Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN LANSIA

DISUSUN OLEH :

Fitri Diana NIM: 1711057

Rika Syafira NIM: 1711156

Rizka Nasution NIM: 1711161

Simelda K.A. Telaumbanua NIM: 1711171

Sinta Fadilah NIM: 1711175

Vivi Sundary NIM: 1711206

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
T.A. 2019/2020
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ i


Daftar Isi .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.............................................................................................................................. Lanjut Usia
............................................................................................................................. 3
2.2.............................................................................................................................. Batasan Lanjut U
............................................................................................................................. 3
2.3.............................................................................................................................. Tipe Lanjut Usia
............................................................................................................................. 4
2.4.............................................................................................................................. Proses Penuaan
.............................................................................................................................7
2.5..............................................................................................................................Faktor Faktor Mem
.............................................................................................................................12
2.6..............................................................................................................................Permasalahan Pad
.............................................................................................................................16

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1. Pengkajian .........................................................................................................20
3.2. Masalah Keperawatan........................................................................................26
3.3. Intervensi Keperawatan......................................................................................27
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1............................................................................................................................... Kesimpulan
..............................................................................................................................34
4.2............................................................................................................................... Saran
..............................................................................................................................34

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat

sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia

yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau

sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia

akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika

Serikat. 

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA

(1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai

414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup

penduduk Indonesia. 

Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7

tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5

tahun). 
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas

Gerontologic nursing (gerontic nursing). Gerontologic nurse atau perawat

gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada

semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai batasan

usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia bertugas.

Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang

berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel

patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia

di Panti.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengenal masalah kesehatan lansia.

b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada

lansia.

c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia yang berada

di panti.

d. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial) sehingga

dapat meningkatkan kesehatan lansia.

e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan

kesehatan).
1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia.

b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap lansia

yang berada di panti.

c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia yang

berada di panti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,

2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)

2.2 Batasan Lanjut Usia

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.

2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:


a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.3 Tipe Lanjut Usia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam

buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).

Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari

pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak

sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan

pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan

acuh tak acuh.

2.4 Proses Penuaan

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring

dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan

atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.

2.5. Teori Proses Penuaan


Sebenarnya secara individual tahap proses penuaan terjadi pada orang

dengan usia berbeda, masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang

berbeda, tidak ada satu factor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.

2.5.1. Teori-Teori Biologi

a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara generic untuk spesies-spesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram

oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan

kemampuan fungsional sel).

b. Pemakaian dan Rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh

lelah (terpakai).

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori

akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lipofuchine di sel otot

jantung dan sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang mengakibatkan

mengganggu sel itu sendiri.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada

jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan

tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus

yang ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan

autoimun (menurut Goldteris dan Brocklehurst).


g. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow Virus Theory)

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori Stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

i. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti

karbohidrat dan proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

j. Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekacauan, dan hilangnya fungsi.

k. Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-

sel tersebut mati.

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan


R. Siti Maryam, dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi

penuaan adalah hereditas, nutrisi,statu kesehatan, pengalaman hidup,lingkungan,

dan stres

2.7. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai

berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra

seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak

menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak

menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan

berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf

penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap

dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan.

c. Sistem Penglihatan

Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan

pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna

menurun.
d. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada

yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas

pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan TD

menurun menjadi 65 mmHg dan meninggi akibat meningkatnya resistensi dari

pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat

yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang

mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun,

keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak

sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih

berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun.

Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun

menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.


h. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun, pelebaran

esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan

menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi

menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200

mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput

lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi

seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan

sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan

kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan

vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang

jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,

persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis,

atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan

tremor.
2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan

sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,

berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.

3. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa

tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panik dan

depresif.

b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status,

teman atau relasi.

d. Sadar akan datangnya kematian.

e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.


f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

g. Penyakit kronis.

h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.

i. Gangguan syaraf panca indra.

j. Gizi

k. Kehilangan teman dan keluarga.

l. Berkurangnya kekuatan fisik.

2.8. Permasalahan pada Lansia

1. Permasalahan Umum

a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia

lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan lansia.

e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan lansia.

2. Permasalahan Khusus

a. Berlangsungnya proses menuatimbulnya masalah baik fisik, mental maupun

sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.

c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial m yang mengarah pada tatanan masyarakat

individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu

kesehatan fisik lansia.

2.10. Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada Lansia

Penyakit atau gangguan umum pada lansia yaitu depresi mental, gangguan

pendengaran, bromkitis kronis, gangguan pada tungkai atau sikap berjalan,

gangguan pada koksa atau sendi panggul, anemia, demensia dan sebagainya

Beberapa sifat penyakit pada lansia yang membedakannya dengan

penyakit pada orang dewasa seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh

(endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal

ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai

organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga

produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk kekebalan tubuh

menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan lebih mudah terkena infeksi.

Sering pula, penyakit lebih dari satu jenis (multipatologi),memperberat.

2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas

Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati

demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit sebenarnya

cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak

perlu berobat.

3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)


Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya

memerlukan obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa.

Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan

ginjal yang berperan dalam mengolah obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah

berkurang. Hal ini menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan

menumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya

bila diberikan dengan dosis yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu,

dosis obat perlu dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada

lansia yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian

obat tadi (iatrogenik), misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat

diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat

penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi, dan lain-

lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis yang tidak

tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta penggunaan obat yang berlebihan dan

berulang-ulang dalam waktu yang lama.

4. Sering mengalami gangguan jiwa

Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan

jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya gangguan

fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang justru seing

tersembunyi gejalanya. Jika yang mengobatinya tidak teliti akan mempersulit

penyembuhan penyakitnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Data Demografi

1. Umur

Analisa data

Berdasarkan kriteria umur menurut World Health Organization (WHO), lansia

terbanyak yang menghuni wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek

adalah dari kelompok umur 75-90 tahun yang termasuk yaitu dalam kategori

lanjut usia tua (old) dengan prosentase 47,2%. 

2. Jenis kelamin

Analisa data 

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa lansia terbanyak yang

menghuni wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah perempuan

dengan prosentase 72%. 

3. Status perkawinan
Analisa Data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa status perkawinan terbanyak di

wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah janda dengan prosentase

63,8%.

4. Tingkat Pendidikan

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak di

wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah sekolah dasar dengan

prosentase 52,8%. 

5. Agama 

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Agama yang dianut oleh lanjut

usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah Islam dengan

prosentase 88,8%. 

3.1.2. Kebiasaan sehari-hari 

1. Pola makan

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan pola makan pada lanjut usia di wisma

Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 3 kali/hari dengan prosentase

94,6 %. Sebagian klien ada yang makan 1-2 kali/hari karena faktor spiritual

(kepercayaan) seperti : puasa.

2. Pola minum 

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola minum pada lanjut usia di

wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah >5 kali/hari dengan

prosentase 38,9 %.

3. Pola mandi 

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mandi pada lanjut usia di

wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan

prosentase 66,7%.

4. Pola keramas 

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola keramas pada lanjut usia di

wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 kali/minggu dengan

prosentase 66,7%.

5. Pola gosok gigi

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola gosok gigi pada lanjut usia

di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 2 kali/hari dengan

prosentase 66,7%.

6. Pola memotong kuku

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola memotong kuku pada

lanjut usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1

kali/minggu dengan prosentase 75%.

7. Pola ganti pakaian

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola ganti pakaian pada lanjut

usia di wisma Kemuning, Cendana, Seruni, dan Anggrek adalah 1 dan 2 kali/hari

dengan prosentase sama yaitu 50%.

8. Pola mencuci pakaian

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola mencuci pakaian pada

lanjut usia di wisma adalah 2-3 kali/minggu dengan prosentase 58,3%.

9. Pola berhias

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola berhias pada lanjut usia di

wisma adalah berhias dengan prosentase 83,3%.

3.1.3. Pola aktivitas

1. Istirahat dan tidur

Analisa data 

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas (istirahat dan

tidur) pada lanjut usia di wisma adalah tidak terganggu dengan prosentase 80,6%.

2. Kegiatan panti (keagamaan)

Analisa data
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keagamaan pada lanjut

usia di wisma adalah tidak mengikuti dengan prosentase 55,6%.

3. Kegiatan keterampilan dan kesenian

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan dan

kesenian pada lanjut usia di wisma adalah tidak mengikuti dengan prosentase

55,6% dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu adanya cacat fisik, kurangnya

minat untuk mengikuti kegiatan dan dan tempat jauh dari wisma.

4. Kegiatan bimbingan sosial 

Analisa data 

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan sosial pada

lanjut usia di wisma adalah tidak mengikuti dengan prosentase 52,8 %

dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu cacat fisik, kurangnya minat untuk

mengikuti kegiatan dan tempat jauh dari wisma. 

5. Kegiatan Senam Tera

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan senam Tera pada

lanjut usia di wisma adalah tidak mengikuti dengan prosentase 61% dikarenakan

kurangnya minat, kurangnya kesadaran, kurangnya informasi tentang kesehatan

dan kecacatan fisik.

6. Kegiatan Pertanian,Perikanan, dan Perkebunan

Analisa data 
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pertanian dan

perkebunan pada lanjut usia di wisma adalah tidak mengikuti dengan prosentase

80,6 %.

7. Kegiatan kebersihan lingkungan 

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kebersihan lingkungan

pada lanjut usia di wisma adalah mengikuti dengan prosentase 58,3%.

8. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang merugikan

kesehatan pada lanjut usia di wisma adalah tidak ada kegiatan yang merugikan

kesehatan dengan prosentase 86,1%.

9. Kegiatan membersihkan rumah/kamar

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan

rumah/kamar pada lanjut usia di wisma adalah 2 kali/hari dengan prosentase 96,8

%.

10. Kegiatan membersihkan kamar mandi 

Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan kamar

mandi pada lanjut usia di wisma adalah tidak pernah membersihkan kamar mandi

dengan prosentase 52,8 % dikarenakan sebagian dari wisma telah membagi tugas

pada masing-masing lansianya pada kegiatan lain-lain.

11. Kegiatan membersihkan selokan 


Analisa data

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membersihkan selokan

pada lanjut usia di wisma adalah tidak pernah membersihkan selokan dengan

prosentase 100 % dikarenakan banyaknya selokan yang sudah rusak dan sebagian

Wisma tidak memiliki selokan.

3.2. Analisa Data

N DS DO M. keperawatan

O
1. Banyak lansia di Berdasarkan data yang Kurangnya

wisma binaan didapatkan dari penyebaran kebersihan

mengatakan bahwa kuisioner, ditemukan lansia perorangan dan

di lingkungan wisma yang tidak mencuci pakaian lingkungan

terdapat yang malas sebanyak 5,6%, lansia yang (Defisit perawatan

mandi dan merapikan tidak mencuci rambut Diri)

tempat tidur sehingga sebanyak 8,3% dan yang

baunya kurang sedap mandi 1x sebanyak 11,1%

serta lansia yang tidak berhias

sebanyak 22,7%.

Berdasarkan data yang

didapatkan dari penyebaran

kuisioner, ditemukan lansia

yang tidak pernah

membersihkan kamar

sebanyak 13,9% dan 69,6%


lansia tidak pernah

membersihkan kamar mandi.

2. Banyak lansia Berdasarkan data yang Risiko penurunan

mengatakan malas didapatkan dari penyebaran derajat kesehatan

untuk mengikuti kuisioner, ditemukan bahwa

senam tera 61% lansia tidak mengikuti

senam tera.

Berdasarkan data yang

didapatkan dari penyebaran

kuisioner, ditemukan bahwa

8,3% lansia merokok

Berdasarkan data yang

didapatkan dari penyebaran

kuisioner, ditemukan bahwa

lansia yang makan 1 kali/hari

sebanyak 2,7% dan 2 kali/hari

sebanyak 2,7%

3.5 Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya kebersihan perorangan dan lingkungan (Defisit perawatan Diri)

b/d kurangnya kesadaran lansia tentang pentingnya perawatan diri.


2. Risiko penurunan derajat kesehatan b/d ketidak mampuan lansia

dalammengenalmasalah kesehatan

3.6. Rencana Keperawatan

D Tujuan Intervensi Waktu sasaran P. Jawab evaluasi

X
1 Setelah 1. Membe- Jum’at, Para Ka.Sie 1.

. dilakukan rikan 14/12/12 Lansia di Unit Terjadi

asuhan penyu- 09.00 Panti Pelayanan pening-

keperawatan luhan WIB Tresna Soial katan

komunitas di keseha-tan Aula Werdha  Pandaan kebersih

panti sosial tentang Panti dan an pero-

Tresna Werdha personal Sosial Mahasisw rangan

selama 2 hygiene. Tresna a pada

minggu 2. Musya- Werdha lansia.

diharapkan : warah 2.

1.Meningkatka dengan Terjadi

n kebersihan petugas pening-

perorangan panti katan

pada lansia. tentang keber-

2.Meningkatka jadwal sihan

n kebersihan latihan ling-

lingkungan di personal kungan

tiap-tiap hygiene. dise-tiap


wisma. wisma

3.Menurunkan binaan.

resiko

penurunan

derajat

kesehatan pada

lansia

4.Lansia dapat

menerapkan

personal

hygiene secara

mandiri
2 Setelah 1. Musya- Jum’at, Para Ka. Sie

. dilakukan warah 14/12/12 Lansia di Unit

asuhan dengan / 09.00 Panti Pelayanan

keperawatan petugas WIB Tresna Sosial

komunitas panti Halaman Werdha Pandaan

selama 2 tentang Panti dan

minggu di jadwal Sosial Mahasisw

panti sosial makan dan Tresna a

Tresna Werdha latihan Werdha

diharapkan: senam

1.Meningkat- tera.

nya kesadaran 2.Memberi

mengikuti kan
kegiatan motivasi

senam tera. pada para

2.Meningkat- lansia agar

kan pola hidup melaku-

sehat pada kan senam

lansia tera.

3.Lansia dapat 3. Membe-

mengikuti rikan

kegiatan pendidi-

senam tera kan

sesuai jadwal keseha-tan

kegiatan. tentang

4.Melakukan kerugian

kegiatan jalan merokok

pagi disekitar kepada

panti. para lansia

5. Kebiasaan

merokok

beberapa

lansia

berkurang.

6. Pola makan

lansia teratur
3.7. POA (Planning Of Action)

No Nama Waktu/Tempat Penanggung Sumber Evaluasi

Kegiatan Jawab dr Dana proses hasil

pok sus
1. Penyuluhan 1 Jum’at 14 Ghora dan Dana dari 1.Ham-pir

tentang Desember Ibu Anik  Dinas semua

Personal 2012/ Aula Sosial kegiatan

Hygiene Panti Sosial Provinsi berja-lan

Tresna Werdha Jawa sesuai

Timur rencana yang

telah dibuat

2. Da-lam

setiap

kegiatan para

lansia me-

nang-gapi de-

ngan antusias.

3.Da-lam

setiap

kegiatan

terda-pat

dalam bebe-

rapa ham-
batan dari

lansia seper-

ti, penu-runan

pendenga-ran,

pendidikan

yang ren-dah

dan lansia

terse-but

terjadi penu-

runan daya

ingat

sehingga

informasi

yang

diberikan ku-

rang bisa

diterima oleh

para lansia

2. Senam Tera Sabtu, 15 Heni dan Ibu Dana dari 1. Ham-pir

Desember Anik  Dinas semua

2012/ Halaman Sosial kegiatan

Panti Sosial Provinsi berja-lan

Tresna Werdha Jawa sesuai renca-

Timur na yang telah


dibuat

2. Da-lam

setiap

kegiatan para

lansia me-

nanggapi de-

ngan antu-

sias.

3. Da-lam

setiap

kegiatan

terda-pat

dalam bebe-

rapa ham-

batan dari

lansia seper-

ti, penu-runan

pendengar-an,

pendi-dikan

yang ren-dah

dan lansia

terse-but

terjadi penu-

runan daya
ingat

sehingga

infor-masi

yang

diberikan ku-

rang bisa

diteri-ma oleh

para lansia

Terjadi

peningkatan

derajat

kesehatan

pada lansia.

3.8. Implementasi

1. Penyuluhan 

Penyuluhan tentang Personal Hygiene dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Desember 2012

Tempat : Aula Panti social tresna werdha

Waktu : Pukul 09.00 WIB

Sasaran : Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha

Yang dihadiri oleh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh

mahasiswa, dalam penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu :

a. Fase pembukaan
Pada fase ini dimulai denagn  salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan

dari penyuluhan yaitu tentang personal hygiene.

b. Fase penyampaian materi

1. Pada fase ini mahasiswa menyampaikan materi penyuluhan mulai dari

pengertian dari personal hygiene, serta faktor-faktornya kebutuhan kebersihan dan

fungsi kulit, kebutuhan kebeersihan rambut dan pemeliharaan rambut, memasang

kap kutu, kebutuhan gigi dan mulut.

2. Selama materi penyuluhan peserta sangat antusias mendengarkan dan

memperhatikan.

c. Fase penutup

1. Pada fase ini terdiri dari tanya jawab antara lansia dan mahasiswa.

2. Penyuluh menjawab pertanyaan dari peserta.

3. Penyuluh menyimpulkan materi penyuluhan.

4. Penyuluh mengucapkan salam dan mengucapkan terima kasih.

2. Senam Tera

Kegiatan Senam Tera dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Desember 2012

Tempat : Halaman Panti social tresna werdha

Waktu : Pukul 07.00 WIB

Sasaran : Seluruh lansia penghuni Panti Sosial Tresna Werdha

Yang dikuti oleh lansia di panti sosial Tresna Werdha serta pemaparan oleh

mahasiswa, dalam penyuluhan ini terdapat beberapa fase, yaitu:

d. Fase pembukaan
Pada fase ini dimulai dengan  salam , perkenalan, validasi, serta penjelasan tujuan

dari senam tera. 

e. Fase penyampaian materi

1. Pada fase ini mahasiswa memperagakan senam Tera.

2. Selama senam peserta sangat antusias menggerakkan badannya.

f. Fase penutup

Mahasiswa mengucapkan salam dan terima kasih.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dan

observasi, menunjukkan bahwa lansia di wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan

Anggrek tingkat perilaku hidup sehat pada khususnya personal hygiene atau

kebersihan perorangan serta lingkungan tempat tinggal (kamar atau wisma) masih

kurang memenuhi standart kesehatan.

Dari hasil yang telah dicapai, dapat disimpulkan bahwa untuk

meningkatkan pengetahuan, perilaku hidup sehat, kemauan dan kesadaran diri dari

para lansia maka mahasiswa bersama petugas panti dan para ansia turut berperan

aktif dalam mengatasi masalah personal hygiene pada lansia.

4.2 Saran

Sesuai dengan kesimpulan, kelompok menganjurkan saran yang

diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mengatasi masalah-masalah

kesehatan yang ada sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan para lansia

khususnya di wisma Kemuning, Seruni, Cendana dan Anggrek dan ruang isolasi

Cempaka dan Flamboyan dapat terwujud

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Elizabeth T. dan Judith McFarlane. Buku Ajar Keperawatan

Komunitas: Teori dan Praktik, Ed. 3. Jakarta: EGC.

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan:

Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. Jakarta:

EGC.

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai