Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Sekolah


Hari / Tanggal : / 2017
Tempat :
Waktu Pelaksanaan : s/d WIB
Peserta / Sasaran : Guru dan Siswa/i

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
siswa/i agar hidup bersih dan sehat, serta diharapkan kepada siswa/i mampu berperan
aktif mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa/i dan guru di
lingkungan sekolah.

b. Untuk meningkatkan peran aktif siswa/i dalam bidang PHBS

c. Untuk mengetahui manfaat PHBS di sekolah bagi siswa/i

d. Untuk mengetahui indikator PHBS.

B. METODE PENYAMPAIAN
Ceramah, tanya jawab / Diskusi

C. MEDIA
1. Laptop
2. LCD / Power Point
D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi


1 Pembukaan 2 menit Perkenalan
2 Penyajian 15 menit Penjelasan PHBS di sekolah
3 Tanya Jawab /Diskusi 10 menit Menjelaskan
4 Evaluasi 5 menit Tanya jawab
5 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

E. EVALUASI
Diharapkan Seluruh guru dan Siswa/i dapat mengerti mengenai Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dalam kehidupan sehari-
hari di sekolah seperti senam sehat, kantin sehat, kegiatan senam bersama dll.

F. STRATEGI PENGORGANISASIAN KEGIATAN PENYULUHAN


1. Penanggung Jawab :
2. Moderator :
3. Pemberi Materi :
4. fasilitator :
G. SETTING TEMPAT PENYAJIAN

Infokus

Fasilitator Meja Penyaji


dan moderator

Sasaran Penyuluhan

Sasaran Penyuluhan

Sasaran Penyuluhan
MATERI
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Sekolah

A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) DI SEKOLAH


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan
seseorang dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

B. Bidang PHBS
Bidang PHBS (Depkes RI, 2001) yaitu:
1. Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dan sabun, mandi minimal 2 kali sehari.
2. Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam
beryodium, menimbang berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) setiap 6 bulan.
3. Bidang Kesehatan lingkungan, seperti membuang sampah pada tempatnya,
menggunakan jamban, memberantas jentik.

C. Pengembangan PHBS
Menyadari bahwa prilaku adalah sesuatu yang rumit, prilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga
dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung prilaku. Maka promosi kesehatan dan
PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (Komprehensif).
Ksususnya dalam menciptakan prilaku baru. Kebijakan nasional promosi kesehatan telah
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS (Dinas Kesehatan Kota
Surabaya, 2009).
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Bila sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan
program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada
masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada
fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial
dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan atau
idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui
atau mendukung perilaku tersebut.
Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,
khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu
dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu:
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stake holders). Pihak-pihak
yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai
penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa
tokoh-tokoh masyarakat informal, seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, yang
umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya
dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen
dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu
singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu:
a. Mengetahui atau menyadari adanya masalah
b. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
c. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif
pemecahan masalah
d. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah
e. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

D. Penerapan PHBS di Sekolah


Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain:
1. Menanamkan nilai-nilai untuk berprilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku (kurikuler)
2. Menanamkan nilai-nilai untuk berprilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa yang
dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler)
a. Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas
b. Aktivitas kader kesehatan sekolah/dokter kecil.
c. Pemeriksaan kualitas air secara sederhana
d. Pemeliharaan jamban sekolah
e. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah
f. Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar
g. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur
h. Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi
3. Membimbing hidup bersih dan sehat melalui konseling.
4. Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa,
guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio
atau film, penempatan media poster, penyebaran leaflet dan membuat majalah
dinding.
5. Pemantauan dan evaluasi
a. Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang telah
dilaksanakan
b. Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan.
c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

E. Mamfaat PHBS di Sekolah


Manfaat PHBS di sekolah diantaranya:
1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman
penyakit.
2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada prestasi
belajar peserta didik
3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu
menarik minat orang tua (masyarakat)
4. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Suryatiningsih, 2010).
F. Indikator PHBS di Sekolah
1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat
yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat
menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci
tangan.
Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat
dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan
untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan
dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah
penyakit (Hasyim, 2009).
Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah:
a. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.
b. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).
c. Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan kuman
25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan
sabun akan dapatmembersihkan kotoran dan membunuh kuman hingga 80% dari
tangan (Hasyim, 2009)

Saat harus mencuci tangan yaitu:


a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,
berkebun)
b. Setelah buang air besar
c. Sebelum makan dan sebelum memegang makanan

Manfaat mencuci tangan diantaranya:


a. Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau SARS.
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Cara mencuci tangan yang baik dan benar 6 langkah menurut standart WHO yaitu:
a. Basuh tangan dengan air mengalir
b. Tuangkan sabun secukupnya
c. Ratakan dengan kedua telapak tangan
d. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dan tangan kanan dan sebaliknya
dari arah dalam keluar
e. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari dari arah dalam keluar
f. Jari-jari sisi dari kedua tangan saling mengunci
g. Gosok ibu jari kiri dengan cara mengusap menggunakan ibu jari kanan dari arah
ujung telunjuk hingga ujung ibu jari sebelah kanan dan lakukan sebaliknya.
h. Bersihkan telapak tangan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak
tangan kiri dan sebaliknya
i. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.

2. Jajan di kantin sekolah yang sehat


Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat
membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, Bakteri ini
mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran
mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki
lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax
(pengawet yang mengandung logam berat Boron),formalin (pengawet yang
digunakan untuk mayat), rhodamin B(pewarna merah pada tekstil), dan methanil
yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).
Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus
di kantin sekolah karena:
a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya,
terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.
b. Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa,
sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.
c. Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan
peralatan makan.
d. Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor.
e. Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.
3. Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar
manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk
diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan
yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan
hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka
yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).
Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah
suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun
alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman
penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah.
Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakan sampah menjadi tiga jenis,
yaitu:
a. Sampah non organik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan secara
alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.
b. Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami,
contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa
buah.
c. Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik bekas.

Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:


a. Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga dan tikus
b. Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara
c. Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kumankuman yang membahayakan
kesehatan
d. Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran

Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memusnahkan atau


memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan secara
sederhana sebagai berikut:
a. Penumpukan
Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung,
namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode penumpukan
bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena berjangkitnya
penyakit menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau, sumber
penyakit dan mencemari sumber-sumber air.
b. Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk
yang mempunyai nilai ekonomi.
c. Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus
diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan
kebakaran.
d. Sanitari landfill
Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh
terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang
sangat luas. Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos
dan makanan ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang
seperti sampah kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi
pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang misalnya:
a) Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening maupun
yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.
b) Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali kertas
yang berlapis minyak
c) Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue
d) Besi bekas rangka meja, besi rangka beton
e) Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember
f) Sampah basah dapat diolah menjadi kompos

Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang lain,
maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:
a. Menghemat sumber daya alam
b. Menghemat energi
c. Mengurangi uang belanja
d. Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)
e. Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.
4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang
terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan
ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan
sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda sesuai
dengan tugas atau profesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-
komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan
kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan
dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).
Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara
kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga
untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain:
a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah
tinggi, kencing manis
b. Berat badan terkendali
c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional
e. Lebih percaya diri
f. Lebih bertenaga dan bugar
g. Keadaan kesehatan menjadi lebih baik

5. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan


Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk
peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan
untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui
melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran
tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi
ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa
dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya
lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan
ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya.
Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau
pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui jika
ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.
Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu dengan
mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di Kartu
Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan terlihat berat badan atau tinggi badan
naik atau tidak naik (terlihat perkembangannya).
Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah (Depkes, 2001) antara
lain
a. Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.
b. Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan siswa.
c. Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi lebih, sehingga jika
ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar di sekolah, dapat
segera dirujuk ke Puskesmas.

6. Jamban
amban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga
kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum,
tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya,
mudah dibersihkan dan aman digunakan, terpisah antara laki-laki dan perempuan.

7. Pengendalian jentik nyamuk


a. Kepadatan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang diamati melalui indeks container
di dalam lingkungan sekolah harus nol.
b. Tersedianya poster tentang 3 M (menguras, menutup dan mengubur)
8. Peraturan dilarang merokok
Tersedianya atau adanya ketentuan dilarang merokok berupa poster dan
peraturan tertulis.

Anda mungkin juga menyukai