Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMIAH

PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1
BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil SKRT dan Surkesnas 2001 (Depkes RI, 2004), menunjukkan
bahwa dari prevalensi 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan
masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama. Penyakit gigi dan mulut
merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang semua golongan umur yang
mempunyai sifat progresif bila tidak dirawat atau diobati akan semakin parah. Penyakit gigi
dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat Indonesia adalah karies gigi dan penyakit
periodontal.
Penyakit gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang banyak
tersebar luas di seluruh dunia dan dapat dialami oleh setiap orang tanpa memandang umur,
bangsa ataupun keadaan ekonomi. Karies gigi tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan
dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih ditandai dengan kerusakan jaringan
dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) dan meluas ke arah
pulpa (Tarigan, 1990).
Tingginya angka penyakit gigi dan mulut ini sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor perilaku masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1995 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998, menyatakan
bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
(Herijulianti dkk., 2002).
Menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari dengan benar merupakan tindakan
pencegahan paling utama terhadap penyakit gigi dan mulut khususnya karies gigi dan
penyakit periodontal. Untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, maka tindakan paling tepat
untuk dilaksanakan adalah menyikat gigi. Perilaku menyikat gigi setiap hari dengan baik
dan benar merupakan metode utama untuk menghilangkan plak serta mengontrol penyakit
akibat plak, seperti karies dan periodontitis.
Menurut Riskesdas 2007 (Depkes RI, 2008), tentang presentase penduduk ≥ 10
tahun yang menyikat gigi setiap hari dan berperilaku benar dalam menyikat gigi
menunjukkan bahwa provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi yang
mempunyai persentase rendah dalam menyikat gigi setiap hari (74,7%) dan hanya 5% yang

2
berperilaku benar dalam menyikat gigi. Sedangkan berdasarkan Riskesdas 2013 (Kemenkes
RI, 2013), menunjukkan bahwa presentase penduduk ≥ 10 tahun yang menyikat gigi setiap
hari masih tetap dalam persentase rendah (74,7%) dan yang berperilaku benar dalam
menyikat gigi menurun menjadi 4,8%. Hal ini menunjukkan masih kurangnya informasi
masyarakat tentang pentingnya menyikat gigi setiap hari secara baik dan benar.
Untuk menghindari masalah kesehatan gigi dan mulut yang terjadi di masyarakat
pada semua kelompok umur, maka masayarakat perlu mendapatkan informasi atau
pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar agar mereka mampu secara
mandiri melakukan perawatan diri sendiri (self care) serta dapat berperilaku hidup bersih
dan sehat secara berkesinambungan sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit gigi dan
mulut.
Informasi atau pengetahuan kepada masyarakat tentang cara menyikat gigi yang
baik dan benar dapat dilaksanakan melalui upaya promosi kesehatan gigi dan mulut.
Mengingat salah satu kompetensi tenaga kesehatan gigi adalah melaksanakan promosi
kesehatan gigi dan mulut, maka dalam makalah ini saya akan membahas tentang “Promosi
Kesehatan Gigi dan Mulut Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Perilaku Menyikat
Gigi Yang Baik dan Benar Pada Siswa/I Sekolah Dasar.

BAB II

3
TINJAUAN TEORI

A. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan sesuatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Azwar,1983) dalam (Machfoedz, et al., 2005).
Tujuan penyuluhan kesehatan sendiri adalah mengubah perilaku masyarakat ke
arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, tentunya perubahan perilaku yang
diharapakan setelah menerima penyuluhan tidak dapat terjadi sekaligus (Herijulianti, 2002).
Menurut (Machfoedz, et al., 2005), Penyuluhan kesehatan merupakan proses perubahan,
yang bertujuan mengubah indifidu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif
secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain
pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses penyuluhan keseahatan. Adapun
tujuan penyuluhan jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan tujuan jangka
menengah adalah terciptanya pengertian, sikap, norma, dan sebagainya. Sedangkan tujuan
jangka pendek ialah tentang jangkauan kelompok sasaran atau bisa juga menyangkut
terlaksananya kegiatan-kegiatan penyuluhan.
B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2007). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman sendiri, guru, orang tua, teman,
buku atau surat kabar. Pengetahuan yang diperoleh benar atau tidak apabila kita dapat
menelusurinya sendiri (WHO, 1992).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif mempunyai 6 tingkatan
yaitu ; 1) Tahu (know), 2) Memahami (comprehension), 3) Aplikasi (application), 4)
Analisis (analysis), 5) Sintesis (synthesis), 6) Evaluasi (evaluation). Tahu (know) artinya
kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk

4
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya, misalnya dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
Memahami (comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari,
misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. Aplikasi
(application) artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-
perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat
membandingkan antara anak yang cukup gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu

5
tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan
sebagainya.
C. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance).
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan disini bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang
yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal
mungkin.
c. Perilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan
kesehatan seseorang, tetapi juga sebaliknya dapat menjadi penyebab menurunnya
kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat
tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (Health
seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri
(self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan.
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya.
Misalnya mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah,
pembuangan limbah dan sebagainya.

6
D. Perubahan Perilaku dan Indikatornya
Menurut Notoatmojo (2007), perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku atau
seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap,
yaitu :
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indicator-
indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau
kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :
 Penyebab penyakit
 Gejala atau tanda-tanda penyakit
 Bagaimana cara penularan atau kemana mencari pengobatan
 Bagaimana cara penularannya
 Bagaimana cara pencegahan termasuk imunisasi dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi :
 Jenis-jenis makanan yang bergizi
 Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya
 Pentingnya olahraga bagi kesehatan
 Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuiman keras, narkoba dan
sebagainya.
 Pentingnya isterahat yang cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
 Manfaat air bersih
 Cara-cara pembuangan limbah yang sehat termasuk pembuangan kotoran yang
sehat dan sampah.
 Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat
 Akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.

7
2. Sikap
Telah diuraikan diatas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang
terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan termasuk
penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan
menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu
indikator untuk sikap juga sejalan dengan pengetahuan kesehatn seperti di atas, yakni :
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit, adalah bagaimana penilaian atau pendapat
seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara
penularan penyakit dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, penilaian atau pendapat
seseorang terhadap cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain
pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat)
atau istirahat cukup, dan sebagainya.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan, adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau
penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan sebagainya.
3. Praktek atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai
baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan
perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu indicator praktek kesehatan juga
mencakup hal-hal tersebut diatas, yakni :
a. Tindakan (prakti) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup : a) pencegahan penyakit, mengimunisasikan
anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker
pada waktu kerja ditempat yang berdebu dan sebagainya, b) penyembuhan penyakit,
misalnya : minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter,
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat dan sebagainya.
b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

8
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan dengan
gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan narkoba dan sebagainya.
c. Tindakan (praktik) kesehatan kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban (WC),
membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci,
masak dan sebagainya.
E. Perilaku Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar
Menyikat adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan gigi dengan
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung fluoride. Menyikat gigi bertujuan
untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, mencegah dan membersihkan plak, membersihkan
pewarnaan yang menempel pada permukaan gigi, mengaplikasikan pasta gigi yang
mengandung fluor pada gigi serta memijat gusi.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi yaitu :


1. Bentuk sikat gigi yang baik.
Bentuk sikat gigi yang baik untuk digunakan adalah bulu sikat gigi lembut dan datar serta
kepala sikat gigi ramping, sehingga mudah mencapai daerah paling belakang. Bulu sikat
gigi yang keras dapat merusakkan gigi dan gusi, sedangkan kepala sikat gigi yang lebar
akan sulit menjangkau daerah paling belakang.

2. Frekuensi menyikat gigi dalam sehari.


Menyikat gigi sebaiknya dilakukan secara teratur 2 kali sehari yaitu pagi sesudah makan
dan malam sebelum tidur menggunakan pasta gigi berfluoride dengan tekanan yang ringan
dan gerakan yang lembut. Pasta gigi berperan penting dalam membersihkan dan
melindungi gigi dari kerusakan karena pasta gigi mengandung fluoride. Penggunaan pasta
gigi tidak perlu berlebihan karena yang terpenting dalam membersihkan gigi adalah cara
menyikat gigi.
9
3. Cara menyikat gigi yang benar.
Menyikat gigi yang benar harus dapat membersihkan semua permukaan gigi agar bebas
dari plak. Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan plak.
Menyikat gigi dengan tekanan yang ringan dan gerakan yang lembut sudah dapat
membersihkan plak karena plak hanya lapisan lunak. Menyikat gigi dengan tekan terlalu
kuat dan gerakan yang cepat akan merusakkan gigi dan gusi. Menyikat gigi yang tepat
dibutuhkan waktu minimal 2 menit. Semua permukaan gigi harus disikat sebanyak 5-10
kali gerakan dengan cara sebagai berikut :
a. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir dan pipi untuk rahang atas disikat dengan
gerakan searah ke bawah dan rahang bawah dengan gerakan searah ke atas.

b. Permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-langit disikat dengan
gerakan searah ke bawah.

c. Permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-langit disikat dengan
gerakan menarik ke bawah.

d. Permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah disikat dengan
gerakan searah ke atas.

10
e. Permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah disikat dengan gerakan
menarik ke atas.

f. Semua dataran pengunyah pada gigi rahang atas dan rahang bawah disikat dengan
gerakan maju mundur.

4. Cara memelihara sikat gigi setelah digunakan.


Kebersihan sikat gigi harus diperhatikan karena sikat gigi adalah salah satu sumber
menempelnya bakteri. Cara pemeliharaan sikat gigi yang baik setelah digunakan adalah
dicuci bersih dan disimpan di tempat yang kering dengan kepala sikat gigi menghadap ke
atas agar bulu sikat gigi cepat kering karena bakteri sangat menyukai tempat yang lembab.
Gantikan sikat gigi 3-4 bulan sekali atau jika bulu sikat gigi sudah rusak. Sikat gigi yang
terlalu lama tidak diganti dapat menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri. Apabila
kerusakan sikat gigi terjadi sebelum berusia 3 bulan merupakan tanda bahwa kita
menyikat gigi dengan tekanan terlalu kuat.

F. Media Promosi Kesehatan


1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan
adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin

11
disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik (TV, radio,
komputer, dan lain-lain) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif
terhadap kesehatannya.
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya (Notoatmodjo, 2005) :
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi.
2. Jenis Media Promosi Kesehatan
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)
1) Bahan bacaan : Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin,
dan sebagainya.
2) Bahan peragaan : Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide, film,
dan seterusnya.
b. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi:
1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau
foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi
dan menghibur. Adapun macam-macamnya adalah poster, leaflet, brosur,
majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.
 Kelebihan media cetak diantaranya adalah : a) Tahan lama, b) Mencakup
banyak orang, c) Biaya tidak tinggi, d) Tidak perlu listrik, e) Dapat dibawa
ke mana-mana, f) Dapat mengungkit rasa keindahan, g) Meningkatkan
gairah belajar.
 Kelemahan media cetak yaitu : a) Media ini tidak dapat menstimulir efek
suara dan efek gerak, b) Mudah terlipat (Notoatmodjo, 2005).

12
2) Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video film,
cassete, CD, VCD.
 Kelebihan media elektronika diantaranya : a) Sudah dikenal masyarakat, b)
Mengikutsertakan semua panca indra, c) Lebih mudah dipahami, d) Lebih
menarik karena ada suara dan gambar bergerak, e) Bertatap muka, f)
Penyajian dapat dikendalikan, g) Jangkauan relatif lebih besar, h) Sebagai
alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
 Kelemahan media elektronika diantaranya : a) Biaya lebih tinggi, b) Sedikit
rumit, c) Perlu listrik, d) Perlu alat canggih untuk produksinya dan persiapan
matang, e) Peralatan selalu berkembang dan berubah serta perlu
keterampilan penyimpanan, f) Perlu terampil dalam pengoperasian
(Notoatmodjo, 2005).
3) Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya: Papan
reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di
perjalanan, spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar
yang dibuat di atas secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan
dipasang di suatu tempat yang strategi agar dapat dilihat oleh semua orang,
pameran, banner dan TV layar lebar (DEPKES RI, 2006).
 Kelebihan media luar ruang diantaranya : a) Sebagai informasi umum dan
hiburan, b) Mengikutsertakan semua panca indra, c) Lebih mudah dipahami,
d) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, e) Bertatap muka,
f) Penyajian dapat dikendalikan, g) Jangkauan relatif lebih besar, h) Dapat
menjadi tempat bertanya lebih detail, i) Dapat menggunakan semua panca
indra secara langsung, dan lain-lain.
 Kelemahan media luar ruang diantaranya : a) Biaya lebih tinggi, b) Sedikit
rumit, c) Ada yang memerlukan listrik, d) Ada yang memerlukan alat
canggih untuk produk¬smya, e) Perlu persiapan matang, f) Peralatan selalu

13
berkembang dan berubah, g) Perlu keterampilan penyimpanan, h) Perlu
keterampil dalam pengoperasian (DEPKES RI, 2006).
3. Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model intervensi yang
menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu :
a. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang yang akan
dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,2005).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan harus :
1) Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya angan-angan.
2) Jelas dan dapat diukur.
3) Apa yang akan diukur.
4) Siapa sasaran yang akan diukur.
5) Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.
6) Berapa lama dan di mana pengukuran dilakukan.
Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk merancang media promosi kesehatan
dan dalam merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapkan tidak jelas dan tidak
operasional maka program menjadi tidak fokus dan tidak efektif
(Notoatmodjo,2005).
b. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan
dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya adalah
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan memberikan kepuasan pada
masing-masing segmen. Dapat juga untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan
jangkauan produk. Selain itu juga dapat menghitung jenis media dan menempatkan
media yang mudah diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi
kesehatan diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti : 1)
Data karakteristik perilaku khalayak sasaran, 2) Data epidemiologi, 3) Data
demografi, 4) Data geografi, 5) Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
c. Mengembangkan posisioning pesan

14
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk
perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap
sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan sesuatu yang dilakukan
terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon konsumen atau
khalayak sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi strategi komunikasi. Di sini
berhubungan dengan bagaimana calon konsumen menempatkan produk kesehatan di
dalam otaknya (Notoatmodjo,2005).
d. Menentukan strategi posisioning
Pada prinsipnya seseorang yang ingin melakukan kegiatan posisioning memerlukan
suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam memandang produk dan pasar yang
tengah diusahakan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
1) Identifikasi para pesaing.
Tujuannya adalah melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing yang ada di
masyarakat.
2) Persepsi konsumen.
Tujuannya adalah memperoleh sejumlah atribut yang dianggap penting oleh
khalayak sasaran.
3) Menentukan posisi pesaing.
Mengetahui posisi yang diduduki oleh pesaing dilihat dari berbagai sudut
pandang.
4) Menganalisis preferensi khalayak sasaran.
Mengetahui posisi yang dikehendaki oleh khalayak sasaran terhadap suatu
produk tertentu.
5) Menentukan posisi merek produk sendiri.
Penentuan posisi merek yang akan kita jual harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut : analisis ekonomi, komitmen terhadap segmen pasar, jangan
mengadakan perubahan yang penting, pertimbangkan simbol-simbol produk.
6) Ikuti perkembangan posisi.
Secara bersekala posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah masih
cocok dengan keadaan.

15
e. Memilih Media Promosi Kesehatan.
Pemilihan media adalah jabaran saluran yang akan digunakan untuk menyampaikan
pesan pada khalayak sasaran. Yang perlu diperhatikan di sini adalah :
1) Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran, bukan pada selera
pengelola program.
2) Media yang djpilih harus memberikan dampak yang luas.
3) Setiap media akan mempunyai peranan yang berbeda.
4) Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan
cakupan, frekuensi dan efektifitas pesan (DEPKES RI, 2006).

16
BAB III
PROMOSI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU SISWA/I
TENTANG MENYIKAT GIGI YANG BAIK DAN BENAR

A. Persiapan
Hal yang perlu dipersiapkan dalam promosi untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku
masyarakat tentang menyikat gigi yang baik dan benar adalah :
1. Advokasi kepada pihak-pihak terkait
a. Dinas Kesehatan Kota Kupang
Dinas Kesehatan Kota Kupang agar dapat membantu memperbanyak media promosi
yang sudah dipersiapkan agar dapat menjangkau lebih banyak siswa/I yang melihat
dan membaca, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam
menyikat gigi secara baik dan benar.
b. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kupang
Dapat memasukan materi kesehatan gigi dan mulut diantaranya tentang cara
menyikat gigi yang baik dan benar kedalam kurikulum sekolah.
c. Sekolah Dasar
Pihak sekolah dasar khususnya guru-guru agar dapat membantu mengarahkan
kepada seluruh siswa/I tentang tujuan dan manfaat dari media yang diberikan untuk
dilihat dan dibaca, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku dalam menyikat gigi secara baik dan benar.
2. Tenaga
Petugas kesehatan gigi yang bertugas untuk memberikan penyuluhan dan memasang
media promosi disekolah-sekolah dasar.
3. Media
Media yang dipersiapkan dan digunakan dalam promosi ini adalah menggunakan poster
yang berisi gambar-gambar dan petunjuk singkat tentang langkah-langkah menyikat
gigi secara baik dan benar.
4. Tempat
Media yang telah dipersiapkan (poster), selanjutnya di pasang pada tempat yang
strategis di seluruh sekolah dasar di Kota Kupang, sehingga mudah untuk dilihat dan

17
dibaca oleh seluruh siswa/I, sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku dalam menyikat gigi secara baik dan benar.
B. Pelaksanaan
1. Petugas kesehatan gigi meminta beberapa siswa/I untuk memperagakan cara menyikat
gigi yang biasanya dilakukan dirumah menggunakan alat peraga yang sudah
dipersiapkan (model gigi dan sikat gigi).
2. Petugas kesehatan gigi memberikan penyuluhan kepada siswa/I tentang cara menyikat
gigi secara baik dan benar menggunakan alat peraga (model gigi dan sikat gigi).
3. Petugas kesehatan gigi memasang poster yang sudah dipersiapkan pada tempat yang
strategis.
4. Petugas kesehatan menginstruksikan kepada siswa/I agar dapat melihat poster yang
telah dipasang.
C. Evaluasi
Evaluasi program promosi ini dilakukan untuk menilai hasil yang dicapai
dibandingkan dengan sumber daya (input) yang digunakan. Evaluasi merupakan
serangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan (input), pencapaian keluaran
(output) dan dampak (outcome) dengan standar atau indikator yang direncanakan. Hasil
evaluasi dapat memberikan gambaran sejauh mana program promosi kesehatan gigi
mencapai tujuannya. Selain itu, hasil evaluasi ini dapat merupakan umpan balik atau
masukan untuk perbaikan atau peningkatan program. Evaluasi mencakup empat hal yakni :
a. Apa yang di evaluasi
Hal yang perlu di evaluasi adalah “output” dan “outcome”.
b. Cara evaluasi
 Membandingkan “output” yang direncanakan dengan “output” yang dicapai.
 Membandingkan “outcome” yang direncanakan dengan “outcome” yang dicapai.
c. Pelaksana evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan secara :
 Internal : Kepala Sekolah atau Guru yang diberi wewenang.
 Eksternal : Kepala Puskesmas, Tim Pembina Program Promosi Kesehatan Gigi
tingkat Kecamatan, Kabupaten atau Provinsi.

18
d. Waktu evaluasi
 Untuk evaluasi output dilakukan setahun sekali
 Untuk evaluasi outcome dilakukan 2 tahun sekali.

19
BAB IV
KESIMPULAN

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang
semua golongan umur. Menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap hari dengan benar
merupakan tindakan pencegahan paling utama terhadap penyakit gigi dan mulut. Menjaga
kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan cara menyikat gigi. Perilaku menyikat
gigi setiap hari dengan baik dan benar merupakan metode utama untuk menghilangkan plak
serta mengontrol penyakit akibat plak, seperti karies dan periodontitis.
Perilaku penduduk ≥ 10 tahun di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyikat
setiap hari dan berperilaku benar dalam menyikat gigi masih dibawah standar Nasional. Hal
ini disebabkan karena kurangnya informasi kepada masyarakat tentang cara menyikat gigi
secara baik dan benar.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya kepada siswa/I tentang
cara menyikat gigi yang baik dan benar, maka perlu dilakukan upaya promosi kesehatan
gigi baik secara langsung melalui penyuluhan maupun tidak langsung dengan cara
menempatkan media promosi (poster) di sekolah-sekolah. Program promosi kesehatan gigi
yang telah dijalankan, perlu juga dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh mana
keberhasilannya.
Pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan perlu menaruh perhatian kepada
program promosi kesehatan gigi dan mulut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan perilaku masyarakat yang baik dibidang kesehatan gigi khususnya tentang
cara menyikat gigi secara baik dan benar. Dengan berperilaku menyikat gigi yang baik dan
benar diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat secara
optimal.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2004, Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, Dirjen Yan
Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

-------------, 2008, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Herjulianti, E.; Indriani, T.S.; Artini, S., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di SMP dan SMA atau
Sederajat, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes RI., 2012, Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di SMP dan SMA atau
Sederajat, Dirjen Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Machfoedz, I.; Suryani, E ; Sutrisno ; Santoso, S., 2005, Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan, Fitramaya, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S.; Hassan, A.; Hadi, E. N.; Krianto, T., 2012, Promosi Kesehatan Di Sekolah,
Rineka Cipta, Jakarta.

Tarigan, R., 1990, Karies Gigi, Hipokrates, Jakarta.

Sariningsih, E., 2012, Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini, Kompas Gramedia, Jakarta.

Sriyono, N.W., 2007, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Cetakan Kedua Medika
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

WHO., 1992, Pendidikan Kesehatan; Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar (terj.), ITB,
Bandung.

http://maintainingourhealth.blogspot.com/2013/07/cara-menggosok-gigi-yang-benar.html,
diunduh 04/07/2014.

Princeskalem., 2012, http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/menggunakan-dan-


memproduksi-materi.html, diunduh 04/07/2014.

http://kesmas-unsoed.info/2011/06/media-promosi-kesehatan.html, diunduh 04/07/2014.

21

Anda mungkin juga menyukai