Anda di halaman 1dari 5

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journal Nursing Care and Biomolecular

INTERVENSI ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY (ACT) PADA


CEMAS KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA SCHIZOFRENIA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI MODEL HILDEGARD PEPLAU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRANGGANG

INTERVENTION OF ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY (ACT) IN


FAMILY ANXIETY WITH SCHIZOFRENIA FAMILY MEMBER USING
HILDEGARD PEPLAU THEORY IN PRANGGANG COMMUNITY HEALTH
SERVICE.

Farida Hayati,

STIKES Karya Husada Kediri


Email: faridahayati71@gmail.com

ABSTRACT
Anxiety is an emotional reaction by uncomfortable feelings and worried thought. Anxiety can
occurred in family because of schizophrenia family member. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is
one of therapies to overcome the anxiety problem. The purpose of this study is to know the intervention of
ACT on the Anxiety of Family with schizofrenia using Hildegard Peplau Theory in Pranggang Community
Health Service. The design used is pre - experimental study with of one group pre – posttest design. The
numbers of population were 60 families. The sampling technique used is purposive sampling with the
number of respondents as many as 12. The result of this study is applied Paired T–Test statistical test, and it
shows ACT can decrease Anxiety of Family with Schizophrenia member by using Hildegard Peplau Theory
in Pranggang Community Health Service.
Keywords: Acceptance and Commitment Therapy (ACT), Anxiety, Schizofrenia, Hildegard Peplau Theory

PENDAHULUAN seseorang dapat berupa respon perilaku,


Cemas atau ansietas merupakan kognitif, maupun afektif. Menurut Hawari
reaksi emosional yang timbul oleh (2008), keluhan yang sering dikemukakan
penyebab yang tidak spesifik yang dapat oleh orang yang mengalami ansietas antara
menimbulkan perasaan tidak nyaman dan lain cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan
merasa terancam. Keadaan emosi ini pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
biasanya merupakan pengalaman individu merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah
yang subyektif yang tidak diketahui secara terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian
khusus penyebabnya. Cemas berbeda dan banyak orang, gangguan pola tidur,
dengan takut, seseorang yang mengalami mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan
kecemasan tidak dapat mengidentifikasikan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan
ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan
takut namun ketakutan tidak terjadi tanpa tulang, pendengaran berdenging (tinitus),
kecemasan (Kaplan HI& Sadock BJ, 2008). berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
Menurut Stuart (2007), kecemasan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit
dapat diekspresikan secara langsung melalui kepala dan sebagainya.
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara Berdasarkan data riset kesehatan dasar
tidak langsung melalui timbulnya gejala atau tahun 2007, gangguan mental emosional
mekanisme koping sebagai upaya untuk (depresi dan kecemasan) dialami sekitar 11,6
melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan % populasi Indonesia (24.708.000 orang)
meningkat sejalan dengan tingkat kecemasan. yang usianya di atas 15 tahun. Sementara data
Reaksi cemas secara fisiologis bisa timbul tahun 2009, jumlah masyarakat yang
melalui gangguan sistem tubuh antara lain mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti
sitem kardiovaskular, respirasi, stres, depresi, cemas berlebihan, ketakutan,
neuromoskular, gastrointestinal, traktus hingga kasus parah schizofrenia mencapai
urinarius, dan kulit. Selain itu reaksi cemas angka 20-30 % (Materi Pelatihan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017 - 127


Keperawatan Jiwa Masyarakat, 2013). Data dianut sehingga ia akan menerima kondisi
hasil Studi Bank Dunia WHO menunjukkan yang ada (Hayes, 2006). Penerimaan
bahwa beban keluarga yang ditimbulkan (acceptance) dan berkomitmen mempunyai
akibat masalah kesehatan jiwa mencapai dampak yang sangat besar dalam
8,1%. Angka ini lebih tinggi dari TBC (7,2%), perkembangan kondisi keluarga yang
kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan mengalami ansietas karena mempunyai
malaria(2,6%) (Jurnal Keperawatan USU, anggota keluarga gangguan jiwa menjadi
2006). data Puskesmas Pranggang bulan Juni lebih baik. Penerimaan (acceptance) memiliki
sampai Agustus 2014 menunjukkan 24 kasus arti menerima, sehingga di sini klien lebih
kunjungan pasien dengan masalah cemas. ditekankan harus terlebih dahulu mengerti
Sementara jumlah kunjungan pasien dengan akan keadaan diri dan keluarganya, kemudian
masalah psikotik/ gangguan jiwa berat pada klien bisa menerima dengan kondisinya
periode tersebut sebanyak 142. Angka (Varcolis, 2006). Komitmen (commitment)
tersebut dapat diasumsikan bahwa dari total mempunyai arti perjanjian atau keterikatan
jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa, untuk selalu melakukan sesuatu.
sebanyak 14,4% nya adalah pasien dengan Untuk mencapai tujuan tersebut,
masalah cemas. Dari hasil studi pendahuluan diperlukan pelayanan profesional bagi pasien
yang dilakukan dengan wawancara dari 5 dengan menjalin hubungan interpersonal yang
keluarga yang mengalami cemas, didapatkan terapeutik. Hildegard Peplau mengembangkan
100% keluarga mengalami cemas akibat sebuah teori model keperawatan dengan
mempunyai anggota gangguan jiwa. Cemas memerinci konsep struktural dari proses
yang dialami oleh lima keluarga tersebut interpersonal dimana terjadi hubungan antara
diantaranya, khawatir bila pasien mengamuk, perawat dan pasien (nurse-patient
kehilangan sebagian waktu untuk bekerja, relationship). Teori ini terdiri dari empat fase,
bahkan kehilangan biaya untuk merawat pada fase orientasi perawat berperan dalam
pasien, dan seperti tidak ada batas waktu membantu pasien mengenali dan memahami
untuk lepas obat. Adapun keluhan yang masalah. Dalam fase identifikasi, peran
disampaikan saat diwawancarai antara lain perawat adalah melakukan eksplorasi
sakit perut, mengalami gangguan tidur, mudah perasaan dan membantu pasien dalam
lupa, gelisah, dan nyeri otot. menghadapi penyakit serta menguatkan
Banyaknya gangguan fisik yang perasaan positif pada pribadi pasien.
dikeluhkan akibat cemas, apabila keluhan- Sedangkan pada fase eksploitasi perawat
keluhan tersebut selalu diatasi dengan diharapkan mampu memberikan pelayanan
psikofarmaka, maka dapat menimbulkan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien.
ketergantungan dan hanya berperan dalam Pada tahap ahir, yaitu fase resolusi terjadi
periode singkat dalam mengatasi gejala (Puri, pencapaian dimana tujuan bersama antara
2011). Hal ini juga mengakibatkan perawat dan pasien sudah sampai pada tahap
menurunnya kualitas pelayanan kesehatan ahir dan keduanya siap mengahiri hubungan
akibat kurangnya memperhatikan unsur terapeutik yang selama ini terjalin (Asmadi,
psikososial pasien, sehingga akan 2008).
menghilangkan potensi tatalaksana yang Teori model H. Peplau ini sesuai
efektif terhadap pasien, dan apabila kondisi dengan langkah intervensi ACT, dimana ACT
tersebut berlangsung lama akan berpengaruh merupakan suatu terapi yang bertujuan untuk
besar terhadap produktifitas dan kebersamaan meningkatkan aspek psikologi yang fleksibel
yang berkualitas dalam keluarga. atau kemampuan untuk menjalani perubahan
yang terjadi saat ini dengan lebih baik (Hayes,
Acceptance and commitment therapy 2007 dalam Endang Widuri 2012). Menurut
(ACT) merupakan salah satu intervensi Strosahl (2002) tujuan ACT adalah : (1)
masalah psikososial yang dianggap lebih membantu klien untuk dapat menggunakan
fleksibel dan lebih efektif dalam menangani pengalaman langsung untuk mendapatkan
berbagai kasus. Terapi ini mengajarkan pasien respon yang lebih efektif untuk dapat tetap
untuk menerima pikiran yang mengganggu bertahan dalam hidup, (2) mampu mengontrol
dan dianggap tidak menyenangkan dengan penderitaan yang dialaminya, (3) menyadari
menempatkan diri sesuai dengan nilai yang bahwa penerimaan dan kesadaran merupakan

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017-128


upaya alternatif untuk tetap bertahan dalam telah mendapat modifikasi sesuai karakteristik
kondisi yang dihadapinya, (4) menyadari keluarga dengan anggota schizofrenia, maka
bahwa penerimaan akan terbentuk oleh karena dilakukan kembali uji validitas dan
adanya pikiran dan apa yang di ucapkan, (5) reliabilitas. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
menyadari bahwa tujuan dari suatu perjalanan di wilayah kerja Puskesmas Pranggang selama
hidup adalah memilih nilai dalam mencapai kurang lebih 9 bulan, diamulai pada bulan
hidup yang lebih berharga. Januari sampai September 2015. Pengolahan
Penelitian ini bertujuan untuk Data sesuai dengan langkah langkah edit data
menganalisis intervensi Acceptance and (editing), memberikan kode (Coding), dan
Commitment Theraphy (ACT) terhadap cemas memberi skor (Scoring). Analisa data
keluarga dengan anggota schizofrenia menggunakan uji statistik Paired T-test
menggunakan pendekatan Teori Hildegard dengan α = 0,05.
Peplau di Wilayah kerja Puskesmas
Pranggang. Penelitian ini menjadi sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
penting mengingat populasi yang meningkat
pada penderita gangguan jiwa di Indonesia, Tabel 1. Hasil analisis intervensi acceptance
dan sebagian besar terjadi pada usia produktif. and commitment therapy (ACT) terhadap
Dengan demikian keluarga yang mengalami cemas keluarga dengan anggota schizofrenia
cemas akibat ganggguan jiwa tersebut juga menggunakan pendekatan teori model
semakin banyak. Keluarga yang mampu Hildegard Peplau di Wilayah Kerja
menerima dan berkomitmen secara adaptif Puskesmas Pranggang tanggal 3 sampai 29
akan memiliki status kesehatan yang baik dan September 2015
sebaliknya, bahkan mengalami gangguan.
Oleh karena itu diperlukan suatu terapi Pre test Post test

dengan pendekatan teori Model Keperawatan Scor Cemas F % F % Kategori

Hildegard Peplau terhadap keluarga penderita 0 0 0 0 0 Tidak ada


kecemasan
gangguan jiwa sehingga mampu merawat diri 1-13 2 17 2 17 Cemas Ringan
mereka sendiri. 14-26 9 75 10 83 Cemas Sedang
TUJUAN 27-39 1 8 0 0 Cemas Berat
Penelitian ini bertujuan untuk Total 12 100 12 100
menganalisis intervensi Acceptance and P value = 0,001 α = 0,05
Commitment Theraphy (ACT) terhadap cemas
keluarga dengan anggota schizofrenia Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan pendekatan Teori Hildegard intervensi acceptance and commitment
Peplau di Wilayah kerja Puskesmas therapy (ACT) terhadap cemas keluarga
Pranggang dengan anggota keluarga schizofrenia
menggunakan pendekatan teori model
Metode Hildegard Peplau di Wilayah Kerja
Penelitian ini menggunakan Puskesmas Pranggang didapatkan bahwa dari
rancangan “pre-experimental design“. hasil analisis menggunakan uji paired T test
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh diketahui nilai p value (0,001) < α (0,05).
keluarga dengan anggota keluarga Dilihat dari pernyataan di atas dapat diartikan
schizofrenia di di Wilayah kerja Puskesmas intervensi ACT menggunakan pendekatan
Pranggang sejumlah 60. Besar sampel yang Teori Model Hildegard Peplau dapat
diambil sejumlah 12 responden. Pengumpulan menurunkan kecemasan keluarga dengan
data dilakukan dengan menggunakan alat ukur anggota keluarga schizofrenia.
kuisioner. Instrumen penelitian yang Perubahan score rata-rata cemas dari
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 menjadi 17,4 bisa dilakukan dengan
kuesioner yang terdiri dari 39 pertanyaan dan menggunakan terapi ACT. Dari beberapa
lembar observasi Skala HARS yang telah indikator yang mengalami penurunan score
dimodifikasi untuk mengetahui tingkat cemas cemas sebelum dan setelah diberikan terapi
keluarga dengan anggota keluarga ACT ini yang paling dominan mempengaruhi
schizofrenia menggunakan pendekatan teori adalah gejala gastrointestinal.
model Hildegard Peplau. Karena instrumen ini

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017-129


Keberhasilan dalam pemberian terapi dan perasaan, kemudian menerima kondisi
ACT, terdapat beberapa faktor yang tersebut untuk melakukan perubahan yang
mendukung dari klien, walapun tingkat terjadi, dan berkomitmen pada diri sendiri
pendidikan hampir setengah responden tingkat meskipun dalam perjalanannya harus
pendidikan SMPdan dari usia sebagian besar menemui pegalaman yang tidak
responden di atas 41-60 tahun, tapi klien menyenangkan.
kooperatif dalam pemberian terapi ACT. Teknik implementasi yang dilakukan
Lingkungan juga mempengaruhi dalam adalah mengajak keluarga yang merawat
pemberian terapi ACT dan dalam anggota schizofrenia untuk mengenali
pelaksanaanya keluarga juga mendukung masalah nya, mengambil keputusan tindakan
dalam pemberian terapi ACT. Selain itu, dan berkomitmen agar tidak terjadi cemas
keberhasilan intervensi ACT juga sangat berulang. Melalui Intervensi ACT dengan
dipengaruhi oleh aplikasi teori model menggunakan pendekatan teori model
Hildegard Peplau yang mengutamakan keperawatan Hildegard Peplau yang
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh menjelaskan tentang hubungan interpersonal
perawat dengan keluarga. (nurse-patient relationship) maka proses
Terdapat keterbatasan yang keperawatan akan teraplikasikan secara
ditemukan oleh peneliti saat memberikan optimal. Sehinga dapat disimpulkan
intervensi kepada responden yaitu waktu Acceptance and Commitment Theraphy (ACT)
pemberian terapi. Pada saat pemberian terapi dapat menurunkan kecemasan keluarga
ACT ada beberapa responden kurang begitu dengan anggota keluarga schizofrenia
kooperatif dalam mengikuti sesi-sesi terapi menggunakan pendekatan teori Hildegard
ACT mungkin disebabkan kejenuhan akan Peplau di Wilayah Kerja Puskesmas
waktu dalam proses pemberian terapi. Tetapi, Pranggang.
peneliti telah mengantisipasinya dengan cara
meminimalkan waktu dan tidak berbelit-belit Referensi
saat menyampaikan prosedur. Adapun strategi
yang digunakan peneliti yaitu Asmadi.2008. Konsep dan Aplikassi
menggabungkan sesi teknik pelaksanaan ACT Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
pada sesi 2 dan 3 dalam satu kali Salemba Medika
pertemuan.Selain itu, terdapat beberapa Friedman, 2010/2013. Buku Ajar
responden yang dalam pemberian terapi Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan
tertunda pada sesi terahir. Meskipun secara Praktik. Jakarta EGC
teori tidak ditentukan jumlah hari dalam Gail W Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan
pemberian terapi ACT, namun sangat Jiwa (Edisi 5). Jakarta: EGC
mungkin adanya faktor lain yang Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas
mempengaruhi kondisi psikologis responden. dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
Apabila faktor tersebut mendukung untuk FKUI
menurunkan cemas, maka penurunan score Ida, T. Wardiyah D. 2006. Hubungan
cemas yg terjadi tidak murni efek terapi saja, Pengetahuan Keluarga Dengan Tingkat
atau sebaliknya. Kecemasan Dalam Menghadapi
Anggota Keluarga Yang Mengalami
KESIMPULAN Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa
Intervensi ACT ini mengajak klien Propinsi Sumatera Utara Medan.
untuk tidak menghindari tujuan hidup, Jurnal Keperawatan, Volume 2 No.1
walaupun upaya-upaya yang sudah dilakukan Kaplan & Shadock.2008. Sinopsis Psikiatri.
dapat ditemukan pengalaman-pengalaman Jakarta : Binarupa Aksara
yang tidak menyengangkan. Dapat Notoatmodjo, S.2010. Metodologi Penelitian
disimpulkan bahwa ACT adalah suatu terapi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
yang mengunakan konsep penerimaan, Nursalam. 2013. . Metodologi Penelitian Ilmu
kesadaran dan penggunaan nilai-nilai pribadi Keperawatan. Jakarta Salemba Medika.
klien untuk menghadapi stesor internal dalam Puri, B.K. 2012. Buku Ajar Psikiatri, Ed.2.
jangka panjang, yang dapat membantu Jakarta: EGC
individu untuk dapat mengidentifikasi pikiran

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017-130


Paula j. Christensen. Dan Janet W. Kenney. Townsend, M. 2010. Buku Saku Diagnosis
Proses keperawatan Aplikasi Model Keperawatan Psikiatri Rencana
Konseptual . 2009. Jakarta . EGC Asuhan dan Medikasi Psikotropik.
Setiadi, Proses & Konsep Keperawatan Jakarta: EGC
Keluarga. 2008. Yogyakarta: Graha www. Journal The counseling Psichologist.
Ilmu 2006. Acceptance and Commotment
Sujarweni, W. 2012. Statiska Untuk Theraphy Hayes, et all. Diunduh
Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu tanggal 9 Januari 2015.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 2 No 2 Tahun 2017-131

Anda mungkin juga menyukai