Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK 4

KEDOKTERAN GIGI KLINIK V BLOK XVII

Disusun oleh :

Andre Geromiko Himang (10620008)


Dinda Ruktyasih Anjeli (10620016)
Fanny Priyo Wahyudi (10620023)
Fatih Hanifa Jati (10620027)
Fian Fadhilah Fajrin (10620028)
Kharisma Salma Wibowo (10620087)
M. Dearda Naufal Ar Raafi’u (10620044)
M. Zain Fanani Pamuji (10620046)
Maria Florida Dairo Taso (10620048)
Muhammad Haidar Alwan N. (10620053)
Silvia Verinoca (10620071)
Tiara Lusiana Dewi (10620076)
Tsamarah Amany Putri (10620078)

Fasilitator :
drg. R Aditya Wisnu Wardana.,MHKes., Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI


2022/2023

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................3

1. Latar Belakang ................................................................................................................. 3


2. Rumusan Masalah ............................................................................................................3
3. Tujuan ............................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………….13


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan subjektif,objektif,penunjang pada scenario

1. Pemeriksaan subjektif
- jenis kelamin : perempuan
- usia : 25 thn
- keluhan utama : keluhan gigi depan bawah terasa goyang dan banyak karang gigi. Keluhan
tersebut berlangsung sejak 6 bulan yang lalu.
- Riwayat gigi geligi: Gigi 46 dan 36 telah dicabut 3 bulan yang lalu karena goyang.

2. Pemeriksaan objektif
a. Intra Oral
- pada gigi 43 42 41 31 32 33 didapatkan kemerahan (+), BOP (+)
- pada gigi 33 terdapat kegoyangan derajat 2
- poket sedalam 4 mm

b. Ekstra Oral
- Tidak terdapat adanya kelainan

3. Pemeriksaan penunjang
- tampak adanya penurunan puncak alveolar crest
- terputusnya lamina dura
- adanya pelebaran periodontal space pada regio tersebut.
- Pemeriksaan darah lengkap dan gula darah acak menunjukkan nilai normal.

B. Diagnosis pada scenario

a. Diagnosis Gigi 46 dan 36


Yaitu edentulous ridge. Dijelaskan pada gigi 46 dan 36 telah di cabut 3 bulan yang lalu
karena goyang.
Edentulous adalah kondisi dimana hilangnya dari gigi asli. (Lai,2023)
b. Diagnosis gigi 43,42,,41,31,32,dan 33
Yaitu periodontitis kronis. Dikarenakan di dapatkan BOP (+) dan terdapat kemerahan yang
penurunan tulang alveolar dan tidak pernah melakukan scalling.

Periodontitis adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium).
Pemeriksaan klinis pada penderita periodontitis mendapatkan peningkatan kedalaman
poket, perdarahan saat probing yang dilakukan dengan perlahan ditempat aktifnya penyakit
dan perubahan kontur fisiologis.

C. Rencana perawatan pada skenario

Rencana perawatan pada scenario yaitu dilakukan scalling supragingival, subgingiva dan
dilakukan rootplanning .

Scaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari permukaan gigi, baik
supragingiva maupun subgingiva. Sedangkan root planing adalah proses membuang sisa –
sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk menghasilkan
permukaan akar gigi yang licin dan keras. Tujuan utama scaling dan root planing adalah
untuk mengembalikan kesehatan gusi dengan cara membuang semua elemen yang
menyebabkan radang gusi baik plak maupun kalkulus dari permukaan gigi.

D. Definisi periodontitis

Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva,
maupun keduanya.

E. Etiologi periodontitis

Periodontitis kronis disebabkan oleh banyak faktor. Secara garis besar, penyebab
periodontitis kronis dibagi menjadi du kelompok besar yaitu faktor lokal dan faktor
sistemik.
a. Faktor lokal
Faktor lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi.
Faktor lokal dibagi menjadi dua, yaitu faktor iritasi dan fungsional. Faktor iritasi dibagi
atas faktor inisiasi dan faktor predisposisi. Faktor iritasi pada penyakit periodontal adalah
plak. Plak yang melekat pada permukaan gigi dan gingiva pada dentogingiva junction
Bakteri seperti P. gingivalis, P. intermedia dan T. forsythia sering ditemukan pada
periodontitis kronis.
Faktor predisposisi berupa kalkulus, material alba, food debris, dan stain gigi. Kalkulus
adalah endapan keras pada permukaan gigi yang merupakan bakteri plak yang telah
mengalami mineralisasi dan kalsifikasi. Menurat letaknya kalkulus dibagi menjadi
kalkulus supragingiva, dimana kalkulus terletak di atas margin gingiva dan kalkulus
subgingiva bila kalkulus terletak di bawah margin gingiva masuk ke dalam sulkus gingiva.
Materia alba adalah deposit lunak pada permukaan gigi yang terlihat oleh mata berwarna
kekuningan atau agak putih, strukturya amorfus terdiri dari partikel- partikel makanan,
mikroorganisme, leukosit, protein saliva, serta sel-sel epitel deskaumasi. Berbeda dengan
plak gigi, materia alba tidak begitu melekat dan dapat hilang dengan berkumur-kumur
keras atau semprotan air.

Food debris disebut juga food impaction adalah sisa-sisa makanan dalam rongga
mulut yang biasanya terselip di antara gigi atau menumpuk . pada daerah cekungan di
servikal gig terutama pada gigi-gigi yang berjejal.
Food debris lebih mudah dibersihkan dengan gerakan fungsional dari organ rongga mulut.
Faktor fungsional penyakit periodontal adalah trauma oklusi. Trauma oklusi
diketahui menyebabkan perubahan pada jaringan periodontal. Trauma dari oklusi dapat
diklasifikasikan menjadi trauma primer dan sekunder.
Trauma primer adalah tekanan oklusi yang mengenai periodontal sehat, contohnya
restorasi yang terlalu tinggi, bruxism, ekstrusi ke ruang edentulous, dan pergerakan
ortodontik. Trauma oklusi primer menyebabkan kerusakan tulang dan dapat menjadi
penyebab terjadinya periodontitis yang ditandai dengan terbentukya poket. Poket terjadi
karena trauma oklusi dinterpretasikan sebagai adaptasi dari ligamen periodontal dan tulang
terhadap terjadinya trauma oklusi.
b. Faktor sistemik
Faktor sistemik penyakit periodontal mempengaruhi respon host dan meningkatkan
tingkat progresi penyakit periodontal. Laju perkembangan periodontitis kronis yang
disebabkan oleh plak umumnya berialan lambat.
Namun, pada pasien yang memiliki penyakit sistemik laju kerusakan meningkat
secara signifikan.
1) Diabetes Melitus
Diabetes merupakan kondisi sistemik yang dapat meningkatkan keparahan dan
perluasan dari penyakit periodontal. Diabetes tipe 1 atau Diabetes Melitus yang Tergantung
Insulin (DMTI) ditemukan pada anak-anak dan remaja yang dapat menyebabkan kerusakan
periodontal yang meningkat ketika tidak terkontrol,
Diabetes tipe 2, atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
merupakan bentuk yang paling sering terjadi, dan mencapai 90% dari semua pasien
diabetes. Diabetes tipe 2 seringkali berkembang pada populasi dewasa pada sat yang
bersamaan dengan periodontitis kronis.
Peningkatan diabetes tipe 2 terlihat pada usia belasan tahun dan usia remaja dan
dihubungkan dengan peningkatan obesitas pada anak-anak. Diabetes melitus (DM
menimbulkan manifestasi dalam rongga mulut. Manifestasi yang sering terjadi dalam
rongga mulut yaitu gingivitis, periodontitis, kehilangan perlekatan gingiva, xerostomia,
resorpsi tulang, peningkatan derajat kegoyangan gigi, dan tanggalnya gigi.
Pada pasien DM fibroblast yang merupakan sel reparatif primer jaringan
periodontal juga tidak dapat berfungsi dengan baik. Pada kondisi hiperglikemik terjadi pula
inhibisi proliferasi osteoblas yang menurunkan pembentukan tulang serta properti mekanik
dari tulang yang baru terdeposisi.Pada kondisi hiperglikemik, protein serta molekul matriks
mengalami non-enzymatic glycosylation yang menghasilkan Advanced Glycation End
products (AGEs) pada jaringan, termasuk jaringan periodontal.

F. Klasifikasi periodontitis
Klasifikasi menurut American Academy of Periodontology (AAP) tentang Penyakit
Periodontal dan Kondisi, memperbaiki beberapa kekurangan dari sistem klasifikasi 1989.
Sistem pada tahun 1999 berdasarkan pada konsep bahwa penyakit periodontal yang
distimulasi oleh plak merupakan infeksi bakteri dan banyak terjadi kerusakan pada infeksi
tersebut sebagai hasil dari respon host terhadap invasi bakteri. Klasifikasi 1999 terdiri atas
delapan kategori utama.

G. Fase perawatan periodontal

Perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:


Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor
etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan
perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan
pada fase I.

1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.

2. Scaling dan root planning.


3. Perawatan karies dan lesi endodontik.
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah.
7. Perawatan ortodontik.
8. Analisis diet dan evaluasinya.
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.

Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari
penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:

1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva,
gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan
prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft).
2. Penyesuaian oklusi.
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang

Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada
penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:

1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.


2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya
inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar
tiap 3 atau 4 tahun sekali.

1. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien
dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus. Aplikasi tablet fluoride secara topikal
untuk mencegah karies. (Indirawati ,2013)

H. Faktor yang mempengaruhi prognosa periodontal

 Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis 

A. Faktor klinis keseluruhan 

1. Umur pasien prognosis dua pasien dengan sisa tingkat perlekatan jaringan
ikat dan tulang alveolar yang sama lebih baik pada pasien yang lebih tua.
Pasien yang lebih muda memiliki jangka waktu kemunculan destruksi
periodontal yang lebih pendek sehingga proses perbaikan periodontal yang
mungkin muncul secara alami akan terlampaui. Selain itu pada beberapa
kasus, pasien muda menderita agressive periodontitis, memiliki penyakit
sistemik atau merokok. 
2. Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya Hal yang harus
diperhatikan kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan
tulang, dan tipe defek tulang.
3. Kontrol plak Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit
periodontal.

B. Faktor sistemik/lingkungan
Kooperasi pasien Prognosis pasien dengan penyakit gingival dan
periodontal bergantung dari sikap pasien, keinginan untuk mempertahankan
gigi asli, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH yang baik.

C. Faktor Lokal

1. Plak/kalkulus

2. Restorasi subgingival margin subgingival dapat meningkatkan


akumulasi plak, inflamasi dan kehilangan tulang yang berdampak buruk
bagi periodontium. Jumlah kerusakan periodontal yang muncul
dipengaruhi oleh ukuran dan waktu restorasi ada di dalam mulut.

3. Faktor anatomik seperti akar yang pendek dan runcing, Cervical enamel
projections, enamel pearls, bifurcation ridges, kecekungan akar,
developmental grroves, kedekatan akar, keterlibatan furkasi, mobilitas gigi

I. Faktor predisposisi

Perubahan Hormon Pada Wanita Perubahan hormon pada wanita meningkatkan kemungkinan
penyakit periodontal. Wanita mungkin mengalami gingiva peradangan sebelum menstruasi dan
selama ovulasi karena tingginya tingkat progesteron yang menghambat perbaikan serat kolagen
dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Demikian pula, wanita hamil sering menunjukkan
perubahan pada gingiva, terjadi gingivitis, dan kadang-kadang pertumbuhan jaringan gingiva
lokal.

Penyakit periodontal terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan antara mikroorganisme yang


berpotensi patogen dalam poket periodontal dan mekanisme imun lokal atau sistemik inang (
Abhishek , 2015). Gingivitis merupakan salah satu penyakit periodontal yang sangat rentan terjadi
di usia remaja apabila kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga dengan baik. Tingginya jumlah
remaja yang mengalami gingivitis disertai kalkulus dapat dihubungkan dengan rendahnya
kebersihan rongga mulut. Faktor lain yang menyebabkan yaitu faktor hormonal. Perubahan
hormonal yang berlangsung pada masa remaja dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva
yang mengubah respon terhadap bakteri atau plak ( Originating Group,2015)
J. KIE

a. Menyikat gigi dua kali sehan, Pogi serudah inakan dan Malam sebelum tidur.
b. Membershkan sela - sela gigi menggunakan benang gigi
c. Rajin kontrol gigi dan mulut ke dokter siwak 6 bulan sekali
d. Merjaga Oral hygiene (Antai 2019).
BAB III
PETA KONSEP
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Periodontitis adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung


gigi (periodontium). Pemeriksaan klinis pada penderita periodontitis mendapatkan
peningkatan kedalaman poket, perdarahan saat probing yang dilakukan dengan perlahan
ditempat aktifnya penyakit dan perubahan kontur fisiologis.

B. SARAN

Perubahan Hormon Pada Wanita Perubahan hormon pada wanita meningkatkan kemungkinan
penyakit periodontal. Wanita mungkin mengalami gingiva peradangan sebelum menstruasi dan
selama ovulasi karena tingginya tingkat progesteron yang menghambat perbaikan serat kolagen
dan menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Demikian pula, wanita hamil sering menunjukkan
perubahan pada gingiva, terjadi gingivitis, dan kadang-kadang pertumbuhan jaringan gingiva
lokal.

Penyakit periodontal terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan antara mikroorganisme yang


berpotensi patogen dalam poket periodontal dan mekanisme imun lokal atau sistemik inang (
Abhishek , 2015). Gingivitis merupakan salah satu penyakit periodontal yang sangat rentan terjadi
di usia remaja apabila kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga dengan baik. Tingginya jumlah
remaja yang mengalami gingivitis disertai kalkulus dapat dihubungkan dengan rendahnya
kebersihan rongga mulut. Faktor lain yang menyebabkan yaitu faktor hormonal. Perubahan
hormonal yang berlangsung pada masa remaja dapat menimbulkan perubahan jaringan gingiva
yang mengubah respon terhadap bakteri atau plak
Semoga dengan adanya Makalah ini dapat membantu dalam memahami scenario 4 pada
blok Kgk
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati, Tantin. Periodontitis dan Diabetes Melitus. Stomatognatic. J.K.G Unej. 2012; 9(3): 152
– 154.

Dinyati, M., Andi M A. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket Periodontal. Makassar Dent
J. 2016; 5(2): 58-64.

Susilawati, I Dewa Ayu. Periodontal infection is a “Silent Killer”. Stomatognatic. J.K.G Unej.
2011; 8(1): 21-26.

Carranza, FA. Clinical Periodontology. Edisi ke-9. Philadelphia: WB Saunders. Pp160-183, 2006;
349-350.

Kuswandani, O. Sandra. Academic Stress Influences Periodontal Health Condition and


Interleukin-1 beta Level. Journal of Dentistry Indonesia, 2014; 21(1): 16-20.

Armitage, GC. Periodontal Diagnoses And Classification Of Periodontal Diseases.


Periodontology, 2000; 34: 9-21.

Gumus, Pinar. The Role of TLRs in The Pathogenesis of Periodontal Diseases. Journal of Dental
Science and Therapy, 2016; 1(1): 3-6.

Hajishengallis, G., John, DL. Microbial Manipulation of Receptor Crosstalk in Innate Immunity.
National Institute of Health, 2011; 11(3): 187-200.

Ekaputri, S & Masulili, S.L.C. Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Keadaan Jaringan
Periodontal. Maj Ked.Gr., 2010; 17(1): 81-86.

Munasir, Z., Respons Imun terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, 2001; 2(4): 193 – 197.

Nuarita, R., Praharani, D., Kusumawardani, B., Pengaruh Penyakit Periodontal Selama Masa
Kehamilan terhadap Jumlah Total Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit. Stomatognatic
J.K.G Unej, 2012; 9 (3): 125 – 130.
Kornman, KS. Mapping The Pathogenesis of Periodontitis: A New Look. J Periodontol. 2008;
79(8): 1560-1568.

Witjaksono, W., Roselinda, A., TP, Kannan. Clinical Evaluation in Periodontitis Patient After
Currettage. Dent J (Majalah Kedokteran Gigi), 2006; 39(3): 102-106.

Anda mungkin juga menyukai