Hasil Penelitian
OLEH :
NINING
NIM : P00331018072
HASIL PENELITIAN
P00331018072
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
NINING
P00331018072
Mengetahui
RINGKASAN
NINING
Latar Belakang : Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh
dalam sehari, dan berat badan (Par’I, Holil M. dkk, 2017). Gizi kurus (Wasting)
merupakan masalah gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi
dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan. Wasting adalah suatu
kondisi gizi kurang akut dimana berat badan balita tidak sesuai dengan tinggi badan atau
Z-Score BB/TB < -2 SD.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,karena atas rahmat dan
karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan Judul “Gambaran
Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan Dan Pengetahuan Gizi Ibu Pada Anak Balita
Wasting Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Wundulako Kecamatan Wundulako Kabupaten
Kolaka”sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Bidang
Gizi.
Kemenkes Kendari
3. Ibu Euis Nurlaela S,Gz.M,Kes selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Gizi
5. Ibu Risma SP,MPH selaku pembimbing II yang telah ikhlas berbagi ilmu
12. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penulisan penulisan
ini.
Ucapan terima kasih yang tidak ternilai harganya penulis persembahkan kepada
Ayahanda Tercinta Atto S,SOS dan Ibunda Tercinta Nursida. Yang telah penuh kasih
dan sayang telah merawat,mendidik,dan memberikan Doa serta Dukungan moril dan
materil dengan penuh cinta kepada penulis sehingga tulisan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Serta tak lupa kedua saudara tersayang yaitu Ismi Maya Sari AM,Ak dan
Vivin Septiyani, Emartika Ningsih, Rini Rahayu, Dina Salsabila, Minarni, Addzahra.S,
Nur Aica, Nur Arifah, Elsa Hamid Rundu, dan Indriyani yang selalu membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini, serta kepada sahabatku Safira
Rahmadani Massie, Fidry Febryanti Firman, yang selalu menyemangati penulis dalam
kesempurnaan,maka dari itu masukan dan saran yang sifatnya membangun untuk
Nining
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi
2 Penilaian Status Gizi
3. Indeks Antropometri
4. Klasifikasi Status Gizi
a. Tinjauan tentang Asupan Energi
b. Tinjauan tentang Asupan Protein
c. Tinjauan tentang Tingkat Pendapatan
d. Tinjauan tentang Tingkat Pengetahun Ibu
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Variabel Penelitian
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
F. Pengolahan Data dan Analisis Data
G. Definisi Operasional
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Nomor
Nomor
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena
berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan
yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan
oleh status gizi yang baik, makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung semua
zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat
Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting
untuk menciptakan sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Dukungan gizi
yang memenuhi kebutuhan sangat berarti terutama pada pertumbuhan fisik dan
perkembangan dini anak yang akan membentuk dasar kehidupan sehat dan produktif.
Status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2013). Penilaian status gizi pada anak dapat
dilakukan berdasarkan pada indeks berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang
dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari
inadekuat nutrisi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi kurang
meliputi: ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan kesehatan
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa masalah gizi terutama pada usia dini akan
peningkatan angka kematian dan angka kesakitan. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal
ini sangat ditentukan oleh status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi
antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial dengan keadaan kesehatan
tubuh. Menurut Kemenkes (2011), status gizi diklasifikasikan menjadi gizi kurang dan
gizi buruk, pendek dan sangat pendek, serta kurus dan sangat kurus. Status gizi baik atau
optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2006; Gibson,
wasting sebesar 8% (52 juta balita) dengan kasus tertinggi di Benua Asia sebesar 35 juta
balita yang mengalami wasting tahun 2016. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018,
prevalensi anak yang mengalami status gizi wasting dan severely wasting di Indonesia
sebanyak 10,2 % menurun dari tahun 2013 yang mencapai 12,1% (5,3% balita mengalami
severed wasting dan 6.8% balita mengalami wasting). Prevalensi tersebut mengalami
penurunan yang tidak terlalu signifikan dalam kurun satu dekade terakhir yaitu 13,3% di
tahun 2010 dan 13,6% di tahun 2007.Wasting merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius jika prevalensinya dalam rentang 10.0%- 14.0% dan dianggap kritis jika
masalah kurus pada anak usia balita adalah 13,5% ditahun 2010 sedangkan ditahun 2013
mengalami penurunan menjadi 11,5 persen. Walaupun mengalami penurunan dari tahun
2010 namun prevalensi kurus sudah menjadi masalah kesehatan Nasional karena diatas
10%. Menurut data kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara bahwa
presentase wasting pada anak balita ditahun 2016 sebesar 10,7% sedangkan pada tahun
Hal ini menandakan masalah wasting di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah berada di
atas rata-rata nasional ditahun 2013 yaitu sebesar 11,5%. Menurut data Puskesmas
anak balita yang berusia 24-59 Bulan yang mengalami gizi kurang dan terdapat 12 anak
Tingginya prevalensi kejadian wasting tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor resiko
seperti: faktor asupan nutrisi, pendapatan keluarga, riwayat penyakit infeksi, status
kelengkapan imunisasi, dan pemberian ASI eksklusif. Kejadian wasting juga dapat
serta rehabilitasi terhadap penderita wasting bukan lebih kepada upaya preventif terhadap
kejadian wasting, hal ini wasting baru dianggap sebagai masalah kesehatan setelah berada
yang menyatakan bahwa hasil analisis statistik menunjukkan RR= 20,00 (95% CI 4,24 -
230,52), yang berarti bahwa pasien anak dengan asupan protein yang tidak cukup (tingkat
kecukupan protein < 80%) mempunyai risiko 20 kali lebih besar untuk mengalami
penurunan skor Z BB/TB dibandingkan dengan pasien anak yang mempunyai asupan
protein yang cukup (tingkat kecukupan protein ≥ 80%) setelah dikontrol variabel status
gizi awal.
B. Rumusan Masalah
ini adalah “Gambaran Asupan Energi, Protein, Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan
Gizi Ibu Pada Anak Balita Wasting Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pengetahuan Gizi Ibu Pada Anak Balita Wasting Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat Teoritis
pengahuan tentang hal-hal yang mempengaruhi kejadian gizi kurang pada balita.
2. Manfaat Praktis
a.Bagi Peneliti
Memberikan masukan bagi keluarga agar memperhatikan gizi balita untuk menunjang
Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi
dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini
tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan berat
Gizi kurus (Wasting) merupakan masalah gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan.
Wasting adalah suatu kondisi gizi kurang akut dimana berat badan balita tidak sesuai
Parameter tingkat konsumsi zat gizi menurut Supariasa (2014) apabila asupannya <
70% dari AKG termasuk kedalam kategori defisit, sehingga pada penelitian ini persentase
asupan energi responden termasuk kedalam kategori defisit. Hal ini sejalan dengan
penelitian Diniyyah dan Nindiya (2017) di Desa Suci Gresik bahwa proporsi balita
dengan asupan energi yang cukup dan memiliki status gizi baik (88,6%) lebih tinggi
dibandingkan dengan balita dengan asupan energi yang cukup dan memiliki status gizi
kurang (11,4%). Berdasarkan uji fisher exact didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara asupan energi dengan status gizi balita dengan nilai p= 0,007.
Adapun protein memiliki pengaruh pada kasus wasting dikarenakan asam amino dari
protein dapat diubah menjadi lemak apabila asupan energi dan protein melebihi
kebutuhan dan asupan karbohidrat tercukupi. Asam amino akan mengalami deaminasi
yaitu pemutusan gugus nitrogen lalu gugus karbonnya akan diubah menjadi lemak dan
disimpan. Apabila asupan protein makin banyak, kenaikan berat badan dapat terjadi
Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi salah satunya yaitu, Energi
dihasilkan dari pemecahan tiga jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Energi
berfungsi untuk melakukan aktivitas fisik dan fungsi fungsional dasar tubuh. Jika tubuh
tidak menggunakan energi maka tubuh akan menyimpannya menjadi senyawa simpanan,
seperti lemak tubuh. Semakin banyak energi yang dikonsumsi dari kebutuhan, jika tidak
digunakan akan disimpan dan akan terjadi kenaikan berat badan. Sebaliknya, jika makin
sedikit energi yang dikonsumsi dari kebutuhan, simpanan energi akan turun dan terjadi
Faktor tidak langsung salah satunya yaitu tingkat pendapatan dan pengetahuan ibu.
primer, sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut
tentu berkaitan erat dengan jumlah saudara dan pendidikan orang tua. Pendapatan
Keluarga mencakup data sosial seperti keadaan penduduk suatu masyarakat, keadaan
pendapatan, kekayaan, pengetahuan dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan
umur, tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir,
belajar, dan bekerja sehingga pengetahuanpun akan bertambah. Pengetahuan gizi kerap
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang berdampak pada peran dalam penyusunan
Metode penilaian status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode langsung dan
konsumsi makanan, statistic vital dan faktor-faktor ekologi. Metode penilaian status gizi
yang banyak digunakan yaitu antropometri karena cara kerjanya sederhana, aman dan
dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar, alat-alat antropometri yang digunakan
harganya terjangkau, mudah dibwa, dapat dipesan, dan dibuat didaerah setempat.
Antropometri dapat dibakukan, dapat menggabarkan riwayat gizi masa lalu, dapat
mengevaluasi perubahan status gizi pada waktu tertentu atau antar generasi, serta dapat
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu,
a. Antropometri
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis
ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yag
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2002).
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi
c. Faktor Ekologi
interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain
3. Indeks Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri
merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan
protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor
tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lam nbat. Berdasarkan sifat tersebut, maka
indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. Prosedur penimbangan
BB yaitu (1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong
supaya hasil akurat, (2) meletakkan timbangan di tempat yang datar, (3) sebelum
seminimal mungkin, (5) klien naik ke timbangaan dengan posisi meng hadap kedepan,
pandangan lurus, tangan disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak
tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap TB akan
tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat
menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013). Prosedur pengukuran TB yaitu (1)
memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa
digeser keatas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus
rapat ke dinding, (5) posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding,
pandangan lurus ke depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata
sejajar dengan angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).
Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT) didapatkan dengan cara mengukur berat
badan anak di bagi dengan tinggi anak dalam meter yang dikuadratkan. IMT adalah
pengukuran yang digunakan sebagai indikator untuk menilai kegemukan anak. IMT tidak
mengukur lemak tubuh secara langsung namun dapat digunakan sebagai alternatif
Pengukuran IMT adalah pengukuran yang murah dan mudah untuk dilakukan. Pada
anak-anak IMT digunakan untuk menilai masalah berat badan pada anak berusia mulai 2
tahun, dimana hasil pengukurannya berdasarkan IMT berdasarkan umur. IMT dapat
menskrining anak dengan obesitas, berat badan lebih, berat badan sehat, dan berat badan
Penilaian pertumbuhan tahun 2010 menyebutkan bahwa garis lengkung pada grafik
median. Garis lengkung yang lain adalah garis z skor yang menunjukan jarak dari median.
Garis median dan garis z skor untuk setiap grafik pertumbuhan diperoleh dari hasil
pengukuran anak-anak sampel WHO MGRS, garis z skor pada grafik pertumbuhan
ditandai dengan positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Secara umum, angka-angka yang
diplot jauh dari median baik kearah positif atau negatif (misalnya: dekat dengan 3 atau -
tidak langsung. Faktor langsung yang menimbulkan masalah gizi ialah kurangnya asupan
makan dan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makan disebabkan karena tidak
tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sehingga tidak ada makanan yang dapat
dikomsumsi. Kekurangan asupan makanan juga disebabkan oleh perilaku atau pola asuh
orang tua yang kurang baik pada anak seperti orang tua lebih mementingkan memakai
ASI Ekslusif.
a. Asupan Energi
Kebutuhan dasar dari setiap makhluk hidup untuk melakukan berbagai kegiatan
yaitu memerlukan energi. Energi diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak yang
berasal dari bahan makanan. Nilai energi ditentukan oleh kandungan karbohidrat,
energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
seseorang bila mempunnyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas
yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan
aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi
seseorang ditentukan oleh metabolisme basal, aktivitas fisik, maupun efek makanan
(Almatsier,2005).
umur, tidur, sekresi endokrin, kehamilan, status gizi, dan suhu lingkungan (Almatsier,
2005).
Energi berasal dari pembakaran karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap gram
dalam makanan anak ialah 15% berasal dari protein, 35% dari lemak dan 50% dari
karbohidrat. Kelebihan energi sebesar 500 kalori setiap hari dapat menghasilkan
basa bervariasi sesuai jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara
metabolik bervariasi sesuai umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukan energi di
luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot
paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen
(Sumber : AKG,2019)
b. Asupan Protein
yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N)
yang tidak terdapat dalam karbohidrat dan lemak. Selain itu terdapat beberapa asam
amino ada yang mengandung unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Protein adalah
bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.
Seperlima bagian dari tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam otot, seperlima
di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di
dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak
dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangaun serta memelihara sel-sel dan
Fungsi protein secara umum antara lain: (a) Pertumbuhan dan pemeliharaan; (b)
mengangkut zat-zat gizi; (e) pembentukan antibodi; (f) memelihara netralitas tubuh;
(g) sumber energi: sebagai sumber energi, protein 9 memiliki nilai seperti karbohidrat,
Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh seseorang baik
berupa uang atau barang sebagai balas jasa yang dihitung dalam perkapita,perminggu,dan
dalam kualitas dan kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat makan
berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang
rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan untuk
mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif terutama untuk anak
Meningkatnya pendapatan maka akan meningkat peluang untuk membeli pangan dengan
kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan
menyebabkan menurunnya daya beli pangan. Sehingga orang tua yang menghasilkan
pendapan tinggi, akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder. keadaan
ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan,
terutama pada golongan miskin.Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin
perubahan ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan maupun
2). Kaitan Pendapatan Keluarga Terhadap Status Gizi pada Anak Balita
Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan ikut membaik juga.
Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan yang dibeli dengan adanya tambahan
uang. Penghasilan semakin tinggi, semakin besar pula presentase dari penghasilan
tersebut untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya.
Penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas. Keterbatasan ekonomi
sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kebutuhan gizi pada anak.
d. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari alat indera baik penglihatan maupun
intensitas atau tingkat yang bebeda-beda.secara garis besar dibagi atas 6 tingkatan
pengetahuan yaitu :
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari.atau boleh juga
pernah diterima.
obyek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan suatu materi secara benar.
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
komponen,yang berkaitan antara satu dengan 12 yang lain. Analisis dilihat dari
dan lain-lain.
yang baru. Misalnya, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang dibaca.
Kekurangan gizi pada masa balita berakibat pada penurunan kualitas sumber
cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi.Selama periode ini, balita
Pengetahuan gizi ibu sangat penting menentukan komposisi menu makanan sehat
1. Kerangka Konsep
Landasan teori mengacu pada penyebab langsung dan tidak langsung yang
memepengaruhi status gizi balita oleh UNICEF yang digambarkan sebagai berikut :
Status Gizi
Persediaan Pelayanan
Pola asuh
Kesehatan dan
pangan Kesehatan
anak
Lingkungan
Gambar 1. Sumber : Kerangka Teori Menurut UNICEF 1998 Terhadap Status Gizi
2. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2010), Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya, atau antara variabel yang satu
Protein
Tingkat Pengetahuan
Ibu
Variabel Terikat
Variabel Bebas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam survey penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, dimana hal tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi pada suatu wilayah (Suryabrata,2013). Jenis
mendapatkan data deskriptif mengenai variabel dependen utama yaitu wasting, serta
variabel independen, yaitu asupan energi dan protein, tingkat pendapatan keluarga, serta
Penelitian ini dilaksanan pada bulan Mei tahun 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua anak balita penderita Wasting yang berjumlah
40 anak balita yang berusia 24-59 Bulan di Wilayah kerja Puskesmas Wundulako
a. Jenis Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil secara keseluruhan dari total populasi anak yang
D. Variabel Penelitian
Variabel Bebas yaitu Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pendapatan, dan
1. Jenis Data
a. Data Primer
keluarga)
Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan pelaporan data yang berada
ibu anak balita Wasting untuk mengetahui asupan energi, dengan cara
1. Pengolahan Data
system atau program nutrisurvey lalu hasil penjumlahan hari pertama dan hari
ke dua rata-ratakan yang hasilnya dibagi dengan AKG 2019 secara menual.
system atau program nutrisurvey lalu hasil penjumalahan hari pertama dan
hari ke dua rata-ratakan yang hasilnya dibagi dengan AKG 2019 secara
menual.
Cukup : Jika pengeluaran pangan > 60% dari total pengeluaran pangan
Kurang : Jika pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran pangan
menjadi 3 yaitu :
(Madanijah, 2004).
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel
secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikatikan dengan variabel lain.
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian dengan
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan secara deskriptif dalam bentuk narasi dan tabel.
4. Definisi Operasional
1. Gizi kurus (Wasting) merupakan gizi yang bersifat akut,sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama seperti kekurangan asupan
makanan.
Kriteria Objektif
Status gizi berat badan sesuai tinggi badan (BB/TB)
2. Asupan Energi
Energi Mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting didalam tubuh. Energi
tubuh dan kegiatan fisik. Asupan makan adalah jenis dan jumlah zat gizi tertentu yang
Kriterian Objektif :
Baik : Jika rata-rata asupan makanan sumber energi ( > 90 – 110 % AKG)
3. Asupan Protein
juga dalam pembentukan hormon, sampai daya tahan tubuh. Asupan makan
adalah jenis dan jumlah zat gizi tertentu yang dikonsumsi seseorang pengukuran
asupan yaitu dengan metode wawancara dan pengukuran asupan makanan
Kriterian Objektif :
Baik : Jika rata-rata asupan makanan sumber protein ( > 90 – 110 % AKG)
4. Pendapatan Keluarga
bentuk materi dan jasa yang dikonversi ke dalam bentuk nilai rupiah dan dibagi
Kriteria Objektif :
Cukup : Jika pengeluaran pangan ≥ 60% dari total pengeluran pangan dan
non pangan
Kurang : Jika pengeluaran pangan < 60% dari total pengeluaran pangan
dan non pangan
sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
diketahui ibu tentang bahan makanan bergizi yang berpengaruh terhadap status
Kriteria Objektif
(Madanijah, 2004).
BAB IV
A. Hasil
a. Keadaan Geografis
luas wilayah kerja ±120,06 km² yang terdiri dari wilayah dataran 85%,
Kecamatan Ladongi
gambar berikut:
Gambar.3
Peta Wilayah Kecamatan Wundulako
b. Keadaan Demografis
jiwa/km².
Wundulako.
c. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Sampel
1). Umur
Tabel.4
Umur n (%)
1-3 38 95
4-6 2 5
Total 40 100
1-3 tahun sebanyak 38 orang (95%), Sedangkan kelompok umur 4-6 tahun
Tabel.5
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 18 45,0
Perempuan 22 55,0
Total 40 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar sampel berjenis kelamin
perempuan yaitu 55,0% (22) orang, dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki
Pendidikan orang tua sampel untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tamat SD yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), yang terendah yaitu lulusan S1 sebanyak
3 orang (7,5%)5. Sedangkan pendidikan ibu sebagian besar yaitu Tamat SMP
sebanyak 17 orang (42,5%), dan sebagain kecil lulusan Diploma sebanyak 1 orang
(2,5%).
Tabel.7
Distribusi Ayah dan Ibu Anak Balita Wasting Berdasarkan Pekerjaan
Ayah Ibu
Pekerjaan Orang
Tua n (%) n (%)
Buruh 7 17,5 - -
Petani 15 37,5 - -
Wiraswasta 14 35,0 - -
Pegawai Negeri Sipil 4 10,0 - -
Ibu Rumah Tangga 38 - 38 95,0
Honorer 2 - 2 5,0
Total 40 100 40 100
Sumber : Data Primer,2021
Tabel 7 menggambarkan bahwa sebagian besar ayah bekerja sebagai petani yaitu
15 orang (37,5%), dan sebagian kecil ayah berkerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
yaitu sebanyak 4 orang (10,0%). Sedangkan pekerjaan ibu sebagain besar bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 38 orang (95,0%),dan sebagai kecil
Tabel.8
Total 40 100
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah anggota
Keluarga yang memiliki 3 anggota Keluarga sebanyak 27,5% (11) orang, yang memiliki
4 jumlah anggota Keluarga sebanyak 45,0% (18) orang, dan 11 keluarga yang memiliki
Baik 3 7,5
Sedang 5 12,5
Kurang 32 80
Total 40 100
Tabel 9 menggambarkan bahwa sebagian besar tingkat asupan energi pada anak
balita Wasting berada dalam kategori kurang yaitu 32 orang (80%), dan sebagian
Baik 5 12,5
Sedang 8 20,0
Kurang 27 67,5
Total 40 100
Tabel 10 menggambarkan bahwa sebagian besar tingkat asupan protein pada anak
balita Wasting berada dalam kategori kurang yaitu 27 orang (67,5%), dan sebagian
Tabel. 11
Tingkat Pendapatan n %
Cukup 10 25,0
Kurang 30 75,0
Total 40 100
berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 30 kepala keluarga (75,5%), dan
Baik 9 22,5
Cukup 8 20,0
Kurang 23 57,5
Total 40 100
yaitu sebanyak 8 orang (20,0%), dan yang berpengetahuan baik sebanyak 9 orang
(22,5%).
A. Pembahasan
a. Asupan Energi
Penelitian untuk tingkat asupan energi paling tertinggi pada kategori kurang
sedangkan yang memiliki tingkat asupan yang baik berjumlah 3 orang (7,5%).
Jadi dari total keseluruhan 40 sampel sebagian besar berada pada kategori
Pada penelitian ini diketahui berdasarkan hasil recall 2 x 24 jam yang telah
di lakukan, masih banyak anak yang memiliki status gizi Wasting diakibatkan
anak dalam mengkonsumsi makan yang telah disajikan oleh orang tuanya,
pengetahuan orang tua yang kurang tentang makanan yang bergizi bagi anak,
serta cara pemilihan dan penyajian makan yang baik bagi anak. Pada
penelitian ini terdapat beberapa anak balita yang memiliki tingkat asupan
Defisit asupan energi ini dikarenan banyak hal salah satunya yaitu sulitnya
orang tua dalam pemberian makan pada anaknya yang sering bermain, dan
Mustika,2012).
Konsumsi energi merupakan faktor resiko gizi kurang. Konsumsi energi
yang rendah atau kurang akan mengakibatkan tubuh merespon dengan cara
Mustika,2012).
ada di dalam bahan makanan. Jika energi melalui makanan kurang dari energi
yang keluar, maka tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Bila
2009).
Asupan energi berasal dari makanan dan minuman dan diukur dalam
yang dibutuhkan maka cadangan energi yang terdapat didalam tubuh yang
berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka akan mengakibatkan
berat badan dan keadaan kurangan zat gizi yang lain (gibney,2008)
Bila hal ini terus berlanjut maka anak tampak kurus karena persediaan
Mustika,2012).
b. Asupan Protein
Penelitian untuk asupan protein paling tertinggi adalah defisit yaitu sebanyak
(20,0%), dan sebanyak 5 sampel (12,5%) berada pada kategori asupan yang
baik.
Protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang utama atau
yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda,
Protein merupakan nutrien yang amat penting bagi tubuh karena fungsinya
sebagai sumber energi dalam tubuh dan juga sebagai zat pembangun. Protein
N. molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan jenis protein yang
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
menggantikan jaringan tubuh yang rusak dan perlu dirombak (Robert, dkk,
2009).
Penelitian ini sama dengan penelitian yang ditemukan oleh Anshori (2013)
bahwa anak dengan asupan protein kurang beresiko 11,8 kali untuk tejadinya
Secara umum protein diperlakukan tubuh kita untuk membagun otot atau
pertumbuhan tubuh kita. Otot, Kuku, dan rambut juga terbuat dari protein.
Protein juga diperlukan oleh tubuh untuk membantu meningkatkan daya tahan
Dari hasil Recall 2 x 24 jam yang dilakukan jenis bahan makanan sumber
protein hewani yang sering dikonsumsi berupa ikan dan telur. Karena
pembentukan tulang.
biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan
keluarga (75,0%), dan yang berada pada kategori cukup sebanyak 10 kepala
Keluarga (25,0%). Hasil dari Penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian
Namun ada beberapa kepala keluarga yang memliki tingkat ekonomi yang
baik namun memiliki anak balita yang termasuk dalam status gizi kurang atau
tetapi belum tentu nilai gizi dalam makanan tersebut sesuai atau memenuhi
Nuryanti, 2011) bahwa kemiskinan memicu kasus gizi buruk, kemiskinan dan
keadaan gizi anak. Pertumbuhan fisik anak yang lebih baik pada anak yang
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Hartiwi (2011) di
Dusun Ngentak Banjar Arum Klaibawang Kulon Progo bahwa terdapat balita
yang mempunyai status gizi buruk yang didapatkan dari responden dengan
pendapatan keluarag rendah. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan untuk
pengetahuan ibu tentang gizi sebagian besar berada dalam kategori kurang
(20,0%), dan dalam kategori baik yaitu sebanyak 9 orang 23 orang (22,5%).
pengetahuan ibu dalam pemenuhan gizi anak balita adalah yaitu kurang
Hal ini dikarenakan ibu responden sebagian besar hanya tamatan Sekolah
Dasar. Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ibu masih
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang gizi pada anak balita baik
zat-zat gizi yang dibutuhkan anak balita, manfaat dari makanan yang
pendidikan ibu dan masih banyak masyarakat yang buta huruf, sehingga akses
(uliyanti, 2016).
mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuan gizi ini memiliki
peran yang penting. Tingkat pengetahuan gizi ibu tidak selalu menyebabkan
asupan yang baik bagi anak sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan. Hal ini disebakan karena ibu tidak bisa menyediakan makanan
keluarga.
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
anak. Pengetahuan akan membentuk sikap ibu, dan akhirnya akan lebih
ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Tawi (2010) yang
penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap status gizi anak.
BAB V
A. Kesimpulan
dalam kategori kurang yaitu sebesar 75,0%, dan berada dalam kategori
kategori kurang yaitu sebesar 57,5%, kategori cukup sebesar 20,0%, dan
asupan makan pada anak balita agar dapat memenuhi kebutuhan gizi pada
2. Penelitian ini masih pada variabel yang terbatas sehingga masih perlu
menindak lanjuti pada variabel lain dengan sampel dalam jumlah besar dan
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S (2009) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Bandawati, Mexitalia Maria, dan Rahfiludin M. Zen. (2017). Pengaruh asupan energi
dan protein terhadap perubahan status gizi pasien anak selama dirawat di
RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Tersedia di https://www.researchgate.net/public ation/321536235_
Pengaruh_asupan_energi_dan_protein_terhadap_perubahan_status_gizi_pasie
n_anak_selama_dirawat_di_RSUP_Dr_Karia 30 di_Semarang. Diakses pada 7
Mei 2019.
Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Jakarta.
Cakrawati D dan Mustika N. 2011. “Bahan Pangan, Gizi, Dan Kesehatan”. Bandung:
Alfabeta
CDC. 2014. Physical Activity. Dalam Wiardani. 2016. Penatalaksanaan Diet Obesitas.
Dalam Hardinsyah dan Supariasa. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Depkes RI, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) Indonesia Tahun
2Kesehata013.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen n RI
Diniyyah, S R & Nindya, T S. (2017). Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan
Kejadian Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Desa Suci, Gresik.
Amerta Nutr. DOI: 10.2473/amnt.v1i4.2017.341-350
Febrindasari, Ayu Puspita, 2016. Hubungan Asupan Energi, Protein, Seng, dan Kejadian
Infeksi Kecacingan dengan Status gizi Anak Umur 12-36 Bulan. Artikel
penelitian. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Gibson , R. (2005). Principles of nutrional assesment. Oxford university. New York.
Kemenkes.
Kemenkes RI. (2011) Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. In: Anak DJB,
editor.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Bali
bang Ketenes RI
Madanijah. 2004. Pendidikan Gizi Dalam Pengantar Pengadaan Pangan dan Gizi. Jakarta:
Penebar Swadaya
Merryana Dan Wirajtmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Par’i, Holil Muhammad. 2017. Penilaian Status Gizi; Dilengkapi Proses Asuhan Gizi
Terstandart. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Profil Puskesmas Wundulako Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka Tahun 2020
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.http://www.depkes.go.id/resources/download/info
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses
Agustus 2018
Robert, Kushner dan Velni. 2009. Validation of Bioelectrical Impedance analysis asa
Measurment of Change in Body Composition in Obesity. American Journal of
Clinical Nutrition.
Rolfes SR, Pinna K, Whitney E. (2006). Water and the major mineral. In: Understanding
normal and clinical nutrition. 7th Edition. USA: Thomson Wadsworth. Hal.
411-22
Sayogyo, P. (1983). Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta:
C.V. Rajawali.
Soekirman, 2006. Hidup Sehat, Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia,
Primamedia Pustaka, Jakarta
Supariasa, Bakri dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta
Suryabrata, Sumadi, 2013. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Supariasa. (2014). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Unicef. 1998. The State of The World’s Children. Oxford University press
Unicef Indonesia (2013).Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak, Tersedia www.unicef.org
(diakes tanggal 03 november 2018)
WHO - NCHS (World Health Organization - National Center of Health Statistic)
Kuesioner
A. Identitas Responden :
1. Nama :
2. Umur :
3. Pekerjaan :
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
4. Pendidikan :
a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA/Sederajat
d. Tamat Akademi
e. Sarjana
B. Identitas Balita :
1. Nama :
2. Umur :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Jenis Kelamin :
A. Asupan Energi dan Protein
FORMULIR FOOD RECALL 24-H
(HARI KE- 1)
Tanggal wawancara :
Pagi
Selingan
Siang
Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Ket Waktu Hidangan Nama baha
Makan bahan (gram) Bersih Makan makanan
makanan (gram)
Malam
FORMULIR FOOD RECALL 24-H
(HARI KE- 2)
Tanggal wawancara :
Pagi
Selingan
Siang
Waktu Hidangan Nama URT Estimasi Berat Ket Waktu Hidangan Nama baha
Makan bahan (gram) Bersih Makan makanan
makanan (gram)
Malam
B. Pendapatan Keluarga
PENGELUARAN PANGAN
Membeli hasil produk
No Tipe Satuan Minggu Bulan satuan Hari Minggu
Hari(Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Makanan pokok
a. Beras
b. Sagu
c. Umbi-umbian
1
d. Jagung
Lauk Hewani
a.ikan
b.daging ayam
c.daging sapi
2
d.lainnya
Lauk Nabati
a.tempe
3
b tahu
c. Lainnya
4 Sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Kacang panjang
d. Lainnya
Buah-Buahan
a. Pisang
b. Pepaya
c. Jeruk
d. Semangka
e. Lainnya
5
Kacang-Kacangan
a. Kacang tanah
6
b. Kacang ijo
c. Lainnya
c. Mentega
d. Lainnya
serba-serbi
a. Bawang merah
b. Bawang putih
- Masako
- Royco
8
- vetsin
d. Gula
- gula halus
- gula kasar
e. Kopi
f. The
g. Susu
h. Sirup
Snack
a. Lainnya 1
b lainnya 2
9
Air minum
a. Air gallon
10
b. Air dalam kemasan
Bahan bakar/penerangan
a. Rekening listrik
11 b. Minyak tanah
c. Gas
d. Kayu bakar
e.Lainnya
a.buku/alat tulis
b. Uang jajan
12s
c. Transportasi
d. Baju seragam
e.lainnya
13 Pakaian
14 Transportasi
15 tabungan/arisan
16 Rekreasi
17 Pajak/iuran
a. PBB
b. Iuran
18 Pulsa
19 Rokok
20 Biaya Kesehatan
Total Pengeluaran = Sub Total Pengeluaran Pangan + Sub Total Pengeluaran Non Pangan
(A) (B)
= Rp. …………………………. + Rp. ……………………………………
= Rp. ………………………….. x
(115.)
KATEGORI = CUKUP/KURANG
4. Zat gizi berikut, manakah yang berfungsi sebagai zat pembangun tubuh ?
a) Karbohidrat
b) Protein
c) Lemak
5. Manakah contoh bahan makanan berikut yang termasuk sumber protein hewani ?
a) Jagung
b) Udang
c) Kedelai
b) Beras
c) Tempe
7. Zat gizi manakah yang berfungsi sebagai zat tenaga untuk tubuh ?
a) Karbohidrat
b) Protein
c) Lemak
8. Manakah bahan makanan berikut yang merupakan sumber karbohidrat bagi tubuh ?
a) Nasi
b) Tempe
c) Bayam
9. Zat gizi manakah yang berfungsi sebagai zat pengatur metabolisme tubuh ?
b) Karbohidrat
c) Protein
Pendidikan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 3 7.5 7.5 7.5
SD 15 37.5 37.5 45.0
SMA 8 20.0 20.0 65.0
SMP 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D III 1 2.5 2.5 2.5
SD 8 20.0 20.0 22.5
SMA 14 35.0 35.0 57.5
SMP 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pekerjaan Ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Vali Buruh 7 17.5 17.5 17.5
d Petani 15 37.5 37.5 55.0
PNS 4 10.0 10.0 65.0
Wiraswasta 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Honorer 2 5.0 5.0 5.0
IRT 38 95.0 95.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 18 45.0 45.0 45.0
P 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
DOKUMENTASI
Surat ETHICAL CLEARANCE (EC)
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan Bebas Pustaka