal ginjal,
 penyakit liver,
 penyakit autoimun lupus,
 anak-anak di bawah usia 12 tahun, dan
 wanita hamil atau menyusui.

17
f. Aminoglycosides

Aminoglycosides dapat mencegah bakteri berkembang biak dengan menghalanginya membuat


protein.

Obat-obatan ini cenderung hanya digunakan di rumah sakit untuk mengobati penyakit yang
sangat serius seperti septikemia. Obat yang termasuk dalam kelompok ini, yaitu:
 gentamicin,
 tobramycin.

3. Penggolongan Obat Kemoterapi

a) Alkylating agents

Obat alkylating agents mencegah sel agar tidak membuat salinannya sendiri dengan
merusak DNA yang ada dalam sel. Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati kanker paru,
kanker payudara, multiple myeloma, dan kanker darah.
Penggunaan obat jenis ini dapat meningkatkan risiko leukemia, sehingga penting bagi
dokter memerhatikan pemberian dosis. Contoh obat jenis alkylating agents untuk kemoterapi
adalah:
 Altretamine

 Bendamustine

 Busulfan
 Carboplatin
 Carmustine
 Chlorambucil
 Cisplatin

18
 Cyclophosphamide
 Dacarbazine
 Ifosfamide

 Lomustine
 Mechlorethamine

 Melphalan
 Oxaliplatin
 Temozolomide
 Thiotepa

 Trabectedin

Jenis obat nitrosourea memiliki tindakan khusus, yakni dapat memasuki area otak sehingga
digunakan untuk mengobati kanker otak. Contoh obat kemo tipe ini adalah streptozocin.

b) Antimetabolites

Obat antimetabolit dapat mengganggu DNA dan RNA sehingga sel abnormal tidak dapat
membelah diri. Tipe obat kemo biasanya digunakan untuk leukemia, kanker ovarium, dan
kanker usus. Contoh obat yang masuk dalam kelompok antimetabolites untuk kemoterapi
adalah:
 Azacitidine

 5-fluorouracil (5-FU)
 6-mercaptopurine (6-MP)
 Capecitabine (Xeloda)
 Cladribine
 Clofarabine

 Cytarabine (Ara-C)
 Decitabine

 Floxuridine

 Fludarabine

 Gemcitabine (Gemzar)
 Hydroxyurea

 Methotrexate

19
 Nelarabine

 Pemetrexed (Alimta)
 Pentostatin

 Pralatrexate

 Thioguanine

 Kombinasi trifluridine/tipiracil

c) Anti-tumor antibiotics

Meski tertgolong antibiotik, obat ini manfaatnya bukan untuk mengobati infeksi bakteri,
melainkan mengubah DNA dalam sel agar tidak berfungsi abnormal. Contoh obat antibiotik
anti-tumor adalah bleomycin, dactinomycin, mitomycin-C, dan mitoxantrone.
Selain itu ada juga tergolong antrasiklin, yakni bekerja untuk mengganggu enzim yang
bertugas menyalin DNA sehingga sel tidak bisa membelah. Contoh antrasiklin dalam
kemoterapi adalah:

 Daunorubicin
 Doxorubicin (Adriamycin)
 Doxorubicin liposomal

 Epirubicin
 Idarubicin
 Valrubicin

d) Topoisomerase inhibitors

Obat topoisomerase inhibitors dapat mengganggu enzim topoisomerase, yang membantu


memisahkan untaian DNA sehingga dapat disalin oleh sel. Terganggunya enzim ini membuat
sel tidak dapat membelah. Biasanya obat ini digunakan untuk mengobati kanker kolorektal atau
kanker pankreas.

20
Contoh obat topoisomerase inhibitors untuk kemoterapi adalah:
 Irinotecan
 Irinotecan liposomal

 Topotecan

 Etoposide (VP-16)
 Teniposide
Mitotic inhibitors

Obat mitotic inhibitors dapat menghentikan sel untuk membelah. Biasanya digunakan
untuk mengobati kanker darah, seperti leukemia dan limfoma. Namun, dapat menyebabkan
kerusakan saraf sehingga dosis umumnya sangat terbatas.
Contoh obat kelas mitotic inhibitors untuk kemoterapi adalah taxanes (cabazitaxel, docetaxel,
nab-paclitaxel dan paclitaxel) dan vinca alkaloid (vinblastine, vincristine, vincristine liposomal,
dan vinorelbine).

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antitusif Obat yang digunakan untuk mengurangi gejala batuk akibat berbagai sebab


termasuk infeksi virus pada saluran napas atas. Antihistamin merupakan golongan obat-obatan
yang digunakan untuk mengatasi gejala akibat reaksi alergi.

Obat Antituberkulosis (OAT) dibagi menjadi dua, obat pilihan pertama (first line) yang

terdiri dari isoniazid, rifampisisn, pyrazinamid, ethambutol dan streptomicin dan second line

terdiri atas para aminosalisilat acid (PAS), kanamicin, ciprofloxacin dimana kelompok ini tidak

seefektif obat first line. Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan bahkan

mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan manusia.

Antibakteri terdiri atas antibiotik dan kemoterapi.

B. Saran

Kami menyampaikan kepada pembaca agar mencari referensi lain agar mendapatkan
informasi yang lebih banyak terkait dengan materi yang penulis paparkan didalam makalah ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/378551371/KELOMPOK-5-ANTITUSIF
https://lifepack.id/antihistamin-manfaat-efek-samping-dan-cara-konsumsi/
https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-bakteri/antibiotik/

https://hellosehat.com/kanker/kemoterapi/

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/
Farmakologi-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf

Judith Hopfer Deglin, PharmD, April Hazard Vallerand, PhD, RN (2005).


Pedoman Obat untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai