Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS FARMASI PRAKTIS

SWAMEDIKASI

Dosen Pengampu:
apt. Carolina Eka Waty, S. Farm., M.Sc

Disusun Oleh:

Denisa Senovelya Nita Rifanda 2320465257

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2023

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II ISI........................................................................................................................................6
A. Swamedikasi di Apotek.....................................................................................................6
B. Contoh Obat Swamedikasi................................................................................................6
C. Kasus 1..............................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kehendaknya,
penyusun berhasil menyelesaikan tugas makalah dengan tepat waktu yaitu materi
swamedikasi.
Dalam penyusunan makalah ini, semua isi ditulis berdasarkan referensi yang berkaitan
dengan materi swamedikasi. Apabila dalam isi makalah ditemukan kekeliruan atau informasi
yang kurang valid, tim penyusun sangat terbuka dengan kritik dan saran yang membangun
untuk diperbaiki selanjutnya.

Akhir kata, penyusun makalah mengucapkan terima kasih.

Surakarta, 9 September 2023


Penyusun

Denisa S. N. R.

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Swamedikasi merupakan praktek pengobatan diri sendiri oleh individu tanpa bantuan
dokter atau profesional kesehatan lainnya. Praktik ini biasanya dilakukan oleh orang-orang
yang mengalami masalah kesehatan ringan atau gejala yang dapat diatasi dengan obat-obatan
yang tersedia di apotek atau toko obat. Latar belakang dari praktik swamedikasi berasal dari
kebutuhan individu untuk mengobati gejala atau penyakit mereka dengan cepat dan efektif.
Dalam beberapa kasus, orang mungkin tidak memiliki akses ke dokter atau fasilitas medis
lainnya, atau mungkin merasa bahwa masalah kesehatan mereka tidak cukup serius untuk
memerlukan kunjungan ke dokter.
Selain itu, biaya perawatan kesehatan yang semakin tinggi dan kepadatan populasi
yang menyebabkan sulitnya mendapatkan jadwal kunjungan ke dokter, juga turut
mempengaruhi munculnya praktik swamedikasi. Namun, meskipun praktik ini bisa efektif
dalam mengatasi gejala ringan atau penyakit, tetap ada risiko jika digunakan secara tidak tepat
atau tidak benar, seperti dosis yang salah atau efek samping yang tidak diantisipasi. Oleh
karena itu, sangat penting bagi individu untuk melakukan swamedikasi dengan benar dan
hanya dalam situasi yang tepat.
Di Indonesia, swamedikasi atau pengobatan mandiri diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Berikut
beberapa peraturan swamedikasi yang diatur di Indonesia:
 Jenis obat yang boleh dijual di apotek untuk swamedikasi adalah obat bebas terbatas
(OBT) dan obat bebas (OB). Obat keras dan psikotropika tidak boleh dijual secara
bebas dan hanya boleh dibeli dengan resep dokter.
 Pengobatan mandiri hanya dianjurkan untuk gejala dan penyakit yang ringan atau
yang sudah diketahui oleh individu berdasarkan diagnosis dokter sebelumnya.
 Apoteker di apotek harus memberikan edukasi dan konseling kepada pasien tentang
penggunaan obat secara benar, termasuk dosis, cara minum, dan efek samping yang
mungkin terjadi.
 Apoteker juga harus melakukan tindakan farmasi yang sesuai, seperti mengecek
interaksi obat dan memberikan informasi tentang obat generik.

4
 Pasien harus mengisi formulir swamedikasi sebelum membeli obat, yang berisi
informasi tentang gejala dan riwayat kesehatan pasien.
 Penggunaan obat untuk pengobatan mandiri harus sesuai dengan petunjuk penggunaan
yang tertera pada kemasan obat.
 Jika gejala atau penyakit tidak membaik setelah penggunaan obat dalam waktu yang
ditentukan, pasien harus segera menghubungi dokter atau profesional kesehatan.
Peraturan-peraturan ini bertujuan untuk mengatur penggunaan obat secara
bijaksana dan memastikan keselamatan pasien dalam pengobatan mandiri.

B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara swamedikasi yang baik di apotek?
2. Bagaimana cara penentuan obat yang baik ketika swamedikasi?
3. Apa saja yang perlu disampaikan ketika swamedikasi?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara swamedikasi yang baik di apotek
2. Mengetahui cara penentuan obat yang baik ketika swamedikasi
3. Mengetahui segala hal yang perlu disampaikan ketika swamedikasi

5
BAB II
ISI
A. Swamedikasi di
Apotek

Swamedikasi di apotek adalah praktik pengobatan diri sendiri oleh individu dengan
membeli obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB) di apotek untuk mengatasi gejala
ringan atau penyakit tertentu. Di apotek, praktik swamedikasi biasanya dilakukan dengan
bantuan apoteker yang memberikan konseling tentang penggunaan obat secara benar.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi di
apotek:
 Pilihlah apotek yang terpercaya dan memiliki apoteker yang berpengalaman dan
berkualifikasi.
 Jangan ragu untuk bertanya kepada apoteker tentang obat yang akan dibeli, termasuk
dosis, cara minum, dan efek samping yang mungkin terjadi.
 Berikan informasi yang lengkap dan akurat tentang gejala atau penyakit yang dialami
kepada apoteker, sehingga apoteker dapat memberikan saran dan obat yang sesuai.
 Jangan menggunakan obat tanpa membaca petunjuk penggunaan dan perhatikan dosis
yang dianjurkan serta durasi penggunaan obat.
 Jangan menggabungkan penggunaan obat dengan obat lain atau dengan minuman yang
mengandung alkohol tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.
 Jika gejala atau penyakit tidak membaik setelah penggunaan obat dalam waktu yang
ditentukan, segera hubungi dokter atau profesional kesehatan.
Penggunaan obat secara tidak tepat dapat menyebabkan efek samping atau bahkan
membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, pastikan untuk melakukan swamedikasi dengan
benar dan hanya untuk gejala atau penyakit ringan yang telah diketahui sebelumnya.

B. Contoh Obat Swamedikasi


Swamedikasi atau self-medication adalah praktik pengobatan mandiri yang dilakukan
oleh individu untuk mengatasi kondisi kesehatan yang sederhana atau gejala ringan tanpa
bantuan dokter atau tenaga medis.
Berikut ini adalah contoh obat yang sering digunakan dalam swamedikasi:

6
 Parasetamol: Obat ini biasa digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan
menurunkan demam.
 Antasida: Digunakan untuk mengurangi rasa sakit perut atau gangguan
pencernaan.
 Obat batuk dan pilek: Contohnya antihistamin, dekongestan, atau kombinasi
keduanya, yang digunakan untuk meredakan gejala pilek dan batuk.
 Salep atau krim antiseptik: Digunakan untuk mengobati luka ringan, memar, dan
gigitan serangga.
 Obat anti-diare: Digunakan untuk mengobati diare yang ringan.
 Obat pereda nyeri otot dan sendi: Digunakan untuk meredakan nyeri otot dan
sendi seperti ibuprofen, naproxen, atau asam mefenamat.
Namun, perlu diingat bahwa swamedikasi harus dilakukan dengan bijak. Sebaiknya
selalu konsultasikan gejala atau kondisi kesehatan yang dialami dengan dokter atau tenaga
medis sebelum menggunakan obat-obatan tertentu, terutama jika gejala yang dialami sudah
parah atau berlangsung lama.

C. Kasus 1
Seorang perempuan berusia 42 tahun datang ke apotek untuk membeli obat. Pasien
mengatakan tadi malam pasien sulit tidur dikarenakan mengalami sulit bernafas, dada
terasa sesak, batuk malam hari dan mengi yang terjadi setelah melakukan jamuan makan
malam dan makanan tersebut terdapat selai kacang. Pasien mengatakan jika bapaknya
juga memiliki riwayat penyakit yang sama dan tidak memiliki alergi obat.
Berikut adalah dialog antara apoteker dengan pasien:

Pasien : Siang mba


Apoteker : Selamat siang bu, ada yg bias saya bantu?

Pasien : mau bertanya mengenai obat mba


Apoteker : baik, silahkan duduk terlebih dahulu, sebelumnya perkenalkan saya
Denisa, apoteker di apotek ini, sebelumnya izinkan saya bertanya ini dengan ibu
siapa dan usia sekarang berapa ya?
Pasien : Saya Dila usia 42 tahun
Apoteker : Baik ibu Dila, ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : Saya semalam itu habis makan selai kacang mba, nah setelah itu saya sulit
tidur dikarenakan mengalami sulit bernafas, dada terasa sesak, batuk
7
8
Apoteker : Baik ibu, berarti ibu merasakan hal tersebut sejak tadi malam ya?
Pasien : Betul mba, bapak saya itu juga sakit kaya saya ini mba.
Apoteker : Oala begitu, apakah ibu memiliki alergi obat?
Pasien : Tidak mba
Apoteker : Baik ibu, sepertinya sesak nafas yang ibu rasakan itu karena alergi selai
kacang, ditambah dengan factor keturunan dari bapak, yang mana tadi ibu Dila katakan
bahwa bapak dari bu Dila juga memiliki riwayat penyakit yang sama. Baik bu Dila
dilahkan duduk terlebih dahulu, saya siapkan dulu untuk obatnya.
Pasien : Iya mba.
Apoteker : Bu Dila, ini obatnya, namanya Neo napacyn. Neo napacyn ini berfungsi
untuk meringankan sesak nafas dan batuk, jadi mengurangi halhal yang ibu keluhkan.
Untuk aturan pakainya diminum 3 X sehari sesudah makan. Obat ini bisa dihentikan
pemakaiannya pada saat bu Dila sudah tidak merasakan gejala sesak nafas dan batuk
lagi. Obat ini memiliki efek samping berupa mual, namun efek samping ini belum tentu
terjadi pada bu Dila karena respon tiap individu berbeda bu. Lalu untuk
penyimpanannya bisa disimpan di suhu ruang ya bu.

Pasien : Baik mba terimakasih

Apoteker : selain itu, ibu disarankan untuk menghindari segala sesuatu baik
makanan atau minuman yang berasal dari kacang ya bu, takutnya menyebabkan
kekambuhan, dan apabila masih terus sesak, bu Dila bias ke dokter nggih. Apakah ada
yang perlu ditanyakan lagi Bu Dila?

Pasien : Tidak mba, saya rasa cukup.

Apoteker : Baik bu jika sudah paham, boleh saya minta tolong diulangi terkait obat
ini tadi?
Pasien : Obatnya namanya Neo napacyn diminum 3 X sehari sesudah makan.
Obat ini bisa dihentikan pemakaiannya pada saat saya sudah tidak merasakan gejala
sesak nafas dan batuk lagi. Obat ini memiliki efek samping berupa tremor mual, namun
efek samping ini belum tentu terjadi karena respon tiap individu berbeda untuk
penyimpanannya bisa disimpan di suhu ruang. Dan hindari konsumsi kacang. Benar
begitu ya mba?
Apoteker : Benar bu, Apakah ada pertanyaan terkait obat ini?
Pasien : Tidak mba, saya rasa cukup.
Apoteker : Baik bu, Untuk keseluruhan harga dari obat ini Rp5.500 ya bu, apakah
ibu berkenan ? Dan ini kartu nama saya apabila nanti sewaktu waktu ibu bingung

9
tentang pemakaian obatnya.
Pasien : Baik mba, ini ya mba uangnya.
Apoteker : Terimakasih bu, semoga lekas sembuh.
Pasien : Saya juga terimakasih mba
Apoteker : Dengan senang hati bu, hati-hati dijalan.

10
DOKUMENTASI SWAMEDIKASI
Nama Pasien Ny. Dila
Jenis Kelamin P / L *)
Usia 42 th
Alamat Surakarta
Tanggal pasien datang 5 September 2023
Gejala yang diderita Keluhan : sulit bernafas, dada terasa sesak, batuk malam hari dan mengi
yang terjadi setelah melakukan jamuan makan malam dan makanan
tersebut terdapat selai kacang.

Pemeriksaan : Diduga mengalami sesak nafas dan batuk karena alergi


selai kacang.
Riwayat alergi tidak
Riwayat peyakit Ya / tidak*)
sebelumnya
OBAT YANG DIBERIKAN :
Nama Obat Dosis Cara No Batch Tanggal ED
pemakaian
1 Neo napacyn Theofillin 130 mg 3 x1 3456YT 22 Des 2027
Epedrin Hcl 12,5
mg
2
3
4
REKOMENDASI

*) coret salah satu


Surakarta, 5 September 2023
Yang menyerahkan,

apt. Denisa Senovelya Nita Rifanda, S. Farm.

11
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

12

Anda mungkin juga menyukai