Anda di halaman 1dari 14

CASE SCIENCE SECTION

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

‘‘Media Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut


Menggunakan Augmented Reality (AR)”

Oleh :

Dosen Pembimbing:
drg. Valendriyani Ningrum, M.P.H, Ph.D

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ”Media Promosi Kesehatan Gigi

Dan Mulut Menggunakan Augmented Reality (AR)” untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul ilmu penyakit mulut.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses

yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan ibu drg. Valendriyani Ningrum, M.P.H,

Ph.D selaku dosen pembimbing dan dorongan yang telah diberikan oleh pihak

lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena

itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Padang, 4 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................iiii
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB 2 .................................................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Permasalahan Kesehatan Gigi Dan Mulut .........Error! Bookmark not defined.
2.2 Edukasi Dan Promosi Kesehatan ........................Error! Bookmark not defined.
2.3 Media Cetak ........................................................................................................ 7
2.4 Media Sosial ....................................................................................................... 8
2.5 Augmented Reality........................................................................................... 8
BAB 3 .............................................................................................................................. 11
KESIMPULAN .............................................................................................................. 11
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang belum dapat
diselesaikan dan menjadi tantangan yang besar bagi kesehatan dunia khusus nya
untuk Indonesia. Timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada seseorang salah
satu faktor penyebabnya adalah tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal terdiri dari usia dan
jenis kelamin, sedangkan faktor external terdiri dari pekerjaan, sumber informasi,
pengalaman, sosial budaya, dan lingkungan. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku
masyarakat yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut (Ayu Dewi Kumala Ratih & Hasiva Yudita, 2019).
Menurut data WHO, karies gigi di negara-negara Eropa, Amerika, Asia,
termasuk Indonesia, prevalensinya sangat tinggi mencapai 80- 90% dari anak-anak di
bawah umur 18 tahun yaitu 6-12 tahun terserang karies gigi. Anak usia sekolah
diseluruh dunia diperkirakan 90% pernah menderita karies, prevalensi terendah
terdapat di Afrika. Data kesehatan dasar Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan
bahwa sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan adalah
karies/sakit gigi dimana sekitar 45,3%, dan sebagian besar masalah mulut lainnya
yaitu gingiva peradangan atau abses sekitar 14%. Hasil riset kesehatan dasar tahun
2018 menunjukkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 57,6%. Daerah
Sumatera Barat Persentase penduduknya yang mengalami masalah kesehatan gigi dan
mulut mencapai 58,8% dengan penyakit karies masih menjadi masalah kesehatan gigi
dan mulut yang paling banyak ditemukan di masyarakat (Riskesdas, 2018;
Suhartiningtyas D et al., 2023).
Pengetahuan tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut adalah faktor
utama yang mempengaruhi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seseorang. Hal
tersebut dikarenakan pengetahuan dapat membentuk perilaku mandiri dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pengembangan media yang tepat untuk upaya
promotif pada seseorang perlu terus dikembangkan supaya tujuan promosi kesehatan
dapat tecapai. Media promosi sebagai alat dalam menyampaikan pesan kepada
sasaran diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan terjadi perubahan perilaku
yang lebih baik pada sasaran (Nubatoni & Ayatulah, 2019).
Perkembangan ilmu pengetahuan di masa modern sangat berkembang pesat
di berbagai bidang terutama pada bidang kedokteran gigi. Inovasi ilmu pengetahuan
yang sedang dikembangan dan menjadi tren pada saat ini adalah di bidang kemajuan
teknologi digitalisasi. Kemajuan teknologi digitalisasi telah membawa kemajuan

4
5

secara eksponensial di bidang kedokteran gigi seperti menggunakan Augmented


Reality yang dapat membantu dalam berbagai macam hal seperti promosi dan alat
bantu untuk keperluan klinis. Augmented Reality dapat membuat fobia masnyarakat
tentang dokter gigi berkurang dan meningkatkan promosi kesehatan gigi pada
masyrakat serta mempermudah komunikasi antara dokter dan pasien (Huang et al.,
2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana permasalahan kesehatan gigi dan mulut di dunia, Indonesa dan
Sumatera Barat
2. Bagaimana pencegahan kesehatan gigi dan mulut dengan edukasi dan
promosi kesehatan
3. Bagaimana edukasi dan promosi kesehatan menggunakan Augmented Reality

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan menjelaskan permasalahan kesehatan gigi dan mulut di
dunia, Indonesa dan Sumatera Barat
2. Mengetahui dan menjelaskan pencegahan kesehatan gigi dan mulut dengan
edukasi dan promosi kesehatan
3. Mengetahui dan menjelaskan edukasi dan promosi kesehatan menggunakan
Augmented Reality
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Kesehatan Gigi Dan Mulut


Kesehatan gigi dan mulut sering sekali dianggap remeh dan diabaikan oleh
masyarakat dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan di masyarakat.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi dimana jaringan keras dan
jaringan lunak yang berada pada rongga mulut sehat dan bebas dari segala penyakit.
Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari seseorang dan
kualitas hidup seseorang serta dapat berkaitan dengan kesehatan tubuh yang lain.
Kesehatan gigi dan mulut apabila tidak diperhatikan akan mengalami gangguan
berbicara, gangguan penelanan makanan dan gangguan berinteraksi dengan individu
lain (Sumadewi & Harkitasari, 2023).
Menurut data WHO, penyakit kesehatan gigi dan mulut yang paling umum
sering dijumpai adalah karies gigi sedangkan penyakit gigi dan mulut lainnya seperti
penyakit periodontal, kehilangan gigi, dan kanker rongga mulut. Menurut data WHO,
karies gigi di negara-negara Eropa, Amerika, Asia, termasuk Indonesia, prevalensinya
sangat tinggi mencapai 80- 90% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun yaitu 6-12
tahun terserang karies gigi. Anak usia sekolah diseluruh dunia diperkirakan 90%
pernah menderita karies, prevalensi terendah terdapat di Afrika. Meskipun sebagian
besar penyakit gigi dan mulut dapat dicegah dikarenakan penyakit-penyakit ini
merupakan salah satu penyakit tidak menular. Tetapi penyakit gigi dan mulut masih
menjadi tantangan yang paling umum secara global, dengan dampak kesehatan, sosial
dan dampak ekonomi. Orang-orang terkena dampaknya sepanjang perjalanan hidup
mereka, mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja, dewasa dan kehidupan
selanjutnya (World Health Organization, 2020).
Di Indonesia, kesehatan gigi dan mulut belum menjadi prioritas dan
cenderung masyarakat mengabaikan keluhan apabila belum mengganggu aktivitas.
Karena rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut, tingginya biaya berobat ke dokter gigi serta pelayanan yang diberikan
cenderung bersifat kuratif dan bukan preventif dikarenakan masyarakat Indonesia
cenderung mengabaikan keluhan pada gigi apabila belum mengganggu aktivitas.
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering ditemukan di
Indonesia dengan prevalensi karies mencapai 57,6%. Penyakit ini tidak hanya
berdampak secara fisik melainkan juga berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi
dan psikologis. Selain karies gigi, penyakit periodontal juga cukup sering dijumpai
dengan prevalensi 10,4%. (Sumadewi & Harkitasari, 2023; Tim Riskesdas, 2018).
Di Sumatera Barat, kesehatan gigi dan mulut juga memiliki persentase yang
tinggi pada penyakit karies gigi 43,9% serta peyakit periodontal dengan
prevalensinya 10,4%. Dengan persentase karies gigi dan penyakit periodontal yang

6
7

tinggi, Sumatera Barat menjadi daerah yang masih kurang kesehatan gigi dan mulut
di Indonesia. Tingginya angka penyakit gigi dan mulut sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat yang belum
menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Data menunjukkan
22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat
giginya, hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu (Ayu Dewi Kumala Ratih &
Hasiva Yudita, 2019).

2.2 Edukasi Dan Promosi Kesehatan


Dengan bertambah tingginya insiden dan prevalensi penyakit gigi dan mulut
global saat ini. Segala upaya telah dilakukan untuk mencegah bertambahnya insiden
dan prevalensi penyakit gigi dan mulut di berbagai negara khususnya dengan upaya
preventif dengan cara mengedukasi dan mempromosikan pentingnya kesehatan gigi
dan mulut pada masyarakat luas. Dengan keterbatasan tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia dan waktu yang terbatas untuk mengedukasi masyarakat secara luas maka
dari itu digunakanlah berbagai macam cara untuk mengedukasi masyarakat seperti
menggunakan berbagai macam media seperti media cetak, media televisi serta
menggunakan media digitalisasi.

2.3 Media Cetak


Media cetak adalah media dalam bentuk segala sesuatu yang dicetak, tidak
hanya koran, tabloid, atau majalah. Tapi juga termasuk flyer, banner, baliho, poster,
hingga giant poster. Media cetak berawal dari ditemukannya huruf, yang merupakan
penemuan/ revolusi terbesar dalam dunia konten, dan ditemukannya “koran” pertama
yang ditulis atau lebih tepatnya dipahat diatas batu. Media cetak sendiri memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kekurangan media cetak adalah tidak dapat menyajikan
berita secara real time karena terpaut terhadap waktu terbit. Disamping kekurangan
tersebut, media cetak memiliki kelebihan dibanding media online dan media
elaktronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media massa,
media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lainya. Hasil cetakan
tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya sampai
mengerti isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan (Ikhwan, 2020).
Peran media cetak dalam edukasi dan promosi kesehatan dalam kesehatan gigi
dan mulut berperan sebagai media pembelajaran yang digunakan sebagai bantuan
untuk meningkatkan pemikiran, perasaan, perhatian, dan minat seseorang dalam
membacanya. Media cetak cukup mampu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam skala yang cukup luas tentang kesehatan gigi dan mulut. Namun seiring
dengan perkembangan zaman yang sudah semakin maju dan media cetak sudah mulai
ketinggalan zaman dengan media digitalisasi yang semakin berkembang serta
masyarakat luas lebih memilih media sosial yang lebih praktis dibandingkan dengan
8

media cetak. Tetapi media cetak untuk saat ini masih dipakai dan digunakan oleh
praktisi praktisi klinis dalam mengedukasi dan mempromosikan kesehatan gigi dan
mulut ke masyarakat luas (Anisa et al., 2023).

2.4 Media Sosial


Media sosial merupakan seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru
yang memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak
tersedia bagi orang awam. Media sosial ini memainkan peran penting dalam
kehidupan masyarakat dan banyak masyarakat yang menggunakan media sosial
Untuk rentang usia masyarakat yang menggunakan media sosial pun beraneka ragam.
Mulai dari rentang usia sekolah hingga usia purna kerja menggunakan media sosial
untuk berbagai kepentingan. Ada yang menggunakan media sosial untuk kepentingan
pembelajaran. Ada yang menggunakan sosial media untuk memperlancar
pekerjaannya. Adapula yang menggunakan media sosial untuk sekedar mencari
informasi (Liedfray et al., 2022).
Seiring dengan berkembangnya teknologi, pencarian informasi kesehatan
yang tadinya hanya dilakukan pada sumber tercetak atau pada situs kesehatan
tertentu, kini berkembang pada media internet. Di Indonesia para penguna media
sosial juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi
keuntungan bagi para praktisi klinis dalam mengedukasi dan mempromosikan
kesehatan gigi dan mulut secara praktis dan mudah kepada masyarakat luas. Media
sosial juga mempermudah masyarakat untuk mencari informasi secara mendalam
tentang informasi dan pengetahuan seputar kesehatan gigi dan mulut (Nasution et al.,
2023).

2.5 Augmented Reality


Perkembangan ilmu pengetahuan terus berkembang semakin maju di berbagai
bidang pekerjaan terutama dibidang kedokteran gigi. Berbagai macam teknologi
dikembangkan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Pada saat ini teknologi
digitalisasi sedang dikembangkan dan menjadi tren di dunia dan banyak sekali
keterampilan tentang kemajuan teknologi berbasis komputer seperti Augmented
Reality (AR). Augmented Reality (AR) menjadi aplikasi pertama yang mulai
digunakan secara luas yng dimana objek virtual 3D diintegrasikan ke dalam
lingkungan nyata 3D secara real time. Augmented Reality (AR) bertujuan untuk
“memvirtualisasikan” gambar virtual ke dalam ruang nyata, menciptakan ruang
virtual sepenuhnya di sekitar mata pengguna untuk menggantikan ruang nyata. Untuk
membuat pengguna melihat dunia yang memiliki lingkungan nyata dan dihasilkan
oleh grafik komputer dalam adegan nyata (Huang et al., 2018).
9

Dengan majunya perkembangan Teknologi Informasi (TI), solusi kedokteran


gigi yang dipimpin oleh teknologi komputer dan internet telah mencapai kemajuan
yang signifikan di seluruh dunia. Solusi digital akan menjadi tren di bidang
kedokteran gigi profesional di masa depan. Pesatnya perkembangan solusi kedokteran
gigi digital telah diterapkan baik di bidang kedokteran gigi klinis maupun bidang
pendidikan kedokteran gigi. Tren ini secara bertahap akan menantang praktik klinis
kedokteran gigi tradisional dan metode pembelajaran pendidikan kedokteran gigi.
Dengan gambaran medis yang semakin matang dapat membantu dokter
mengidentifikasi area pasien yang terkena dan melakukan pengobatan yang berbeda.
Teknologi baru yang membantu dokter secara bertahap semakin matang (Huang et
al., 2018).
Augmented Reality (AR) dapat didefinisikan sebagai sebuah teknologi yang
mampu menggabungkan benda maya dua dimensi atau tiga dimensi ke dalam sebuah
lingkungan yang nyata kemudian memunculkannya atau memproyeksikannya secara
real time. AR dapat digunakan untuk membantu memvisualisasikan konsep abstrak
untuk pemahaman dan struktur suatu model objek. Beberapa aplikasi AR dirancang
untuk memberikan informasi yang lebih detail pada pengguna dari objek nyata.
Media merupakan sebuah alat atau objek yang berfungsi sebagai penghubung antara
penerima dan pengirim pesan (Mustaqim I et al., 2016).
Manfaat Augmented Realty (AR) sangat luas dikedokteran gigi, Augmented
Realty bermanfaat untuk bidang pendidikan di dunia kedokteran gigi dan membantu
para klinisi untuk mempermudah pekerjaan mereka. Bagi pendidikan kedokteran gigi
Augmented Realty (AR) digunakan untuk memfasilitasi media belajar dan praktik
mahasiswa. Pada saat ini ada beberapa sistem dan perangkat yang menggunakan
Augmented Realty (AR) di sistem pendidikan kedokteran gigi yaitu melalui sistem
model objek untuk menggunakan handpiece dan sinkronisasi layar, karakteristik
peralatan sistem dan perbandingannya dengan sistemnya mencakup postur
ergonomis, umpan balik instan, simulasi ujian; transfer data langsung ke programmer
dan sistem dapat digunakan di kampus. Augmented Realty (AR) juga dapat melatih
penggunanya dan membuat mereka terbiasa dengan sistem, keterampilan dan
pelajaran yang diterima. Sebuah sistem dengan AR akan menjadi alat pendidikan
untuk membuat siswa belajar sendiri dan beberapa laporan membuktikan bahwa
sistem ini dapat mengurangi waktu pengajar hingga lima kali lipat jika dibandingkan
dengan metode pengajaran praklinis tradisional (Huang et al., 2018).
Pengaplikasian Augmented Realty (AR) dalam teknologi kedokteran gigi
menggunakan sistem yang menggabungkan instrumen bedah, sistem pelacakan,
gambar medis, dan komputer menjadi teknologi penggambaran waktu nyata. Sistem
pelacakan memiliki komponen yang berbeda beda untuk disusun, dan menurut fungsi
komponen, berbagai jenis dibedakan, seperti sistem pelacakan elektromagnetik dan
optik. Pada awalnya, sistem penggambaran belum cukup matang untuk melampaui
keakuratan panduan bedah. Metode pemandu bedah menunjukkan akurasi yang lebih
tinggi dibandingkan sistem penggambaran. Posisi atau tempat mencatat penting untuk
keakuratan sistem penggambaran. Tempat yang salah akan menghasilkan kesalahan
10

yang lebih besar. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan penggunaan sistem
penggambaran, terdapat berbagai cara penggambaran. Meskipun penggambaran
memainkan peran penting tetapi gambar medis berkualitas tinggi akan memberikan
informasi yang jelas kepada pasien. Gambar medis berkualitas tinggi akan
meningkatkan kecepatan tindakan klinis (Huang et al., 2018).
Beberapa kelebihan telah menunjukkan bahwa Augmented Realty (AR) telah
terbukti meningkatkan keterampilan yang diperlukan untuk beberapa tindakan klinis
kedokteran gigi, karena sangat terkait dengan penglihatan spasial, karena Augmented
Realty (AR) meningkatkan kesadaran visual ahli bedah dalam operasi berisiko tinggi
dan meningkatkan pemahaman intuitif ahli bedah terhadap bidang operasi [ 4,11,37].
Selain itu, mengurangi komplikasi iatrogenik dari pengobatan yang dilakukan seperti
cedera pada struktur anatomi di sekitarnya dan terbukti efektif dengan membantu ahli
bedah mulut untuk memvisualisasikan bidang operasi yang tidak diamati secara
langsung dengan lebih baik, membantu mengurangi waktu pembedahan dan
morbiditas, yang dapat mengakibatkan berkurangnya waktu perawatan secara
keseluruhan, dan membantu mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi ahli bedah
selama prosedur. Selain itu, hal ini membantu mengurangi jumlah sinar-X yang harus
dilakukan pasien (Al-khaled et al., 2021).
Berbeda dengan kelebihan-kelebihan yang disebutkan sebelumnya,
Augmented Realty (AR) memang memiliki kekurangan tertentu. Pada beberapa
tindakan yang membutuhkan waktu yang cepat, penerapan Augmented Realty (AR)
mengalami penurunan karena kecanggihan operasi tersebut dan semakin lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk penerapan perangkat tersebut. Selain itu, penerapan
teknis dan akurasi yang terbatas telah menimbulkan kesulitan. Tanpa lupa
menyebutkan, bahwa sistem memerlukan peralatan mahal, karena biaya sistem
Augmented Realty (AR) masih tinggi. Inilah sebabnya mengapa teknologi ini
memerlukan rasionalisasi ekonomi dan metodologis. Kelemahan tersebut tidak hanya
berlaku untuk tindakan yang memerlukan waktu yang cepat, tetapi juga penerapan
Augmented Realty (AR) pada gigi secara rutin (Al-khaled et al., 2021).
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kesehatan gigi dan mulut sering sekali dianggap remeh dan diabaikan oleh
masyarakat dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan di masyarakat.
Kesehatan gigi dan mulut apabila tidak diperhatikan akan mengalami gangguan
berbicara, gangguan penelanan makanan dan gangguan berinteraksi dengan individu
lain. Penyakit kesehatan gigi dan mulut yang paling umum sering dijumpai adalah
karies gigi sedangkan penyakit gigi dan mulut lainnya seperti penyakit periodontal,
kehilangan gigi, dan kanker rongga mulut. Meskipun sebagian besar penyakit gigi
dan mulut dapat dicegah dikarenakan penyakit-penyakit ini merupakan salah satu
penyakit tidak menular. Tetapi penyakit gigi dan mulut masih menjadi tantangan
yang paling umum secara global, dengan dampak kesehatan, sosial dan dampak
ekonomi. Orang-orang terkena dampaknya sepanjang perjalanan hidup mereka, mulai
dari masa kanak-kanak hingga remaja, dewasa dan kehidupan selanjutnya.
Dengan bertambah tingginya insiden dan prevalensi penyakit gigi dan mulut
global saat ini. Segala upaya telah dilakukan untuk mencegah bertambahnya insiden
dan prevalensi penyakit gigi dan mulut di berbagai negara khususnya dengan upaya
preventif dengan cara mengedukasi dan mempromosikan pentingnya kesehatan gigi
dan mulut pada masyarakat luas. Dengan keterbatasan tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia dan waktu yang terbatas untuk mengedukasi masyarakat secara luas maka
dari itu digunakanlah berbagai macam cara untuk mengedukasi masyarakat seperti
menggunakan berbagai macam media seperti media cetak, media televisi serta
menggunakan media digitalisasi.
Media cetak adalah media dalam bentuk segala sesuatu yang dicetak, tidak
hanya koran, tabloid, atau majalah. Tapi juga termasuk flyer, banner, baliho, poster,
hingga giant poster. Peran media cetak dalam edukasi dan promosi kesehatan dalam
kesehatan gigi dan mulut berperan sebagai media pembelajaran yang digunakan
sebagai bantuan untuk meningkatkan pemikiran, perasaan, perhatian, dan minat
seseorang dalam membacanya. Media cetak cukup mampu untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam skala yang cukup luas tentang kesehatan gigi dan mulut.
Media sosial merupakan seperangkat alat komunikasi dan kolaborasi baru yang
memungkinkan terjadinya berbagai jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia
bagi orang awam. Seiring dengan berkembangnya teknologi, pencarian informasi
kesehatan yang tadinya hanya dilakukan pada sumber tercetak atau pada situs
kesehatan tertentu, kini berkembang pada media internet.

11
12

Pada saat ini teknologi digitalisasi sedang dikembangkan dan menjadi tren di
dunia dan banyak sekali keterampilan tentang kemajuan teknologi berbasis komputer
seperti Augmented Reality (AR). Pengaplikasian Augmented Realty (AR) dalam
teknologi kedokteran gigi menggunakan sistem yang menggabungkan instrumen
bedah, sistem pelacakan, gambar medis, dan komputer menjadi teknologi
penggambaran waktu nyata. Sistem pelacakan memiliki komponen yang berbeda
beda untuk disusun, dan menurut fungsi komponen, berbagai jenis dibedakan, seperti
sistem pelacakan elektromagnetik dan optik.

3.2 Saran
Dengan bertambah majunya teknologi digital yang membantu para klinisi dan
tenaga kesehatan dalam membantu mengedukasi dan membantu mempromosikan
kesehatan gigi dan mulut serta pengaplikasiannya dalam membantu pekerjaan
tindakan diharapkan dimasa depan teknologi–teknologi digital perlu
diperkembangkan dan diperluas lagi dan ditingkatkan dikarenakan teknologi digital
sangat membantu dalam menghadapi permasalah kedokteran gigi dan mulut secara
luas.
DAFTAR PUSTAKA

Al-khaled, I., Al-khaled, A., & Abutayyem, H. (2021). Edelweiss Applied Science
and Technology Augmented Reality in Dentistry : Uses and Applications in the
Digital Era. April.
Anisa, R., Yustikasari, & Dewi, R. (2023). Media Dan Program Promosi Kesehatan
Rumah Sakit Umum Daerah di Kabupaten Purwakarta. Jurnal Ilmu Sosial Dan
Pendidikan (JISIP), 7(3), 2598–9944.
https://doi.org/10.58258/jisip.v7i1.5048/http
Ayu Dewi Kumala Ratih, I., & Hasiva Yudita, W. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Cara Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan
Ketersediaan Alat Menyikat Gigi Pada Narapidana Kelas Iib Rutan Gianyar
Tahun 2018. Dental Health Journal, 6(2), 1–4. file:///D:/semester
5/metode/jurnal/977-2309-1-SM (2).pdf
Balandin, S., Oliver, I., Boldyrev, S., Smirnov, A., Shilov, N., & Kashevnik, A.
(2010). Multimedia services on top of M3 Smart Spaces. Proceedings - 2010
IEEE Region 8 International Conference on Computational Technologies in
Electrical and Electronics Engineering, SIBIRCON-2010, 13(2), 728–732.
https://doi.org/10.1109/SIBIRCON.2010.5555154
Huang, T., Yang, C., Hsieh, Y., & Wang, J. (2018). ScienceDirect Augmented reality
( AR ) and virtual reality ( VR ) applied in dentistry. Kaohsiung Journal of
Medical Sciences, 34(4), 243–248. https://doi.org/10.1016/j.kjms.2018.01.009
Ikhwan. (2020). Inovasi Media Cetak di Era Revolusi Industri 4.0 (Studi Kasus
Tribun Timur). Jurnal Mercusuar, 1(1), 69–90. https://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/mercusuar/article/view/14589
Liedfray, T., Waani, F. J., & Lasut, J. J. (2022). Peran Media Sosial Dalam
Mempererat Interaksi Antar Keluarga Di Desa Esandom Kecamatan Tombatu
Timur Kabupaten Tombatu Timur Kabupaten Minasa Tenggara. Jurnal Ilmiah
Society, 2(1), 2.
Nasution, R. P. O., Listiyawati, L. L., & ... (2023). Gambaran Penggunaan Media
Sosial Dalam Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Pengetahuan Karies
Gigi Pada Mahasiswa Universitas Mulawarman. Mulawarman Dental …, 3(2),
79–89.
https://ocs.unmul.ac.id/index.php/MOLAR/article/view/9103%0Ahttps://ocs.un
mul.ac.id/index.php/MOLAR/article/viewFile/9103/5472
Nubatoni, M., & Ayatulah, M. (2019). Jurnal Kesehatan Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi,

13
14

6(2), 45–50.
Sumadewi, K. T., & Harkitasari, S. (2023). Edukasi kesehatan gigi dan mulut serta
cara menggosok gigi pada anak sekolah dasar di Banjar Bukian, Desa Pelaga.
Journal WMMJ Warmadewa Minesterium Medical Journal, 2(1), 1–7.
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/wmmj/article/view/6162
Tim Riskesda. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. In Lembaga Penerbit
Balitbangkes (p. hal 156).
https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3514/1/Laporan
Riskesdas 2018 Nasional.pdf
World Health Organization. (2020). Executive Board 148th Session Provisional
Agenda Item 6. World Health Organization, 148(December), 6.

Anda mungkin juga menyukai