Oleh :
Azzah Azaria Wulandari 180106014
Milkha Amalia 180106008
Dwi Atika Safitri 180106003
Harnita 180106005
Fitrianingsih 180106004
Farah Fildzah Rosadi 180106013
Kritik dan Saran senantiasa dinantikan agar makalah ini menjadi lebih baik dimasa
mendatang amin.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
PENUTUP................................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 21
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas
seperti obat asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan
kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga
mudah ditemukan di apotik toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudah
didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini semakin besar. Di Amerika
Serikat di laporkan lebih dari 100.000 kasus per tahun yang menghubungi pusat
informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000 kasus
memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. Bagi para
pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam mengkonsumsi obat yang sesuai
dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik Narkotik atau Obat
Analgesik ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak mengakibatkan efek ketagihan
pada pengguna.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Analgetika dan AINS ?
b) Apa saja golongan obat dari analgetik dan AINS ?
c) Bagaimana mekanisme kerja obat analgetik dan AINS?
d) Bagaimana efek Farmakodinamika dari obat analgetik ?
e) Bagaimana efek farmakokinetika, efek farmakodinamika, dan efek samping
secara umum dari AINS ?
f) Apa saja yang termasuk obat pada AINS ?
C. Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari Analgetika dan AINS
b) Untuk mengetahui golongan obat dari analgetik dan AINS
c) Untuk mengetahui mekanisme kerja obat analgetik dan AINS
d) Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari obat analgetik
e) Untuk mengetahui efek farmakokinetika, efek farmakodinamika, dan efek
samping secara umum dari AINS
f) Untuk mengetahui obat pada AINS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analgetik
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi
yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai
rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa terbakar, menyengat,
pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang timbul dan berbeda tempat nyeri.
Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu:
a) Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus,
nyeri haid, keseleo. Pada nyeri ringan dapat digunakan analgetik
perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
b) Nyeri yang disertai pembengkakan
Contohnya : Jatuh, tendangan, dan tubrukan. Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik antiradang seperti aminofenazon dan NSAID (ibu
profen, mefenaminat, dll)
c) Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu.
Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa morfin,
atropine, butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
d) Nyeri hebat menahun
Contoh : kanker, rematik, dan neuralgia berat. Pada nyeri ini dapat
digunakan analgetik berupa fentanil, dekstromoramida, dan
benzitramida.
fosfolipid
dihambat kortikosteroid Enzim fosoflipase
Asam arakidonat
Enzim Enzim
lipoksigenase siklooksigenase
Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2/PGH
Tromboksan A2
Tempat Obat AINS Bekerja
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase
dengan kekuatan dan selektifitas yang berbeda.
Enzim siklooksigenase terdapat dalam dua isoform disebut COX-1 dan COX-
2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya fungsi
dalam kondisi normal di berbagai jaringan khusunya ginjal, saluran cerna dan
trombosit. Di mukosa lambung, aktifasi COX-1 menghasilkan prostasiklin yang
bersifat sitoprotektif. Siklooksigenase-2 semula diduga induksi berbagai stimulus
inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan. COX-2
mempunyai fungsi fisiologis di ginjal, jaringan vaskuler dan pada proses perbaikan
jaringan. Tromboksan A2, yang disintesis trombosit oleh COX-1, menyebabkan
agregasi trombosit, vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin
(PGI2) yang disintesis oleh COX-2 di endotel makrovaskular melawan efek tersebut
dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, vasodilatasi, dan efek anti-
proliferatif.
4. Interaksi obat
a. Berpotensi meningkatkan risiko fatal, seperti perdarahan, jika
digunakan bersama dengan obat antikoagulan, aspirin atau obat
antiinflamasi nonsteroid dan pentoxifylline lainnya. Selain itu,
obat seperti probenecid juga dapat meningkatkan kadar ketorolac
dalam darah. Sebaliknya, ketorolac dapat meningkatkan kadar zat
litium.
b. Dapat meningkatkan kadar toksisitas obat methotrexate.
c. Obat-obatan golongan kortikosteroid, selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs), dan anti platelet berpotensi meningkatkan
risiko tukak lambung atau perdarahan jika digunakan bersama
dengan ketorolac.
d. Ketorolac yang digunakan bersama dengan
diuretik, ciclosporin, tacrolimus, penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitors), atau obat angiotensin II receptor
antagonists (ARBs) dapat meningkatkan risiko kerusakan pada
ginjal (nefrotoksisitas).
e. Obat-obatan psikoaktif, seperti flouxetine, thiothixene dan
alprazolam, dapat memicu halusinasi jika digunakan bersama
dengan ketorolac. Dalam kasus yang langka, kejang-kejang dapat
terjadi jika ketorolac digunakan bersama dengan obat antikejang,
seperti phenytoin dan carbamazepine.
5. Efek samping
Sama seperti obat-obat lain, ketorolac juga berpotensi
menyebabkan efek samping. Efek samping yang umum terjadi setelah
menggunakan obat ini adalah rasa pedih atau panas di mata yang
bersifat sementara. Sedangkan efek samping yang lebih jarang terjadi
adalah mata terasa gatal, mengeluarkan kotoran, kemerahan atau
bengkak pada kelopak mata.
Dalam kasus tertentu, kondisi seperti mata kering, pusing,
mual, muntah, diare dapat terjadi. Jika efek samping dirasakan
berkelanjutan atau terdapat reaksi alergi, segera temui dokter.
b) Ketoprofen
1. Pengertian
Ketoprofen adalah obat yang digunakan untuk meredakan
gejala peradangan, seperti nyeri, akibat penyakit asam urat, artritis,
atau terkilir. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk meredakan
nyeri pasca operasi dan nyeri haid.
2. Tentang ketoprofen
Digunakan
Dewasa
oleh
Bentuk
Tablet salut selaput, kapsul, suntik, suppositoria, gel
obat
3. Dosis
Dosis obat ketoprofen berbeda-beda untuk setiap pasien.
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan obat ketoprofen untuk
beberapa kondisi berikut:
a. Bentuk obat: Suntik
Nyeri sendi, nyeri otot, atau nyeri pasca operasi ortopedi
Dosis: 5-100 mg, tiap 4 jam. Maksimal 200 mg per hari,
selama 3 hari
b. Bentuk obat: Tablet
1) Rheumatoid arthritis
Dosis: 100-200 mg per hari, yang dibagi ke dalam 2-4
jadwal konsumsi. Maksimal 300 mg per hari. Kurangi
dosis pada pasien usia 75 tahun ke atas.
2) Pereda nyeri
Dosis: 25-50 mg, tiap 6-8 jam. Maksimal 300 mg per hari
yang dibagi ke dalam beberapa jadwal konsumsi. Kurangi
dosis pada pasien usia 75 tahun ke atas.
c. Bentuk obat: Suppositoria
Rheumatoid arthritis
Dosis: 100 mg, digunakan pada malam hari.
d. Bentuk obat: Gel
Pereda nyeri
Dosis: Oleskan 2-4 kali sehari, selama 10 hari.
4. Interaksi Obat
a. Mengurangi efektivitas obat antihipertensi.
b. Meningkatkan risiko perdarahan pada saluran pencernaan jika
dikombinasikan dengan kortikosteroid dan warfarin.
c. Meningkatkan risiko gagal ginjal jika digunakan dengan obat
diuretik.
5. Efek samping
a. Sakit maag.
b. Mual.
c. Perut kembung.
d. Sakit perut.
e. Diare.
f. Sembelit.
g. Pusing.
h. Sakit kepala.
i. Gangguan fungsi ginjal.
j. Pembengkakan kedua tungkai.
k. Sariawan.
l. Ruam kulit.
m. Insomnia.
n. Sesak napas.
o. Serangan jantung
c) Meloxicam
1. Pegertian
Meloxicam adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid.
Obat ini umumnya digunakan untuk meredakan gejala-gejala
arthritis, misalnya peradangan, pembengkakan, serta kaku dan nyeri
otot. Contoh penyakit radang persendian yang biasanya ditangani
dengan meloxicam adalah osteoartritis, rheumatoid
arthritis, dan ankylosing spondylitis.
2. Cara kerja
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang
memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang dilepas tubuh yang
menyebabkan rasa sakit serta reaksi radang. Dengan menghalangi
prostaglandin, obat ini akan mengurangi rasa sakit dan peradangan.
3. Tentang Meloxicam
Dikonsumsi
Dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun
oleh
Bentuk Tablet
4. Dosis:
Takaran meloxicam akan ditentukan oleh dokter berdasarkan
kondisi yang diobati, tingkat keparahan gejala, usia, dan respons tubuh
pasien. Khusus untuk pasien anak-anak, dosis juga akan disesuaikan
dengan berat badannya.
Dosis meloxicam yang umumnya diberikan untuk dewasa
adalah 7,5-15 mg per hari. Dosis maksimal obat ini adalah 15 mg per
hari.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh
yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan
serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. NSAID (Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs) atau obat anti inflamasi non steroid (AINS) adalah suatu
kelompok obat yang berfungsi sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik.
NSAID merupakan obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara
kimiawi. Antiinflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
peradangan.
Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu: Analgesik narkotika
dan Obat Analgetik Non-narkotik. Pada obat Antipiretik penggolongan obatnya,
yaitu Benorylate, Fentanyl, dan Piralozon. Berdasarkan rumus kimia, obat golongan
NSAID dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yakni Golongan asam propionate,
Golongan asam asetat, Golongan derifat asam enolic (oxicam), Gologan asam
fenamic, dan Gologan COX-2 inhibitor (coxib),
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
DAFTAR PUSTAKA
a. Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba
Medika.
b. Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D.1995. Farmakologi dan Terapi, bagian
farmakologi FK-UI. Jakarta : Universitas Indonesia
c. Tjay, Tan howan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI. Jakarta :
Elex Media Kompetindo