Anda di halaman 1dari 30

: Hubungan Pengetahuan dan Sikap Murid Kelas V SD Terhadap Pencegahan

Keries Gigi di Wilayah Kerja Puskesmas Cakrenegara


I.

PENDAHULUAN
A. MASALAH PENELITIAN
1.

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesahatan yang optimal. Untuk mewujudkan
derakat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu
dan berkesinambungan (UU.RI, 1992).
Modal dari pada Pembanguan Nasional adalah Sumber Daya
Manusia yang sehat fisik, mental dan sosial. Sekolah adalah
lingkugan pendidikan kedua setelah keluarga merupakan lingkungan
yang strategis dalam mengembangkan nilai-nilai yang mendukung
terbentuknya sikap, prilaku hidup sehat sejahtera baik jasmani
maupun rohani. Untuk mencapai derajat yang optimal bagi peserta
didik maka sekolah memiliki wadah yang menunjang yaitu usaha
kesehatan sekolah. Anak didik atau peserta didik merupakan obyek
yang sangat vital karena disamping sebagai siswa juga sebagai

sarana sekaligus sebagai pelaksanan dari usaha kesehatan sekolah


(Selamet riyadi 1992).
Usaha kesehatan sekolah memiliki program-program yang
nantinya dapat dijadikan tolak ukur dalam tingkah laku anak yang
sehat. Oleh Karena itu melaui wadah upaya wadah sekolah ini
diharapkan agar pelaksanaan program kesehatan sekolah dapat
menunjang ke arah perbaikan kesehatan anak didik, khusnya dalam
hal ini adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS) untuk
pencegahan karies gigi ( depkes, 1992).
Dalam program UKGS dilaksanakan kegiatan pendidikan
kesehatan gigi, bersikat gigi dan berkumur dengan larutan Florida,
serta beerapa pelayanan Kurativ. Pendidikan kesehatan gigi
bertujuan membangun kebiasaan yang baik bagi kesehatan gigi
melalui penyampaikan pengetahuan yang tepat dan pembentukan
sikap yang positif. Apabila sikap yang positif terbentuk, maka
kebiasaan yang naik dapat dingbaun, apalagi pada anak seusia
Sekolah (Depkes,1991) .
Penyakit Karies Gigi bersifat Irreversible, kumulatif dan
progresif. Peningkatan kejadian karies gigi berhubungan dengan
perubahan sosial, pendidikan dan diet (Revinet Carbohidtar)
penyebab utama dari Karies Gigi adalah bakteri, makanan yang
mengandung banyak gula, kesehatan umum yang buruk pada masa

anak-anak, faktor herediter ,rendahnya kadar flour dalam air minum


(Rasinta Tarigan ,1990).
Dari hasil data Puskesmas Cakranegara tahun 2001 tahap III
( selektif) kelas V angka kejadian karies gigi adalah 38,61
%sedangakan data di kodya mataram angka kejadian karies gigi
adalah 5,53 %, di NTB angka kejadiean karies gigi yaitu 6,2 %.
Ternyata cukup besar muri deklas V sd yang mengalami karis gigi.
Berdaerkan ha;l tersebut di atas maka peneliti umencoba
untuk melakukanpenelitian tentan hubungan pengatahuan dan sikap
murid

kelas v sd terhadap pencegahan karies gigi di wilayah

puskesmas cakranegara.
2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat di rumuskan
Apakah ada hubungan pengatahuan dan sikap murid lkelas v sd
terhaadap pencegahan karies gigi.

B. TUJUAN
1.

Tujuan Umum
Mengetahuai hubungan pengtahuan dan sikap muri dekelas v sd
terhadap pencegahan karies gigi.
a.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kegitan-kegiatan UKGS
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang meyebabkan Karies Gigi.

3. Mengidentifikasi pengetahuan murid kelas v SD tentang Karies


Gigi.
4. Mengidentifikasi sikap murid kelasa v terhadap pencegahan
Karies Gigi.
5. Menganalisis hubungan pengatahuan dan sikap murid kelas v
SD terhadap pencegahan Karies Gigi.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Ada hubungan pengetahuan dan sikap murid kelas V Sd terhadap
pencegahan kejadian Karies Gigi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1.

Bagi Instansi Tempat Penelitian.


Hasil penelitian dihapakan dapat dijadikan informasi bahan
masukan bagi pyuskesmas cakranegara khusunya, dan puskesmas yang
ada di kota matram umunya, serta enetukan kebijakan yang akan
dilakukan dalam pelaksanaan usaha kesehatan ggigi sekolah pad amasa
akan datang, serta diharpkan dapat meningkatkan kesadran untuk hidup
sehat dan gigi terpelihara dengan baik.

2.

Bagi Tenaga Kesehatan


Menambah peng\etahuan tenaga kesehatan khususnya yang
bertugas diprogram UKGS dan keapuan menajalankan suatu program
secara profesionalisme sehingga lebih eningkatkan peran langsung dan
tanggung jawabnya sehing apelayanan lebih errata, lebih bertanbgung
jawab atas segala tindalkan/keputusan yang diambil.

3.

Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengtahuan dan kesadran peserta didik dalam
menjaga kebersihan mulut dan gigi supaya tidak terjadi karies gigi.

E. TINJAUAN PUSTAKA
F. Tinjauan Teoritis
1.

Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
a.

Tingkatan pengtahuan di dala domain kognitif


( Soekidejo Noto Atmojo, 2001).
1). Tahu ( know)
Tahu diartikan diartikan sebagai mengungat uatu ateri
yang telah dielajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini
adalah mengingat kembali (ReCall)

terhadapsuatu yang

spesipik dari seluruh bhan yang dipelajari atau rangsana


yantelah diterima, oleh sebab itu tahu in merupakan
tingkatanpengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajri antara
lain meneyebutkan, menguraikan mendefinisitan, menyatakan,
dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu keapuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui yang
dapat menginterprestasikan ateri tersebut secara benar orang
yangtelah paham kterhap obyek atau materi ahruus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyipulkan, meramalkan
dan sebagainy aetrhadp obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Apliction)
Aplikasi

diartikansebagai

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau


kondisi real (ssebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum rumus, metode, prsinsip
dan sebagainya dalamkontek atau situasi yang lain.
4). Analisis ( Analisys)
Analisis adalah suatu kremampuan untuk enjabarkan
ateri atau suatu obyek ke dlam komponen-komponen, tetap[I
asighh di dalam struktur organsasi tersebut, danmasih ada
kaitanya satu sama lain. Kemapuan analisi ini dapat diliat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (mebaut
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.

5). Sintesis
Sisntesis menunjukkankepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang eformulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi
atau obyek. Penelitian in berdasarkan suatu kretiria yang
dutentuka sendiri atau menggunaan kritera yang sudah ada.
b.

Sikap (Attitude)
Sikap merupaka aksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Newcomb adalah
seorang ahli psikologis social ia enyatakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak ddan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum belum meruaka suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi
adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap ini
merupakan suatu reaksi tertutup bukan metrupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yan terbuka. Sikap erupakan kesiapan bereaksi
terhadap obyek di lingkuga tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap obyek.

1). komponan pokok sikap .


Dalam bagian lain all port (1954) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 kompone pokok yaitu
a). Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
obyek .
b). Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c ). Kecendrerungan untuk bertindak.
2). Berbagai tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengatahuan, sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan
memeprhatikan stimulus yang diberikan (obyek),
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditaya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan sadalah suatu
indikasi dari sikap
c. Menghargai (valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu adalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab
Atas segala sesutu yang dipihnya dengan segala
resiko.
3). Pengukuran sikap.
Salah satu aspek yang terpenting guna eahami sikap
dan periaku anusia adlah maslah pengungkapan (assessment)
dan pengukuran sikap beberapa karakteristik sikap yaitu :
a.

Sikap mempunyai arah


Artinya sikap terpih dpada du aarah kesetujuanyatu
apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung tau
tidak mendukung, apakah memihak atau tidk memiha
terhadap sesuatu atau seseorang sebagai obyek. Orang yang
setuju, mendukungtau meihak terhadap suatu obyek

b.

Sikap memiliki intensitas


Artinya kedalaman ataau kekuatan terhadap sesuatu
belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak
berbeda. Dua orang yang saa tidak sukanya etrhadap
sesuatu, yaitu sama-sama emilki sikap yang berarh negatif
belum memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya.
Orangyang pertaa yang mungkin tidak setuju tapi orang
kedua dapat sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang

positif dapat berbeda kedalamanya bagi setiap orang. Mulai


dari agak setuju samapai pada kesetujuan yang ekstrim.
c.

Sikap emiliki keluasan


Maksudnya

kesetujuan

atau

ketidak

setujuan

terhadap suatu obyek sikap dapat mengnai hanya aspek


yang sedikit dan sangat spesipik akan tetapi dapat pula
mencakup banayak aspek yangada pad onyek sikap.
d.

Skap empunyai konsistensi


Maksudnya dalah kesesuaian antar penrnyataan
sikap yang dikemukakan dengan respon terhadap obyek
sikap yang termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oelh
sessesuain sikap antar waktu.untuk dapat konsisen, sikap
harus bertaan dlam diri individu untuk waktu ang relatif
panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, tidak labil, tidak
dapat

bertahan

lama

dikatakan

sebgai

sikap

yang

inkonsisten
e.

Sikap meiliki spontanitas


Yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk
enyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan emiliki
spontanitas yang tinggi apabila dinyatakan secaraterbuka
tanpa harus meakukan pengungkapan atau dsakan lebih
dahulu agar individu mengemukakanya (azwar. S, 1995).

2.

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)


a.

Pengertian UKGS
UKGS adalah suatu komponen dari uks dan merupakan
strategi teknis pelayanan kesehatan gigimulut bagi anak sekolah
yang pelaksanaanya disesuainakn dengan kebutuhan tumbuh
kembang anak. Usaha kesehatan yang dijalankan di sekolahsekolah denga peserta didik sebagai sarana utmanya, karena peserta
didik

bearada

dalam

tanggung

jawab

sekolah

dari

lima

sampauiidengan enam jam sehari, maka seyogyanyalah kesehatan


ikut menjadi program sekolah ( depkes, 1992).
Menurut

turmudi,

1997dlaam

bukunya

administrasi

kesehatan sekolah dan pendididkan kesehatan mengatakan :


kesehatan adalah kesejahteraan jasmani, rohani, dan social tidak
dari gangguan penyakit dan luka-luka. Menurut Undang-Undang
No. 9 tentang pokok-pokokkesehatan meliputi kesehatan badan,
rohani, (mental) dan social danbukan hanaya keadaan yan gbebas
dari penyakit, cacat dan kelembaban.
Dari kedua endapat diatas berarti kesehatan mrupakan
keadaan kesejahteraan individu baik secara fisik, mental maupun
social, sedkangka sekolah adalah suatu lemabaga(institusi) yang
denga sengaja diselenggarakan untuk emebantu sejumlah orang

yang teruatama anak-nak yang belum dewasa, gun mencapai


kedewasaanya

masing-masing

sebagai

tujuan

pendidikan

(handawarinwawi. 1985). Bertitik tolak droi pendapat para ahli


diatas, dapat disimpulkan bahawa usaha kesehatan sekolah
merupakan pembinaan kegiatan fisik, mental, social, yang
ditukukan kepad amasyarakat sekoah khususnya anak didik.
Pelayaan upaya kesehatan di puskesmas dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan pokok, termasuk kesehatan sekolah serta
kesehatan gigi dan mulut. UKGS yang telah dilaksanakan sejak
tahun 1951 erupakan suatu kegiatan yang sangat relevan
dalampelaksanaan proses penanggulanga penyakit gigi dan mulut,
hal in idisebabakan keren akeguiatan nya diaarahkan kepada
penanaman kebiasaan pelihra gigi dan mulut dikemudianhari
( depkes 1992)
b.

Tujuan Usaha Kegiatan Kesehatan Sekolah Serta


Tujuan Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Dilaksanakanya suatu usaha kesehatan sekolah sebagai
salah satu kegiatan untuk eningkatkan kemampuan hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang
sehat sehingga emungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dala rangka pemebntukan manusia Indonesia
seutuhnya (depkes, 1992). Sekolah dapat mengambil tindakan yang

tepay\t untuk endapatkan pengobatan /perawatan yang berdya guna


dan berhasil guna, tidak terbatas pada klinik sekolah saja.
Menurut indan ejan, tujuan usaha kesehtan sekolah adlah
memeprtinggi nilai kesehatan, mencegahdan mengobati penyakit
serta rehabilitasi anak-anak sekoah lingkingannya sehingga
didapatkan anak-anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya,
mencapai

kesehatan

anak-naksekolah

dan

linngkungannya

sehingga dapat memebrikan kesempatan tumbuh dan berkembang


secaraa harmonis serta belajar secara efesien dan optimal.
Peserta diddik yang sehat meiliki kesempurnaan yang
banyak untuk belajar dan berprestasi, untuk belajatr baik ereka
harus memiliki kondisi tubuh yag sehat, tanpa jasmani yang sehat
pikiran tidak dapat bekerja dengan baik. Berapapaun cerdsnya
seoranganak, etapui jika ia sering sakit sulit emeperoleh kemajuan
dalam pelajaranya. Degan dekian, ttujun usaha sekesehatan sekolah
adalah agar pesert dididk memeperoleh kesempatan untuk belajar
serat tumbuh secara harmonis denga jalan embina dan eningatkan
kesehatan, mencegah dan memebrantas penyakit, memulihkan
kesehatan, kemudiandiharapkan memiilikisikap dan tingkah laku
hidup sehat.
c.

Kegiatan UKGS
Jenis-jenis kegiatan UKGS adalah sebagai berikut :

1) Promotif, yaitu pendidikan kesehatan gigi. PENDIDIDKAN


KESEHATAN GIGI dalam usaha kesehatan gigi sekolah bukan
sekedar informative, tapi embangunperilaku sehari melalui
pengkajainpengetahuan dan pembentukan sikap yang positif
emlalui upaya edukatif yang berkesinambungan.
2) Preventif, yaiut bersikat gigi dan berkumur dengan larutan
floraid.

Kegiatanin

membutuhkan

supervisior

yang

berdedikasitnggi dan mempunyai perhatianyang besar, karena


kegata ini enjemukan baik untuk murid maupun super visior
maupun meerlukan kecermatan.
3) Kuratif, yaitu peenempatan karies dini dan pencabuta gigi susu
yang persitensi, emlalui penmeriksaan berkala (early diagnosis
zand prompttreatment)atau tidakan eerensy laianya.(FelixAJ,
1994).
3.

Karies Gigi
a.

Pengertian Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai
denga kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,
fissure dan daerah interproxsimal )eeluas kearah pulva (rasinta
taringan, 1997).
Karies gig adalah penyakit jaringan keras gig yang ditandai
dengan dimulainya kerusakan demineralisasi pelarutan pada
lapisanluar gigi (email).

Karies gigi yang lebih dikenal asyarakat sebagai penyakit


gigi berlubang adalah penyalit yang sudah dikenal sejak dulu kala
(depkes RI, 1994).
Karies gig dapat dialami oprleh setiaporang dan dapat
timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas
kebagia yang lebihdala dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau
ke pulva (sutarmi suryo, 1984).
Karies karena berbagai sebab, dianarttaranya dalah :
karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan bentuk
gigi.

Karbohidrat

yang

tertinggal

dalam

mulut

dan

mikroorganisme, merupakan peneyebab dari karies gigi, penyebab


karies gigi yang tidak langsung adadalah perukaan dan bentuk dari
igig tersebut (Andlow,1987).
Gigi dengan fiura yang dapat mengakibatkan sisa-sisa
makanan mudah elekat dan bertahan, sehing aproduksi asam ole h
bajteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbuulkan karies
gigi ( forrest, 1989).
Struktur jaringan gig terdiri dari beberap lapisan yaitu :
1.

Lapisan yang paling luar dari ahkota gigi disebut email atau
enamel dan erupakan lapisan yang paling keras.

2.

lapisan kedua berwarna agak kekuningan disebut lapisan


dentin. Dentin ini sekeras seperti lapisan enamel dan edua
lapisan in dibentuk melaului proses mandiri.

3.

lapisan paling dalam disebut rongga pulva berisi jaringan pulva


dan merulpakan lapisan lunak. Jaringan pulva merupakan
jaringan ikat yang halus berisi pepbuluh darah halus seraburt
getah

being,

selaput

saraf,

dan

sel-sel

yang

belum

berdeferesiasi (depkes, 1994).


b.

Penyebab terjadinya karies gigi


Sebagaimana telah diaktakan ialah terjadinya lubang /kerusakan
pada permukaan gigi Karen aadanay proses demineralisasi
/pelarutan pad alapisan email gigi demineralisasi ini terjadi karena
mikrooranisme membentuk suasana yang bersifat asam pad
apermukaan gigi yang dilapisi sisa makanan menyebabkan gigi
akan berlubang. Pluk adalah endapan lunak sissa makanan yang
menutupi dan melkat pada perkmukaan gig dn mengadung agaragar serta meiroorganisme ( Sutatmi Suryo, 1984).
Dengan

adanya

berbagai

kemajuan

disbanding

teknologi

peruabahan pola hidup serat pola menu mayarakat diperkirakan


konsumsi makana yang mengandung karbohidrat dan gula diamsa
mendatang akan seakin meningkat. Makana tersebut antara llain,
biscuit, roti, kue, dodol coklat, dan permen dan jajan yang
umumnya lengke pada permukaa gigi. Dampak adanya peningkatan
konsumsi akan majkana tersebut maka terjadinya suasana asam
akan makin capat derajat keasaman makin tinggi sehingga
enyebakn kterjadinya kerusajkan lubang/gig makin cepat dan

banayk pada tahap awal, kerusajkan dimulai pad alapisan luar gigi
(email gigi) karies ad tahapini disebu karies wawal. Buila pad
atahapni kkaries dibiarkan tanpa perawatabn maka proses karise
akan berlanjut ke bagian lapisan yang lebih dal;am, sehingg
amenyernag lapisan dentin, akibarnya dentin menjadi keropos
(berlubang), tahapin agak lanjut bila keadaaintetap dibiarkan aka
proses karies akan terus berlanjurt sehingga enyerang pulva dan
akan merusak jaringan pulva/ saraf gigi, pada tahapini disebut
tahap lanjut (rasinta tarigan, 19990)
c.

Gejala karies gigi


1) Gejala karis gig pad atahap awal
a)
b)

Terdapt lubang pad apermukaan gigi.


Tanpa keluha atau bis adisertai dengn keluhan rasa ngilu
bil aerkena rangsang makanan dan minuman.

2) Gejaa kares gigi pada tahap agalk lanjut


a)

Terdapa lubang yang agak dalam (mengenai lapisan dentin).

b)

Kadang-kadang disertai keluhan rasa sakit bila terkena


rangsangan makan dan minuman (panas/dingin/manis), atau
bis ajg adengab rasa sakit spontan.

3) Gejala karies gig tahap lanjut


a)

Terdapat lubang yang lebih dalam (engenai atas pulva atau


ruang pulva).

b)

Terdapt keluhan rsa spontan yan terus enerus yang hebat


denga disertai ras asakit kepaal dan bis ajuga disertai oleh
pembenggkakan pada leher (Depkes, 1994).

d.

Akibat yang ditimbulkan karies gigi


Akibat yang dstimbulakan karies gigi
1) Pada tahap awal karies gigi walaupun tidak menimbulkan
keluhan harus segera dirawat karena apabuila tidak dirawat
lubangkaries tersebut dapat mejadi tempat berkupulnya sisasisa makanan yang sulit dibersihkan sehingga lama kelamaan
proses karies emakin anjut dan akan bertambah parah.
2) Pada tahap agak lanjut, selain meimnulkan keluhanyang cukup
mengganggu, maka apabila dibiarkan tanpa perawatan, proses
karies akan semakin berlanjut sehingg aakan merusak jaringan
pulva /saraf gigi. Pada tahap karies in dapat disertai timbulya
bau mulut (halitosis) sehingg amengganggu pergaulan.
3) Pataha yang lebih lanjut perawatan karies gigi akanmemakan
waktu yang culkup lama. Apabila perawatan dilakukan tidak
tuntas maka perawatanb tersebuuuut tidak akan berhasil, dan
akibatnya proses karies sudah tidak dapat ditabnggulang I lagi
sehingga

akhirnya

tidak

aada

alternatif

lain

kecuali

dilakukanpencabutan, karena gigi tersebut bila tidak bis


adicabut dapatmenimbulkan komplikaisi yang lebih lanjut,

sebagai focus inveksi seperti terjadinya abses, sinusitis


maxilaris dan lain sebagainya (Depkes,1994).
Penyakit karies adalah slah satu penyeabhilangnya gig ikaren
aharus dicabut. Hilangny gigi adalah salah satu indicator
cacatnya fungsi kunyah, oleh Karen aitu seharusnya setia
penyakit karies gigi mendapat erawatan (andlow, 1987).
e.

Pencegahan karies gigi


Pencegahan karies gigi bertujuan untuk memepertinggi taraf hidup
deng memperpanjang kegunaan gigi dalam mulut. Pencegahan
karies gigi dapat dibagi atas dua bagian :
1)

Pencegahan umum
Dalam pencegahan unum, yang perlu diperhatikan
adalah tetap menjaga pola makanan empat sehat lima
sempurna )makanan yanernilai gizi baik ) dan mnghindari
mengkonsumsi makana yang dapat merusak gigi, yaitu
makanan yang banyak mengandung gula, karbohidrat atau
makananyang mudah lengket pada gig seperti permen, cokalat,
dodol, jenang, dan sebagainya.

2)

Pencegahan khusus
Pencegahan khussu lebih ditekaankan pacda cara
emnjaga kebersihan gigi dan mulut yang baik. Pencegahan
secara khusus ini dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu :

a)

Pencegahan
primer
Pencegahan primer ini lebihditunjukkan sebagai
tindaka proteksi agar peserta didik terhindar dari karies
gigi. Hal in dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan
kesdaran bahwa selain mejaga kebersihan mulut secara baik
dan benar, sanat pentingjuga untuk mengusahakan agar
mempunyai kualitas mulu gizi yang baik. Agar dpat
diperoleh utu giizi yang baik msyarkat harus engetahui
bahwa pada masa pemebntukan gizi dalam jumlah yang
cukup agar gigig dpat ternbentuk sempyurna. Adapun zsat
yang sangat diperlukan adalah kalsium,selain zat laiinya,
kalsium terdapat terutama dalam susu.

b)

Pencehan
sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan kepada ssern yang
sudah menderita karies gigi pada tahap awal. Pada tahap
sasaran in iperlu diberitahuka agar giggi yan terkana karies
tersebut segera dirawat dengan restorasi /penambalan gigi
supaya karies bertambah elajanjut dan kahirnay menbulkan
keluhan, denhan dekimian gigi bisa berfungsi kemabali
secra normal.

c)

Pencegahan
tersier
Pencegahan tersier dilakuakn pada sasara yang
mendeita kries pada tahap yang sudah lanjut, tetapi masih
bisa dirawat.sasaran perlu disadarkan, bahwa pad atahap
lanjut ini karies gigi bisa berbahaya, karena bisa enimbulan
keluhan yang nantinya akanmeluas seperti rasa sakit yng
terus menerus. Bengkak, badan lesu dan lainya. Diaman hal
n bisa erugikan sasaran(felisxA.J, 1994)

G. KERANGKA KONSEP
INPUT

PROSES

OUT PUT

UKGS

Murid Kelas V SD

Promotif

Pengtahauan sikap

Preventif
Kuratif
Rehabilitatatif

Keturunan
Pengetahuan ibu
Pengatauran diet
Plak lontrol

Karies GIGI

Keterangan :
: Yang Tentu
: Tidak Diteliti

H. METODE PENNELITIAN
I. Ruang Lingkup
1.

Tempat Penelitian
Peneitiasn ni dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas
Cakranegara karena eenui criteria sebagai berikut :
a.

Pada puskesmas caranegara angka kejadian karies gigi


pad anak kelas V SD cukup timngi terbuti dengan angka kejadiannya
38,61 %.

b.

Letak tempat terseut di dalam kot amtaram sehingga


lokasi mudah dijangkau.

c.
2.

Belum ada yang emelakukan penelitian sebelumnya .


Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan dala penelitian in adalah

selama bulan Maret 2003


J. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untukmenjawab


pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesultna yang mungkin
timbul selama proses penelitian (Burn &Grov, 1991)
Peenelitisan yang digunakan adlah studi korelasi karena peneliti
inginencari hubungan antara dua variabel, yaitutingkat pengatahuan dan
sikap muri dkelas V SD terhadp pendcegahabn karies gigi. Berdaserkan
waktu, penelitian in ierupakan penelitian Crossectional Karena kedua
variabel diteliti dalam satu waktu yang sama.

K. Populasi dan Sampel


1.

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian(arikunto, 1997)
populasi pada penelitian ini adalah semua murisd kela swv sd diwilayah
kerja puskesmas cakranegara yang julahnya 881 orang

2.

Sample/Samling
a.

Sampel
Sample adalahkajian sebagianatau wakil populasi yang
diteliti (arikunto, 1997) besar sample yang doiperguankan dalam
penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus :
n

4pq
L2

n1

n
1

n
N1

keterangan :
N

: jumlah sample

: populasi

: 1-P = 0,38

: ketetapan =0,1 (buku)

N1

jumlah populasi adalah 881 orang

Berdasarkan perhitungan diatas maka julah samel


dalapenelitian ini sebanyak : 85 sampel
b.

Sampling
Sampling adalah sautu proses dalam emnyeleksi prsi dari populas
untuk dapayt mewakili populasi (nursala, 201). Dalam penelitian ini
digunakan proporsional strafield random (arikunto, 1997) adalah
besar sample pad tiap strata berdasrkan proporsi sebagai beikut:
Wilayah
Babakan
Selagalas
Cakranegara
Bertais
Jumlah

c.

Populasi
313
190
142
236
881

Jumlah Sampel
30
14
23
18
85

Kriteria sample
1) Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik subyek penelitian dar suatu
populasi taregtr terjangakau yang akan diteliti (Nursalam, 2001).
Adapun criteria inklusi dalam penelitian in adalah murisd kelas
V SD yang melaksanakan UKGS dan bersedia diteliti
danemebrikan informasi yang diuperlukan peneliti.
2) Kriteria Ekslusi

Adalah menghilangkan atau egluarkan subyek yang


memenubi criteria inklusi dari stud karena berbagai sebab
(nursalam, 2001). Adapun criteria ekslusi dalam penelitian in
adlah murid kelas V SD yng tidak ersedia ditelitidan menebrikan
informasi yang diperlukan peneliti atau tidak hadir pada saat
penelitian.
L. Data yang dikumpulkan
1.

Data primer
a. Data identitas anak
b. Dat apengetahuan anakterhadap pencegahan karies gigi.
c. Data sikap nak terhadap pencegahan karies gigi.

2.

Data sekunder
a. Data tentang gambaran umum tempat penilitan
b. Data tentang hasil pemeriksaan karies gigi.

M.Cara Mengumpulakan Data


1.

Pengumpulan data primer


a. Pengumpulan data identitas anak diperoleh dari pengsisn identirtas
pada kuesioner dan data absensi kelas.
b. Pengumpulan data penatahuan anak terhadap penceghan karies gigi
yang didapat melalau wawancara dengan alat Bantu kuesioner.
c. Pengumpulan data sikap anak terhadap pencegahan karies gigi
diperolweh melaui wawancara denga alat Bantu kuesioner

2.

Data sekunder

Ganabaran umum loasi peneloitian dan dta tentang hasil


pemeiriksaan karies gigi dikumpulkan melalui wawncara dengan petugs
Puskesmas Cakranegara.

N. Cara Pengolahan Data


1.

Data pengetahuan anak tehadap pencegahan karies gigi


diberi skor dan selanjutnya dikelompokkan dandianalisa sebcara
analitik berdasrkan tingkat perngetahuan meluputi :
Baik

: > X + SD

Cukup

: X + SD

Kurang

: X < SD

(Jamaluddin Antjok, 1987).


2.

Data sikap anak tehadap pencegahan karies gigi diolah


dengan mengelompokkan sikap lalu dikatageorikan menurut skla libert
sebagai berikut : untuk pertanyaan yang favorabel (+) sangat setuju=5,
setuju=4 ragu-ragu = 3 tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1 dan
untuk pertanyaan yan unfavorable (-) sanat tidak setuju = 1, setuju 2,
ragu-ragu, = 3 sangat tidak setuju = 5. hasilnya ditaulasi dengan
menggunkan metode statistik sederhana (disrtribusi frekuensi ),
kemudian di dapatkan
X = Skor rsponden pada skala sikapa yan hendak diubah mnajdi sko T.

X = Mean skor kelompok


S = Jumah standar skor kelompok
Selanjutnya untuk engeyahui sikap murid kela sV SD yang faborabel
(+) ayayau unfavorable (-) denga menggunkan skort T.

Dmana untuk menentukan kategori sikap responden dicari nilai t (mdT0


dalam kelompok aka akan didapakan :
Siap respoden favorable(+) bilai nilai T>md T
Sikap respinden un favorable (-) bila niali T ,Md T
O. Analisis data
Data variabel yang diteliti, ditabulasi denga menggunakan tabulasi
distribusi frekeuensi keudian dibaut master tabel. Data selanjutnya di analisa
dengan menggunakan uji Chi Square data nimonal dan adata ordinal adapaun
rumus yang digunakan adalahs ebagai beriku t:

Keterangan:
Oij

: niali observasi pada absis ke 1 dan kolom ke j

Eij

: niali harapan pad baris ke 1 dan kolom ke j


: jumlah semua kategori r
: julah semua kategori c.

P. Defenisi Oresional
Definisi operasional adalah defisnisi berdsaerkan karakteristik yang
diamati sesuatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional. Dapat


diamati artinya memungkinkan peeliti untuk melakukan observasi atau u
pengukurtan secara cernmat terjhadap suatu obyek taa fenomena yang
kemudian dapat diulang lagi oleh orang lain (Nursalam, 2001).
1.

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui seseorang


ealui oranglain atau media informasi yang berkaitan dengan pencegahan
karies gigi. Lebih dari/sama denganjumlah rata-rata ditamabah standar
deviasi, pengetahuan cukup bila pengetahauan responden jumlah ratarata ditambah/sama dengan stanadar deviasi, pengetahuan kurang bila
nilai pengetahuan responden kurang dari atau sama dengan
jumlah rata-rata dikurangai standar deviasi.

2.

Sikap merupakan kesediaan untuk bersiakp dan bertindak


teradap pencegahan karies gigi.

3.

Murid Kelas V SD adalah tingkatankelas pada sekolah


dasar.

4.

Pencegahan adalah suatu cara untuk menghindari


terjadinya karies gigi.

5.

karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang


ditandai dengan diulainya kerusajkan demineralisasi pelarutan pada
lapisan luar gigi (email ).

DAFTAR PUSTAKA
Andlow. W.P (1987) Perawatan Gigi Anak Cetakan II Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta
Depaartemen Kesehatan (1990-991). Pedoman Kerja Puseksmas Cetakan IV
Jakarta.
____________________ ( 1992). Pedoman Persyaratan Usaha Kesehatan Gigi
Sekoah. Ditjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta
____________________ (1994) Modul Peyuluhan Kesehatan Gigi Mulut Di
Rumah Sakit Bagi Pertugas Penyuluhan. Direktorat Kesehatan Gigi
Ditjen Pelayanan Medik, Jakarta
____________________ (2000) Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut ,
Ditjen Palayanan Medik Direktrat Kesehatan Gigi, Jakarta
Djamaluddin, A. (1987) Skala Penilaian.andi Yokyakarta
Felix A.J (1994) Memasyarakatkan Upaya Preventif Terhadap Penyakit Gigi di
Indonesia Jurnal Jaringan Epidemiologi nasinal 3, 7-12
Forrest J O(1989) Pencegahan Penyakit Mulut, cetakan II penerbit buku
Departemen Kesehatan RI (1992) Pelayanan Persayaratan Usaha
Kesehatan Gigi Sekoah, Ditjen Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan
Gigi, Jakarta
Nursalam,

Siti

Pariani.

(2001)

Pendekatan

Praktis

Metodologi

Riset

Keperawatan Jakarta.Penerbit CV Sugeng Seto.


Susatmi S (1984) Ilmu Kedokteran Gigi. Universitas Gajah Mada . Yokakarta.
Sieget, S (1987). Statistik Parametric Untuk Ilmu-Ilmu Sosial Jakarta

Trugan R. (1990) Karies Gigi. Cetakan II. Hipokrates, Jakarta


Turmudi U (1977) Administrasi Kesehatan Sekolah dan Pendidikan Kesehatan
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai