Anda di halaman 1dari 12

I.

IDENTITAS
1. Pokok Bahasan : Penyakit Tuberkulosis (Tb)
2. Sub Pokok Bahasan : Penanganan Tuberkulosis
3. Sasaran : Masyarakat dan pasien UPT Puskesmas
Peundeuy
4. Tempat : Wilayah kerja UPT Puskesmas Peundeuy
5. Waktu : 30 Menit

II. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM


Setelah penyuluhan dilakukan sasaran dapat memahami tentang
penyakit Tuberkulosis (TBC).
III. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran, mampu
1. Masyarakat mampu memahami pengertian penyakit Tuberkulosis
(TBC).
2. Masyarakat mampu memahami tentang penyebab penyakit
Tuberkulosis (TBC).
3. Masyarakat mampu memahami tentang cara penularan penyakit
Tuberkulosis (TBC).
4. Masyarakat mampu memahami tentang cara pengobatan penyakit
Tuberkulosis (TBC)
5. Masyarakat mampu memahami tentang cara pencegahan penyakit
Tuberkulosis (TBC).

IV. MATERI AJAR


1. PENGERTIAN
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
micobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
yang lain. Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh
dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-
paru (IPD, FK, UI). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang
sangat bervariasi ( Mansjoer , 1999).
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman
menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain
(Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula
Basil Tahan Asam (BTA).
2. PENYEBAB
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis
yang berbentuk batang dan Tahan asam ( Price, 1997 ). Penyebab
Tuberculosis adalah M. Tuberculosis bentuk batang panjang 1 –
4 /m. Dengan tebal 0,3 – 0,5 m. selain itu juga kuman lain yang
memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M.
Intracellutare.
Penyakit TBC paru disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
Tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TBC
cepat mati terhadap sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun. Sumber penularan adalah penderita
TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percik
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia
melalui pernapasa, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
ke bagian tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, system
saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seseorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasl pemeriksaan
dahak negative (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Myobacterium Tuberculosis :
1. Herediter : resistensi seseornag terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan.
2. Jenis kelamin : pada akhir masa anak-anak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak
perempuan.
3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang
tidak adekuat.
5. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau
penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang
kronik).
6. Meningkatnya sekresi steroid adrenaql yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan
terinfeksi lebuh mudah.
8. Nutrisi : status nutrisi kurang
9. Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
10. Tidak mematuhi aturan perubahan.

3. Klasifikasi Tuberculosis
Menurut DepKes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
 Berdasarkan organ yang terinveksi
TB Paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
- TB Paru BTA Positif, disebut TB Paru BTA (+) apabila
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
(Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen
dahak SPS positif disertai dengan pemeriksaan radiologi
paru menunjukkann gambaran TB aktif.
- TB Paru BTA Negatif , apabila dalam 3 pemeriksaan
specimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan
rasiologi dada menunjukkan gambaran TB aktif. TB Paru
dengan BGA (-) dan gambaran radioogi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukkan
keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
 TB ekstra paru yaitu tuberculosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selapu otak, selapu
jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TBC
ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu :
- TBC ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe,
pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal.
- TBC ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis,
peritonitis, Tb tulang belakang, Tb saluran kencing dan
alat kelamin.
 Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberpa tipe penderita :

 Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati


dengan OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
 Kambuh (relaps) adalah penderita TBC yang belum pernah
mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA
positif.
 Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang
mendapat pengobatan disuatu kabupaten lain kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
 Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah
penderita yang sudah berobat palig kurang 1 bulan attau
lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih kemudian datang
kembali berobat.

4. TANDA DAN GEJALA


 Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan
atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri
dada, batuk darah. ( Mansjoer, 1999)
 Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan (
Luckman dkk, 93)
a. Demam : subfebril menyerupai influenza.
b. Batuk : batuk kering (non produktif), batuk produktif
(sputum)
c. Hemaptoe
d. Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah ½ bagian paru-paru.
e. Nyeri dada
f. Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala,
nyeri otot, keringat malam.

5. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien penyakit TBC apabila
tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi,
diantaranya yaitu :

a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura , empiema, faringitis.


b. Komplikasi lanjut :
c. Obstruksi jalan napas, seperti SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
d. Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau Fibrosis paru Cor
pulmonal, amilosis, karsinoma paru, ARDS.

6. CARA PENULARAN
Penyakit tuberculosis (TBC) bisa ditularkan melalui kontak
langsung dengan pasien TBC, seperti terpapar hembusan nafasnya,
cairan tubuhnya, dan apabila menggunakan sendok dan handuk
secara bersamaan.

7. PENGOBATA
Jenis obat yang dipakai
Obat Primer Obat Sekunder
- Isoniazid (H) - Ekonamid
- Rifampisin (R) - Protionamid
- Pirazinamid (Z) - Sikloserin
- Streptomisin - Streptomisin
- Etambutol (E) - Konamid
- PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
- Tiasetazon
- Viomisin
- Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES 2000 yaitu :

a. Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila
saat tahab intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita
menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TBc BTA positif menjadi
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu
lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah
terjadinya kelembutan. Tahab lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :

Tahap Lama (H) / R day Z day F day Jumlah


day
Hari X

Nelan Obat

Intensi 2 bulan 1 1 3 3 60
f

Lanjut 4 bulan 2 1 - - 54
an

Paduan Obat kategori 2 :


Tahap Lam (H) R Z E E Strep Jumla
a . h
@3 @450 @500 @ @5
00 250 00 Injek Hari X
Mg mg
si
Mg mg mg Nelan
Obat

Intens 2 1 1 3 3 - 0,5 60
if bula %
1 1 3 3 - 30
n

1
bula
n

Lanju 5 2 1 3 2 - 66
tan bula
n

Paduan Obat kategori 3 :

Tahap Lama H @ 300 R@450m P@500 Hari X Nelan


mg g mg Obat

Intensif 2 1 1 3 60
bulan

Lanjuta 4 2 1 1 54
n bulan

3 x week

OAT sisipan (HRZE)

Tahap Lama H R Z E day Nelan X

@300m @450 @500m @250m Hari


g mg g g
Intensi 1 bulan 1 1 3 3 30
f

(dosis
harian)

8. CARA PENCEGAHAN
Cara penularan TBC perlu diwaspadai dengan mengambil
tindakan-tindakan pencegahan selayaknya untuk menghindarkan
infeksi tetes dari penderita ke orang. Salah satu cara adalah batuk
dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu tangan atau
tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau dibakar. Bila
penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya.
Ventilasi yang baik dari ruangan juga memperkecil bahaya penularan.
Anak-anak dibawah usia satu tahun dari keluarga yang menderita
TBC perlu divaksinasi BCG sebagai pencegahan, bersamaan dengan
pemberian isoniazid 2-10 mg/kg selama 6 buan (kemoprofilaksis)
a) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosisi paru BTA postif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila massih negatif diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin
dan diberikan kemoprofilaksis.
b) Mass chest x-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan
rumahsakit/puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan dan siswa-siswi pesantren.

9. UNTUK PENDERITA :
 Minum obat sampai habis sesuai petunjuk
 Menutup mulut ketika batuk atau bersin
 Tidak meludah di sembarang tempat
 Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau
ditempat yang sudah ada karbol/lisol
10. UNTUK KELUARGA :
 Jemur kasur seminggu sekali
 Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari bisa
langsung masuk
11. PENCEGAHAN LAIN :
 Imunisasi BCG pada bayi
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
12. MetodePenyuluhan
Tanya Jawab
13. KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO. TAHAP KEGIATAN Kegiatan Peserta

1. Pembukaan  Mengucapkan  Menjawab salam


salam  Mendengarkan
( 5 menit )
 Memperkenalkan
diri
 Menjelaskan
tujuan pendidikan
kesehatan
 Apersepsi dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki pasien dan
keluarga tentang
penyakit
tuberculosis
2. Pelaksanaa  Menjelaskan materi  Mendengarkan
n  Pasien dan  Bertanya
keluarga
( 20 menit )
memperhatikan
penjelasan tentan
g penyakit
tuberculosis (TB)
 Pasien dan
keluarga
menanyakan
tentang hal-hal
yang belum jelas
3. Penutup  Menyimpulkan  Mendengarkan
materi  Menjawab salam
(5menit)
 Mengevalusi
pasien dan
keluarga tentang
materi yang telah
diberikan
 Mengakhiri
pertemuan

14. ALAT BANTU


LCD, Flip chart dan leaflet

15. SUMBER BELAJAR


Benowitz, L. 2002. Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G.,
2002, Basic and Clinical Farmacology, ed ke-3, Penerjemah:
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Penerbit Salemba Medik
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Volume 2. EGC. Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien
Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Smeljer,S.C Bare, B.G .2002. Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah, *Brunner & Suddarth, Ed 8.Penerbit EGC Jakarta
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medical Medah edisi 8. Jakarta. EGC
Soeparman dkk.1987.Ilmu Penyakit Dalam Ed 2. Penerbit
FKUI. Jakarta
Sofyan, Andy.2012. Hipertensi. Kudus
Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002). Tanaman Obat
untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol.
Jakarta: PT Argomedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai