Anda di halaman 1dari 13

BEDAH ENDODONTIK

APIKOEKTOMI

Dosen Pengampu:

drg. Danica Anastasia, Sp. KG.

Anggota Kelompok 7:

Welmi Liaman 04031282025031


Indah Sapitri 04031282025032
Adinda Tri Rahmawati 04031282025064
Veronika R Virginia 04031382025081
Amanda Siti Triana Putri 04031382025090

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN
2022/2023
APIKOEKTOMI

A. DEFINISI
Apikoektomi yang dikenal dengan istilah lain reseksi pada akar atau amputasi
akar merupakan prosedur mengurangi ujung akar gigi disertai kuretase pada
periapikal yang diindikasikan pada gigi pasca perawatan saluran akar dengan
inflamasi periapikal yang berkembang. Inflamasi yang berkembang dapat ditandai
dengan adanya keluhan simptomatis pada pasien dan daerah radiolusen pada
periapikal yang makin lebar dibandingkan sebelum perawatan saluran akar dimulai.
Pembedahan ini meliputi reseksi sebagian akar yang berisi ruang kanal yang
tidak terobturasi yang dapat menyebabkan lesi periapikal. Pengurangan ujung akar
juga diindikasikan untuk menghilangkan kelebihan material pengisi saluran akar.
Perawatan tersebut diharapkan mampu menanggulangi kasus kegagalan pasca
perawatan saluran akar yang disebabkan oleh pengisian saluran akar yang berlebih.

B. TUJUAN
Apikoektomi bertujuan untuk memperbaiki kegagalan perawatan endodontik,
saluran akar yang bengkok, obstruksi saluran akar, dan pembuangan jaringan
patologis. Pada apikoektomi penutupan bagian apeks gigi dapat tercapai dengan
menempatkan suatu bahan tambal yang tepat di antara periodontal dan foramina
saluran akar.

C. INDIKASI
1. Kalsifikasi, saluran akar menyempit, kelengkungan akar parah yang mencegah
instrumentasi dan obturasi.
2. Lesi besar yang tidak sembuh setelah perawatan saluran akar
3. Fraktur akar horizontal pada sepertiga apikal karena hal ini tidak
memungkinkan pengisian saluran akar ke dalam segmen fraktur.
4. Kesalahan yang dilakukan selama perawatan saluran akar seperti ledging,
pengisian yang berlebihan, perforasi atau instrumen yang rusak semuanya
dapat menyebabkan kegagalan saluran akar.
5. Saluran akar tersumbat oleh benda asing seperti segmen pasak, instrumen
saluran akar yang rusak, bahan restoratif.
D. KONTRAINDIKASI
1. Setiap kasus kegagalan root canal bukan merupakan indikasi untuk operasi ini.
2. Hindari apikoektomi dan obturasi root canal secara bersamaan karena hal ini
akan menambah waktu duduk pasien di kursi.
3. Jika dilakukan pemotongan ujung akar dan kuretase dapat mengakibatkan
dukungan tulang alveolar menjadi sangat berkurang.
4. Gigi dengan poket periodontal yang dalam dan kegoyangan gigi yang berat.
5. Terdapat abses periodontal.
6. Traumatik oklusi yang tidak dapat diperbaiki.
7. Telah berulang kali dilakukan apikoektomi.
8. Terdapat penyakit-penyakit umum yang juga merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan pembedahan.

E. PERSIAPAN PRAOPERATIF APIKOEKTROMI


1. Anamnesa
a. Memperoleh Informasi Umum
Langkah pertama dalam anamnesa adalah mendapatkan informasi
umum tentang pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, alamat, ras dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama untuk memastikan alasan utama mengapa pasien
berobat. Rincian berikut dapat ditanyakan:
1) Semua gejala, secara kronologis, dengan kata-kata pasien sendiri.
2) Onset, durasi dan perkembangan dari gejalanya.
3) Perawatan apa pun yang dilakukan sebelumnya untuk kondisi
tersebut, dan respons pasien terhadap hal yang sama.
4) Riwayat gejala serupa sebelumnya dan pengobatan yang dilakukan
untuk hal yang sama, beserta hasilnya.
5) Jika pasien memberikan riwayat trauma, riwayat tambahan tentang
tidak sadar, muntah, perdarahan dari mulut, telinga, hidung atau
tenggorokan, mengalami amnesia retro/anterograde.
2. Riwayat Medis Terdahulu
Gambaran rinci tentang status medis pasien secara umum , yang
mungkin relevan dengan keluhan utama, pengelolaan pasien dan hasil
pengobatan. Kuesioner riwayat medis harus mencakup riwayat terperinci
berikut ini: Gangguan kardiovaskular, penyakit pada sistem pernapasan,
kondisi neurologis, penyakit pada sistem endokrin, gangguan hematologis,
penyakit menular, sistem reproduksi, gangguan lambung, patologi ginjal,
gangguan hati, gangguan autoimun, penyakit kejiwaan, sistem pencernaan,
alergi terhadap obat apapun, penyakit masa kecil/trauma lahir, rincian rawat
inap sebelumnya, transfusi darah dan operasi, riwayat terapi radiasi
dulu/sekarang, dan obat yang sedang/terdahulu diminum.
3. Riwayat Sosial
Riwayat Sosial memberikan gambaran tentang gaya hidup pasien dan
memberikan perspektif yang lebih baik dari pasien selain berkontribusi pada
diagnosis penyakit serta hasil pengobatan.
a. Kebiasaan seperti mengunyah tembakau, jeruk nipis, pinang, pan
masala, gutkha, alkoholisme kronis, merokok kronis, penyalahgunaan
narkoba dan sering terpapar pekerja seks komersial.
b. Sebuah riwayat rinci dari keluarga dekat pasien, dengan usia mereka,
status kesehatan umum, penyakit medis, penyebab dan usia pada saat
kematian anggota yang meninggal dicatat. Sebuah riwayat keluarga
epilepsi, gangguan jantung, diabetes, gangguan perdarahan, dan TBC.
4. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan objektif yang diperlukan adalah pemeriksaan visual yang
terdiri dari :
a. Sinus Orifis
Sinus dapat terletak dekat dengan area patologis. Sinus kadang dapat
diidentifikasi dengan melewatkan gutaperca point secara hati-hati
melalui saluran sinus dan dipastikan posisinya dengan radiografis.
b. Pembengkakan dari mukosa dan tulang dibawahnya.
c. Perubahan warna mukosa karena adanya amalgam tatoo kadang
merupakan indikasi adanya debris metal pada jaringan dari apekreksesi
sebelumnya.
d. Perubahan warna gigi.
e. Kegoyangan gigi yang berlebih.
f. Poket periodontal pada celah gingival dari gigi yang dicurigai dapat
diperiksa secara hati-hati dengan menggunakan probe. Adanya poket
yang dalam merupakan merupakan akibat dari drainase drainase pus
lesi apikal. apikal. Dalam hal ini insisi envelope merupakan indikasi
agar dapat dilakukan pembersihan dan debridement pada permukaan
akar.
5. Test vitalitas Gigi
Test vitalitas merupakan suatu hal yang penting bila pada gambar
radiologis terlihat adanya lesi pada periapikal.
6. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk
melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat secara klinis, biasanya menggunakan
teknik periapikal yang bertujuan untuk melihat daerah sekitar apikal. Hasil
roentgent berguna untuk melihat:
a. Panjang Akar Gigi
Pada pemeriksaan dapat diketahui apakah panjang akar
memenuhi syarat untuk dilakukan apikoektomi. Pada akar pendek,
tidak dapat dilakukan apikoektomi karena akar akan menjadi lebih
pendek sehingga kurang memberi dukungan.
b. Saluran Akar Gigi
Saluran akar bisa dilihat apakah kecil, besar, lurus, bengkok
atau ada penyumbatan pada saluran akarnya, misalnya batu pulpa pada
sepertiga apikal maka ini merupakan indikasi untuk dilakukan
apikoektomi. Juga dapat dilihat adanya saluran tambahan pada saluran
akar tersebut.
c. Keadaan Akar Gigi
Pada pemeriksaan keadaan akar gigi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat dilihat adalah : akar bengkok, akar belum
terbentuk sempurna, adanya eksponasi waktu melakukan “reaming”
dan resorbsi akar.
d. Keadaan Membran Periodontal
Harus dilihat apakah membran periodontal sudah terkena
peradangan atau belum. Apabila gambaran radiologis berbeda dengan
normal, maka kemungkinan sudah terjadi suatu proses patologis.
e. Kelainan-kelainan Periapikal
Secara radiologis kelainan periapikal ini bisa dilihat sebagai
adanya daerah “rarefaction” di daerah periapikal. Untuk itu harus
dibedakan apakah itu suatu kista, granuloma atau abses.

F. PERSIAPAN PRAOPERATIF APIKOEKTOMI


Selain itu pada penderita harus diberikan persiapan praoperatif, antara lain:
a. Kontrol infeksi. Pada penanganan infeksi apikal yang akut, kontrol terhadap
infeksi harus dilakukan dengan drainase, dressing, dan antibiotik.
b. Persiapan pada saluran akar Misalnya pada gigi molar atas, akar gigi yang
dirawat dengan perawatan konvensional, misalnya akar palatal harus dirawat
dan diisi terlebih dahulu. Atau jika akan jika akan dilakukan metoda
orthograde pada saat pada saat dilakukan apikoektomi, kavitas harus
dipersiapkan preoperatif dan jalan masuk saluran akar harus dapat
diidentifikasi.
c. Persiapan lanjutan, misalnya pasak dan sak dan inti dari logam cor yang harus
dipersiapkan dan restorasi sementara yang akan dibuat.
d. Instruksi-instruksi preoperatif.

E. METODE APIKOEKTOMI
1. Apikoektomi dengan satu tahap (one stage operation).
Pada prosedur ini, preparasi biomekanis, sterilisasi, pengisian saluran akar dan
tindakan apikoektomi dilakukan dalam sekali kunjungan. Cara ini dibagi dua :
a. Pengisian saluran akar pra bedah (pre-resection filling technique).
b. Pengisian saluran akar pasca bedah (post-resection filling technique).
2. Apikoektomi dengan dua tahap (two stage operation) Pada prosedur ini tahap
pertama dilakukan perawatan endodontik baru kemudian beberapa hari atau
minggu dilakukan apikoektomi.

F. ALAT DAN BAHAN


1. Microhead handpiece (straight dan contra-angle) dan microbur untuk preparasi
pada kavitas periapikal yang memiliki akses terbatas
2. Kuret periapikal khusus dengan ujung runcing yang dapat disesuaikan dengan
perangkat ultrasonik untuk preparasi pada kavitas periapikal

3. Apical retrograde micro-mirror dan micro-explorers untuk menentukan dimensi


yang dibuat pada kavitas periapikal

4. Syringe anestesi lokal dan cartridges


5. Scalpel handle dan scalpel blade (no. 15)

6. Kaca mulut
7. Elevator periosteal
8. Hemostat kecil
9. Suction tips (kecil dan besar)
10. Wadah irigasi
11. Needle holder
12. Retraktor
13. Kuret periodontal dan kuret periapikal
14. Pilihan bur yang sesuai (round, fissure, inverted cone)
15. Aplikator amalgam untuk pengisian retrograde

16. Narrow amalgam condensers

17. Gunting, jarum, suture no. 3–0 dan 4–0


18. Penggaris besi endodontic
19. Gauze dan cotton rolls/pellets
20. Syringe untuk irigasi area bedah
21. Larutan saline

G. PROSEDUR
1) Jaringan perioral lunak dibersihkan, dicuci dan
menggunakan dengan povidone iodine untuk
meminimalkan kontaminasi pembedahan luka. Lakukan
anestesi lokal dengan teknik filtrasi.
2) Desain Flap
Desain flap tergantung pada berbagai faktor, yang terutama meliputi posisi gigi,
adanya poket periodontal, adanya restorasi prostetik, dan perluasan periapikal
luka. Setelah area dibius, pilihan insisi yang paling umum digunakan adalah:
 Semilunar
Diindikasikan untuk prosedur pembedahan terbatas
dan biasanya dibuat di daerah anterior rahang atas,
yang merupakan tempat paling banyak dilakukan
apikoektomi.

 Submarginal
Diindikasikan ketika margin gingiva tidak terlalu
penting.

 Trapezoidal flap

3) Lokalisasi apeks, pembukaan area periapikal dan pengangkatan jaringan


patologis.
Angkat flap mukoperiosteal dengan elevator periosteal. Tarik flap dengan
retraktor Langenbeck untuk mengekspos lesi periapikal. Identifikasi apeks
dengan intac bukal palate lalu dengan bur bedah bundar dapat digunakan untuk
membuat lubang ke dalam tulang yang dapat mengarah ke apeks akar. Perbesar
lubang untuk memungkinkan pergerakan bebas dari instrumen dan lakukan
dengan menggunakan aliran pendingin Yang stabil agar tulang tidak panas.
Setelah pembukaan dilakukan di tulang, kuret dengan ukuran yang sesuai
digunakan untuk mengangkat jaringan patologis. Bagian kuret yang cekung
harus menghadap ke tulang sementara lapisan patologis dipisahkan dari tulang.
Kuret kemudian dapat diputar untuk mengeluarkan lapisan dari rongga.

4) Reseksi puncak gigi


Puncaknya direseksi (2–3 mm dari total panjang akar) dengan narrow fissure bur
dan miring pada dibevel 45° terhadap long axis gigi.

5) Pengisian retrograde, jika dianggap perlu.


Jika pengisian retrograde diindikasikan, seperti dalam kasus segel apikal yang
tidak memadai, maka setelah pemotongan apeks akar. Rongga yang disiapkan ini
kemudian diisi dengan bahan yang menutup dengan baik, toleran terhadap
jaringan, mudah dimasukkan, juga harus stabil dan non-resorbable. Contoh:
Mineral Trioxide Aggregate (MTA), Super ethoxybenzoic acid (Super EBA) zinc
free silver amalgam, gutta-percha, glass inomer cement, dll.

6) Pembersihan dan penjahitan luka


Setelah pengisian retrograde selesai, area bedah dibersihkan dari kotoran atau
bahan pengisi sisa dan penutup mucoperiosteal, dan flap dijahit kembali ke
posisinya.
H. INSTRUKSI PASCA BEDAH:
1) Jangan menarik atau mengangkat bibir karena ingin melihat hasil pembedahan
yang telah dilakukan.
2) Gunakan kompres es pada bagian luar bibir 20 menit tiap 1,5 jam untuk satu hari
pertama setelah operasi.
3) Mulai hari kedua, kumur-kumur dengan air garam hangat tiga kali sehari
(terutama setelah makan).
4) Jangan mengunyah makanan keras dengan gigi tersebut selama satu minggu.
5) Jangan menyikat daerah operasi selama satu minggu, tetapi gigi lainnya disikat
seperti biasa.
6) Untuk empat hari pertama dianjurkan diet makanan lunak.
7) Pasien dianjurkan untuk kembali keesokan harinya untuk kontrol dan 5-7 hari
kemudian untuk buka jahitan.

I. KOMPLIKASI
1) Kerusakan pada struktur anatomi apabila terjadi penetrasi rongga hidung, sinus
maksilaris dan kanal mandibula dengan bur.
2) Pendarahan dari arteri palatina mayor selama apikoektomi akar palatal.
3) Paparan amalgam pada area operasi karena isolasi apikal yang tidak memadai dan
manipulasi yang tidak tepat untuk menghilangkan kelebihan material pengisi

4) Perubahan warna mukosa akibat amalgam yang tersisa di bidang bedah (amalgam
tatoo)
5) Gangguan penyembuhan apabila sayatan semilunar dilakukan di atas defisit
tulang atau apabila setelah reaproximation, flap tidak diposisikan pada tulang
yang sehat

6) Reseksi akar tidak lengkap karena akses yang tidak memadai dan panjang akar
yang salah. Akibatnya, bagian apikal akar tetap pada posisinya dan pengisian
retrograde ditempatkan secara tidak tepat dengan segala akibat yang
ditimbulkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Barnes IE. Surgical Endodontics. Edisi 2. London: Wright; 1991.

Gophikrishna, V. Grossman’s Endodontic Practice. 13th Edition. New Delhi: Wolters


Kluwer, 2021.

Irwandana, P. W., & Kristanti, Y. Apikoektomi gigi insisivus sentralis maksila pasca
perawatan saluran akar disertai lesi periapikal. MKGK (Majalah Kedokteran Gigi
Klinik)(Clinical Dental Journal) UGM, 2(3), 143-149.

Malik, Neelima Anil. "Textbook of oral and maxillofacial surgery 3rd edition." Jaypee:
Newdelhi (2012): 637-635.

Mitra, Geeti Vajdi. Illustrated Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. 1st edition. New
Delhi: Jeypee, 2009.

Peterson, L. J., & Hupp, T. (2003). Contemporary oral and maxillofacial surgery 4th. New
York: Mosby, 195-235.

Walton, Torabinejad. Principles and Practice of Endodontic. Edisi 2. Philadelphia: W.B


Saunders. 1996.

Anda mungkin juga menyukai