Anda di halaman 1dari 18

Tugas 3 Keperawatan Jiwa

Dosen: Arsad Suni, S.Kep, Ns, M.Kep

RINGKASAN

Obat-obatan yang sering digunakkan dalam pelayanan Keperawatan Jiwa

OLEH

NAMA: Nurtika Afriani Bahri Rompi

NIM: 20144010026

SEMESTER/KELAS: 4/A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

PROGRAM STUDI DIII- KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
. sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ringkasan Keperawatan jiwa dengan baik.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan, Namun berkat bantuan
dukungan dari teman-teman serta Dosen. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca..
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang Obat-obatan yang sering digunakkan dalam
pelayanan Keperawatan Jiwa. Ringkasan ini mungkin kurang sempurna, untuk itu saya
mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Ternate, 24 Mei 2022

NURTIKA AFRIANI BAHRI ROMPI


DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan........................................................................................................................5
C. Manfaat......................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

1. Obat Anti Psikotik......................................................................................................6


2. Obat Anti Depresan....................................................................................................10
3. Obat Anti Mania/Mood stabilizer..............................................................................11
4. Obat Anti Ansietas.....................................................................................................12
5. Obat Anti Insomnia....................................................................................................14
6. Obat Anti Parkinsonisme...........................................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu somatic terapi (terapi fisik) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian
obat Psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang digunakan
untuk mengobati gangguan mental, obat-obatan yang paling sering digunakan di Rumah Sakit
Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol dan Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan
selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga
mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut, seperti paskinsonisme,
pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi, untuk menghindari
hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan dengan pasien
selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan mengenai kondisi klien,
terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.
Berdasarkan hasil penelitian yang perna dilakukan di Rumah Sakit Jiwa, ternyata
perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara tepat, misalkan;
Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisi umum klien,misal
pemeriksaan tekanan darah dll, bagi klien yang dapat berjalan lalu dibagikan obat tersebut
tanpa tindak lanjut monitoring efek dari obat tersebut, ada yang dibuang, disembunyikan atau
dimakan tanpa diketahui sejauh mana efek obat tersebut.
Akibat kurang intensif nya observasi dalam pemberian obat mengakibatkan beberapa
klien mengalami efek samping seperti; gatal-gatal, bahkan ada yang sampai melepuh
yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa, penglihatan kabur yang disertai dengan mata
menonjol. Derajat hubungan antara pengetahuan perawat tentang psikofarmaka denan
pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat termasuk kategori sedang, sehingga
dapat diartikan bahwa kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat
sebagian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan.
Dengan demikian berarti bahwa pengetahuan hanya merupakan salah satu faktor
yang dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian
obat pada klien gangguan jiwa di RSJ, dimana masih ada faktor lain yang mempengaruhi
seperti: sikap perawat terhadap pelaksanaan, protap pelaksanaan dan kebijakan-kebijakan
yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian obat.
B. Tujuan

 Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui jeni-jeni obat yang dipakai dalam
pelayanan kesehatan jiwa
 Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui efek samping obat-obatan yang dipakai
dalam pelayanan kesehatan jiwa
 Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui dosis dan cara pemberian obat yang
dipakai dalam pelayanan kesehatan jiwa
 Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui indikasi dan kontra indikasi obat yang
dipakai dalam pelayanan kesehatan jiwa
 Agar pembaca dan penulis dapat mengetahui Tindakan antisipasi terhadap efek
samping yang timbul pada obat yang dipakai dalam pelayanan kesehatan jiwa
 Memenuhi tugas pada bidang mata kuliah Keperawatan jiwa

C. Manfaat

Manfaat bagi pembaca dan penulis dari tugas ringkasan ini adalah semoga dapat
menambah wawasan dan dapat diterapkan dalam praktiknya
BAB II

PEMBAHASAN

1. Obat Antipsikotik

a. Olanzapine
 Efek samping: Pusing atau rasa melayang, Mulut kering, Konstipasi, BB
Naik, Nyeri punggung, Tremor, Kejang, Gelisah atau bingung
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis awal 10mg kemudian menjadi 5-
20mg/hari berdasarkan respons pasien setelah 24 jam dan cara pemberiannya
bisa melalui suntik IM (IntraMuskular) dan bisa juga Oral (Melalui mulut)
 Indikasi: Pasien Skizofernia, Perubahan perilaku, Halusinasi,
 Kontra indikasi: Olanzapine tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi
terhadap obat ini, dan pada ibu menyusui karena obat ini dapat terserap
kedalam ASI
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul: Lakukan
pengobatan bilas lambung dan pemberian arang aktif mungkin akan efektik
dan dibawah pengawasan tenaga medis professional
b. Risperidone
 Efek samping: Pusing atau sulit menjaga keseimbangan, Kantuk, Peningkatan
jumlah air liur, Mual atau muntah, Kelelahan, Gangguan tidur, BB Naik
 Dosis dan cara pemberian obat: Risperidone beda dosis pada setiap pasien
pada pasien dewasa pada obat Risperidone sediaan obat minum dosis
maksimal 16mg/hari dan cara pemberian bisa melalui Oral dan juga suntik IM
 Indikasi: Pasien Skizofernia, Perubahan perilaku, Halusinasi,
 Kontra indikasi: Risperidone tidak boleh diberikan pada pasien yang alergi
terhadap obat ini, dan pada ibu menyusui karena obat ini dapat terserap
kedalam ASI, Riwayat epilepsy, Kolestrol tinngi, Hipertensi, Diabetes, Tumor
dan kanker
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul: Segera ke
psikiater untuk dilakukan penyesuaian dosis obat atau mengganti jenis obat
dan jangan menaikkan atau menurunkan dosis obat sendiri tanpa konsultasi
c. Aripiprazole
 Efek samping: Kejang, Kantuk, Pingsan, Tremor, Mual muntah, Denyut
jantung tidak teratur, Kaku otot, Cemas berlebih
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis obat Aripiprazole berdasarkan pada
kondisi, bentuk obat, dan usia pasien dosis maksimalnya tidak lebih dari
30mg/hari dan cara pemberian bisa melalui oral/minum dan juga suntik
 Indikasi: Pasien skizofernia, Gangguan bipolar, Depresi berat, Sindrom
Tourette, Gangguan mood
 Kontra indikasi: Arpiprazole tidak bisa diberikan pada pasien dengan alergi
obat, pada pasien yang biasa bepergian jauh dengan mengemudi karena obat
ini menyebabka pusing dan mengantuk, Pada pasien yang sedang
merencanakan perawatan gigi atau operasi
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul: Segera ke dokter
untuk memeriksa keadaan pasien jika efek samping terjadi dan segera lakukan
konsultasi tentang pemberian obat aripiprazole dengan benar
d. Quetiapine
 Efek samping: Sakit perut, konstipasi, mulut kering, mual muntah, BB Naik,
Demam, pingsan, kejang, Otot kaku, pengelihatan kabur, Sulit berkemih,
aritmia
 Dosis dan cara pemberian obat: Quetiapine hanya boleh digunakan sesuai
resep dokter, dosis obat ini berbeda-beda tergantung jenis sediaan, kondisi
yang ingin diatas dan usia. Untuk sediaan extended-release pemberiannya
akan diakukan sekali sehari dengan dosis yang sama dengan sediaan
immediate release
 Indikasi: Pasien skizofernia, Bipolar maniak, depresi
 Kontra indikasi: Quetiapine hanya boleh digunakan pada pasien dengan
kebutuhannya ingin mengatasi masalahnya tidak boleh diberikan pada pasien
yang alergi terhadap obat ini, dan pada ibu menyusui karena obat ini dapat
terserap kedalam ASI
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
e. Clozapine
 Efek samping: Pusing, kantuk, gelisah, tremor, linglung, perubahan mood,
kehilangan kesadaran, gerakan tubuh tidak terkontrol, mudah memar dan
mimisan
 Dosis dan cara pemberian obat: Dokter akan memberikan clozapine sesuai
usia dan kondisi yang ingin diobati. Dosis awal 12,5 mg 1–2 kali sehari. Dosis
dapat ditingkatkan sebanyak 25–50 mg per hari, sesuai respon pasien, hingga
mencapai dosis target 300–450 mg per hari
 Indikasi: Pasien skizofernia, Parkinson,
 Kontra indikasi: Kontraindikasi pemberian clozapine di antaranya jika
terdapat riwayat agranulositosis atau riwayat hipersensitivitas terhadap
penggunaan obat ini. Peringatan untuk menghentikan obat jika pada
pemeriksaan darah ditemukan hasil leukosit kurang dari 3500/mm3 atau angka
neutrofil kurang dari 2000/mm3
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
f. Haloperidol
 Efek samping: Kantuk, pusing, lemas. Kejang kaku/otot, demam tinggi,
artimia, nyeri dada, tremor, sesak napas, pandangan kabur
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis umum penggunaan haloperidol
berdasarkan kondisi, bentuk obat, dan usia pasien Ikuti anjuran dokter dan
baca petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum menggunakan
haloperidol. Haloperidol jenis suntik hanya diberikan oleh dokter atau petugas
medis di bawah pengawasan dokter. Untuk haloperidol tablet dan haloperidol
cair, konsumsilah pada waktu yang sama setiap hari agar efeknya maksimal.
Bila Anda lupa mengonsumsinya, disarankan untuk segera mengonsumsinya
begitu teringat jika jeda dengan jadwal berikutnya belum terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
 Indikasi: Pasien psikosis, skizofernia, halusinasi, sindrom tourette
 Kontra indikasi: Hipersensitivitas terhadap obat. Depresi sistem saraf pusat
berat (termasuk koma), neuroleptic malignant syndrome (NMS), kejang yang
tidak terkontrol, dan penyakit Parkinson.
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
g. Chlorpromazine (CPZ)
 Efek samping: Tremor, kaku pada leher, muka kaku, gangguan menstruasi,
amenorrhea, oligomenorrhea, pingsan, gangguan fungsi hati
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis chlorpromazine akan diberikan oleh
dokter sesuai dengan kondisi pasien. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk
tablet atau suntikan melalui pembuluh darah vena (intravena/IV) atau melalui
otot (intramuskular/IM). Untuk bentuk sediaan suntik pemberian akan
langsung diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan
dokter.
 Indikasi: Psikosis, cegukan yang tak kunjung henti
 Kontra indikasi: Kontraindikasi chlorpromazine adalah pada orang yang
memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap fenotiazin. Penggunaan pada
pasien lanjut usia harus berhati-hati dan diperlukan penyesuaian dosis hingga
½ atau 1/3 dosis dewasa.
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
h. Trifluoperazine
 Efek samping: Demam, otot kaku, penyakit kuning, sakit tenggorokkan,
kesulitan bernapas dan menelan, ereksi berjam-jam
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis trifluoperazine berbeda-beda pada
tiap pasien. Dokter akan memberikan dosis dan menentukan lama pengobatan
sesuai dengan kondisi yang dialami pasien.
 Indikasi: Pasien skizofernia, gangguan kecemasan, psikosis akut
 Kontra indikasi: Kontraindikasi dan peringatan trifluoperazine ditujukan
pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap phenothiazine.
Penggunaan obat ini pada pasien demensia dengan psikosis dapat
meningkatkan risiko kematian
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
i. Flupenazine
 Efek samping: Gelisah, ruam seperti kupu-kupu pada wajah, gangguan siklus
menstruasi, kebingungan, sulit buang air kecil, pembengkakan pada kaki,
muncul gerakan-gerakan diluar kendali
 Dosis dan efek samping: Dosis fluphenazine akan diberikan oleh dokter
sesuai dengan kondisi pasien. Sediaan fluphenazine yang ada di Indonesia
adalah cairan suntik, yang dapat diberikan melalui suntikan ke otot
(intramuskular/IM) atau ke bawah kulit (subkutan/SC).
 Indikasi: Pasien yang menderita psikosis dan skizofernia
 Kontra indikasi: Jangan menggunakan fluphenazine jika Anda alergi
terhadap obat ini atau obat antipsikotik golongan phenotiazine lain,seperti
chlorpromazine atau trifluoperazine, Jangan memberikan obat ini kepada anak
usia di bawah 12 tahun.
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:

2. Obat Anti Depresan

a. Amitriptilin
 Efek samping: Pengelihatan kabur, pusing, mual muntah, konstipasi, BB
Naik, gemetar, mudah memar, kejang
 Dosis dan cara pemberian obat: Amitriptyline juga bisa digunakan untuk
mengobati nyeri neuropati dan sebagai obat pencegahan migrain. Dosis
amitriptyline untuk kedua kondisi ini adalah 10–25 mg di malam hari. Dosis
bisa ditingkatkan setiap 3–7 hari.
 Indikasi: Pada pasien depresi dan percobaan bunuh diri
 Kontra indikasi: Dikontraindikasikan sebagai terapi antidepresan pada anak,
remaja, dan dewasa muda karena peningkatan risiko bunuh diri. Peringatan
terkait penggunaan pada pasien dengan riwayat kejang, retensi urin, atau
glaukoma sudut tertutup.
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
b. Flouxetine
 Efek samping: Kantuk yang berlebihan, gagguan tidur, hilang nafsu makan,
tremor, diare, cemas, mual muntah
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis fluoxetine yang diberikan oleh dokter
tergantung pada kondisi kesehatan dan usia pasien. osis awal 20 mg sekali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga maksimal 80 mg per
hari.
 Indikasi: Pada pasien dengan obsesif kompulsif (OCD), Serangan panic,
bulimia
 Kontra indikasi: Pasien yang mendapatkan obat-obat beta blocker (misalnya
propranolol dan atenolol) dan thioridazine: bisa menimbulkan aritmia dan
gangguan jantung.
 Tindakan antisipasi terhadap efek samping yang timbul:
c. Sertraline
 Efek samping: Kejang, perdarahan, demam, menggigil, artimia, kelelahan,
pingsan, sulit bernapas
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis sertraline berbeda-beda pada tiap
pasien. Dokter akan menyesuaikan dosis sertraline dengan jenis kondisi,
tingkat keparahannya, serta respons tubuh pasien terhadap obat.
 Indikasi: Pada pasien depresi, gangguan kecemasan, pasien obsesif kompulsif
(OCD)
 Kontra indikasi: Kontraindikasi penggunaan sertraline adalah pada pasien
yang hipersensitif terhadap sertraline dan penggunaan bersamaan dengan
antidepresan Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOI) seperti selegiline
d. Escitalopram
 Efek samping: Gejala hiponatermia, demam tinggi, muntah darah, nyeri
perut, keringat berlebih, insomnia, bisa diare dan juga sembelit
 Dosis dan cara pemberian obat: 10 mg 1 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan setelah 7 hari penggunaan sampai maksimal 20 mg 1 kali sehari,
tergantung respons pasien terhadap obat. Dan cara pemberian melalui oral
karena dalam bentuk tablet
 Indikasi: Pasien dengan Fobia social, Serangan panic, dan OCD
 Kontra indikasi: Kontraindikasi escitalopram adalah adanya riwayat
hipersensitivitas terhadap escitalopram atau citalopram. Selain itu,
penggunaan bersama monoamine oxidase inhibitor (MAOI) atau pemberian
dalam waktu 14 hari setelah penghentian MAOI juga dikontraindikasikan.

3. Obat Anti Mania/Mood stabilizer

a. Lithium carbonat
 Efek samping: Lemah otot, kedutan, lelah, mual, sakit maag, nyeri perut,
sering haus
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis awal 600–900 mg per hari yang
dibagi ke dalam 2–3 jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan sebanyak
300–600 mg setiap 1–5 hari hingga mencapai dosis 900–1800 mg per hari,
tergantung respons pasien terhadap pengobatan. Dan cara pemberian
dilakukan melalui mulut/oral
 Indikasi: Pasien gangguan bipolar, sindrom serotonin, pasien depresi
 Kontra indikasi: Kontraindikasi lithium adalah pasien dengan gagal ginjal
stadium akhir dan insufisiensi kardiovaskular. Pada pasien geriatri dan
gangguan renal terdapat pengaturan khusus dosis lithium.
b. Carbamazepine
 Efek samping: Kejang, ruam kulit, mual muntah, artimia, anemia, pusing,
kesulitan berjalan
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis awal: 100–200 mg, 1–2 kali sehari,
dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sebesar 200 mg per hari, tiap minggu.
Dosis perawatan: 800–1.200 mg per hari, yang dapat dibagi dalam beberapa
jadwal konsumsi. Dosis maksimal: 2.000 mg per hari. Dan cara pemberian
adalah minum melalui mulut/oral
 Indikasi: Pada pasien epilepsy, gangguan bipolar, trigemal neuralgia
 Kontra indikasi: Kontraindikasi carbamazepine yang paling utama adalah
pada pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap obat ini dan obat
antidepresan golongan trisiklin, serta pada pasien hamil.
c. Divalproex
 Efek samping: Pusing, kantuk, rambut rontok, telinga berdenging,
pengelihatan kabur, tremor, aritmia, brngkak pada tangan dan kaki
 Dosis dan cara pemberian obat: Bentuk sediaan: Kaplet dan tablet Dewasa:
Dosis awal 750 mg per hari dibagi dalam beberapa dosis terpisah. Bentuk
sediaan: Kaplet pelepasan lambat atau tablet pelepasan lambat Dewasa: Dosis
awal 25 mg/kgBB sekali sehari. Dan diminum melalui mulut/oral
 Indikasi: Pasien yang manik karena bipolar, mengatasi kejang akibat epilepsy
 Kontra indikasi: -
d. Lamotrigine
 Efek samping: Ruam kulit parah, pusing, sakit kepala, mual, sakit perut,
aritmia, pingsan, pikiran atau upaya untuk bunuh diri
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis awal 25 mg, sekali sehari, selama 2
minggu, kemudian 50 mg, sekali sehari, selama 2 minggu. Setelah itu,
tingkatkan hingga maksimal 50–100 mg per hari, setiap 1–2 minggu. Dan cara
pemberian melalui mulut/oral
 Indikasi: Pada pasien epilepsy, gangguan bipolar
 Kontra indikasi: Kontraindikasi lamotrigine yang paling utama adalah jika
terdapat hipersensitivitas terhadap Lamotrigine. Pemantauan yang ketat dan
mengenali efek samping obat lamotrigine dapat membantu menurunkan efek
samping terutama efek samping yang mengancam nyawa.
4. Obat Anti Ansietas

a. Diazepam
 Efek samping: Sulit bernapas, Tremor, penyakit kuning, gelisah, bingung,
lelah, pusing, kantuk, depresi, sulit berkemih, sakit tenggorokkan atau demam
yang tak kunjung membaik
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis diazepam akan ditentukan oleh dokter
sesuai bentuk sediaan obat, kondisi dan usia pasien, serta respons pasien
terhadap pengobatan. Pada kondisi tertentu, dokter akan menentukan dosis
berdasarkan berat badan (BB) pasien. Dan cara pemberian bisa melalui
mulut/oral dan bisa juga suntik melalui IV (Intra vena)
 Indikasi: Pasien dengan gangguan kecemasan, pasien yang kejang
 Kontra Indikasi: Kontraindikasi utama dari diazepam adalah riwayat
hipersensitivitas dan pasien pediatri usia <6 bulan. Diazepam diketahui dapat
menyebabkan ketergantungan, gejala putus obat, dan harus hati-hati diberikan
pada pasien yang menggunakan opioid dan alkohol.
b. Alprazolam
 Efek samping: Halusinasi, kejang, gagap, kesulitan berjalan, muncul pikiran
untuk bunuh diri, kesulitan mengingat sesuatu/pelupa
 Dosis dan cara pemberian obat: Pada pasien dewasa 0,25 –0,5 mg, 3 kali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan tiap 3–4 hari hingga mencapai dosis 3–4 mg
per hari, berdasarkan respons dan kondisi pasien. Durasi pengobatan 8–12
minggu. Dan cara pemberian melalui mulut/oral
 Indikasi: Pada pasien dengan gangguan kecemasan, gangguan panic
 Kontra indikasi: Alprazolam kontraindikasi pada pasien yang diketahui
memiliki hipersensitivitas terhadap obat ini atau obat golongan
benzodiazepine lain. Alprazolam disarankan untuk tidak digunakan pada
pasien dengan penyakit pulmonal. Penggunaan bersamaan dengan depresan
saraf pusat, terutama opioid, akan meningkatkan risiko depresi napas,
penurunan tekanan darah, dan kematian.
c. Lorazepam
 Efek samping: Halusinasi, kejang, gagap, kesulitan berjalan, muncul pikiran
untuk bunuh diri, kesulitan mengingat sesuatu/pelupa
 Dosis dan cara pemberian obat: Dewasa: 1–4 mg per hari dibagi menjadi
beberapa dosis, dikonsumsi selama 2–4 minggu. Lansia: Dosis akan
ditentukan dokter sesuai dengan kondisi pasien. Dan cara pemberian bisa
melalui suntik dan minum melalui mulut/oral
 Indikasi: Pada pasien dengan fobia social, kecemasan umum, dan juga
trikotilomania
 Kontra indikasi: Kontraindikasi lorazepam adalah pada pasien dengan
hipersensitivitas, dan beberapa keadaan lain seperti glauoma akut sudut
sempit. Perhatian khusus harus diberikan pada pasien menyusui, gangguan
ginjal, dan gangguan hepar.
d. Clobazam
 Efek samping: Nyeri sendi, kantuk, sakit kepala, sulit menelan, mulut kering,
demam
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis clobazam dapat berbeda pada tiap
pasien, dosis awal adalah 20–30 mg per hari, dosis dapat ditingkatkan sampai
maksimal 60 mg per hari. Cara pemberian minum melalui mulut
 Indikasi: Pasien dengan epilepsy dan memiliki gangguan kecemasan
 Kontra indikasi: -

5. Obat Anti Insomnia

a. Mogadon
 Efek samping: Gangguan visual, kelelahan, hipotensi, merasa dirinya
terputar-putar, mengantuk pada siang hari, kebingungan, ruam kulit,
kelemahan otot, pusing
 Dosis dan cara pemberian obat: Manajemen jangka pendek untuk insomnia
Dewasa: 5 mg pada malam hari; bertambah menjadi 10 mg jika perlu. Lansia
dan pasien lemah: ≤ dosis normal orang dewasa. Dan diberikan melaui
mulut/oral
 Indikasi: Pada pasien yang sulit tidur pada malam hari, depresi
 Kontra indikasi: Mogadon tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki
akut glaucoma sudt sempit, laktasi, gangguan hati berat, sleep apnea, dan ibu
hamil
b. Esilgan
 Efek samping: Efek samping yang dapat timbul selama
penggunaan Esilgan tablet, yaitu: Mengantuk. Pusing. Perasaan kesal mungkin
terjadi.
 Dosis dan cara pemberian obat: Esilgan merupakan obat keras harus
menggunakan resep dokter. Secara umum, dosis penggunaan obat Esilgan
adalah sebagai berikut:
 Neurosis, gangguan tidur: 1-2 tablet diberikan menjelang tidur.
 Psikosis, skizofrenia: 2-4 tablet diberikan menjelang tidur.
 Sebelum operasi: 1-2 tablet diberikan pada malam sebelum operasi.
 Indikasi: Mengobati macam gangguan tidur karena gugup, cemas dan
ketegangan berlebih, gangguan psikosis dan gangguan lain seperti nyeri
setelah operasi, trauma.
 Kontra indikasi: Hindari penggunaan Esilgan pada pasien dengan kondisi
berikut: Hipersensitif terhadap kandungan obat ini, Myasthenia gravis, Wanita
yang sedang hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil

6. Obat Anti Parkinsonisme

a. Artane
 Efek samping: Halusinasi, linglung, mual muntah, sakit kepala, lemas, lelah,
pusing, demam tinggi, nyeri dan sulit berkemih, sembelit, kulit kering
 Dosis dan cara pemberian obat: Dosis Artane untuk Parkinson: 1 mg pada
satu hari, kemudian dosis ditingkatkan 2 mg setiap 3-5 hari hingga mencapai
dosis 6-10 mg/hari, lalu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan, Dosis Artane
untuk pemeliharaan Parkinson: 5-15 mg/hari dalam dosis terbagi yang
diberikan setiap 6-8 jam. Artane dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah
makan, namun sebaiknya dikonsumsi setelah makan untuk mengurangi efek
samping berupa rasa tidak enak di perut. Tablet Artane ditelan dengan bantuan
sedikit air dalam kondisi utuh (jangan digerus, dihancurkan atau dikunyah)
 Indikasi: Artane diindikasikan untuk pengobatan penyakit Parkinson atau
gejala-gejala seperti parkinson yang timbul akibat penggunaan obat lain.
Gejala Parkinson meliputi tremor, kekakuan otot yang dapat menyebabkan
kesulitan berdiri, berjalan, atau menggerakkan tubuh, kekakuan otot wajah,
amnesia, demensia, gangguan sistem koordinasi, dan gangguan tidur
(mengantuk di siang hari, tidur tidak nyenyak, sering bermimpi buruk, sering
terbangun dini hari)
 Kontra indikasi: Tidak boleh diberikan pada pasien Hipersensitif (alergi)
terhadap triheksifenidil, Glaukoma, Penyakit jantung
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obat psikofarmaka disebut juga sebagai obat psikotropika, atau obat psikoaktif atau
obat psikoteraputik. Penggolongan obat ini didasarkan atas adanya kesamaan efek obat
terhadap penurunan atau berkurangnya gejala. Kesamaan dalam susunan kimiawi obat dan
kesamaan dalam mekanisme kerja obat.

Jenis obat ini terbagai menjadi obat antipsikotik, antidepresi, antimania, antiansietas,
antiinsomnia, anti-obsesif kompulatif, dan anti panik. Setiap jenis obat ini mmemiliki
indikasi,konta indikasi, efek terapi, efek samping dan dosis yang berbeda-beda. Penggunaan
obat ini juga sangat diperhatikan dengan baik bagaimana cara pemberiaanya, karena setiap
klien/pasien memiliki kondisi yang berbeda dan pemberian obatnya serta dosisnya juga
berbeda

B. Saran

Perawat memiliki peranan yang penting dalam program terapi psikofarmaka, untuk itu
perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang permasalahan yang sedang dihadapi
oleh klien. Perawat harus memahami prinsip-prinsip dalam pemberian obat psikofarmaka
yang meliputi jenis, manfaat, dosis, cara kerja obat dalam tubuh, efek samping, cara
pemberian, kontra indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah, 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan ; Keperwatan Jiwa. Jakarta :
Pusdik SDM Kesehatan. Diakses pada 15.00 Kamis 25 Mei 2022

Risnasari Norma, 2019. Bahan Ajar Keperawat Jiwa. Kediri : Prodi D-III keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Sains Uversitas PGRI Kediri. Diakses pada 17.14 WIT Kamis
25 maret 2022.

Badan POM RI (2015). Antipsikosis. Dikases di https://pionas.pom.go.id pada pukul 13.23


WIT 25 Mei 2022

Dr.Merry Dame Cristy Pane (2020). Antidepresan. Diakses di https://www.alodokter.com


Pada pukul 13.27 26 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai