Anda di halaman 1dari 16

TRAUMA GIGI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. Dina Royanti Sinaga


2. Dinda Sri Rizki
3. Dyasti Ananda Syahputra
4. Dinda Rusfika
5. Fatina Rahayu Hasibuan

Dosen : Pitriani S.Kep, Ns, M. Kes


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
FAKULTAS KEPERAWATAN & FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan limpahan serta rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TRAUMA GIGI“ dengan baik yang
di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gawat Darurat”
jurusan Ilmu Keperawatan di Institute Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah membimbing, memotivasi penyusun
dalam pembelajaran.Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kalimat maupun
penyusunannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan kekurangan dari
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut serta dalam penyusunan
makalah, dan semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat serta
pembelajaran bagi kita semua.

Lubuk Pakam, 29 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORITIS................................................................3
2.1 Defenisi Dan Etiologi Trauma Gigi..............................................4
2.2 Klasifikasi Trauma Gigi................................................................5
2.3 Kerusakan Pada Jaringan Keras Gigi Dan Pulpa..........................6
2.4 Kerusakan Pada Jaringan Periodontal...........................................7
2.5 Kerusakan Pada Jaringan Tulang Pendukung...............................8
2.6 Keruskan Pada Gusi Atau Jaringan Lunak Rongga Mulut...........9
2.7 Riwayat Dan Diagnosis...............................................................10
2.8 Penanganan Darurat Dan Pencegahan Trauma Gigi...................11

BAB III PENUTUP.....................................................................................12

3.1 Kesimpulan.................................................................................12

3.2 Saran...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup


seriuspada anak disebabkan prevalensi yang tinggi di berbagai negara terutama
pada gigipermanen.Trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras
gigi dan atauperiodontal karena sebab mekanis. Kondisi ini sering terjadi pada
masa prasekolah,masa sekolah dan dewasa muda. Perawatan yang telah
dilakukan untuk kasus
traumagigitelahmencapai5%darisemuaperawatantraumayangada.Tinjauanliteratu
ryangdilakukanselama12tahunmelaporkanbahwatraumagigipadaanakusiasekolah
persentasenyamencapai25%,padaorangdewasasebesar33%telahmengalami
trauma pada gigi permanennya dan sebagian besar trauma terjadi sebelumusia19
tahun.
Trauma gigi paling sering terjadi antara usia 2-4 tahun dan antara usia 8-
10tahun pada anak laki- laki maupun perempuan.Laki -laki terkena trauma gigi
2sampai 3 kali lebih sering daripada perempuan. Keadaan ini disebabkan karena
anaklaki-laki yang lebih aktif berpartisipasi dalam permainan dan olahraga
dibandingkandengan anak perempuan. Trauma gigi sering terjadi di rumah, di
sekolah, di jalan rayamaupun tempat umum lainnya.Sebagian besar trauma
hanya melibatkan satu gigipermanen dan gigi yang paling sering terkena trauma
adalah gigi insisivus sentralismaksila.Jenis traumagigiyangpaling
seringmengenaigigipermanenadalahfraktur enamel (uncomplicated crown
fracture), fraktur enamel dentin
(uncomplicatedcrownfracture)danfrakturmahkotayangkompleks(complicatedcro
wnfracture).Trauma gigi dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Trauma gigisecara langsung terjadi ketika suatu benturan langsung mengenai
gigi dan trauma
gigitidaklangsungterjadiketikalengkunggigirahangbawahmemberikanhantamanke
padalengkunggigirahangatas,seperti benturanyangmengenaidaguketikaterjatu
atauberkelahi.Faktor-faktorpredisposisimendukungterjaditraumagigiyaituprotrusi

1
2

anterior dengan maloklusi klas II divisi 1, overjet yang mencapai 3-6 mm


danpenutupanbibiryangtidaksempurna.9,10Anakyangtidakdirawattraumagigimemp
unyai dampak negatif 20 kali lebih besar pada kualitas hidup
dibandingkandengan anak tanpa trauma gigi. Trauma gigi dapat membahayakan
kesehatan gigi dandapatmengganggu estetik , psikologi, berbicara, sosialisasi .
Klasifikasi yang ada untuk trauma gigi seperti klasifikasi Andreasen,
WorldHealth Organization (WHO), Andreasen yang diadopsi oleh WHO,
Garcia- Godoy,Ellis & Davey dan lain-lain. Peneliti menggunakan klasifikasi
Andreasen yang telahdiadopsi oleh WHO untuk mengidentifikasi jenis trauma
gigi dikarenakan
klasifikasitersebutdapatmenjelaskandanmenggambarkansecaradetailkasustrauma
gigi.KlasifikasiAndreasenyangtelahdiadopsiolehWHOmeliputikerusakanpadajari
ngan keras gigi dan pulpa, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan
padajaringantulangpendukung dankerusakan padagingivadan mukosamulut.
Besarnya prevalensi trauma gigi permenen diberbagai negara dan
sedikitnyadata tentang prevalensi trauma gigi di Indonesia khususnya kota
Medan, membuatpeneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang prevalensi
trauma gigi permanenanterior pada anak. Penelitian ini akan dilakukan di
Kecamatan Medan Barat danKecamatan Medan Sunggal yang dipilih secara
random dari 21 kecamatan di KotaMedan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar trauma gigi
2.Bagaimana Pengetahuan teoritis kepada pasien mengenai penyakit Trauma
Gigi?

1.3Tujuan
1. Meningkatakan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar Trauma
gigi.
2. Memberikan gambaran yang teoritis kepada pasien mengenai Trauma Gigi
3. Menambah wawasan perawat, pasien, keluarga pasien dan masyarakat
umum mengenai penyakitTrauma gigi
3
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Defenisi Dan Etiologi Trauma Gigi


Pengertian trauma secara umum adalah luka atau jejas baik fisik maupun
psikis. Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan
sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan
fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga dapat
diartikan sebagai suatu kejadian tidak terduga atau suatu penyebab sakit, karena
kontak yang keras dengan suatu benda. Trauma gigi yang dikenal dengan
Traumatic Dental Injury (TDI) merupakan kerusakan yang mengenai jaringan
keras gigi dan atau periodontal secara mekanis. Trauma gigi juga dapat diartikan
sebagai kerusakan pada gigi dan struktur periradikular. Kerusakan ini dapat
merusak pulpa, dengan atau tanpa menyebabkan kerusakan pada mahkota dan
atau akar, atau pada kasus yang parah dapat menyebabkan perpindahan
gigi.Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka trauma gigi anterior terjadi
karena benturan dengan benda keras,yang tidak terduga sebelumnya pada gigi
anterior baik rahang atas maupun rahang bawah atau kedua- duanya.
Penyebab trauma gigi dibagi menjadi dua kategori yaitu trauma yang
disengaja (intentional trauma) dan trauma yang tidak disengaja (unintentional
trauma). Intentional trauma adalah trauma yang terjadi pada gigi dengan proses
yang disengaja yaitu pada anak-anak yang mengalami kekerasan. Unintentional
trauma adalah trauma yang terjadi pada gigi dengan proses yang tidak disengaja
yaitu pada anak-anak yang sedang bermain, terjatuh, kecelakaan, dan pada saat
sedang berolahraga.Trauma gigi anterior dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung, secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi,
sedangkan tidak langsung terjadi ketika benturan mengenai dagu dan
menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan
atau tekanan besar dan tiba-tiba.
Usia dan aktivitas anak memiliki kaitan dengan terjadinya trauma gigi.
Menurut Batra, Kovasc, dan Kumar menyebutkan bahwa terjatuh merupakan
penyebab terbesar terjadinya trauma gigi. Beberapa peneliti lain menyatakan

3
4

olahraga merupakan kegiatan terbesar penyebab terjadinya TDI.Guedes


menyebutkan bahwa TDI karena terjatuh lebih besar dibandingkan olahraga,
kecelakaan lalu lintas, dan kekerasan.Keragaman hasil yang diperoleh dapat
disebabkan karena perbedaan populasi, usia, jenis kelamin, iklim, status sosial,
dan lingkungan.
Trauma gigi paling sering terjadi di rumah dan di sekolah.7-9Batra
menyebutkan terjadinya TDI di rumah 38,72%, di sekolah 19%, di lapangan
19,65%, dan di jalanan 13,29%. Menurut Patel terjadinya TDI di rumah 43,87%,
di sekolah 16,26%, di lapangan 16,26%, di jalanan 13,19%.Chopra menyebutkan
terjadinya TDI di rumah 58,4%, di sekolah 20,8%, di jalanan 18,4%. Faktor
predisposisi TDI adalah jarak overjet yang besar, penutupan bibir yang tidak
adekuat, dan jenis kelamin.Hasil penelitian Batra et al dan Patel menyebutkan
anak yang memiliki overjet >5,5mm lebih banyak mengalami TDI. Hasil
penelitian Kumarmenyebutkan dari 139 anak penderita TDI yang berusia 12-15
tahun 43 orang mempunyai overjet lebih dari 3 mm. Anak dengan overjet lebih
dari 3,00 mm memiliki risiko 1,32 kali lebih banyak terkena TDI.Hasil penelitian
lain menyebutkan trauma pada insisivus rahang atas lebih mudah terkena apabila
overjet melebihi 3,50 mm. Frekuensi trauma gigi anak dengan overjet 3-6 mm dua
kali lebih tinggi dan overjet >6 mm mempunyai risiko terkena trauma 3 kali lipat.
Trauma gigi juga disebabkan karena faktor predisposisi lain seperti penutupan
bibir yang tidak sempurna. Anak dengan penutupan bibir yang tidak sempurna
memiliki resiko TDI 1,59 kali. Hasil penelitian lain menyatakananak dengan
penutupan bibir yang tidak sempurna berisiko 5,4 kali lebih banyak terkena TDI.
Hasil penelitian Kumar menyebutkan dari 139 anak penderita TDI yang memiliki
penutupan bibir tidak sempurna 31 orang. Distribusi trauma gigi berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan bahwa insiden trauma gigi (TDI) pada anak laki-laki lebih
besar dibandingkan dengan anak perempuan, baik pada periode gigi sulung,
bercampur, ataupun permanen.

2.2 Klasifikasi Trauma Gigi


Klasifikasi trauma gigi anterior perlu diketahui untuk menegakkan
diagnosis. Dalam penelitian ini, klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi trauma
5

gigi oleh World Health Organization (WHO) dalam Application of International


Classification of Disease to Dentistry and Stomatologyyang meliputi kerusakan
pada jaringan keras gigi dan pulpa, kerusakan jaringan periodontal, kerusakan
pada tulang pendukung, serta kerusakan pada gingiva atau jaringan lunak rongga
mulut baik pada gigi sulung ataupun gigi permanen.

2.3 Kerusakan Pada Jaringan Keras Gigi Dan Pulpa

a.Retak mahkota (enamel infraction) yaitu suatu fraktur yang tidak sempurnapada
enamel tanpa kehilangan struktur gigi dalam arah horizontal atau vertikal.

b.Fraktur enamel (enamel fracture) yaitu suatu fraktur yang hanya mengenai
lapisan enamel.

c.Fraktur enamel-dentin (uncomplicated crown fracture), yaitu fraktur pada


mahkota gigi yang hanya mengenai enamel dan dentin tanpa melibatkan pulpa.

d.Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture) yaitu fraktur


mengenai enamel, dentin, dan pulpa.

Gambar 1.Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa: A. Retak mahkota B.
Fraktur enamelC. Fraktur email-dentin D. Fraktur mahkota kompleks E. Fraktur
mahkota akar F. Fraktur akar.

e.Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture) yaitu


fraktur yang mengenai enamel, dentin, dan sementum tetapi tidak melibatkan
jaringan pulpa.
6

f.Fraktur mahkota akar kompleks (complicated crown-root fracture) yaitu fraktur


yang mengenai enamel, dentin, sementum, dan melibatkan pulpa.

g.Fraktur akar (root fracture) yaitu fraktur yang mengenai dentin, sementum, dan
pulpa tanpa melibatkan enamel.

2.4 Kerusakan Pada Jaringan Periondontal

a.Konkusi(concussion) yaitu trauma yang mengenai jaringan


pendukung gigiyang menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap
tekanan dan perkusi tanpa
adanyakegoyanganatauperubahanposisigigi.

b. Subluksasi(subluxation) yaitu kegoyangan gigi tanpa


disertai perubahanposisi
gigiakibattraumapadajaringanpendukunggigi.

c.Luksasiekstrusi(extrusiveluxation)yaitukeluarnyasebagiangigidar
isoketnya, ekstrusimenyebabkanmahkotagigielongasi.

d.Luksasi lateral (lateral luxation) yaitu perubahan letak gigi yang


terjadikarena pergerakkan gigi kearah labial, palatal, maupun
lateral yang menyebabkankerusakanataufrakturpadasoketgigi.

e.Luksasi intrusi (instrusive luxation)yaitu pergerakan gigi ke


dalam tulangalveolar sehingga menyebabkan kerusakan atau
fraktur soket alveolar.Luksasi
intrusimenyebabkanmahkotagigiterlihatlebihpendek.
f.Avulsi(avulsion)yaitulepasnyaseluruhgigikeluardarisoket.
Penyebab yang pasti belum diketahui.
7

2.5 Kerusakan Pada Jaringan Tulang Pendukung


a.Kerusakan soket alveolar maksila dan mandibulamerupakan dampak dan
kompresi dari soket alveolar pada rahang atas atau rahang bawah. Hal ini dapat
juga dilihat pada intrusif dan luksasi lateral.
b.Fraktur dinding soket alveolar maksila dan mandibulaadalah fraktur tulang
alveolar pada rahang atas atau rahang bawah yang melibatkan dinding soket labial
atau lingual, dibatasi oleh bagian fasial atau lingual dari dinding soket.
c. Fraktur prosesus alveolar maksila dan mandibulaadalah fraktur yang
mengenai prosesus alveolaris dengan atau tanpa melibatkan soket alveolar gigi
pada rahang atas atau rahang bawah.
d.Fraktur korpus maksila dan mandibulaadalah fraktur pada korpus maksila
atau mandibulayang melibatkan prosesus alveolaris, dengan atau tanpa melibatkan
soket gigi.

2.6 Kerusakan Pada Gusi Atau Jaringan Lunak Rongga Mulut


a.Laserasi yaitu suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang disebabkan
oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka.Luka terbuka tersebut berupa
robeknya jaringan epitel dan subepitel.
b.Kontusio yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda
tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa
disertai sobeknya daerah mukosa.
c.Luka abrasi yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena
gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan yang berdarah
atau lecet.

2.7Riwayat Dan Diagnosis


Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur terdiri dari pemeriksaan
darurat dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat meliputi pengumpulan
data vital, riwayat kesehatan pasien, data dan keluhan pasien saat terjadinya
trauma.Sedangkan pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan klinis lengkap
yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan intra oral dan pemeriksaan radiografi
8

sebagai pemeriksaan penunjang. Sangat penting untuk memperoleh seluruh


riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan pasien secara lengkap.
Pemeriksaan darurat yang dilakukan meliputi riwayat kesehatan umum dan
riwayat dental, pemeriksaan klinis dan radiografidan ditambah dengan berbagai
tes vitalitas gigi dengan, palpasi, perkusi, sensitivitas dan evaluasi mobiliti gigi.
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan rencana perawatan dan menentukan
prognosis jangka panjang. Data vital terdiri dari usia pasien, identitas, dan tempat
tinggal, lalu melalui anamnesa menanyakan perihal riwayat trauma gigi yang
pernah dialami pasien dengan menanyakan beberapa pertanyaan yaitu, bagaimana,
dimana, dan kapan terjadinya trauma gigi tersebut. Untuk mengetahui riwayat
medis pasien dokter gigi perlu menanyakan penyakit yang diderita dan apakah ada
cidera lain yang diderita pasien dibagian tubuh lain saat mengalami trauma gigi.
Riwayat kesehatan umum pasien juga perlu ditanyakan pada pasien perihal
penyakit kongenital atau yang sedang diderita pasien saat ini misalnya gangguan
perdarahan, gangguan jantung kongenital, alergi obat- obatan dan obat anti tetanus
(ATS). Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan
intra oral. Pemeriksaan ekstra oral bertujuan untuk melihat luka di luar rongga
mulut misalnya laserasi yang ditimbulkan akibat trauma dan apakah ada
pembengkakkan di sekitar atau di luar ronggamulut(bibir, wajah, dan keadaan
tulang tengkorak pada pasien). Pemeriksaan intra oral meliputi pemeriksaan
laserasi pada jaringan lunak di dalam rongga mulut yang bertujuan melihat
keadaan sekitar rongga mulut pasca trauma. Terdapat fraktur gigi atau fraktur
tulang, perubahan oklusi, mobiliti gigi, fraktur akar dan sensitivitas gigi.
Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiografi yang
bertujuan untuk melihat garis fraktur pada gigi atau tulang alveolar, ruang pulpa
yang terpapar akibat trauma, kelainan jaringan pendukung dan pergeseran gigi.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan radiografi, test elektrik, dan uji termal. Rangkaian
perawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan. Dokter
gigi harus mencatat seluruh informasi yang didapat dari berbagai macam
pemeriksaan untuk menentukan rencana perawatan yang hendak dilakukan.
9

2.8 Penanganan Darurat Dan Pencegahan Trauma Gigi


Trauma gigi yang menimbulkan komplikasi terhadap jaringan pendukung gigi
dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan, perkembangan, dan estetika
sehingga dibutuhkan tindakan perawatan yang tepat dan cepat. Trauma gigi juga
bukan hanya mengganggu fungsi pengunyahan, berbicara, fonetik, dan masalah
psikologis pada anak dan orang tua, tetapi juga mengganggu personaliti dan
kualitas hidup anak tersebut. Bagi anak, trauma gigi anterior dapat mengganggu
rasa percaya diri anak untuk berinteraksi sosial dengan teman sekolahnya
sehingga mengganggu semangat anak untuk pergi kesekolah karena mendapat
ejekan dan ini menyebabkan menurunnya progress anak di sekolah sehingga dapat
mengganggu kekehidupan sehari-hari anak tersebut
Penanganan darurat yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisasi akibat
trauma gigi yang ditimbulkan sehingga perawatan darurat menjadi awal rencana
perawatan untuk trauma gigi. Riwayat dan jenis trauma gigi yang terjadi harus
menjadi dasar untuk menentukan perawatan yang tepat. Tujuan perawatan trauma
gigi tersebut untuk menstabilkan posisi gigi beserta fungsinya kembali dan jika
trauma gigi ini terjadi pada gigi desidui, perawatan darurat dapat mempengaruhui
membaiknya erupsi gigi permanen yang akan tumbuh. Trauma gigi anak sering
disertai dengan luka terbuka dari jaringan mulut, abrasi jaringan wajah atau
bahkan luka tusukan. Pada pasien yang menderita penyakit gangguan perdarahan
akan menjadi prioritas jika terjadi laserasi pada jaringan lunak dan avulsi.
Tindakan darurat yang harus dilakukan seperti debridement luka, penjahitan,
kontrol perdarahan dari luka jaringan lunak, dan pemberian anti tetanus serum bila
kemungkinan luka yang terjadi sepsis. Pembersihan luka dengan baik merupakan
tolok ukur pertolongan pertama. Antiseptik permukaan dapat digunakan untuk
mengurangi jumlah bakteri, khususnya stafilokokus dan strepkokus pathogen pada
kulit atau mukosa daerah luka.Pemberian antibiotik juga dapat diberikan sebagai
profilaksis bila terdapat luka pada jaringan lunak sekitar, tetapi apabila luka telah
dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan
kembali.
10

Trauma gigi sampai saat ini masih menjadi masalah yang sulit diatasi karena
kebanyakan orangtua dan guru tidak begitu peduli dengan masalah yang akan
ditimbulkan dari trauma gigi ini. Orangtua dan guru sebaiknya sejak dini
mendidik anak tentang bahaya terjatuh, membentur benda keras, dan bahayanya
kecelakaan lalu lintas. Orangtua seharusnya mengawasi kegiatan
anaknya.Menggunakan alat pelindung saat bermain, berolahraga, menggunakan
helm dan sabuk pengaman saat berkendaraan dapat mencegah terjadinya
trauma.Menggunakan helm dapat mengurangi risiko terjadinya trauma sebesar
65% dibanding dengan tidak menggunakan helm. American Academy of Pediatric
Dentistry (AAPD) menyarankan untuk menggunakan alat pelindung saat
berolahraga seperti mouthguard, alat ini dapat membantu mendistribusikan
kekuatan dari benturan sehingga dampak trauma dapat diminimalkan.Edukasi
mengenai trauma gigi baik cara pencegahan, perawatan trauma serta dampaknya
perlu diberikan kepada anak, orang tua dan guru sekolah, serta tingkat
pengetahuan dokter gigi mengenai trauma gigi juga menjadi hal penting untuk
mengurangi risiko terjadinya trauma gigi.
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius
pada anak disebabkan prevalensi yang tinggi di berbagai negara terutama pada
gigi permanen. Trauma gigi adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi
dan atau periodontal karena sebab mekanis. Kondisi ini sering terjadi pada masa
prasekolah, masa sekolah dan dewasa muda. Perawatan yang telah dilakukan
untuk kasus trauma gigi telah mencapai 5% dari semua perawatan trauma yang
ada. Tinjauan literatur yang dilakukan selama 12 tahun melaporkan bahwa trauma
gigi pada anak usia sekolah persentasenya mencapai 25%, pada orang dewasa
sebesar 33% telah mengalami trauma pada gigi permanennya dan sebagian besar
trauma terjadi sebelum usia 19 tahun.

3.2 Saran

Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang hal


yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih
dalam lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. 2006. Kamus kedokteran Dorland. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

David A. Mitchell, Laura Mitchell: Oxford Handbook of clinical dentistry. 4th


Edition. Oxford University Press, 2005. p260

Hahn CL. Liewehr FR. Innate immune responses of the dental pulp to caries.
Journal of Endodontics. 33:643-51, 2007 Jun.

Hahn CL. Liewehr FR. Relationships between caries bacteria, host responses, and
clinical signs and symptoms of pulpitis. Journal of Endodontics. 33:213-9,
2007 Mar.

Hahn,Cl. Liewher Fr.Update on the adaptive immune responses of the dental pulp.
Journal of Endodontics. 33:773-81. 2007 Jul.

Hargreaves, KM. Goodis, HE. Seltzer and Bender’s Dental Pulp. Quintessence,
2002

Leonardo Paskah S . 2010. Pencegahan Penyakit Periodontal. Available at


http//www. WIKIMU.com

Tim penyusun. 2010. Gigi & Mulut Periodontitis (Penyakit Gusi). Available at
http//www. Klik dokter menuju Indonesia Sehat. Com

Tim penyusun. 2010. Periodontitis bukan perdarahan gusi biasa. Available at


http//www. Majalah kesehatan sumber informasi kesehatan Anda. Com

Torabinejad, M. Walton, RE. Endodntics: Principles and Practice. 4th Edition.


Elsevier Health Sciences, March 2008.

30

Anda mungkin juga menyukai