PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kegawatdaruratan merupakan keadaan dimana pasien memerlukan tindakan medis
secepatnya yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa (nyawa) dan mencegah
terjadinya kecacatan (UU No 44 tahun 2004). Klien yang tidak segera mendapatkan
pemeriksaan dan pertolongan segera pada “the golden time period” akan berakibat
meninggalnya klien. Instalasi gawat darurat (IGD) merupakan unit pelayanan
rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan terhadap klien yang mengalami
kegawatdaruratan baik sakit fisik maupun sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan
yang telah memenuhi standar, kegawatdaruratan sendiri dapat disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan lalu lintas maupun kebakaran
1
Universitas Indonesia
2
hidup tertinggi pada kecelakaan lalu lintas di IGD BLU RSUP Prof. R. D. Kandou
Manado tertinggi bulan april 2013 yaitu sebesar 11,57 % (68 orang) (Sondakh,
Siwu, & Mallo, 2013). Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan kejadian cedera
secara nasional meningkat sebanyak 0,7 % (sebelumnya 7,5% menjadi 8,2%)
dengan prevalensi teringgi di Sulawesi selatan (12,8%) dengan penyebab tertinggi
yaitu jatuh sebanyak 40,9 % dan kecelakaan sepeda motor sebesar 40,6 %, dengan
angka kejadian tertinngi di Nusa Tenggara Timur sebanyak 55,5% (Riskesdas,
2013)
Kejadian kegawatdaruratan terhadap salah satu individu yang ada dalam keluarga
secara langsung akan berpengaruh terhadap anggota keluarga (caregiver) yang lain.
Hal ini karena kejadian kegawatdaruratan merupakan salah satu bentuk stressor
bagi keluarga, sedangkan keluarga sendiri merupakan suatu sistem yang
mempunyai hubungan sebab akibat, saling ketergantungan dan saling berinteraksi
maka apabila ada anggota keluarga menderita suatu penyakit (sakit) akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain (Friedman, Bowdens & Jones,
2010). Penilaian keluarga terhadap stressor kejadian kegawatdaruratan sangat
dipengaruhi oleh respon kognitif, respon afektif, respon fisiologis, respon perilaku
dan respon sosial (Stuart, 2015).
Kecemasan dan stress merupakan respon yang sering dihadapi oleh keluarga
(caregiver) ketika mengahadapi kegawatdaruratan, hal ini dikarenakan ketika
individu menghadapi situasi kegawatdaruratan akan menggunakan energy
emosional yang lebih daripada yang mereka sadari. Filho, Xavier, Vieira (2008)
melakukan penelitian kualitatif terhadap keluarga yang anggota keluarganya
mengalami kecelakaan lalu lintas dan dirawat di IGD mengungkapkan bahwa
mereka merasa cemas, depresi, sedih, takut, dan kuatir mengenai kondisi
keluarganya tersebut. Hal ini diperkuat oleh penelitian Jabre et. al (2013) yang
menemukan bahwa anggota keluarga yang masuk di IGD dan tidak mendampingi
anggota keluarganya dalam tindakan resusitasi mereka merasakan kecemasan yang
tinggi.
Universitas Indonesia
3
Akan tetapi kenyataan berbeda ditemukan Annisa, Chayati, & Musharyanti (2014)
bahwa keluarga (caregiver) yang menunggu anggota keluarganya di UGD sebagain
besar (60,3%) tidak mengalami kecemasan dan sisanya (39,7%) mengalami
kecemasan ringan. Hal ini didukung oleh temuan Simamorra (2012) bahwa
keluarga pasien yang anggota keluarganya dilakukan perawatan kegawatdaruratan
setengah responden mengalami kecemasan ringan (27,3%), lebih dari setengah
responden mengalami kecemasan sedang (51,5%), dan sebagian kecil responden
mengalami kecemasan berat (12,1%) dan 9,1 % tidak mengalami kecemasan. Hal
ini menunjukkan bahwa keluarga (caregiver) yang anggota keluarganya mengalami
keadaan kritis (terminal) ataupun mengalami kegawatdaruratan tidak selalu
mengalami kecemasan ataupun stress
Koping merupakan suatu upaya secara terus menerus baik perilaku dan kognitif
dalam mengelola stressor yang muncul baik dari internal maupun eksternal
(Fitzpatrick, & Wallace, 2011). Adapun Sumber koping (faktor pelindung) yang
dapat digunakan dalam keluarga yaitu keyakinan spiritual, keterampilan
penyelesaian masalah, keterampilan sosial, modal material, pengetahuan dan
intelegensi, identitas ego yang kuat, komitmen pada jaringan, stabilitas budaya,
Universitas Indonesia
4
sistem nilai dan keyakinan yang stabil serta orientasi kesehatan yang bersifat
preventif (Stuart,2015). Hasil ini sesuai dengan penelitian Peni (2014) yang
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan keluarga yang anggota keluarga
mendapatkan perawatan di ruang intensif care unit dipengaruhi oleh faktor
hubungan keluarga dengan pasien serta mekanisme koping yang digunakan oleh
keluarga.
Sumber koping yang dimiliki keluarga jika tidak dapat digunakan secara optimal
dalam mengahadapi stressor (kecemasan dan stress) yang muncul, maka secara
otomatis mekanisme koping yang ada dalam individu keluarga akan berespon
terhadap stressor yang ada. Mekanisme koping merupakan upaya yang dilakukan
untuk mengelola stress yang bersifat konstruktif ataupun destruktif (Stuart, 2015).
Mukwato, Mweemba, Makukula, & Makoleka (2010) mengungkapkan bahwa
mekanisme koping yang dapat digunakan dalam merawat anggota keluarga yang
sakit yaitu: mencari dukungan sosial, berdoa pada Tuhan, memberikan sugesti atau
afirmasi positif, dan mencari informasi dan pengetahuan. Adapun pendapat
(Carver, 1997) bahwa secara umum mekanisme koping yang biasa digunakan
adalah problem focused coping yang hasilnya cenderung mengarah kehasil positif
jika dibandingkan dengan emotion focused coping, yang lebih banyak
menggunakan emosional dan penghindaran
Mekanisme koping yang dibawa oleh pikiran seseorang secara sadar tidak
semuanya membawa koping positif (konstruktif), melainkan ada bebarapa jenis
mekanisme koping negatif (maladaptif/destruktif) yang mengkutinya. Mekanisme
koping maladaptif disebut juga sebagai “Non Coping” karena seseorang merespon
dengan mekanisme koping akan tetapi secara positif tidak mampu menangkal
stressor atau memecahkan situasi stress (Sincero, 2013). Hal ini senada dengan
O'Doherty & Doherty (2008) menemukan keluarga yang mempunyai anak retradasi
mental mayoritas keluarga menggunakan strategi koping dengan perilaku aktif,
kadang-kadang dikombinasikan dengan aktif kognitif atau strategi menghindar. Hal
ini didukung temuan Shyhrete Rexhaj, Python, Morin, Bonsack, & Favrod (2013)
bahwa gambaran jenis penyakit mempengaruhi gaya koping caregiver, adapun
Universitas Indonesia
5
Mekanisme koping merupakan pilihan atau strategi dalam merespon stressor yang
muncul dari situasi kondisi kegawatdaruratan, yang mana hal ini tidak terlepas dari
pengaruh standar keselamatan pasien (patient safety) yang ada di rumah sakit,
standar keselamatan pasien di rumah sakit salah satunya adalah standar keselamatan
pasien dan kesinambungan pelayanan (Depkes, 2006). Yang mana standar tersebut
berkaitan erat dengan sikap perawat, menurut Woitalangi (2012) dan Setiowati,
Allenidekania, & Sabri (2013) perawat memilki sikap sangat mendukung terhadap
patient safety (51,5%), akan tetapi pengetahuan perawat masih kurang terhadap
patient safety (84,8%) tersebut, untuk meningkatkan patient safety diperlukan
peningkatakan pengetahuan head nurse dan juga pelatihan mengenai budaya
patient safety. Dengan standar pelayanan keselamatan pasien dapat meningkatkan
mutu pelayanan, hal ini berarti menunjukkan bahwa semakin baik mutu pelayanan
maka secara tidak langsung patient safety juga semakin tinggi (Astuti, 2013).
Universitas Indonesia
6
Mutu pelayanan rumah sakit yang tinggi harus didukung oleh kemampuan tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, salah satunya adalah pelayanan
keperawatan. Dengan pelayanan keperawatan yang baik dan sesuai standar yang
ada, maka kualitas pelayanan juga akan semakin meningkat. Sikap caring perawat
juga merupakan cerminan dari pelayanan yang diberikan, sikap caring juga
merupakan tolak ukur mutu pelayanan keperawatan dan dapat juga meningkatkan
kepuasan pasien (Wicaksono & Prawesti, 2012; Mony & Afandi, 2014). Selain itu
juga dengan perawat berperilaku caring dapat menurunkan tingkat kecemasan
keluarga yang anggota keluarga mendapatkan perawatan di rumah sakit, seperti
halnya temuan Setyawan (2014) bahwa perawat yang mempunyai perilaku caring
baik mempunyai dampak terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu yang anaknya
dirawat di rumah sakit. Hal ini senada dengan pendapat Philips (2003) bahwa
pelayanan keperawatan dengan pendekatan caring dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan tingkat stress terhadap keluarga.
Universitas Indonesia
7
Studi pendahuluan yang dilakukan pada Maret 2016 didapatkan data bahwa
terdapat 11559 kasus di UGD RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan
perincian 5373 kasus baru dan 6186 kasus lama (kunjungan). Dari interview awal
yang dilakukan terhadap kepala ruangan bahwa tindakan yang diberikan kepada
keluarga yang masuk IGD hanya sebatas pemberian informasi secara umum
mengenai ruang perawatan, tindakan keperawatan maupun informasi mengenai
penyakit dan tindakan medis yang harus dilakukan. Untuk informasi ruang
perawatan keluarga memperoleh dari staff pendaftaran IGD, sedangkan mengenai
informasi penyakit dan tindakan medis disampaikan oleh tim medis yang ada
diruangan. Hal ini senada yang disampaikan oleh perawat pelaksana bahwa
keinginan/harapan terbesar dari keluarga saat anggota keluarga masuk di IGD
adalah kejelasan mengenai ruangan, keadaan anggota keluarga dan dapat
mendampingi anggota keluarganya yang sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perilaku caring perawat terhadap pasien ataupun keluarga sudah dilakukan oleh
perawat akan tetapi belum dilakukan secara optimal.
Data yang diperoleh dari keluarga melalui observasi diruang tunggu maupun di
ruang IGD didapatkan sebagian keluarga (caregiver) menunjukkan ekspresi wajah
rileks, bercanda dengan anggota keluarganya yang lain, dan ada sebagian keluarga
yang mondar-mandir, duduk berdiri diruang tunggu, duduk dengan menghentakan
kedua kaki kelantai, ekspresi wajah tegang bahkan ada keluarga yang menangis
setelah melihat kondisi anggota keluarganya yang sakit. Adapun menurut salah satu
anggota keluarga yang sakit menyampaikan bahwa dirinya merasa kuatir, cemas
mengenai kondisi anggota keluarganya, dan berharap semoga keluarganya cepat
sembuh dan memperoleh pertolongan yang sebaik-baiknya.
Universitas Indonesia
8
1. 2 Rumusan Masalah
Keluarga merupakan suatu sistem yang mempunyai hubungan timbal balik, saling
interaksi dan saling ketergantungan sehingga apabila ada anggota keluarga yang
sakit akan berpengaruh terhadap anggota yang lain. Pengaruh stressor terhadap
keluarga sangat dipengaruhi oleh respon kognitif, respon afektif, respon fisiologis,
respon perilaku dan respon sosial.
1.2.1 Apakah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat
kecemasan keluarga (caregiver) yang anggota keluarganya dirawat di
Instalasi Gawat Darurat
Universitas Indonesia
9
1.2.2 Apakah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat stress
keluarga (caregiver) yang anggota keluarganya dirawat di Instalasi Gawat
Darurat
1.2.3 Apakah ada hubungan antara perilaku caring perawat dengan strategi
koping keluarga (caregiver) yang anggota keluarganya dirawat di Instalasi
Gawat Darurat
1. 3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara perilaku
caring perawat dengan tingkat kecemasan, tingkat stress keluarga dan strategi
koping keluarga (Caregiver) yang mempunyai anggota keluarga dirawat di
Instalasi Gawat Darurat.
Universitas Indonesia
10
1. 4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapakan mampu memberikan manfaat bagi
managemen rumah sakit dalam pengembangan perilaku caring perawat sehingga
dapat meningkatan perilaku caring perawat di instalasi gawat darurat. Selain itu
dapat bermanfaat untuk perawat pelaksana, dalam mengevaluasi diri dalam
Universitas Indonesia
11
1.4.1.2 Hasil penelitian yang diperoleh dapat bermanfaat bagi peneliti karena
mendapatkan gambaran nyata dalam melakukan penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan akademik dalam
tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan mendapatkan pengalaman
yang berharga selama proses penelitian.
1.4.1.3 Penelitian ini menggunakan alat ukur penelitian yang digunakan untuk
mengukur perilaku caring perawat, tingkat kecemasan, tingkat stress dan
strategi koping keluarga pada situasi dan kondisi yang berbeda, sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh pihak lain (peneliti lain) yang
berkepentingan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Universitas Indonesia