Anda di halaman 1dari 7

Gen Z lebih sadar mental

kesehatan dan dampaknya,


tapi bantuan profesional masih belum
tersedia
jangkauan bagi sebagian besar orang

Data dari survei kami menggarisbawahi


pentingnya kesehatan mental sebagai a
kekhawatiran utama di kalangan
masyarakat Indonesia
Gen Z, dengan 51% responden
mengakuinya sebagai masalah yang
mendesak.
Meningkatnya diskusi kesehatan mental
di seluruh platform media sosial baru-
baru ini
tahun telah memberikan kontribusi yang
meningkat
kesadaran, meresap setiap hari
percakapan dan bahkan mempengaruhi
pola bahasa yang berhubungan dengan
terapi terminologi
I-NAMHS (Nasional Indonesia
Survei Kesehatan Mental Remaja) di
pada tahun 2022 menemukan bahwa
sekitar 1 dari 20
atau 5,5% remaja usia 10-17 tahun
didiagnosis menderita gangguan jiwa
dalam 12 bulan terakhir, biasanya
disebut sebagai individu yang bermental
gangguan kesehatan (ODGJ). Sementara
itu,
sekitar sepertiga, atau 34,9%, memiliki
setidaknya
satu masalah kesehatan mental,
kategorisasi
mereka sebagai individu dengan
kesehatan mental yang bermasalah
Selain menyoroti
prevalensi masalah kesehatan mental
di kalangan remaja di Indonesia,
survei juga mengungkapkan bahwa
hanya 2,6%
remaja dengan mental ini
masalah kesehatan mengakses bantuan
dan
layanan konseling.
Namun, meski mengalami peningkatan
visibilitas, tantangan besar
tetap dalam mengatasi kesehatan mental
di Indonesia. Akses ke profesional
layanan kesehatan mental tetap ada
terbatas dan masih terdapat kekurangan
kesadaran umum tentang
pentingnya kesejahteraan mental.
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018
(Riskesdas) oleh Kementerian
Kesehatan
memberikan wawasan berharga
tentang
lanskap kesehatan mental di Indonesia.
Prevalensi skizofrenia dan
gangguan psikotik dalam rumah
tangga
dilaporkan sebesar 7 orang per juta.
Yang mengkhawatirkan, 14% dari
rumah tangga ini
mengaku melakukan praktik
membelenggu sebagai a
bentuk pengekangan bagi individu
dengan
khususnya disabilitas psikososial
di daerah pedesaan.
Gen Z dan populasi yang lebih luas,
dimulai dengan peningkatan akses bagi semua
rakyat.
Meskipun perawatan kesehatan mental
tercakup dalam kesehatan nasional
asuransi (BPJS), jumlah
profesional kesehatan mental masih
amat kecil. Susy K. Sebayang, Publik
Peneliti kesehatan dari Airlangga
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018
Universitas, dan timnya, disebutkan dalam
sebuah artikel tentang Percakapan (2018) (Riskesdas) oleh Kementerian
bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk Kesehatan memberikan wawasan
sebesar berharga tentang lanskap
260 juta, hanya memiliki 773 psikiater kesehatan mental di Indonesia.
dan 451 psikolog klinis. Di dalam Prevalensi skizofrenia dan
2008, pemerintah Indonesia gangguan psikotik dalam rumah
psikolog yang diakui sebagai layanan kesehatan tangga dilaporkan sebesar 7 orang
profesional. Namun penempatannya per juta. Yang mengkhawatirkan,
psikolog di pusat kesehatan 14% dari rumah tangga ini
(Puskesmas) di seluruh Indonesia
mengaku melakukan praktik
masih sangat terbatas. Sejauh ini saja
membelenggu sebagai a bentuk
Yogyakarta berhasil menempatkan a
pengekangan bagi individu dengan
psikolog di 18 layanan kesehatannya
pusat sejak 2010. Tidak ada kota lain atau
khususnya disabilitas psikososial di
kabupaten/kota telah menerapkan hal serupa daerah pedesaan.
kebijakan.
Generasi Z mendobrak stigma seputar kesehatan mental
dan mencari dukungan pada platform digital

Mengingat masih kurangnya akses terhadap kesehatan mental


peduli di Indonesia, dapat dimengerti mengapa terjadi diskusi
kesehatan mental di sekitarnya agak terbatas
di bidang digital. Banyak individu di dalamnya
Generasi Z melakukan diagnosa diri, dan sementara itu
ini mungkin tidak ideal, penting untuk menghindarinya
memfitnah mereka karena mencari dukungan dan informasi
on line. Kenyataannya adalah kesehatan mental profesional
perawatan kesehatan sebagian besar masih di luar jangkauan
secara signifikan
sebagian dari generasi ini.
@developmentcorner
sukses pengembangan diri

Anda mungkin juga menyukai