Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Azzah Azaria Wulandari

NIM : 180106014

ANALISA TINDAKAN INJEKSI INSULIN (SC) PADA Ny.S DENGAN DIABETES


MELITUS DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

A. DEFINISI
Insulin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh sel beta langerhans prankeas dan
bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal(kowalak,2011).
Pemberian injeksi insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke dalam
jaringan tubuh melalui suntikkan subcutan atau intravena, yang dapat digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian injeksi insulin ada dua macam dapat dilakukan
dengan injeksi dan oral.injeksi sendiri dapat dengan suntik biasa ataupun insulin pen.

B. Indikasi pemberian insulin


1. Menurut (Perkeni, 2007), yaitu :
a. Apabila kadar gula darah tak terkendali melalui pengobatan OHO, dengan KGD
puasa > 250 mg/dl, KGD acak menetap > 300 mg/dl, dan HBA1C > 10%.
b. Ada riwayat operasi pengangkatan pankreas.
c. Apabila terjadi ketoasidosis dan keton keluar bersama urine (ketonuria)
d. Pasien DM dengan gejala nyata masih mencolok yaitu: poliurie (banyak
kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak makan), dan berat badan
turun drastis.
e. Penyandang DM lebih dari 10 tahun dengan KGD fluktuatif.
f. Apabila diperlukan terapi kombinasi OHO – Insulin.
2. Indikasi pemberian insulin menurut Misnadiarly (2006) yaitu :
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis
lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet
saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat,
secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika
terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral
C. Rasionalisasi tindakan keperawatan
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan Diabetes Melitus. Pemberian terapi
insulin diberikan pada pasien dengan kadar gula darah> 200 mg/dl.
D. Anatomi fisiologi
1) Anatomi kulit
Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostatis. Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma
dan penahan terhadap bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan
panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar keringat.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan
(Effendi, 1999).
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit, yang terdiri dari :
a) Stratum korneum, yaitu sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak
mempunyai inti sel dan mengandung zat keratin.
b) Stratum lusidum, yaitu sel bentuk pipih, mempunyai batas tegas, tetapi
tidak ada inti. Lapisan ini terdapat pada telapak kaki. Dalam lapisan ini
terlihat seperti pita yang bening, batas-batas sudah tidak begitu terlihat.
c) Stratum glanulosum, sel ini berisi inti dan glanulosum.
d) Zona germinalis, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua
lapisan epitel yang tidak tegas.
e) Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan
yang lainnya, sehingga setiap sel seakan-akan tampak berduri.
f) Sel basale, sel ini secara terus-menerus memproduksi sel epidermis baru.
Sel ini disusun dengan teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk
lapisan pertama atau lapisan dua sel pertama dari sel basal yang posisinya
diatas papilla dermis (Susanto dan Ari, 2013).
b. Dermis
Dermis terletak dibawah lapisan epidermis. Dermis merupakan jaringan ikat
longgar dan terdiri atas sel-sel fibrinoplas yang mengeluarkan protein kolagen
dan elastin. Serabut-serabut kolagen dan elastin tersusun secara acak, dan
menyebabkan dermis terenggang dan memiliki daya tahan. Seluruh dermis
terdapat pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel
rambut, serta kelenjar keringat dan sebasea. Pada dermis terdapat sel mast yang
berfungsi mengeluarkan histamin selama cidera atau peradangan dan makrofag
yang memililki fungsi memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme
(Corwin, 2009). Dermis terdiri dari dua lapisan; lapisan atas yaitu pars papilaris
(stratum papilaris), dan bagian bawah yaitu pars retikularis terdiri dari jaringan
ikat longgar yang tersusun atas serabut-serabut; serabut kolagen, serabut elastic,
dan serabut retikulus (Susanto dan Ari, 2013).
c. Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada di
bawahnya. Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak pembuluh
darah dan ujung saraf (Sloane, 1994). Sel lemak berbentuk bulat dengan intinya
berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini
disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat dan
jumlah antara laki-laki dan perempuan. Fungsi penikulus adipose adalah sebagai
shok breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit,
isolator panas atau untuk mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat
selaput otot dan lapisan berikutnya yaitu otot (Susanto dan Ari, 2013).
2) Bagian-bagian Kulit
Kulit pada manusia mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari:
a. Hipodermis
Merupakan zona tradisional diantara kulit dan jaringan adipose dibawahnya.
Mengandung lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning. Kumparan
dari sejumlah gradual sebasea atau porium tergantung vena dan limfatika. Baik
saraf bermealin maupun tidak bermealin ditemukan dalam kulit yang berisi
organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini member respon sensasi panas, dan
dingin nyeri (Susanto dan Ari, 2013).
b. Kelenjar Keringat
Terdiri dari dua jenis kelenjar, yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin
menghasilkan keringat encer yang keluar melalui duktus kelenjar keringat ke
pori permukaan kulit dan memiliki fungsi sebagai termolegulasi. Kelenjar
keringat apokrin terletak di genitalia eksternal, lipat paha, aksila, dan areola.
Kelenjar keringat apokrin masih belum aktif hingga pubertas, saat kelanjar aktif
mulai mengeluarkan keringat yang lebih pekat dan jika terkena bakteri akan
menimbulkan bau khas (Brooker, 2005).
c. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin (sel-sel sekretori selama sekresi
sebum. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke
folikel rambut. Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan
pecahanpecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan
merupakan suatu barier terhadap evaporasi serta memiliki aktivitas bakterisida
(Sloane, 1995).
d. Appendises (meliputi rambut dan kuku)
 Rambut
Rambut adalah keratin mengeras yang tumbuh dengan kecepatan yang
berbeda di bagian tubuh yang berlainan. Rambut tumbuh sebagai suhu
folikel di sebuah saluran, yang dimulai di bagian dalam lapisan dermis.
Setiap folikel rambut saling berhubungan dalam saluran tersebut dengan
sebuah kelenjar sebasea dan serabut otot polos, ysng disebut otot erector
pili. Apabila sel otot erector pili terangsang oleh saraf simpatis, maka
rambut akan berdiri tegak. Rambut di kepala berfungsi sebagai proteksi
untuk menghindari kulit kepala terbakar sinar matahari.
 Kuku
Kuku merupakan suatu bentuk kulit khusus yang dibentuk oleh bagian
kulit yaitu akar kuku (nail root) yang letaknya di jari tangan dan kaki.
Kuku utamanya terdiri dari lapisan corneum (lapisan tanduk) dan
berfungsi untuk melindungi jari yang kulitnya tergolong sensitive
(Corwin, 2009).

3) Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai banyak fungsi yang berguna dalam menjaga
homeostatis tubuh :
a. Fungsi Absorpsi
Kulit tidak dapat menyerap air, tetapi dapat menyerap larut-lipid seperti vitamin
A, D, E, dan K, oksigen, karbondioksida. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, dan metabolism.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara
saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada
melalui muara kelenjar (Watson, 2002).
b. Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang keluar dari dalam
tubuh dengan perantara 2 kelenjar keringan, yakni kelenjar keringat sebaseae
dan kelenjar keringat (Watson, 2002).
c. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Sistem pengaturan suhu dilakukan dengan melebarkan pembuluh darah. Kulit
akan mengeluarkan sejumlah keringat dalam keadaan panas melalui pori-pori,
panas dalam tubuh dibawa keluar bersama keringat. Sebaliknya, jika kondisi
udara dingin, pembuluh darah akan mengecil. Pengecilan pembuluh darah ini
bertujuan untuk menahan panas keluar dari tubuh yang berlebihan. Dengan
adanya sistem pengaturan ini, maka suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil
(Anderson, 1996).
d. Fungsi Pelindung
Kulit dapat melindungi tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan dan gangguan
yang bersifat kimiawi. Selain itu, kulit juga dapat melindungi kita dari gangguan
biologis seperti halnya serangan bakteri dan jamur. Kulit juga menjaga tubuh
agar tidak kehilangan banyak cairan dan melindungi tubuh dari sinar UV
(Gibson, 2002).
e. Fungsi Peraba
Pada lapisan dermis terdapat kumpulan saraf yang bisa menangkap rangsangan
beruupa suhu, nyeri dan tekanan. Rangsangan tersebut akan disampaikan ke
otak sebagai pusat informasi sehingga dapat mengetahui apa yang dirasakan
(Gibson, 2002).
E. Alat dan bahan yang di gunakan selama tindakan keperawatan
a) Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet)
b) Vial insulin
c) Kapas + alkohol / alcohol swab
d) Handscoen bersih.
e) Daftar / formulir obat klien

F. Prinsip tindakan keperawatan


a) Memonitor kadar gula di dalam darah klien secara rutin
b) Menganjurkan klien untuk minum yang banyak

G. Prosedur tindakan keperawatan

No. Prosuder Kerja


1. Fase Prainteraksi
 Mengecek status pasien

 Mencuci tangan

 Menyiapkan alat
2. Fase Orientasi
 Memberi salam pada pasien

 Menjelaskan kepada pasien tentang persiapan

 Menutup sampiran (kalau perlu)


3. Fase Interaksi
 Mencuci tangan

 Memakai handscoen bersih

 Mengucapkan salam
4. Fase Tindakan
 Memeriksa apakah Novorapid berisi tipe insulin yang sesuai dengan
instruksi medis.
 Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
 Memasang cap Novorapid sehingga angka nol (0) terletak sejajar
dengan indicator dosis.
 Memegang novorapid secara horizontal
 Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa
”klik” yang dirasakan perawat saat memutar cap Insulin Pen
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
 Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
 Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
 Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
 Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
 Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan
secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin
Pen sampai tidak terdengar lagi bunyi ‘klik’ dantinggi Insulin Pen
sudah kembali seperti semula (tanda obat telah diberikan sesuai
dengan dosis).
 Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik didalam kulit klien
sebelum dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
 Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh dimassage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan
kapas alkohol.

5. Fase Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan

 Berpamitan dengan klien


 Mencuci tangan

 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

H. Respon obyektif dan subyektif pasien terhadap tindakan keperawatan


Respon subyektif :
a) Klien mengatakan rasa lemas berkurang
b) Klien mengatakan siklus BAK sedikit berkurang tidak sesering sebelum
dilakukan tindakan
Respon obyektif :
a) Klien tampak lebih segar
b) Klien tampak lebih kooperatif
c) GDP 2 jam setelah makan : 205 mg/dl dan GDP klien : 130 mg/dl

I. Menganalisis keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan


Masalah teratasi sebagian tetap monitor keadaan GDP dan GDP 2 jam setelah
makan. Sebelum pemberian tindakan sc insulin selanjutnya, melakukan tes GDP dan
GDP 2 jam setelah makan pada klien agak perawat mengetahui apakah klien
membutuhkan tindakan pemberian sc insulin atau tidak.
J. Refleksi diri dari tindakan keperawatan yang di lakukan berisi tentang :
a) Refleksi selama fase pra interaksi : di jalani dengan baik
b) Refleksi selama fase kerja : di jalani dengan baik
c) Refleksi selama fase terminasi : di jalani dengan baik
d) Refleksi selama fase setelah interaksi : tindakan di lakukan sesuai prosedur

Anda mungkin juga menyukai