Anda di halaman 1dari 82

GAMBARAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

PENGETAHUAN GIZI IBU PADA ANAK BALITA WASTING USIA 24-59


BULAN DI PUSKESMAS WUNDULAKO KECAMATAN WUNDULAKO
KABUPATEN KOLAKA

Hasil Penelitian

Diajukan untuk Menyusun Tugas Akhir bagi Prodi D-III Gizi

OLEH :

NINING
NIM : P00331018072

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIII GIZI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

HASIL PENELITIAN

GAMBARAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN


PENGETAHUAN GIZI IBU PADA ANAK BALITA WASTING USIA 24-59
BULAN DI PUSKESMAS WUNDULAKO KECAMATAN WUNDULAKO
KABUPATEN KOLAKA

Yang Diajukan Oleh :


NINING

P00331018072

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Purnomo Leksono,DCN,M.Kes Tanggal 29 Juni 2021


NIP.195903141987031002

Pembimbing Pendamping,

Risma,SP,MPH Tanggal 29 Juni 2021


NIP.197605131999032002
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI UJIAN AKHIR PROGRAM

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, TINGKAT PENDAPATAN


KELUARGA, DAN PENGETAHUAN GIZI IBU PADA ANAK BALITA
WASTING USIA 24-59 BULAN DI PUSKESMAS WUNDULAKO
KECAMATAN WUNDULAKO KABUPATEN KOLAKA
Oleh :

NINING

P00331018072

Telah diuji dan disetujui pada tanggal : 15 Juli 2021 :

1. Purnomo Lekono DCN, M. Kes Ketua Dewan Penguji

2. Risma SP, MPH Sekretaris Penguji

3. Ahmad, SKM, M.Kes Anggota Penguji

4. Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes Anggota Penguji

5. Imanuddin SP. M. Kes Anggota Penguji

Mengetahui

Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kendari Ketua Program Studi D-III

Sri Yunanci, VG, SST, MPH Euis Nurlaela, S.Gz, M.Kes


NIP. 196910061992032002 NIP. 19780504200012200
GAMBARAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN
PENGETAHUAN GIZI IBU PADA ANAK BALITA WASTING USIA 24-59
BULAN DI PUSKESMAS WUNDULAKO KECAMATAN WUNDULAKO
KABUPATEN KOLAKA TAHUN 2021

RINGKASAN

NINING

Dibawah Bimbingan Purnomo Leksono dan Risma Sake

Latar Belakang : Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh
dalam sehari, dan berat badan (Par’I, Holil M. dkk, 2017). Gizi kurus (Wasting)
merupakan masalah gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan. Wasting adalah suatu
kondisi gizi kurang akut dimana berat badan balita tidak sesuai dengan tinggi badan atau
Z-Score BB/TB < -2 SD.

Metode : Penelitian ini merupakan Metode Penelitian deskriptif dengan pendekatan


kuantitatif, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2021 di Wilayah kerja Puskesmas
Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka. Sampel pada Penelitian ini
adalah anak balita usia 24-59 Bulan yang menderita gizi kurang (Wasting) sebanyak 40
anak balita. Pengambilan sampel secara total sampling. Teknik pengolahan data untuk
asupan Energi dan Protein diolah dengan aplikasi nutrysurvei, untuk tingkat Pendapatan
Keluarga menghitung total pengeluaran pangan dan non-pangan, sedangkan untuk
Tingkat Pengetahuan gizi ibu dikumpulkan dengan hasil wawancara langsung.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita memiliki tingkat
asupan energi yang kurang yaitu 80% (32) orang, sedangkan tingkat asupan protein
tertinggi berada pada kategori kurang yaitu 67,5% (27) orang,Sedangkan untuk Tingkat
Pendapatan responden tertinggi berada dalam kategori kurang yaitu 75,0% (30) orang
kepala keluarga,. Dan untuk Tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi tertinggi berada
dalam kategori kurang 57,5% (23) orang.
Kata Kunci : Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan, Pengetahuan ibu, Anak Balita
Wasting
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat dan
karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan Judul “Gambaran
Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan Dan Pengetahuan Gizi Ibu Pada Anak Balita
Wasting Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten
Kolaka”sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Bidang
Gizi.

Proses penyusunan tulisan ini telah melewati perjalanan panjang dalam


penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril dan materil pihak lain.
Karena itu sudah sepatutnya penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ibu Askrening,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Ibu Sry Yunacy V.G,SST,MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Kendari

3. Ibu Euis Nurlaela S,Gz.M,Kes selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Gizi

Poltekkes Gizi Kendari

4. Bapak Purnomo Leksono,DCN,M.Kes selaku Pembimbing 1 yang penuh

kesabaran dan keikhlasan membimbing dalam penyusunan tulisan ini

5. Ibu Risma SP,MPH selaku pembimbing II yang telah ikhlas berbagi ilmu

guna membantu dalam penulisan ini

6. Bapak Ahmad, SKM.M.Kes selaku penguji I

7. Bapak Sultan Akbar Torundju. SKM. M.Kes selaku penguji II

8. Bapak Imanuddin Sp.M.Kes selaku penguji III

9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Gizi Poltekkes Kendari

10. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Prodi D-III Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Kendari Angkatan Tahun 2018


11. Institusi lain yang berhubungan dengat tempat pengambilan data yaitu

Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan penulisan

ini.

Ucapan terima kasih yang tidak ternilai harganya penulis persembahkan kepada

Ayahanda Tercinta Atto S,SOS dan Ibunda Tercinta Nursida. Yang telah penuh kasih

dan sayang telah merawat,mendidik,dan memberikan Doa serta Dukungan moril dan

materil dengan penuh cinta kepada penulis sehingga tulisan ini dapat terselesaikan

dengan baik. Serta tak lupa kedua saudara tersayang yaitu Ismi Maya Sari AM,Ak dan

Fadal Muhammad yang selalu memberikan semangat. Sahabat-sahabat terbaik 19++

Vivin Septiyani, Emartika Ningsih, Rini Rahayu, Dina Salsabila, Minarni, Addzahra.S,

Nur Aica, Nur Arifah, Elsa Hamid Rundu, dan Indriyani yang selalu membantu dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, serta kepada sahabatku Safira

Rahmadani Massie, Fidry Febryanti Firman, yang selalu menyemangati penulis dalam

menyelesaikan tulisan ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan,maka dari itu masukan dan saran yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan penulis sangat diharapkan. Atas masukan dan saran,penulis ucapkan

banyak terima kasih.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca,Aamiin

Kendari, Juli 2021

Nining
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi
2 Penilaian Status Gizi
3. Indeks Antropometri
4. Klasifikasi Status Gizi
a. Tinjauan tentang Asupan Energi
b. Tinjauan tentang Asupan Protein
c. Tinjauan tentang Tingkat Pendapatan
d. Tinjauan tentang Tingkat Pengetahun Ibu
B. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Variabel Penelitian
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
G. Definisi Operasional
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Nomor

1. Tabel 1. Indikator Status Gizi


2. Tabel 2. Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita
3. Tabel 3. Angka Kecukupan Protein Untuk Anak Balita
4. Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
5. Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok JenisKelamin
6. Tabel 6. Distribusi Orang Tua Sampel Berdasarkan Pendidikan Ayah dan Ibu
7. Tabel 7. Distribusi Orang Tua Sampel Berdasarkan Pekerjaan Ayah dan Ibu
8. Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
9. Tabel 9. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Asupan Konsumsi Energi
10. Tabel 10. Distribusi Sampel Menurut Tingkat Asupan Konsumsi Protein
11. Tabel 11. Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendapatan
12. Tabel 12. Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
DAFTAR GAMBAR

Nomor

1. Gambar 1. Kerangka Konsep


2. Gambar 2. Kerangka Teori
3. Gambar 3. Peta Wilayah Kecamatan Wundulako
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Kuesioner Tingkat Asupan Energi, Protein


2. Tingkat Pendapatan, dan Pengetahuan Gizi Ibu
3. Master Tabel Pengumpulan Data
4. Hasil Analisis Statistik
5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
6. Surat Ijin Penelitian Dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
7. Usulan Persetujuan Etik/Ethical Clearence Penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena

keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang

berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan

yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan

oleh status gizi yang baik, makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung semua

zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat

mencegah penyakit defisiensi, mencegah keracunan dan juga mencegah timbulnya

penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2006).

Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh

tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting

untuk menciptakan sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Dukungan gizi

yang memenuhi kebutuhan sangat berarti terutama pada pertumbuhan fisik dan

perkembangan dini anak yang akan membentuk dasar kehidupan sehat dan produktif.

Status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2013). Penilaian status gizi pada anak dapat

dilakukan berdasarkan pada indeks berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted

(kurus) dan severely wasted (sangat kurus) (Kemenkes RI, 2013).

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan

gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari

anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007)

Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung disebabkan oleh

inadekuat nutrisi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi kurang

meliputi: ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan kesehatan

yang tidak memadai (Supriasa (2012).

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa masalah gizi terutama pada usia dini akan

berdampak pada gangguan tumbuh kembang anak, penurunan produktivitas, dan

peningkatan angka kematian dan angka kesakitan. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal

ini sangat ditentukan oleh status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi

antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial dengan keadaan kesehatan

tubuh. Menurut Kemenkes (2011), status gizi diklasifikasikan menjadi gizi kurang dan

gizi buruk, pendek dan sangat pendek, serta kurus dan sangat kurus. Status gizi baik atau

optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara

efisien, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal serta mencegah penyakit-

penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2006; Gibson,

2005; Almatsier, 2009).

World Health Organization (WHO) secara global memperkirakan prevalensi balita

wasting sebesar 8% (52 juta balita) dengan kasus tertinggi di Benua Asia sebesar 35 juta

balita yang mengalami wasting tahun 2016. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018,

prevalensi anak yang mengalami status gizi wasting dan severely wasting di Indonesia

sebanyak 10,2 % menurun dari tahun 2013 yang mencapai 12,1% (5,3% balita mengalami

severed wasting dan 6.8% balita mengalami wasting). Prevalensi tersebut mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan dalam kurun satu dekade terakhir yaitu 13,3% di

tahun 2010 dan 13,6% di tahun 2007.Wasting merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang serius jika prevalensinya dalam rentang 10.0%- 14.0% dan dianggap kritis jika

prevalensi wasting lebih dari 15% (WHO, 2010).

Menurut data Riskesdas Provinsi Sulawesi Tenggara (2013) bahwa Presentase

masalah kurus pada anak usia balita adalah 13,5% ditahun 2010 sedangkan ditahun 2013

mengalami penurunan menjadi 11,5 persen. Walaupun mengalami penurunan dari tahun

2010 namun prevalensi kurus sudah menjadi masalah kesehatan Nasional karena diatas

10%. Menurut data kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa

presentase wasting pada anak balita ditahun 2016 sebesar 10,7% sedangkan pada tahun

2017 mengalami peningkatan menjadi 13, 15%.

Hal ini menandakan masalah wasting di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah berada di

atas rata-rata nasional ditahun 2013 yaitu sebesar 11,5%. Menurut data Puskesmas

Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka selama tahun 2020 terdapat 40

anak balita yang berusia 24-59 Bulan yang mengalami gizi kurang dan terdapat 12 anak

balita yang mengalami gizi buruk.

Tingginya prevalensi kejadian wasting tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor resiko

seperti: faktor asupan nutrisi, pendapatan keluarga, riwayat penyakit infeksi, status

kelengkapan imunisasi, dan pemberian ASI eksklusif. Kejadian wasting juga dapat

diakibatkan oleh kesalahan dalam penatalaksanaan yang memfokuskan pada pengobatan

serta rehabilitasi terhadap penderita wasting bukan lebih kepada upaya preventif terhadap

kejadian wasting, hal ini wasting baru dianggap sebagai masalah kesehatan setelah berada

pada kategori wasting berat (UNICEF, 2013).


Penelitian yang dilakukan oleh Bandawati, dkk (2017) di RSUP Karyadi Semarang

yang menyatakan bahwa hasil analisis statistik menunjukkan RR= 20,00 (95% CI 4,24 -

230,52), yang berarti bahwa pasien anak dengan asupan protein yang tidak cukup (tingkat

kecukupan protein < 80%) mempunyai risiko 20 kali lebih besar untuk mengalami

penurunan skor Z BB/TB dibandingkan dengan pasien anak yang mempunyai asupan

protein yang cukup (tingkat kecukupan protein ≥ 80%) setelah dikontrol variabel status

gizi awal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas,maka rumusan masalah penelitian

ini adalah “Gambaran Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan

Gizi Ibu Pada Anak Balita Wasting Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Gambaran Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan dan

Pengetahuan Gizi Ibu Pada Anak Balita Wasting Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk rnengetahui asupan energi pada anak balita wasting

b. Untuk mengetahui asupan protein pada anak balita wasting

c. Untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga pada anak balita wasting

d. Untuk mengetahui pengetahuan gizi ibu pada anak balita wasting


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengahuan tentang hal-hal yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada balita.

2. Manfaat Praktis

a.Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

penerapan ilmu yang diperoleh sewaktu perkuliahan.

b. Bagi Masyarakat (Keluarga)

Memberikan masukan bagi keluarga agar memperhatikan gizi balita untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam rangka menciptkan sumber

daya manusia berkualitas,cerdas,dan produktif.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi

dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.

Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini

tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat

badan.(Par’I, Holil M. dkk, 2017).

Gizi kurus (Wasting) merupakan masalah gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari

peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan.

Wasting adalah suatu kondisi gizi kurang akut dimana berat badan balita tidak sesuai

dengan tinggi badan atau Z-Score BB/TB < -2 SD.

Parameter tingkat konsumsi zat gizi menurut Supariasa (2014) apabila asupannya <

70% dari AKG termasuk kedalam kategori defisit, sehingga pada penelitian ini persentase

asupan energi responden termasuk kedalam kategori defisit. Hal ini sejalan dengan

penelitian Diniyyah dan Nindiya (2017) di Desa Suci Gresik bahwa proporsi balita

dengan asupan energi yang cukup dan memiliki status gizi baik (88,6%) lebih tinggi

dibandingkan dengan balita dengan asupan energi yang cukup dan memiliki status gizi

kurang (11,4%). Berdasarkan uji fisher exact didapatkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara asupan energi dengan status gizi balita dengan nilai p= 0,007.
Adapun protein memiliki pengaruh pada kasus wasting dikarenakan asam amino dari

protein dapat diubah menjadi lemak apabila asupan energi dan protein melebihi

kebutuhan dan asupan karbohidrat tercukupi. Asam amino akan mengalami deaminasi

yaitu pemutusan gugus nitrogen lalu gugus karbonnya akan diubah menjadi lemak dan

disimpan. Apabila asupan protein makin banyak, kenaikan berat badan dapat terjadi

(Rolfes dkk, 2006).

Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi salah satunya yaitu, Energi

dihasilkan dari pemecahan tiga jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Energi

berfungsi untuk melakukan aktivitas fisik dan fungsi fungsional dasar tubuh. Jika tubuh

tidak menggunakan energi maka tubuh akan menyimpannya menjadi senyawa simpanan,

seperti lemak tubuh. Semakin banyak energi yang dikonsumsi dari kebutuhan, jika tidak

digunakan akan disimpan dan akan terjadi kenaikan berat badan. Sebaliknya, jika makin

sedikit energi yang dikonsumsi dari kebutuhan, simpanan energi akan turun dan terjadi

penurunan berat badan.

Faktor tidak langsung salah satunya yaitu tingkat pendapatan dan pengetahuan ibu.

Tingkat pendapatan keluarga sangat mempengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan

primer, sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut

tentu berkaitan erat dengan jumlah saudara dan pendidikan orang tua. Pendapatan

Keluarga mencakup data sosial seperti keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan

keluarga, pendidikan, keadaan perumahan. Data ekonomi meliputi pekerjaan,

pendapatan, kekayaan, pengetahuan dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan

variasi musim (Supariasa dkk, 2002).


Pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan

mengimplentasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, dan pengalaman. Semakin cukup

umur, tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir,

belajar, dan bekerja sehingga pengetahuanpun akan bertambah. Pengetahuan gizi kerap

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang berdampak pada peran dalam penyusunan

makan keluarga, serta pengasuhan dan peraatan anak

2. Penilaian Status Gizi

Metode penilaian status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode langsung dan

metode tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung meliputi metode

antropometri, biokimia, klinik, dan biofisik.Sedangkan metode tidak langsung adalah

konsumsi makanan, statistic vital dan faktor-faktor ekologi. Metode penilaian status gizi

yang banyak digunakan yaitu antropometri karena cara kerjanya sederhana, aman dan

dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, alat-alat antropometri yang digunakan

harganya terjangkau, mudah dibwa, dapat dipesan, dan dibuat didaerah setempat.

Antropometri dapat dibakukan, dapat menggabarkan riwayat gizi masa lalu, dapat

mengevaluasi perubahan status gizi pada waktu tertentu atau antar generasi, serta dapat

digunakan pada suatu golongan yang beresiko malnutrisi (Supariasa, 2016).

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu,

antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa dkk, 2002).

a. Antropometri

Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengnukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di

bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, dkk. 2002).

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag

digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati

dan otot (Supariasa, dkk. 2002).

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan

jaringan (Supariasa, dkk. 2002).

Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak

langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik

vital dan faktor ekologi (Supariasa dkk, 2002:).

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002).

b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan

dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi

(Supariasa, dkk. 2002).

c. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain

(Supariasa dkk, 2002)

3. Indeks Antropometri

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,

khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri

merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan

protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan

faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor

lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).

a. Berat badan (BB)

Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB

berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam keadaan

tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lam nbat. Berdasarkan sifat tersebut, maka

indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. Prosedur penimbangan

BB yaitu (1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong

supaya hasil akurat, (2) meletakkan timbangan di tempat yang datar, (3) sebelum

dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebuh dahulu, (4) klien


diminta melepas alas kaki, aksesoris yang digunakan dan menggunakan pakaian

seminimal mungkin, (5) klien naik ke timbangaan dengan posisi meng hadap kedepan,

pandangan lurus, tangan disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak

gerakan, (6) catat hasil pengukuran (Aritonang, 2013).

b. Tinggi badan (TB)

Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB

tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap TB akan

tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat

menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013). Prosedur pengukuran TB yaitu (1)

memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa

digeser keatas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus

rapat ke dinding, (5) posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding,

pandangan lurus ke depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata

sejajar dengan angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).

c. Indeks Masa Tubuh

Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) didapatkan dengan cara mengukur berat

badan anak di bagi dengan tinggi anak dalam meter yang dikuadratkan. IMT adalah

pengukuran yang digunakan sebagai indikator untuk menilai kegemukan anak. IMT tidak

mengukur lemak tubuh secara langsung namun dapat digunakan sebagai alternatif

pengukuran lemak tubuh secara langsung.

Pengukuran IMT adalah pengukuran yang murah dan mudah untuk dilakukan. Pada

anak-anak IMT digunakan untuk menilai masalah berat badan pada anak berusia mulai 2

tahun, dimana hasil pengukurannya berdasarkan IMT berdasarkan umur. IMT dapat
menskrining anak dengan obesitas, berat badan lebih, berat badan sehat, dan berat badan

kurang. (CDC.gov, 2014).

4. Klasifikasi Status Gizi

Penilaian pertumbuhan tahun 2010 menyebutkan bahwa garis lengkung pada grafik

pertumbuhan akan membantu menginterpretasikan titik yang diplot untuk

menggambarkan status pertumbuhan anak. Garis 0 pada setiap grafik menunjukan

median. Garis lengkung yang lain adalah garis z skor yang menunjukan jarak dari median.

Garis median dan garis z skor untuk setiap grafik pertumbuhan diperoleh dari hasil

pengukuran anak-anak sampel WHO MGRS, garis z skor pada grafik pertumbuhan

ditandai dengan positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Secara umum, angka-angka yang

diplot jauh dari median baik kearah positif atau negatif (misalnya: dekat dengan 3 atau -

3 z skor) menunjukan adanya masalah pertumbuhan, walaupun faktor-faktor lain harus

dipertimbangkan, seperti kecenderungan pertumbuhan, kondisi kesehatan anak dan tinggi

badan orang tua.(buku ajar perencanaan program gizi 2018).


Tabel 1. Indikator Status Gizi

Indikator Status gizi Z-score

Gizi buruk (severely wasted) < -3,0SD


Gizi kurang (wasted) -3,0 SD s/d < -2,0 SD
Gizi baik (normal) -2,0 SD s/d 1,0 SD
BB/TB anak usia
Berisiko gizi lebih (possible risk of >1,0 SD s/d 2,0 SD
0 – 60 bulan
overweight)
Gizi lebih (overweight) >1,0 SD s/d 2,0 SD
Obesitas (obese) > 3,0 SD
Sangat Pendek (severely stunted) < -3,0SD
TB/U anak usia
Pendek (stunted) -3,0 SD s/d < -2,0 SD
0 – 60 bulan
Normal -2,0SD s/d 3 SD
Tinggi >3,0 SD
Berat badan sangat kurang (severely < -3,0SD
underweight)
BB/U anak usia Berat badan kurang (underweight) -3,0 SD s/d < -2,0 SD
0 – 60 bulan
Berat badan normal
Risiko berat badan lebih -2,0 SD s/d 1,0 SD
> 1,0 SD
Gizi buruk (severely wasted) <-3,0 SD
Gizi kurang (wasted) -3,0 SD s/d <-2,0SD
Gizi baik (normal) -2,0 SD s/d 1,0 SD
IMT/U anak usia
Berisiko gizi lebih (possible risk of >1,0 SD s/d 2,0 SD
0 – 60 bulan
overweight)
Gizi lebih (overweight) > 2,0 SD s/d 3,0 SD
Obesitas (obese) > 3,0 SD

Sumber: Permenkes Nomor 2, Tahun 2020


Menurut Merryana (2012) Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan

tidak langsung. Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi ialah kurangnya asupan

makan dan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makan disebabkan karena tidak

tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sehingga tidak ada makanan yang dapat

dikomsumsi. Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh

orang tua yang kurang baik pada anak seperti orang tua lebih mementingkan memakai

perhiasan dibandingkan untuk menyediakan makanan bergizi. Faktor tidak langsung

mencakup jumlah anggota keluarga, pekerjaan, tingkat pendapatan keluarga, pemberian

ASI Ekslusif.

a. Asupan Energi

Kebutuhan dasar dari setiap makhluk hidup untuk melakukan berbagai kegiatan

yaitu memerlukan energi. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak yang

berasal dari bahan makanan. Nilai energi ditentukan oleh kandungan karbohidrat,

protein, dan lemak (Irianto, 2007).

Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO tahun 1985 adalah konsumsi

energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi

seseorang bila mempunnyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas

yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan

aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi

seseorang ditentukan oleh metabolisme basal, aktivitas fisik, maupun efek makanan

(Almatsier,2005).

Angka Metabolisme Basal (AMB) merupakan kebutuah energi minimal yang

dibutuhkan tubuh dalam menjalankan proses yang vital. Faktorfaktor yang


mempengaruhi angka metabolisme basal adalah ukuran tubuh, komposisi tubuh,

umur, tidur, sekresi endokrin, kehamilan, status gizi, dan suhu lingkungan (Almatsier,

2005).

Energi berasal dari pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap gram

karbohidrat menghasilkan 4 kalori, 4 protein dan lemak 9 kalori. Distribusi kalori

dalam makanan anak ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari

karbohidrat. Kelebihan energi sebesar 500 kalori setiap hari dapat menghasilkan

kenaikan berat badan gram dalam seminggu (Sediaotama, 2009.)

Energi anak secara perorangan didasarkan pada kebutuhan energi untuk

metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan aktivitas. Energi untuk metabolisme

basa bervariasi sesuai jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara

metabolik bervariasi sesuai umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukan energi di

luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot

membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan

paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen

ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa dari tubuh.

Tabel 2. Angka Kecukupan Energi Untuk Anak Balita

Golongan Umur Kecukupan Energi

1-3 Tahun 1350 kkal/hari

4-6 Tahun 1400 Kkal /hari

(Sumber : AKG,2019)
b. Asupan Protein

Protein merupakan molekul makro memiliki rantai-rantai panjang asam amino

yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N)

yang tidak terdapat dalam karbohidrat dan lemak. Selain itu terdapat beberapa asam

amino ada yang mengandung unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein adalah

bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.

Seperlima bagian dari tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam otot, seperlima

di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di

dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak

dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangaun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh (Almatsier, 2005).

Fungsi protein secara umum antara lain: (a) Pertumbuhan dan pemeliharaan; (b)

pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh; (c) mengatur keseimbangan air; (d)

mengangkut zat-zat gizi; (e) pembentukan antibodi; (f) memelihara netralitas tubuh;

(g) sumber energi: sebagai sumber energi, protein 9 memiliki nilai seperti karbohidrat,

karena menghasilkan 4 kkal/g protein (Almatsier, 2005).

Tabel 3. Angka Kecukupan Protein Anak Balita

Golongan Umur Kecukupan Protein

1-3 Tahun 20 gr/hari

4-6 Tahun 25 gr/hari

(Sumber : AKG 2019)


c. Pendapatan Keluarga

1). Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh seseorang baik

berupa uang atau barang sebagai balas jasa yang dihitung dalam perkapita,perminggu,dan

perbulan (Sayogya,1983). Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling menetukan

dalam kualitas dan kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat makan

berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang

rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan untuk

mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif terutama untuk anak

mereka (Alan Berg dan Sayogya,1986).

Menurut Sulistjiningsih, variabel ekonomi yang cukup dominan dalam

mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan Perkapita keluarga dan harga.

Meningkatnya pendapatan maka akan meningkat peluang untuk membeli pangan dengan

kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan

menyebabkan menurunnya daya beli pangan. Sehingga orang tua yang menghasilkan

pendapan tinggi, akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. keadaan

ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan,

terutama pada golongan miskin.Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin

menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makan.Dua

perubahan ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan maupun

harga komoditas kebutuhan dasar (Sulistjiningsih, 2011).

2). Kaitan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi pada Anak Balita
Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan ikut membaik juga.

Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan yang dibeli dengan adanya tambahan

uang. Penghasilan semakin tinggi, semakin besar pula presentase dari penghasilan

tersebut untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya.

Penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas. Keterbatasan ekonomi

sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kebutuhan gizi pada anak.

d. Pengetahuan Ibu

1). Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dari alat indera baik penglihatan maupun

pendengaran terhadap objek tertentu, sehingga seseorang menghasilkan sesuatu yang

diketahui (Notoatmodjo 2012).Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang bebeda-beda.secara garis besar dibagi atas 6 tingkatan

pengetahuan yaitu :

a). Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari.atau boleh juga

dikatakan sebagai mengingat kembali (Review) sesuatu yang spesifik, yang

pernah diterima.

b). Memahami (Comprehention)

Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara detailtentang

obyek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan suatu materi secara benar.

c). Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.


d). Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan dalam menjabarkan materi ke dalam komponen-

komponen,yang berkaitan antara satu dengan 12 yang lain. Analisis dilihat dari

penggunaan katakerjaseperti: menggambarkan,membedakan, mengelompokkan

dan lain-lain.

e). Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.dan menghubungkan di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang dibaca.

f). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu

obyek.Penilaian juga dilakukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang ada.

Kekurangan gizi pada masa balita berakibat pada penurunan kualitas sumber

daya, manusia.Masa balita ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang

cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi.Selama periode ini, balita

tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.

Pengetahuan gizi ibu sangat penting menentukan komposisi menu makanan sehat

yang diberikan pada (Notodoadmojo, 2012)


B. Kerangka Konsep dan Kerangka Teori

1. Kerangka Konsep

Landasan teori mengacu pada penyebab langsung dan tidak langsung yang

memepengaruhi status gizi balita oleh UNICEF yang digambarkan sebagai berikut :

Status Gizi

Asupan makan Penyakit Infeksi

Persediaan Pelayanan
Pola asuh
Kesehatan dan
pangan Kesehatan
anak
Lingkungan

Daya beli, Akses Pangan, Akses Informasi, Akses Pelayanan

Kemiskinan, Ketahanan Pangan dan Gizi, Pendidikan

Krisis Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya

Gambar 1. Sumber : Kerangka Teori Menurut UNICEF 1998 Terhadap Status Gizi
2. Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2010), Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang akan diteliti.

Asupan Energi dan

Protein

Pendapatan Keluarga Status Gizi Kurus

Tingkat Pengetahuan

Ibu

Gambar 2.Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Terikat

Variabel Bebas
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam survey penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, dimana hal tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi pada suatu wilayah (Suryabrata,2013). Jenis

penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

mendapatkan data deskriptif mengenai variabel dependen utama yaitu wasting, serta

variabel independen, yaitu asupan energi dan protein, tingkat pendapatan keluarga, serta

tingkat pengetahuan gizi ibu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanan pada bulan Mei tahun 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas

Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua anak balita penderita Wasting yang berjumlah

40 anak balita yang berusia 24-59 Bulan di Wilayah kerja Puskesmas Wundulako

Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka


2. Sampel

a. Jenis Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan dari total populasi anak yang

menderita Wasting yaitu berjumlah 40 anak balita di Wilayah kerja Puskesmas

Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat tidak diteliti

Variabel Terikat yaitu Balita Wasting

2. Variabel Bebas diteliti

Variabel Bebas yaitu Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pendapatan, dan

Pengetahuan Gizi Ibu.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

1). Identitas sampel (Umur, Jenis kelamin)

2). Identitas responden (Nama Ibu, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah anggota

keluarga)

3). Asupan Energi

Diperoleh dengan recall 2 x 24 jam menggunakan buku foto makanan.

4). Asupan Protein

Diperoleh dengan recall 2 x 24 jam menggunakan buku foto makanan

5). Tingkat Pendapatan Keluarga

Diperoleh dari wawancara langsung kepada responden tentang

pengeluaran pangan dan non-pangan dalam keluarga


6). Pengetahuan Gizi Ibu

Data pengetahuan gizi ibu diperoleh dengan Metode wawancara dengan

alat bantu kuesioner melalui.

b). Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data yang berada

di Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka.

2. Cara Pengambilan Data

1). Pengumpulan Data Asupan Energi

Dengan melakukan wawancara langsung kepada responden atau

ibu anak balita Wasting untuk mengetahui asupan energi, dengan cara

recall 2 x 24 jam menggunakan buku foto makanan

2). Pengumpulan Data Asupan Protein

Dengan melakukan wawancara langsung kepada responden atau

ibu anak balita Wasting untuk mengetahui asupan protein,dengan cara

recall 2 x 24 jam menggunakan buku foto makanan.

3).Tingkat Pendapatan Keluarga

Diperoleh dengan cara peneliti mewawancarai responden

menggunakan kuisioner berdasarkan pertanyaan tentang Pengeluaran

pangan dan non-pangan dalam Keluarga yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga.


4). Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

Pada Penelitian ini terdapat 10 pertanyaan yang berkaitan dengan

pengetahuan gizi ibu. Semua pertanyaan bersifat tertutup dengan model

pilihan ganda dengan menggunakan kuesioner.

3. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a). Data asupan Energi

Data asupan energi diolah menggunakan computer dengan menggunakan

system atau program nutrisurvey lalu hasil penjumlahan hari pertama dan hari

ke dua rata-ratakan yang hasilnya dibagi dengan AKG 2019 secara menual.

b). Data asupan Protein

Data asupan protein diolah menggunakan computer dengan menggunakan

system atau program nutrisurvey lalu hasil penjumalahan hari pertama dan

hari ke dua rata-ratakan yang hasilnya dibagi dengan AKG 2019 secara

menual.

b). Data Tingkat Pendapatan Keluarga

Data tingkat Pendapatan Keluarga diolah dengan cara menghitung total

pengeluaran pangan dan non-pangan lalu hasilnya dikategorikan dengan :

Kategori Persen Pengeluaran Pangan

Cukup : Jika pengeluaran pangan > 60% dari total pengeluaran pangan

Kurang : Jika pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran pangan

(Sumber : Arida dkk, 2015).


c). Data pengetahuan ibu

Data pengetahun ibu dikumpulkan dari hasil wawancara langsung kepada

responden dengan menggunakan kuesioner. Kemudian hasilnya dikategorikan

menjadi 3 yaitu :

Baik : Jika responden menjawab >80% jawaban benar

Cukup : Jika responden menjawab 60-80% jawaban benar

Kurang : Jika responden menjawab < 60 jawaban benar

(Madanijah, 2004).

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel

secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikatikan dengan variabel lain.

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi menghasilkan distribusi dan presentasi

dari tiap variabel yang diteliti.

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel.

4. Definisi Operasional

1. Gizi kurus (Wasting) merupakan gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari

peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan

makanan.
Kriteria Objektif
Status gizi berat badan sesuai tinggi badan (BB/TB)

Gizi buruk (severely wasted) < -3,0SD

Gizi kurang (wasted) -3,0 SD s/d < -2,0 SD

Gizi baik (normal) -2,0 SD s/d 1,0 SD

Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) >1,0 SD s/d 2,0 SD

Gizi lebih (overweight) >1,0 SD s/d 2,0 SD

Obesitas (obese) > 3,0 SD

(Sumber: Permenkes Nomor 2, Tahun 2020)

2. Asupan Energi

Energi Mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting didalam tubuh. Energi

berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu

tubuh dan kegiatan fisik. Asupan makan adalah jenis dan jumlah zat gizi tertentu yang

dikonsumsi seseorang pengukuran asupan yaitu dengan metode wawancara dan

pengukuran asupan makanan menggunakan form recall 2 × 24 jam.

Kriterian Objektif :

Baik : Jika rata-rata asupan makanan sumber energi ( > 90 – 110 % AKG)

Sedang : Jika rata-rata asupan makanan sumber energi (80-89% AKG)

Kurang : Jika rata-rata asupan makanan sumber energi (70-79% AKG).

(Febrindari, Ayu Puspita, 2016)

3. Asupan Protein

Protein berfungsi sangat luas dari pembentukan jaringan dan pertumbuhan

juga dalam pembentukan hormon, sampai daya tahan tubuh. Asupan makan

adalah jenis dan jumlah zat gizi tertentu yang dikonsumsi seseorang pengukuran
asupan yaitu dengan metode wawancara dan pengukuran asupan makanan

menggunakan form recall 2 × 24 jam.

Kriterian Objektif :

Baik : Jika rata-rata asupan makanan sumber protein ( > 90 – 110 % AKG)

Sedang : Jika rata-rata asupan makanan sumber protein (80-89% AKG)

Kurang : Jika rata-rata asupan makanan sumber protein (70-79% AKG).

(Febrindari, Ayu Puspita, 2016)

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah semua penerimaan anggota keluarga dalam

bentuk materi dan jasa yang dikonversi ke dalam bentuk nilai rupiah dan dibagi

dengan jumlah anggota keluarga. Dalam penelitian ini pendapatan keluarga

dinilai menggunakan indeks pengeluaran keluarga.

(Khomsan dalam Repi, 2012).

Kriteria Objektif :

Kategori Persen Pengeluaran Pangan

Cukup : Jika pengeluaran pangan ≥ 60% dari total pengeluran pangan dan
non pangan

Kurang : Jika pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran pangan
dan non pangan

(Sumber : Arida , dkk 2015).


5. Pengetahuan Gizi Ibu

Adalah pengetahuan tentang pemilihan bahan makanan dan konsumsi

sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk

fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh


terhadap status gizi seseorang. Segala kemampuan dan pemahaman yang

diketahui ibu tentang bahan makanan bergizi yang berpengaruh terhadap status

gizi anak balita

Kriteria Objektif

Baik : Jika responden menjawab >80% jawaban benar

Cukup : Jika responden menjawab 60-80% jawaban benar

Kurang : Jika responden menjawab < 60 jawaban benar

(Madanijah, 2004).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis

Kecamatan Wundulako adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten

Kolaka, Sulawesi Tenggara, Kecamatan Wundulako adalah kecamtan

Pertengahan antara Kota Kolaka dan Pomalaa. Kecamatan Wundulako

terletak dijazirah Tenggara Kabupaten Kolaka secara geografis Puskesmas

Wundulako terletak dikecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka, dengan

luas wilayah kerja ±120,06 km² yang terdiri dari wilayah dataran 85%,

perbukitan 5% dan perairan 10%. Sebagia besar wilayah Kecamatan

Wundulako merupakan daratan sekitar ± 15.000 Km² sedangkan wilayah

perairan sekitar 3. 181. 46 Km².

Batas-batas wilayah Kecamtan Wundulako:

1). Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kolaka

2.) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baula

3).Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta dan

Kecamatan Ladongi

4). Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Bone


Adapun batas wilayah masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar.3
Peta Wilayah Kecamatan Wundulako

b. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk kecamatan wundulako berdasarkan data statistik

pada tahun 2018 berjumlah 22.390 jiwa,dengan jumlah rumah tangga

3.919 KK. Tingkat kepadatan penduduk kecamatan wundulako tahun

2018 mencapai 4,795 jiwa/km² dengan tingkat kepadatan penduduk

tertinggi dikelurahan kowioha sebesar 1331,764706 jiwa/km² sedangkan

yang terendah adalah didesa Towua adalah sebesar 27,25859724

jiwa/km².

Jumlah penduduk Kecamatan Wundulako mengalami peningkatan

dari tahun ketahun, dimana pada Tahun 2017 jumlah penduduk

Kecamatan Wundulako berjumlah 21,502 jiwa dan pada Tahun 2018

jumlah penduduk mengalami peningkatan sebanyak 22,390 jiwa jumlah


penduduk tersebut tersebat di 12 Kel/Desa yang berada di Kecamatan

Wundulako.

c. Keadaan Lingkungan

Sebagian besar wilayah Kecamatan Wundulako merupakan

daratan sekitar ± 15.000 Km² sedangkan wilayah Perairan sekitar 3. 188,

46 Km². secara administrasi Kecamatan Wundulako pada tahun 2016

terdiri atas sebelas wilayah Desa/Kel, yaitu kelurahan Wundulako, Ngapa,

Kowioha, Lamekongga, Silea, dan Desa Tikonu, Bende, Sabiano,

Unamendaan, Towua dan Kel 19 November. Di Kecamatan Wundulako

juga terdapat pulau-pulau yang tersebar diantaranya Padamarang, Pulau

Lambasina besar, Pulau Lambasina kecil, Pulau Maniang Pulau buaya,

Lemo dan Pulau Pisang.

2. Gambaran Umum Karakteristik Sampel

a. Karakteristik Sampel

1). Umur

Tabel.4

Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Umur n (%)

1-3 38 95
4-6 2 5

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021


Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi sampel berdasarkan kelompok umur

1-3 tahun sebanyak 38 orang (95%), Sedangkan kelompok umur 4-6 tahun

sebanyak 2 orang (5%).

2). Jenis Kelamin

Tabel.5

Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %

Laki-laki 18 45,0
Perempuan 22 55,0

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin

perempuan yaitu 55,0% (22) orang, dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki

45,0% (18) orang.

3. Gambaran Umum Orang Tua Sampel

a. Karakteristik Orang Tua Sampel

1). Pendidikan Ayah dan Ibu

Pendidikan orang tua sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini:


Tabel.6
Distribusi Ayah dan Ibu Anak Balita Wasting Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Ayah Ibu
Pendidikan Orang
Tua n (%) n (%)

Tamat SD 15 37,5 8 20,0


Tamat SMP 14 35,0 17 42,5
Tamat SMA/Sederajat 8 20,0 14 35,0
Diploma - - 1 2,5
S1 3 7,5 - -

Total 40 100 40 100

Sumber : Data Primer,2021

Berdasarkan Tabel 6 menggambarkan bahwa sebagian besar ayah berpendidikan

Tamat SD yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), yang terendah yaitu lulusan S1 sebanyak

3 orang (7,5%)5. Sedangkan pendidikan ibu sebagian besar yaitu Tamat SMP

sebanyak 17 orang (42,5%), dan sebagain kecil lulusan Diploma sebanyak 1 orang

(2,5%).

2). Pekerjaan Ayah dan Ibu

Tabel.7
Distribusi Ayah dan Ibu Anak Balita Wasting Berdasarkan Pekerjaan
Ayah Ibu
Pekerjaan Orang
Tua n (%) n (%)

Buruh 7 17,5 - -
Petani 15 37,5 - -
Wiraswasta 14 35,0 - -
Pegawai Negeri Sipil 4 10,0 - -
Ibu Rumah Tangga 38 - 38 95,0
Honorer 2 - 2 5,0
Total 40 100 40 100
Sumber : Data Primer,2021
Tabel 7 menggambarkan bahwa sebagian besar ayah bekerja sebagai petani yaitu

15 orang (37,5%), dan sebagian kecil ayah berkerja sebagai Pegawai Negeri Sipil

yaitu sebanyak 4 orang (10,0%). Sedangkan pekerjaan ibu sebagain besar bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 38 orang (95,0%),dan sebagai kecil

bekerja sebagai honorer yaitu sebanyak 2 orang (5,0%).

3). Jumlah Anggota Keluarga

Tabel.8

Distribusi Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah Anggota Keluarga n %


3 11 27,5
4 18 45,0
5 11 27,5

Total 40 100

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah anggota

Keluarga yang memiliki 3 anggota Keluarga sebanyak 27,5% (11) orang, yang memiliki

4 jumlah anggota Keluarga sebanyak 45,0% (18) orang, dan 11 keluarga yang memiliki

jumlah anggota Keluarga 5 orang sebesar 27,5%.


4. Variabel Penelitian

a. Konsumsi Asupan Energi


Tabel. 9

Distribusi Balita Wasting Berdasarkan Tingkat Asupan Energi


Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako
Kategori Asupan n (%)

Baik 3 7,5
Sedang 5 12,5
Kurang 32 80

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021

Tabel 9 menggambarkan bahwa sebagian besar tingkat asupan energi pada anak

balita Wasting berada dalam kategori kurang yaitu 32 orang (80%), dan sebagian

kecil dalam kategori baik yaitu sebanyak 3 orang (7,5%).

b. Konsumsi Asupan Protein


Tabel.10
Distribusi Balita Wasting Berdasarkan Tingkat Asupan Protein
Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Wundulako
Kategori Asupan n (%)

Baik 5 12,5
Sedang 8 20,0
Kurang 27 67,5

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021

Tabel 10 menggambarkan bahwa sebagian besar tingkat asupan protein pada anak

balita Wasting berada dalam kategori kurang yaitu 27 orang (67,5%), dan sebagian

kecil dalam kategori baik yaitu sebanyak 5 orang (12,5%).


c. Tingkat Pendapatan

Tabel. 11

Distribusi Balita Wasting Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat Pendapatan n %

Cukup 10 25,0
Kurang 30 75,0

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021

Tabel 11 menggambarkan bahwa sebagian besar Pendapatan Keluarga responden

berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 30 kepala keluarga (75,5%), dan

sebanyak 10 kepala Keluarga (25,0% pada kategori cukup.

d. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu


Tabel.12
Distribusi Balita Wasting Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat Pengetahuan n %

Baik 9 22,5
Cukup 8 20,0
Kurang 23 57,5

Total 40 100

Sumber: Data Primer 2021

Tabel 12 menggambarkan bahwa sebagian besar ibu sampel berpengetahuan

kurang yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), sedangkan yang berpengetahuan cukup

yaitu sebanyak 8 orang (20,0%), dan yang berpengetahuan baik sebanyak 9 orang

(22,5%).
A. Pembahasan

a. Asupan Energi

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat dari 40 sampel menunjukkan hasil

Penelitian untuk tingkat asupan energi paling tertinggi pada kategori kurang

berjumlah 32 orang (80%), defisit sedang berjumlah 5 orang (12,5),

sedangkan yang memiliki tingkat asupan yang baik berjumlah 3 orang (7,5%).

Jadi dari total keseluruhan 40 sampel sebagian besar berada pada kategori

defisit asupan Energi.

Pada penelitian ini diketahui berdasarkan hasil recall 2 x 24 jam yang telah

di lakukan, masih banyak anak yang memiliki status gizi Wasting diakibatkan

karena kurangnya mendapatkan asupan makanan yang bergizi dan seimbang.

Penyebab anak kurang asupan makanan dikarenakan kurangnya kemauan

anak dalam mengkonsumsi makan yang telah disajikan oleh orang tuanya,

pengetahuan orang tua yang kurang tentang makanan yang bergizi bagi anak,

serta cara pemilihan dan penyajian makan yang baik bagi anak. Pada

penelitian ini terdapat beberapa anak balita yang memiliki tingkat asupan

Energi yang rendah dikarenakan kurangnya asupan energi yang dikonsumsi

setiap hari dikarenakan frekuensi makanan yang lebih rendah.

Defisit asupan energi ini dikarenan banyak hal salah satunya yaitu sulitnya

orang tua dalam pemberian makan pada anaknya yang sering bermain, dan

kurangnya pengetahuan serta kesalahan dalam pemberian makanan yang

diberikan. Penelitian ini sejalan dengan Penelitian (Cakrawati dan

Mustika,2012).
Konsumsi energi merupakan faktor resiko gizi kurang. Konsumsi energi

yang rendah atau kurang akan mengakibatkan tubuh merespon dengan cara

meningkat penggunaan pertumbuhan yang mengarah ke individu yang lebih,

di bandingkan dengan konsumsi energi yang cukup. Cakrawati dan

Mustika,2012).

Hasil penelitian Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, protein yang

ada di dalam bahan makanan. Jika energi melalui makanan kurang dari energi

yang keluar, maka tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Bila

terjadi pada balita akan menghambat pertumbuhan pada balita (Almatsier,

2009).

Asupan energi berasal dari makanan dan minuman dan diukur dalam

kilojoule atau kilokalori.Apabila asupan energi kurang dari kecukupan energi

yang dibutuhkan maka cadangan energi yang terdapat didalam tubuh yang

disimpan dalam otot akan digunakan. Kekurangan asupan ini apabila

berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan mengakibatkan

berat badan dan keadaan kurangan zat gizi yang lain (gibney,2008)

Bila hal ini terus berlanjut maka anak tampak kurus karena persediaan

lemak di tubuhnya akan terpakai sebagai sumber energi. Penelitian

sebelumnya juga menyebutkan bahwa asupan energi yang rendah berdampak

pada meningkatnya risiko masalah gizi kekurangan energi kronis dan

kekurangan energi protein, selain pada balita dapat berdampak pada

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitifnya Cakrawati dan

Mustika,2012).
b. Asupan Protein

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat dari 40 sampel menunjukkan hasil

Penelitian untuk asupan protein paling tertinggi adalah defisit yaitu sebanyak

27 sampel (67,5%). Adapun asupan protein yang sedang sebanyak 8 sampel

(20,0%), dan sebanyak 5 sampel (12,5%) berada pada kategori asupan yang

baik.

Protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama atau

yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah

zat yang paling penting dalam setiap organisme (Almatsier, 2006).

Protein merupakan nutrien yang amat penting bagi tubuh karena fungsinya

sebagai sumber energi dalam tubuh dan juga sebagai zat pembangun. Protein

adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C,H,O dan

N. molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan jenis protein yang

mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.

Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-

jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses

pembentukan jaringan terjadi secara pesat. Pada masa kehamilan proteinlah

yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga

menggantikan jaringan tubuh yang rusak dan perlu dirombak (Robert, dkk,

2009).

Penelitian ini sama dengan penelitian yang ditemukan oleh Anshori (2013)

bahwa anak dengan asupan protein kurang beresiko 11,8 kali untuk tejadinya

wasting dibandingkan dengan asupan protein yang cukup. Hal ini


dimungkinkan terjadinya karena meskipun karbohidrat, lemak, seng dan

kalsium mencukupi kebutuhan namun kekurangan protein juga berpengaruh

terhadap kejadian wasting.

Secara umum protein diperlakukan tubuh kita untuk membagun otot atau

pertumbuhan tubuh kita. Otot, Kuku, dan rambut juga terbuat dari protein.

Protein juga diperlukan oleh tubuh untuk membantu meningkatkan daya tahan

tubuh, meningkatkan memory, dan juga sebagai sumber energi. Tubuh

memerlukan protein dalam jumlah yang seimbang untuk tetap sehat.

Kelebihan atau kerkurangan protein juga dapat menyebabkan berbagai

masalah kesehatan. Jika kekurangan, tubuh bisa mengalami gangguan

pertumbuhan, penurunan massa otot, masalah rambut, kulit dan masalah

kesehatan lainnya (Almatsier, 2009).

Dari hasil Recall 2 x 24 jam yang dilakukan jenis bahan makanan sumber

protein hewani yang sering dikonsumsi berupa ikan dan telur. Karena

makanan yang mengandung protein dalam jumlah besar merupakan “bahan

bangunan” yang utama dalam pertumbuhan, perkembangan anak dan dalam

pembentukan tulang.

c. Tingkat Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi

keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi

lebih besar.pendapatan menyangkut besarnya penghasilan yang diterima,

biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan

tambahan juga mudah.sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga,

maka daya beli akan makanan tambahan lebih sukar (Afifah,2013).


Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat dari 40 responden diketahui sebagian

besar responden yang memiliki tingkat Pendapatan kurang yaitu 30 kepala

keluarga (75,0%), dan yang berada pada kategori cukup sebanyak 10 kepala

Keluarga (25,0%). Hasil dari Penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian

responden memiliki tingkat Pendapatan yang kurang. Hal ini dikarenakan

sebagian besar responden berprofesi sebagai petani dan buruh.

Namun ada beberapa kepala keluarga yang memliki tingkat ekonomi yang

baik namun memiliki anak balita yang termasuk dalam status gizi kurang atau

wasting diakibatkan karena meskipun dapat memenuhi kebutuhan makannya,

tetapi belum tentu nilai gizi dalam makanan tersebut sesuai atau memenuhi

kebutuhan gizi seimbang sehingga akan mempengaruhi status gizi balita.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan (Heppy

Nuryanti, 2011) bahwa kemiskinan memicu kasus gizi buruk, kemiskinan dan

ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya

menjadi penyebab utama meningkatnya kasus gizi buruk. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik pula

keadaan gizi anak. Pertumbuhan fisik anak yang lebih baik pada anak yang

berasal dari keluarga yang berpendapatan tinggi, kemungkinan anak tersebut

cukup mendapatkan asupan zat-zat gizi, disamping itu pada masyarakat

miskin yang hanya mempunyai persediaan makanan yang sedikit.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Hartiwi (2011) di

Dusun Ngentak Banjar Arum Klaibawang Kulon Progo bahwa terdapat balita

yang mempunyai status gizi buruk yang didapatkan dari responden dengan
pendapatan keluarag rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga termasuk dalam pemenuhan kebutuhan

terhadap gizi bagi anak-anaknya.

d. Pengetahuan Gizi Ibu

Berdasarkan tabel 12 dalam Penelitian yang telah dilakukan didapatkan

pengetahuan ibu tentang gizi sebagian besar berada dalam kategori kurang

yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), dalam kategori cukup sebanyak 8 orang

(20,0%), dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 9 orang 23 orang (22,5%).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat

pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi anak balita adalah yaitu kurang

sebanyak 23 orang (57,5%).

Hal ini dikarenakan ibu responden sebagian besar hanya tamatan Sekolah

Dasar. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ibu masih

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang gizi pada anak balita baik

zat-zat gizi yang dibutuhkan anak balita, manfaat dari makanan yang

dikonsumsi anak balita maupun penyebab anak mengalami gizi kurang.

Rendahnya pengetahuan gizi ibu diduga berkaitan erat dengan tingkat

pendidikan ibu dan masih banyak masyarakat yang buta huruf, sehingga akses

dan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan gizi sangat terbatas

(uliyanti, 2016).

Meskipun pengetahuan bukan merupkan faktor langsung yang

mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuan gizi ini memiliki

peran yang penting. Tingkat pengetahuan gizi ibu tidak selalu menyebabkan

asupan yang baik bagi anak sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan. Hal ini disebakan karena ibu tidak bisa menyediakan makanan

yang cukup beragam dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota

keluarga.

Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan dapat

dikatakan sebagai pengalaman yang mengarah pada kecerdasan serta akan

meningkatkan minat dan perhatian. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari

pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan.

Semakin baik pengetahuan individu tentang masalah kesehatan akan

sangat membantu dalam pencegahan terjadinya masalah status gizi pada

anak. Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dan akhirnya akan lebih

mengerti dalam memenuhi gizi seimbang untuk anaknya. Hasil penelitian

ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Tawi (2010) yang

menyatakan bahwa tanggung jawab keluarga terutama peran ibu sangat

penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap status gizi anak.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah :

1. Tingkat asupan Energi anak balita penderita Wasting Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka

sebanyak 40 sampel sebagian besar dalam kategori kurang 80%, kategori

sedang 12,5%, dan dalam kategori baik yaitu 7,5%.

2. Tingkat asupan Protein anak balita penderita Wasting Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka

sebanyak 40 sampel sebagian besar dalam kategori kurang 67,5% , kategori

sedang 20,0%, dan dalam kategori baik yaitu 12,5%.

3. Tingkat pendapatan keluarga pada anak balita penderita Wasting di wilayah

kerja Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako sebagain besar berada

dalam kategori kurang yaitu sebesar 75,0%, dan berada dalam kategori

cukup yaitu 25,0.

4. Tingkat pengetahuan ibu pada anak balita Wasting di wilayah kerja

Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako sebagian besar dalam

kategori kurang yaitu sebesar 57,5%, kategori cukup sebesar 20,0%, dan

kategori baik sebesar 22,5% .


B. Saran

1. Lebih ditingkatkan lagi promosi kesehatan mengenai gizi terutama tentang

asupan makan pada anak balita agar dapat memenuhi kebutuhan gizi pada

anak serta dapat menanggulangi permasalahan gizi yang terjadi.

2. Penelitian ini masih pada variabel yang terbatas sehingga masih perlu

menindak lanjuti pada variabel lain dengan sampel dalam jumlah besar dan

ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan hasil

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, Sunita.(2013). Prinsip dasar ilmu gizi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

Afifah.D.N.2013.faktor yang berperan dalam kegagalan praktek pemberian ASI


eksklusif;Tesis.Semarang:Universitas Diponorogo.
Ali Khomsan. (2004). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Arida, A., Sofyan,S. dan Fadhiela, K. 2015. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi (Studi Kasus
pada Rumah Tangga Petani Peserta Program Desa Mandiri Pangan di
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar). Jurnal Agrisep, 16(1).
Aritonang I. 2013. Model Multilevel Pertumbuhan Anak Usia 0-24 Bulan dengan
Variabel yang Mempengaruhinya. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Hal: 130-142. Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta.
AKG. 2013.Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin yang
di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013.

AKG.2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.


Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.

Bandawati, Mexitalia Maria, dan Rahfiludin M. Zen. (2017). Pengaruh asupan energi
dan protein terhadap perubahan status gizi pasien anak selama dirawat di
RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Tersedia di https://www.researchgate.net/public ation/321536235_
Pengaruh_asupan_energi_dan_protein_terhadap_perubahan_status_gizi_pasie
n_anak_selama_dirawat_di_RSUP_Dr_Karia 30 di_Semarang. Diakses pada 7
Mei 2019.
Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Jakarta.

Cakrawati D dan Mustika N. 2011. “Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan”. Bandung:
Alfabeta
CDC. 2014. Physical Activity. Dalam Wiardani. 2016. Penatalaksanaan Diet Obesitas.
Dalam Hardinsyah dan Supariasa. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Depkes RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Indonesia Tahun
2Kesehata013.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen n RI
Diniyyah, S R & Nindya, T S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan
Kejadian Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik.
Amerta Nutr. DOI: 10.2473/amnt.v1i4.2017.341-350
Febrindasari, Ayu Puspita, 2016. Hubungan Asupan Energi, Protein, Seng, dan Kejadian
Infeksi Kecacingan dengan Status gizi Anak Umur 12-36 Bulan. Artikel
penelitian. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Gibson , R. (2005). Principles of nutrional assesment. Oxford university. New York.

Irianto, K. 2007.Panduan Gizi Lengkap: Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: CV.


Andi Offset
KEMENKES RI, 2011, Pedoman Pelaksanaa Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jakarta:

Kemenkes.

Kemenkes RI. (2011) Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. In: Anak DJB,
editor.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Bali
bang Ketenes RI
Madanijah. 2004. Pendidikan Gizi Dalam Pengantar Pengadaan Pangan dan Gizi. Jakarta:
Penebar Swadaya
Merryana Dan Wirajtmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmodjo, soekidjo. (2012), Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Pt Rineka Cipta

Par’i, Holil Muhammad. 2017. Penilaian Status Gizi; Dilengkapi Proses Asuhan Gizi
Terstandart. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Profil Puskesmas Wundulako Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Tahun 2020
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.http://www.depkes.go.id/resources/download/info
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses
Agustus 2018
Robert, Kushner dan Velni. 2009. Validation of Bioelectrical Impedance analysis asa
Measurment of Change in Body Composition in Obesity. American Journal of
Clinical Nutrition.
Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. (2006). Water and the major mineral. In: Understanding
normal and clinical nutrition. 7th Edition. USA: Thomson Wadsworth. Hal.
411-22
Sayogyo, P. (1983). Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta:
C.V. Rajawali.
Soekirman, 2006. Hidup Sehat, Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia,
Primamedia Pustaka, Jakarta
Supariasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta

Suryabrata, Sumadi, 2013. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Supariasa. (2014). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Unicef. 1998. The State of The World’s Children. Oxford University press

Unicef Indonesia (2013).Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak, Tersedia www.unicef.org
(diakes tanggal 03 november 2018)
WHO - NCHS (World Health Organization - National Center of Health Statistic)

WHO., 2010. The World Health Report


2010.http://www.who.int./whr/2010/en/index.html Akses 18 Desember 2012
World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diunduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ 16 November 2016.
LAMPIRAN
Lampiran I

Kuesioner

Gambaran Asupan Energi,Protein,Tingkat Pendapatan Dan Pengetahuan Ibu Pada

Anak Balita Wasting Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Wundulako Kecamatan

Wundulako Kabupaten Kolaka.

A. Identitas Responden :

1. Nama :

2. Umur :

3. Pekerjaan :

a. Pegawai Negeri Sipil

b. Pegawai Swasta

c. Wiraswasta

d. Ibu Rumah Tangga

4. Pendidikan :

a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA/Sederajat

d. Tamat Akademi

e. Sarjana

B. Identitas Balita :

1. Nama :

2. Umur :

3. Berat Badan :

4. Tinggi Badan :

5. Jenis Kelamin :
A. Asupan Energi dan Protein
FORMULIR FOOD RECALL 24-H

(HARI KE- 1)

Petugas : Tanda tangan (

Tanggal wawancara :

Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Bersih Ket


Makan bahan (gram) (gram)
Nama Makanan Proses Porsi Estimasi
makanan
Pengolahan (dalam (gram)
URT)

Pagi

Selingan
Siang

Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Ket Waktu Hidangan Nama baha
Makan bahan (gram) Bersih Makan makanan
makanan (gram)

Malam
FORMULIR FOOD RECALL 24-H

(HARI KE- 2)

Petugas : Tanda tangan (

Tanggal wawancara :

Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Bersih Ket


Makan bahan (gram) (gram)
Nama Makanan Proses Porsi Estimasi
makanan
Pengolahan (dalam (gram)
URT)

Pagi

Selingan
Siang

Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Ket Waktu Hidangan Nama baha
Makan bahan (gram) Bersih Makan makanan
makanan (gram)

Malam
B. Pendapatan Keluarga
PENGELUARAN PANGAN
Membeli hasil produk
No Tipe Satuan Minggu Bulan satuan Hari Minggu
Hari(Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Makanan pokok

a. Beras

b. Sagu

c. Umbi-umbian
1
d. Jagung

Lauk Hewani

a.ikan

b.daging ayam

c.daging sapi
2
d.lainnya

Lauk Nabati

a.tempe
3
b tahu

c. Lainnya

4 Sayuran
a. Bayam

b. Kangkung

c. Kacang panjang

d. Lainnya

Buah-Buahan

a. Pisang

b. Pepaya

c. Jeruk

d. Semangka

e. Lainnya
5

Kacang-Kacangan

a. Kacang tanah
6
b. Kacang ijo

c. Lainnya

Minyak dan Lemak

a. Minyak kelapa sawit


7
b. Minyak kelapa

c. Mentega
d. Lainnya

Membeli hasil produk


No Tipe Satuan Minggu Bulan satuan Hari Minggu
Hari(Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

serba-serbi

a. Bawang merah

b. Bawang putih

c. Bumbu penyedap rasa

- Masako

- Royco
8
- vetsin

d. Gula

- gula halus

- gula kasar

e. Kopi
f. The

g. Susu

h. Sirup

Snack

a. Lainnya 1

b lainnya 2
9

Air minum

a. Air gallon
10
b. Air dalam kemasan

c. Air minum yang dimasak


Sub total pengeluaran pangan

PENGELUARAN NON PANGAN

Hari (Rp) Minggu(Rp) Bulan (Rp) Tahun

Bahan bakar/penerangan

a. Rekening listrik

11 b. Minyak tanah

c. Gas

d. Kayu bakar

e.Lainnya

Biaya kebutuhan sekolah

a.buku/alat tulis

b. Uang jajan
12s
c. Transportasi

d. Baju seragam

e.lainnya

13 Pakaian

14 Transportasi

15 tabungan/arisan

16 Rekreasi

17 Pajak/iuran

a. PBB

b. Iuran

18 Pulsa

19 Rokok

20 Biaya Kesehatan

Sub total pengeluaran non pangan


Keterangan :

Total Pengeluaran = Sub Total Pengeluaran Pangan + Sub Total Pengeluaran Non Pangan

(A) (B)
= Rp. …………………………. + Rp. ……………………………………

= Rp. ………………………….. x

(115.)

KATEGORI = CUKUP/KURANG

Kategori Persen Pengeluaran Pangan :

Cukup : Jika pengeluaran pangan ≥ 60% dari total pengeluaran

Kurang : Jika pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran


C. Pengetahuan Ibu (Tentang gizi)

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN DAN GIZI

1. Apa yang dimaksud dengan Gizi Seimbang ?

a) Makanan yang beraneka ragam sesuai kebutuhan

b) Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang

c) Makan yang penting nikmat dan kenyang

2. Apa yang dimaksud dengan makanan yang bergizi ?

a) Dapat menyembuhkan penyakit

b) Dapat membantu proses pertumbuhan dan kesehatan

c) Dapat memberikan kenikmatan dan rasa kenyang

3. Apa manfaat gizi yang utama bagi balita?

a) Untuk memberikan postur tubuh yang menarik

b) Untuk pertumbuhan dan perkembangan balita

c) Untuk memperoleh kenikmatan dalam makan

4. Zat gizi berikut, manakah yang berfungsi sebagai zat pembangun tubuh ?

a) Karbohidrat

b) Protein

c) Lemak

5. Manakah contoh bahan makanan berikut yang termasuk sumber protein hewani ?

a) Jagung

b) Udang

c) Kedelai

6. Manakah contoh bahan makanan berikut sebagai sumber protein nabati ?


a) Kentang

b) Beras

c) Tempe

7. Zat gizi manakah yang berfungsi sebagai zat tenaga untuk tubuh ?

a) Karbohidrat

b) Protein

c) Lemak

8. Manakah bahan makanan berikut yang merupakan sumber karbohidrat bagi tubuh ?

a) Nasi

b) Tempe

c) Bayam

9. Zat gizi manakah yang berfungsi sebagai zat pengatur metabolisme tubuh ?

a) Vitamin dan Mineral

b) Karbohidrat

c) Protein

10. Manakah contoh bahan makanan yang banyak mengandung serat ?

a) Udang dan ikan


b) Sayur dan buah
c) Susu dan telur
Lampiran III

Tabel Hasil SPSS

Pendidikan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 3 7.5 7.5 7.5
SD 15 37.5 37.5 45.0
SMA 8 20.0 20.0 65.0
SMP 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D III 1 2.5 2.5 2.5
SD 8 20.0 20.0 22.5
SMA 14 35.0 35.0 57.5
SMP 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Pekerjaan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Buruh 7 17.5 17.5 17.5
d Petani 15 37.5 37.5 55.0
PNS 4 10.0 10.0 65.0
Wiraswasta 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Honorer 2 5.0 5.0 5.0
IRT 38 95.0 95.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Jumlah Anggota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 3 11 27.5 27.5 27.5
4 18 45.0 45.0 72.5
5 11 27.5 27.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 18 45.0 45.0 45.0
P 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kategori Data Asupan Energi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 3 7.5 7.5 7.5
Kurang 32 80 80 80
Sedang 5 12.5 12.5 12.5
Total 38 100.0 100.0 100.0
Kategori Data Asupan Protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 5 12.5 12.5 12.5
Kurang 27 67.5 67.5 67.5
Sedang 8 20.0 20.0 20.0
Total 38 100.0 100.0 100.0

Kategori Data Tingkat Pendapatan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 10 25.0 25.0 25.0
Kurang 30 75.0 75.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Kategori Data Tingkat Pengetahuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 9 22.5 22.5 22.5
Cukup 8 20.0 20.0 42.5
Kurang 23 57.5 57.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Lampiran IV

DOKUMENTASI
Surat ETHICAL CLEARANCE (EC)
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan Bebas Pustaka

Anda mungkin juga menyukai