Anda di halaman 1dari 11

- MAKALAH -

KONSEP PERILAKU

PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI

Disusun Oleh : ZAIAN

NIM : P07125121039

Kelas : Reg. A

MATA KULIAH SOSIOLOGI BUDAYA DASAR

PRODI D.III JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES BANDA ACEH

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah ‘Sosiologi Budaya
Dasar’. Adapun makalah ini membahas mengenai “KONSEP PERILAKU PENDIDIKAN
KESEHATAN GIGI”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada guru yang telah berkenan memberikan


bimbingan. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan , saya akan dengan senang hati
menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan saya selama
menjadi mahasiswi di Poltekkes Kemenkes. Akhir kata, melalui kesempatan ini saya sebagai
penyusun makalah mengucapkan banyak terimakasih.

Zaian, 27 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI …………………………………………………………….……………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………..………..….........

B. Tujuan ..………………………………………………………………..…..….......

C. Manfaat ……..………………………………………………………………….......

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Kesehatan Gigi ....…………………………………......……….......

B. Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi .... ……………………………….....………….......

C. Pengetahuan merupakan ranah kognitif ….…………………………………………….......

D. Sikap Mengenai Kesehatan Gigi ...……………………………………........…….......

E. Konsep Sehat ...………………….......................……………….......

F. Konsep Sakit ...………………….......................……………….......

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….……......................
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pendidikan kesehatan gigi merupakan suatu penerapan atau aplikasi konsep


pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat sendiri merupakan konsep seorang dalam
keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahannya.

Mengubah perilaku individu merupakan pekerjaan yang mudah, dalam hail ini
membutuhkan keterampilan khusus sebab perubahan tingkah laku individu selalu
melibatkan perubahan mental.

Ada perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis
yaitu yang dikenal dengan perubahan melalui pendidikan.

Komponen pendidikan Kesehatan Gigi yaitu :

1. Anak didik sebagai masukan akan proses menjadi keluaran / lulusan. Untuk
mengembangkan dirinya, anak didik memperoleh bantuan dan pengaruh yang baik
dari inovator (Tenaga Kesehatan, Kader Kesehatan).

2. Tujuan pendidikan sebagai target, atau kualifikasi yang ingin dicapai, yaitu
perubahan tingkah laku kearah perilaku sehat untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

3. Kurikulum, termasuk didalamnya metode, alat, materi atau bahan yang akan
disampaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan atau program kesehatan yang
akan ditunjang.

4. Pelaksana pendidikan yaitu semua petugas kesehatan yang dapat mempengaruhi


individu atau masyarakat untuk mningkatkan kesehatan mereka.
5. Lingkungan didik, lingkungan didik berpengaruh besar terhadap pendidikan.
Lingkungan dan subjek didik berada dalam situasi pendidikan, keterlibatan pendidik
dan anak didik dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. TUJUAN

A. Untuk mengetahui perilaku Kesehatan Gigi.


B. Untuk menambah wawasan bagi diri sendiri.

3. MANFAAT

Agar dapat mengetahui Pendidikan Kesehatan Gigi lebih lanjut.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Kesehatan Gigi.

Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dikaitkan
dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam konsep ini
yang dimaksudkan dengan kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di
dalam mulut, termasuk gusi.

Ada empat faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan KG, yaitu :

1. Merasa mudah terserang penyakit gigi.

2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.

3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal.

4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

B. Pengetahuan tentang kesehatan gigi.

Seseorang memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek


tertentu.

Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap panca indera.


Pengetahuan bias diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui
proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan.

C. Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan , yaitu :


1. Tahu, merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat
kembali suatu obyek tertentu.

2. Memahami, adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar obyek yang


diketahui. Contoh : Mampu menjelaskan radang gusi.

3. Aplikasi, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi sebenarnya. Contoh : Memilih sikat gigi yang benar.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau obyek ke dalam

komponen – komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.


Contoh : Mampu menjabarkan struktur jaringan periodontal dengan masing-
masing fungsinya.

5. Sintesis , yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian – bagian kedalam suatu


bentuk tertentu yang baru. Contoh : Mampu menggabungkan diet makanan yang
sehat untuk gigi, menggosok gigi tepat waktu serta mengambil tindakan yang
tepat bila ada kelainan gigi untuk mencegah penyakit gigi.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penil aian terhadap suatu obyek
tertentu. Contoh : Mampu menilai kondisi kesehatan gusi anak pada saat tertentu.

D. Sikap Mengenai Kesehatan Gigi.

Dengan mengambil dasar teori sikap, sikap mengenai kesehatan gigi terdiri atas 3
komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu obyek. Mi salnya seorang ibu


berkeyakinan bahwa radang gusi pada anak dapat dicegah dengan menggosok
gigi secara teratur, maka si ibu akan berusaha keras untuk menggosok gigi
anaknya dengan teratur.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misal pengalaman bahwa gigi


yang berlubang walau sudah di tambal masih juga sakit, tetapi setelah dicabut
tidak ada lagi keluhan, membuat seseorang menolak menambal giginya, tetapi
minta langsung dicabut saja.
3. Kecenderungan untuk bertindak. Contoh seorang ibu yang tahu kalau gusi
berdarah disebabkan oleh kekurang vitamin C, akan memberi vitamin C pada
anaknya setiap kali ia melihat gusi anaknya berdarah. Apabila ternyata pemberian
viatmin C belum juga menimbulkan penyembuhan gusi, si ibu cenderung
melakukan usaha lain, misalnya ke dokter gigi.

Sikap dibagi menjadi 4 tingkatan :

1) Menerima, artinya orang (Subyek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan


(Obyek). Misal para ibu diminta untuk memperhatikan cara mengajari anak
menggosok gigi yang benar sehingga ibu – ibu ini mau menerimanya.

2) Merespon, adalah suatu indikasi sikap pada tmenghargai adalah tingkat ke dua,
yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, baik pekerjaan itu benar atau salah dapat
diartikan bahwa orang tersebut mau menerima ide. Misal seorang ibu yang telah
diberi pendidikan mengenai menggosok gigi anak, sewaktu ditanya akan berusaha
menjawab bagaimana mengajari menggosok gigi dengan benar.

3) Menghargai adalah indikasi sikap pada tingkat ke tiga yaitu kemampuan untuk
mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya
mengajak orang lain berdiskusi tentang gusi berdarah, sebab dan akibatnya, serta
upaya mencegahnya.

4) Bertanggung jawab adalah suatu indikasi sikap pada tingkat ke empat, yaitu
kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala konsekuensinya. Misal, memilih berobat ke dokter gigi dengan
konsekuensi mengeluarkan biaya yang tidak sedikit bila dibanding berobat ke
Puskesmas atau ke dukun. Sikap tentang kesehatan gigi atau gusi merupakan hasil
dari proses sosialisasi. Seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang berupa
obyek kesehtan gigi yaitu konsep gigi atau gusi sehat dan sakit, serta upaya
pemeliharaannya melalui proses sosialisasi.
E. Konsep Sehat.

 Konsep sehat dari segi sosial : berarti kemampuan untuk membuat dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
 Konsep sehat dari aspek spiritual : berkenaan dengan kepercayaan & praktek
keagamaan, perbuatan baik, prinsip tingkah laku, cara mencapai kedamaian .
 Konsep sehat dari segi societal : Sehat pada tingkat individu, yang terjadi akibat
kondisi-kondisi social, politik, ekonomi & budaya yang melingkupi individu tersebut.

“ A state of complete physical, mental, and social well being, and not merely the absence of desease or infirmity”

: Sehat tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental dan sosial seseorang.

F. Konsep Sakit.

 Terjadinya perubahan pada tampilan tubuh seperti jadi kurus, perubahan warna kulit.
 Perubahan fungsi tubuh seperti frekuensi berkemih, menstruasi yang banyak, irama
jantung yang tidak biasa.
 Pengeluaran sesuatu dari tubuh yang tidak biasa seperti darah dalam urine, dahak.
 Perubahan fungsi anggota tubuh (Kaku).

Perilaku Sehat, adalah tindakan yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya sehat, dan

bertujuan memelihara, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

3 Tujuan yang ingin dicapai dalam perilaku sehat adalah :

o Perilaku Preventive.

Kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah Kesehatan/Penyakit.

o Protective.

Kegiatan melindungi terhadap suatu masalah Kesehatan/Penyakit.


o Promotive.

Kegiatan yang bersifat promosi Kesehatan.

Ada 3 tipe tujuan orang melakukan perilaku pencegahan penyakit gigi yang masing-
masing orang berbeda :

o Untuk meningkatkan derajat kesehatan atau menghindari kemungkinan sakit.

o Untuk mendapatkan persetujuan orang-orang terdekat .

o Untuk memperoleh pengertian agar perilaku tertentu disetujui atau diakui sendiri
manfaatnya.

o Variabel Kendala.

4 Unsur utama dalam memahami perilaku sakit :

 Perilaku sakit itu sendiri (alternative perilaku).


 Mencari pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan.
 Fragmentasi perawatan medis.
 Menunda upaya mencari pertolongan sesuai dengan gejala atau keadaan yang

dirasakan.

 Melakukan pengobatan sendiri.


 Membatalkan atau menghentikan pengobatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Pendidikan kesehatan gigi merupakan suatu penerapan atau aplikasi konsep


pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat sendiri merupakan konsep seorang dalam
keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahannya.

Mengubah perilaku individu merupakan pekerjaan yang mudah, dalam hail ini
membutuhkan ketrampilan khusus sebab perubahan tingkah laku individu selalu
melibatkan perubahan mental.

Ada perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis
yaitu yang dikenal dengan perubahan melalui pendidikan.

Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi :

1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya


pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut.

2. Menghilangkan atau mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai