Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Blok 8 Skenario 2

Dosen Fasilitator

drg. Valendriyani Ningrum, MPH.,PhD

Oleh

Kelompok 6 :

1. Amanda Mulia Syahdina Putri 2010070110053


2. Andhini Nadilah Putri 2010070110068
3. Maisie Atallah 2010070110003
4. Muhammad Mizan Alhayah 2010070110019
5. Nabila Soraya Ulfa 2010070110030
6. Oka Arfandu 2010070110021
7. Puti Andam Dewi 2010070110076
8. Racsell Sekar Sarasati 2010070110015
9. Siti Nur Afifah 2010070110066
10. Suci Lia Ayu Prameswari 2010070110099
11. Utari Meria Nada 2010070110083
12. Cut Intan Alfiona 1910070110088
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial
Skenario 2 blok 8

Dalam laporan tutorial skenario 2 blok 8 ini, kami menyadari


sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki, kami
menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan petunjuk dari semua pihak tidak
mungkin hasil laporan tutorial skenario 3 blok 8 dapat diselesaikan
sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada drg. drg. Valendriyani Ningrum, MPH.,PhD
sebagai dosen fasilitator kami sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada
kami, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT, serta Makalah Skenario 3
Blok 8 ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan para pembaca umumnya.

Padang, 30 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................1

1.3 Tujuan Pembelajaran.......................................................................2

BAB II............................................................................................................4

PEMBAHASAN............................................................................................4

2.1 Klasifikasi Istilah..................................................................................4

2.2 Menetapkan Permasalahan....................................................................5

2.3 Curah Pendapat.....................................................................................5

2.4 Analisis Masalah...................................................................................7

2.5 Menentukan tujuan pembelajaran.........................................................8

2.6 Pembelajaran Mandiri...........................................................................8

2.7 Laporan Pembelajaran Mandiri.............................................................8

BAB III........................................................................................................39

PENUTUP...................................................................................................39

3.1 KESIMPULAN...................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................40

BAB I

PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi
pada anak-anak, yang disebabkan oleh produksi asam dari bakteri mulut,
seperti Streptococcus mutans. Gigi sulung lebih rentan terhadap karies
daripada gigi permanen karena daya tahan terhadap keasaman lebih
rendah. Tindakan preventif perlu dilakukan untuk mengurangi terjadinya
karies gigi pada anak terhadap proses demineralisasi permukaan gigiyang
utuh dan mendukung terjadinya prosesremineralisasi pada tahap awal
kerusakan gigi.Aplikasi bahan restorasi sebagai tindakan kuratifharus
segera dilakukan begitu lesi karies terbentuk.Penggantian bahan restorasi
juga dilakukan saat karies sekunder terbentuk, terutama apabila lesi karies
berdekatan dengan bahan restorasi sebelumnya. Untuk menangani karies
sekunder itu dapat dibuatkan restorasi rigid.

Restorasi Rigid merupakan restorasi yang dibuat dilaboratium dental


dengan menggukan model cetakan gig yang dipreparasi kemudian
disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan
berulang dan penempatan tumpatan sementara sehinggga lebih mahal
untuk pasien. (Sari, 2006) Berdasarkan keputuskaan inggris, restorasi
rigid terdiri dari inlay, onlay, dan crown/mahkota. Inlay adalah tumpatan
rigid yang ditumpatkan dikavitas diantara tonjol gigi/cusp, sedangkan
onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau
lebih tonjol gigi/cusp. Crown/mahkota adalah peggantian sebagian atau
seluruh mahkota klinis yang disemenkan. (Puri Sari H.USU.2006:1)
Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen
fuse to metal, resin komposit, dan kombinasi keduanya. Logam
merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang
membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi,
tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan
restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif
yang tinggi. Porselen membuthkan biaya besar biayanya, dua sampai tiga
kali lebih mahal dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain
waktu pembuatan di laboratorium (Sari,2006)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pencegahan karies sekunder ?

2. Bagaimana cara melakukan perkusi sesuai dengan scenario?

3. Apa yang menyebabkan pasien pada scenario hanya merasakan


keluhan ngilu tetapi tidak pernah merasakan sakit yang spontan ?

4. Apakah karies sekunder hanya muncul di pada tumpatan resin


komposit ?

5. Karies class berapa pada kasus scenario tersebut ?

6. Apa saja jenis restorasi rigid ?

7. Faktor apa saja yang menyebabkna pasien mengalami karies


sekunder ?

8. Berdasarkan scenario, Bahan tumpatan atau jenis restorasi apa yang


digunakan oleh pasien, dan apa yang menjadi alasan tambalan
tersebut tidak bocor lagi ?

9. Apa saja alasan pada scenario dianjurkan restorasi rigid oleh dokter
kepada pasien dipakai saat mengunyah makanan ?

10. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan restorasi rigid ?

11. Apa maksud gigi masih vital pada scenario ?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Karies sekunder


dan penyebab dari karies sekunder

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pemeriksaan


objektif

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Restorasi Rigid


4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prosedur kerja
Restorasi Rigid

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan


Kontraindikasi Restorasi Rigid

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Jenis-Jenis


Restorasi rigid.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan restorasi alternative


karies sekunder lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario 3

TAMBALAN GIGIKU BOCOR

Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun datang ke klinik RSGM UNBRAH


ingin merawat kembali gigi belakang kiri bawah yang pernah ditambal resin
komposit 4 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan bahwa bila berkumur-kumur
terasa ngilu tetapi tidak pernah merasakan sakit spontan (hilang timbul). Pada
pemeriksaan tampak gigi 36 terdapat karies antara tepi tumpatan dengan tepi
gigi pada sisi proksimal bagian bukal dan bagian lingual. Dokter gigi
melakukan pembongkaran bahan tumpatannya sehingga tampak karies
sekunder pada sisi proksimal yang menghadap bukal dan lingual serta
melibatkan sebagian cusp bukal dan cusplingualnya. Gigi masih vital, pada
pemeriksaan perkusi dan tekanan tidak memberikan reaksi sakit. Dokter gigi
menyarankan kepada pasien untuk dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat
merasakan rasa nyaman untuk dipakai mengunyah makanan.

2.1 Klasifikasi Istilah

1. Karies Sekunder

Karies sekunder merupakan karies yang timbul ditepi tambalan yang


sudah ada. Karies yg bisa timbul karna pada proses tambalan gigi
tidak dibersihkan dengan benar. Deteksi adanya karis sekunder
dapat dilakukan dengan metode visual dan sensasi taktil dengan
menggunakan sonde.

2. Restorasi Sekunder

Restorasi yang dibuat dilaboratorium dental dengan menggunakan


model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi
yang dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi dalam bentuk rigid.
Restorasi rigid dapat berupa inlay, onlay, crown dan veener.
Dilakukan diluar mulut.

2.2 Penetapan Permasalahan

12. Bagaimana cara pencegahan karies sekunder ?

13. Bagaimana cara melakukan perkusi sesuai dengan scenario?

14. Apa yang menyebabkan pasien pada scenario hanya merasakan


keluhan ngilu tetapi tidak pernah merasakan sakit yang spontan ?

15. Apakah karies sekunder hanya muncul di pada tumpatan resin


komposit ?

16. Karies class berapa pada kasus scenario tersebut ?

17. Apa saja jenis restorasi rigid ?

18. Faktor apa saja yang menyebabkna pasien mengalami karies


sekunder ?

19. Berdasarkan scenario, Bahan tumpatan atau jenis restorasi apa yang
digunakan oleh pasien, dan apa yang menjadi alasan tambalan
tersebut tidak bocor lagi ?

20. Apa saja alasan pada scenario dianjurkan restorasi rigid oleh dokter
kepada pasien dipakai saat mengunyah makanan ?

21. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan restorasi rigid ?

22. Apa maksud gigi masih vital pada scenario ?

2.3 Curah Pendapat

1. Bagaimana cara pencegahan karies sekunder?

- Sikat gigi secara teratur menggunakan sikat gigi berbulu lembut dan
pasta gigi berflouride setiap pagi, sore, dan malam hari sebelum
tidur

- Bersihkan juga sela gigi dengan benang gigi


- Berkumur menggunakan obat kumur antiseptik

- Tidak menusuk-nusuk gigi, misalnya untuk membersihkan sisa


makanan

- Tidak membiasakan makan mendekati waktu tidur

- Kontrol kesehatan gigi secara teratur 6 bulan sekali

2. Bagaimana cara melakukan perkusi sesuai dengan scenario?

- Perkusi. Bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa


kulit. Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Perkusi secara langsung dilakukan dengan mengetukkan jari tangan
langsung pada permukaan tubuh. perkusi dilakukan dengan memberi
tekanan yang sama baik gigi sehat maupun yang bermasalah.
ketukan dilakukan pada gigi sehat terlebih dahulu agar rasa sakit
pada gigi yang bermasalah tidak menjalar ke gigi sehat sehingga
hasil pemeriksaan lebih pasti. arah perkusi dibagi menjadi 2, arah
vertikal dengan melakukan ketukan dibagian oklusal atau insisal dan
arah horizontal yaitu ketukan pada bagian bukal atau lingual gigi.

3. Apa yang menyebabkan pasien pada scenario hanya merasakan keluhan


ngilu tetapi tidak pernah merasakan sakit yang spontan?

- Karena karies yang dialami oleh pasien belum mengenai pulpa,


sehingga tidak terasa sakit spontan, ini merupakan pulpa akibat
bakteri dan tambalan atau karies yang mencapai ke pulpa.
disebabkan beberapa factor, gigi yang sudah berkaries sekunder,
atau yg berlobang lagi, dan tumpatan yang sudah rusak, gusi yang
meradang. Jaringan pada pulpa itu masih sensitive.

4. Apakah karies sekunder hanya muncul di pada tumpatan resin


komposit ?

- karies sekunder tidak muncul di pada tumpatan resin komposit,


karies sekunder bisa muncul pad atumpatan apa saja karna karies
sekunder, karna karies sekunder dapat di temukan pada permukaan
enamel sekitar bahan tumpatan atau meluas di sepanjang tepinya.

5. Karies class berapa pada kasus scenario tersebut?

- karies class VI, karena karies pada scenario ini menunjukkan pada
gigi 36, karies pada ujung cusp gigi posterior, atau pada tepi insisal
gigi anterior.

6. Apa saja jenis restorasi rigid?

- Restorasi rigid terdiri dari inlay, onlay, dan crown/


mahkota. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di
kavitas diantara tonjol gigi/cusp, sedangkan onlay
merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu
atau lebih tonjol gigi/cusp. Crown/mahkota adalah
peggantian sebagian atau seluruh mahkota klinis yang
disemenkan.

7. Faktor apa saja yang menyebabkan pasien mengalami karies sekunder?

- Karies sekunder dapat disebabkan oleh penumpukan plak 2 yang


pada umumnya terletak di antara tambalan dan gigi yang
menyebabkan terbentuknya kebocoran tepi.

- Salah satu yang utama ialah berkaitan dengan kebersihan oral yang
kurang baik. Tidak hanya itu, kebiasaan makan makanan yang
mengandung tinggi karbohidrat dan kontrol gigi yang kurang teratur
ke dokter gigi juga rentan menyebabkan kondisi ini.

- Faktor yang menyebabkan pasien mengalami karies sekunder adalah

 Kebiasaan makan makanan yang mengandung tinggi karbohidrat


 Kontrol gigi yang kurang teratur ke dokter gigi
 pembersihan jaringan karies yang tidak maksimal,
 Adanya penumpukan plak yang pada umumnya terletak di antara
tambalan dan gigi yang menyebabkan terbentuknya kebocoran
tepi, gigi,
 preparasi kavitas yang kurang benar.
 Kesalahan operator pada waktu melakukan penambalan gigi.
 Jika teknik penambalan yang dilakukan salah, maka bahan tambal
tidak akan homogen untuk menutup lubang gigi. Hal ini
menyebabkan adanya celah mikro yang menyebabkan bakteri
bisa masuk kembali, sehingga membentuk lubang baru.
 Trauma saat tambal gigi. Pada tahap sterilisasi dokter gigi akan
melakukan scaling untuk membersihkan karies dan karang.
Pembersihan dan pengeboran ini dilakukan secara maksimal
sehingga terkadang terjadi trauma atau luka kecil pada gusi atau
saraf gigi akibat gesekan alat scaling sehingga dapat
menyebabkan karies sekunder.

8. Berdasarkan scenario, Bahan tumpatan atau jenis restorasi apa yang


digunakan oleh pasien, dan apa yang menjadi alasan tambalan tersebut
tidak bocor lagi ?

- Restorasi rigid yang inlay karena restorasi yang melobatkan


setengah cups,dimana sisa jaringan gigi masih ada.inlay dapat juga
digunakan untuk menggantikan restorasi yang lama. Karena sisa
jaringan pada gigi sudah sedikit,yaitu sudah mengenai sebagian cups
dan meluas ke daerah proksimal bukal dan lingual, sehingga apabila
dilakukan restorasi plastis ditakutkan restorasi tersebut akan pecah
dan tidak kuat menerima tekanan.selain itu restorasi rigid yang
diberikan pada gigi 36 yang memiliki tekanan kunyah yang besar
dapat berfungsi sebagai penyalur tekanan.sehingga tekanan dapat
terdistribusi dengan baik.
9. Apa saja alasan pada scenario dianjurkan restorasi rigid oleh dokter
kepada pasien dipakai saat mengunyah makanan?
- Karena sisa jaringan pada gigi sudah sedikit, yaitu sudah mengenai
Sebagian cups dan meluas ke daerah proksimal bukal dan lingual,
sehingga apabila dilakukan restoratsi plastis ditakutkan restorasi
tersebut akan pecah dan tidak kuat menerima tekanan. Selain itu
restorasi rigid yang diberikan pada gigi 36 yang memiliki tekanan
kunyah yang besar dapat berfungsi sebagai penyalur tekanan.
Sehingga tekanan dapat terdistribusi dengan baik.

10. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan restorasi rigid ?

- Kelebihan :

 Restorasi rigid komposit ini lebih baik dari komposit plastis


karena penyusutan polimerisasi dapat diperkecil.
 kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah.
 preparasi gigi lebih mudah dilakukan karena restorasi dilakukan
di luar rongga mulut, sehingga lebih terjangkau. Bisa dilakukan
jika gagal dalam restorasi plastis (direct = dilakukan dalam
rongga mulut) sebelumnya.
 Estetis sesuai dengan warna gigi asli 30,36
 Elastisitasnya mirip gigi asli.
- Kekurangan :
 prosedur yang dilakukan lebih panjang / lama karena tidak bisa
dilakukan dalam sekali kunjungan. Biaya restorasi dalam
restorasi rigid lebih mahal karna dilakukan 2 kali kunjungan
 Kurang tahan lama dibanding restorasi logam atau porselen.
30,36
 Jika menggunakan teknik indirek memerlukan kunjungan
tambahan,
 Lebih mahal dibanding restorasi komposit plastis karena
memerlukan instrumen khusus dan proses laboratorium.
 ketergantungan restorasi pada semen perekat.

11. Apa maksud gigi masih vital pada scenario?

- Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan
gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat
melewati akrilik, keramik, atau logam.

2.4 Analisis Permasalahan


Karies Sekunder

Etiologi Rencana Pemeriksaan


perawatan Objektif

Restorasi Rigid

Prosedur Kerja Indikasi dan Jenis-jenis


Kontraindikasi
2.5 Menentukan tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Karies sekunder dan


penyebab dari karies sekunder

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pemeriksaan objektif

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Restorasi Rigid

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prosedur kerja


Restorasi Rigid

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan


Kontraindikasi Restorasi Rigid

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Jenis-Jenis Restorasi


rigid.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan restorasi alternative


karies sekunder lainnya.

2.6 Pembelajaran Mandiri

Pada Tahap ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
web journal, buku, maupun dari pakarnya secara langsung.

2.7 Laporan Pembelajaran Mandiri

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Karies sekunder


dan penyebab dari karies sekunder

Karies sekunder merupakan karies yang timbul di tepi tambalan yang


sudah ada. Yang mana Karies sekunder dapat disebabkan oleh penumpukan
plak 2 yang pada umumnya terletak di antara tambalan dan gigi yang
akhirnya menyebabkan terbentuknya kebocoran.

Karies sekunder dapat disebabkan oleh adanya retensi plak pada


kebocoran mikro antara dinding kavitas dengan tepi restorasi, Biasanya
terdapat celah antara gigi dengan tumpatan sehingga mikroorganisme,
cairan, molekul dan ion bisa masuk ke dalam tumpatan ataupun karena
adaptasi tepi restorasi yang buruk sehingga integritas tepi restorasi dengan
dinding kavitas tidak sempurna, Karies sekunder umumnya ditandai dengan
diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini disebabkan karena
matriks resin yang merupakan komponen bahan utama dari resin komposit
sangat berpengaruh pada stabilitas warna yang dipengaruhi oleh pH larutan.
Karena Apabila pH dalam rongga mulut kita rendah akan merusak tumpatan
dan email sehingga itulah yang akan membentuk lubang kecil yang biasa
disebut celah mikro (mikroleakage).

Selain itu, terdapat beberapa factor yang mendukung pembentukan


karies sekunder, yaitu :

- Jenis bahan material restorasi : Bahan pengisi yang saat ini lebih
banyak digunakan secara klinis adalah resin komposit, perak
merkuri dan glass ionomer. Sebuah studi menemukan bahwa
tambalan resin komposit lebih rentan terhadap karies sekunder,
sedangkan tambalan amalgam perak menghasilkan lebih sedikit
karies sekunder;
- Jangka waktu bahan tambalan di mulut : semakin lama tambalan
di mulut semakin rentan terjadi karies sekunder. Namun hal ini tidak
terlalu mendasari yang terpenting penggantian bahan tambalan
apabila terjadi keausan, lepas, atau adanya karies sekunder sehingga
harus memeriksakan kondisi gigi setiap 6 bulan sekali.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pemeriksaan


objektif

Pemeriksaan perkusi dilakukan dengan memberi tekanan yang sama baik gigi
sehat maupun yang bermasalah. ketukan dilakukan pada gigi sehat terlebih
dahulu agar rasa sakit pada gigi yang bermasalah tidak menjalar ke gigi sehat
sehingga hasil pemeriksaan lebih pasti. arah perkusi dibagi menjadi 2, arah
vertikal dengan melakukan ketukan dibagian oklusal atau insisal dan arah
horizontal yaitu ketukan pada bagian bukal atau lingual gigi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada rasa sakit atau tidak.

Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan


dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
atau suhu

Dilakukan pemeriksaan klinis. Sonde digerakkan mengelilingi tumpatan


dengan bantuan kaca mulut untuk melihat daerah yang tidak dapat dilihat
langsung. Apabila sonde tersangkut pada tepi tumpatan, dapat dikatakan itu
karies sekunder.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Restorasi Rigid

Restorasi Rigid Restorasi rigid adalah restorasi yang dibuatdi


laboratorium dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang
dipreparasi kemudian disemenkan pada gigi dalam bentuk rigid.

Perbedaan teknik pada restorasi rigid dan restorasi plastis

Restorasi Rigid Restorasi Plastis


 Pekerjaan tidak seluruhnya  Pekerjaan sepenunya
dilakukan oleh dokter gigi, dilakukan oleh dokkter
karena butuh prosedur dental gigi, karena tidak
laboratorium membutuhkan prosedur
 Insersi restorasi ke kavitas dental laboratorium
sudah dalam bentuk rigid  Insersi restorasi ke
 Desain tepi kavitas tajam kavitas dalam bentuk
 Retensi dengan frictional plastis, yang nantinya
retention akan mengeras (setting)
 Dilakukan pada kavitas  Desain tepi kavitas
dengan kerusakan yang luas membulat
 Retensi dengan
mechanical atau chemical
retention
 Untuk kavitas dengan
kerusakan yang sempit
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prosedur kerja
Restorasi Rigid

Inlay

Tahapan pekerjaan :

1) Akses ke kavitas (access opening). Tahapan pertama adalah


preparasi untuk mendapat akses ke dentin karies. Akses masuk
harus dekat dengan marginal ridge yang terlibat dengan kedalaman
1,5 mm pada dataran oklusal. (Garg, 2015)
2) Melebarkan luas kavitas. Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa
dilebarkan ke arah bukolingual sampai dentino-enamel junction
yang sehat sehingga jaringan karies dalam dapat terangkat..

3) Box aproksimal. Lebarkan box aproksimal kearah fasial dan


lingual hingga dinding gingival terbentuk. Pelebaran daerah
gingival harus menghilangkan jaringan karies pada dinding
gingival. (Garg, 2015)
4) Resistane dan retention form. Retensi untuk desain preparasi inlay
didapat dari bentukan box proksimal dan dinding pulpa begitupun
dengan dinding gingival yang datar untuk resistensi.. (Garg, 2015)

5) Bevel. Pembuatan bevel pada dinding gingival dengan sudut 450


dengan gingival margin trimmer selebar setengah luas dinding
gingival. Pembuatan bevel gingival ini bertujuan mencegah
kerusakan pada enamel di dinding gingival. Bevel juga dibuat pada
oklusal dengan sudut 400 pada 1/3 dinding oklusal. Tujuan
pembuatan bevel ini adalah untuk menghilangkan ketidakteraturan
preparasi pada unsupported enamel rods. (Garg, 2015)

6) Irigasi dan keringkan. Bersihkan gigi yang telah dipreparasi


dengan semprotan air/udara atau dengan cotton pellet dan cek
seluruh cavosurface angles dan margins.

7) Basis. Pada preparasi yang luas, pembersihan jaringan karies lunak


bisa dilakukan dengan eskavator dan menghilangkan dentin karies
dengan low speed round bur. Pemberian basis atau bahan pelindung
pulpa dilakukan apabila indikasi terhadap kavtas yang dalam.
Bahan pelindung pulpa pada preparasi kavitas yang dalam adalah
calcium hydroxide sebagai liner dan GIC sebagai basis. (Garg,
2015)

8) Pencetakan. Setelah preparasi dilakukan pencetakan pada gigi yang


dipreparasidan gigi-gigi yang berdekatan dengan bahan elastomer.
Bahan cetak yang biasa digunakan antara lain : polysulfide, silicone
(polyvinyl siloxane), polyether, dan agar. Alginate
biasanyadigunakan untuk mencetak rahang yang berlawanan dari
gigi yang dipreparasi. (Garg, 2015)

9) Pola malam. Ada dua cara membuat pola malam, secara langsung
(cetak pola malam di dalam rongga mulut) maupun tidak langsung
(cetak pol malam diluar rongga mulut). Untuk cetak pola malam
digunakan inlay wax.

Onlay

Tahapan pekerjaan :
Kunjungan pertama
Anastesi pada gigi yang akan dilakukan perawatan, kemudian
isolasi daerah kerja dengan rubber dam untuk memberi visibilitas
yang baik, lakukan tissue retraction dan gunakan saliva ejector untuk
menghindari kontaminasi saliva. (Garg, 2015)

Desain preparasi onlay, antara lain, adalah sebagai berikut :

- Out line form oklusal

Preparasi 2 mm dari fossa central ke dasar pulpa secara sejajar.


Dinding gingival ke oklusal divergen sebesar 3-5º dari dasar pulpa
sebagai retensi.

- Preparasi Proksimal Box bur sejajar dengan sumbu gigi

Tahap preparasi :

Kunjungan pertama

a. Isolasi daerah kerja

b. Preparasi pada gigi yang akan di onlay logam


c. Lakukan pencetakan pada kedua rahang menggunakan elastomer

d. Membuat model kerja “die” Mencetak rahang pasien kemudian


dicor menggunakan stone untuk menghasilkan model kerja dengan
gigi yang telah dipreparasi

e. Melakukan tumpatan sementara pada pasien dengan restorasi


rigid menggunakan semen perekat sementara seperti : zinc oksid
eugenol

Prosedur laboratorium

a. Memodel malam
Malam onlay dilunakkan diatas lampu spiritus, kemudian
kemudian ditekan-tekan pada kavitas sampai penuh dan
dimodel, baik tonjol maupun fisur sesuai bentuk anatomis
semula. Kawat spru yang dibuat dari penjepitkertas/ paper clip
ditusukkan pada daerah tepi (marginal ridge) dekat titik kontak.
Spru ditarik keluar dengan arah vertical. Apabila malam tidak
dapat keluar atau masih terdapat sisa malam dalam kavitas,
menandakan preparasi kavitas masih kurang atau asih ada
undercut. Preparasi diperbaiki dengan menghilangkan bagian-
bagian yang merupakan undercut. Bevel dilihat pada model
malam, batasnya harus jelas dan tegas.
b. Menanam dalam moffel
Investment gip diaduk dalam gip snap dengan konsistensi
yang tidak terlalu kental. Model malam dan spru yang telah
dilengkapi dengan reservoir diulasi dengan kuas ang telah
dicelupkan ke dalam adonan investment, kemudian difiksasi
pada moffel hood. Moffel diletakkan di atas moffel hood,
kemudian moffel diisi dengan gip investmen yang telah diaduk
sambil moffel diketuk-ketuk, sehingga tidak ada gelembung
udara. Setelah gip investment mengeras moffel hood dilepas.
c. Menghilangkan malam
Kawatsprudiambildengan memanaskan pada lampu spiritus.
Setelah gip investment keras, letakkan moffel dengan posisi
terbalik (bekas spru di bawah) pada tungku, dengan maksud
untuk mencairkan malam yang ada pada investment sehingga
malam keluar seluruhnya, sampai investment dan lubang bekas
spru terlihat merah membara. Kemudian moffel diletakkan pada
alat slinger dan di slinger.
d. Pengepasan onlay
Sprudipotongdengan discus carborondum. Jika ada
gelembung logam dihilangkan dengan bur (bagian dalam onlay
jangan dibur). Kavitas didisinfeksi, onlay dicoba dimasukkan
dan dikeluarkan dari kavitas harus stabil dan tidak goyang,
hubungan tepi harus baik, tidak ada trauma tekanan oklusi
dengan gigi antagonisnya dan pada bagian proksimal tidak ada
over hanging.

e. Pemolesan

Onlay dihaluskan dengan batu karborundum, dilanjutkan dengan finishing bur.


Terakhir dibuat mengkilap dengan menggunakan sikat dan serbuk batu apung
(pumice) dengan air

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Indikasi dan


Kontraindikasi Restorasi Rigid

a. Inlay
Indikasi :
 Mengembalikan estetik gigi posterior (apabila menggunakan resin
komposit atau porselen)
 Karies yang tidak cukup dalam dan lebarnya tidak melebihi
puncak cups
 Memerlukan kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga
 Kavitas yang kuat melebar ke arah proksimal

Kontraindikasi :
 Frekuensi karies yang tinggi
 Oklusi berlebihan ke dalam kavitas
 Bruxism
 Tidak didukung jaringan periodontal yang sehat
 Oral Hygiene yang buruk
 PH yang asam (tingkat karies tinggi)
b. Onlay
Indikasi :
 Rekonstruksi gigi yang luas yaitu satu cups atau lebih
 Gigi posterior yang bertekanan yang kuat
 Abrasi gigi posterior yang kuat
 Lebar isthmus lebih dari sepertiga intercups
 Restorasi amalgam yang rusak
 Pasca perawatan endodontik
 Pengganti karies interproksimal pada gigi posterior
 Karies posterior masih terdapat dinding bukal dan dinding lingual
 Mahkota klinis cukup pendek
 Pengganti inlay
Kontraindikasi :
 Mahkota klinis pendek
 Gigi yang pada gambar radiografinya terlihat adanya kalsifikasi
pada saluran akar
 Kavitas kecil
 Dinding bukal dan dinding lingual rusak

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Jenis-Jenis


Restorasi rigid.

Restorasi rigid dapat dibagi menjadi restorasi ektrakoronal,


intrakoronal dan interadikuler.

I. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau
complete crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat
berbagai jenis complete crown,

diantaranya:

A. All metal crown

Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi
dari logam campur yang dituang.Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan
premolar rahang atas dan bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi
yang berat, tekanan kunyah besar, tidak memerlukan estetik, gigi
dengan karies cervikal, dekalsifikasi, dan enamel
hipoplasi.Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak cukup
terutama pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien
dengan OH buruk sehingga restorasi mudah

tarnish, gusi sensitif terhadap logam.

Gambar 1. mahkota emas tuang penuh

B. All ceramic crown (mahkota porselen)

Teknologi porselen gigi merupakan bidang ilmu paling cepat


perkembangannya dalam bahan kedokteran gigi. Porselen gigi
umumnya digunakan untuk memulihkan gigi yang rusak ataupun patah
dikarenakan faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian,
perubahan kimiawi yang lambat, dan konduktifitas panas yang rendah.
Terlebih lagi, porselen mempunyai kecocokan yang cukup baik dengan
karakteristik struktur gigi.

Gambar 2. all ceramics crown/ mahkota porselen

C. Porcelain fused to metal

Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir pasca


perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan ganda,
yaitu dari segi kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam sebagai
substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan mendukung
lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat getas (brittle) dari
bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya tahan yang baik..
Gambar 4. Three unit bridge before final coloring, shade and glaze; A:
labial view, and B: palatal view.

II. Restorasi Intrakoronal

A. yang masuk kedalam restorasi intrakoronal itu adalah Inlay dan


Onlay Logam

Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai sebagian


cusp atau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga ukurannya
biasanya tidak begitu luas.

Onlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari


1 cusp atau lebih dari 2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang
tersisa sudah lemah.
III. Restorasi Intradikuler

A. Mahkota Pasak

Kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior maupun anterior yang
cukup parah akan menimbulkan masalah retensi, permasalahan ini dapat
ditanggulangi dengan menggunakan pasak. Tetapi Pada kebanyakan kasus
gigi sudah dirawat saluran akar, khususnya pada gigi-gigi dengan saluran
akar tunggal yang lurus. Keadaan ini sebaiknya harus diantisipasi terlebih
dahulu sebelum melakukan pengisian saluran akar, sehingga dapat
digunakan teknik pengisian yang memungkinkan untuk membantu retesi.
Pasak

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan restorasi


alternative karies sekunder lainnya.

Karies sekunder dapat mengiritasi pulpa sehingga menyebabkan


pulpa nekrosis bahkan hingga menyebabkan kelainan pada jaringan
periapical. Sebelum di restorasi, gigi harus dirawat menggunakan
perawatan saluran akar (PSA). Penggunaan serabut fiber untuk
mendukung restorasi resi komposit karena pita ini dapat beradaptasi
dengan baik.

Nah Pita fiber pada sistem FRC (pasak fabricated fiber reinforced
composite) dapat menigkatkan kekuatan mekanis pada resin
komposit tanpa mengurangi estetikanya. penggunaan FRC yang
diikuti dengan restorasi resin komposit hanya diindikasikan untuk
kasus dengan sisa jaringan keras mahkota gigi dengan tinggi yang
masih banyak atau maksimal sisa jaringan keras mahkota giginya
tidak kurang dari 2-4 mm serta memiliki ketebalan dinding saluran
akar maupun mahkota minimal 2 mm setelah dipreparasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
karies sekunder terjadi pada sekeliling atau bawah tumpatan gigi
yg disebabkan oleh kebocoran tepi dan beberapa hal lainnya, dan
karies sekunder ini dapat diatasi dengan pembuatan restorasi
rigid. untuk penggunaan restorasi rigid terdapat beberapa indikasi
dan kontra indikasinya
perawatan saluran akar sebelum dilakukan restorasi. Selain
restorasi rigid bisa juga digunakan FCR yang diikuti oleh resin
komposit.
DAFTAR PUSTAKA

Istikharoh, Fani. 2018. Dental Resin Komposit : Teori, Instrumentasi, dan


Aplikasi. Malang: UB Press. 134 halaman.
jurnal unmas volume 12 no.2 2018 “pengaruh Teknik sandwich terhadap
kebocoran tepi pada restorasi kavitas kelas II

jurnal material kedokteran gigi vol 2 no 1, maret 2013

http://jurnal.pdgimakassar

PENGARUH TEKNIK SANDWICH TERHADAP KEBOCORAN TEPI PADA


RESTORASI KAVITAS KELAS II, I G A A Hartini , Sumantri , Yessy Angelina .
tahun 2018

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit Nevi Yanti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara 2014

http://jurnal.pdgimakassar

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017

Yanti, Nevi. 2004. Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin
Komposit. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Ferracane, J.L. 2010. Review Resin Composite-State Of The Art. Dental


Materials. 1753: 1-10.

(Nurhapsari, dkk, 2018:67). Dimetaklirat yang umum digunakan pada resin


komposit nanohybrid adalah bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA),
urethane dimetakrilat (UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)
(Anusavice, 2012:279)
Anusavice, 2012. Phillips’ Science Of Dental Materials, Pennysylvania:
Saunders Company.

Sulastri , Siti. 2017. Dental Material : Bahan Ajar Keperawatan Gigi.  Book


Bachelors. .Kemkes.BPPSDM,

Manappallil, J.J. (2016). Basic dental materials. New Delhi ; Philadelphia:


Jaypee Brothers Medical Publishers (P), Ltd.

Heasman, P.A. (2013). Restorative dentistry, paediatric dentistry and


orthodontics. Edinburgh Etc.: Churchill Livingstone/Elsevier.

Pedoman Tata Laksana Kedokteran Gigi (2019). Andrianto Soeprapto.

Basic Guide to Dental Materials (2010). Carmen Scheller Sheridan. Wiley


Black-well.

Heasman, P.A. (2013). Restorative dentistry, paediatric dentistry and


orthodontics. Edinburgh Etc.: Churchill Livingstone/Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai