Abstrak
Latar belakang: Gangguan mental emosional pada Fakultas Kedokteran (FK) merupakan
kondisi distres psikologik akibat adanya stresor. Beberapa kondisi stresor pada FK berkaitan
dengan kemampuan adaptasi, bahan ujian yang banyak, keterbatasan waktu belajar,
kemampuan keterampilan klinis, banyaknya ujian yang dihadapi, dll.
Metode: Penelitian deskriptif observasi - cross sectional yang dilakukan di FK Universitas
Tarumanagara (UNTAR) pada tahun 2012.
Hasil: Dari 137 responden, didapatkan responden yang mengalami kecemasan sebanyak 95
responden (18.2%) dan depresi sebanyak 42 responden (69.3%). Berdasarkan hasil
perhitungan analisis univariat didapatkan responden yang berasal dari suku Tionghoa
(75.2%), menganut agama Kristen (35.8%), memiliki IMT normal (62.0%), tinggal bersama
keluarga kandung (56.9%), memiliki dukungan finansial yang cukup (85.4%), masuk ke FK
atas dasar keinginan sendiri (75.2%), tidak mempunyai masalah dalam beradaptasi di
lingkungan FK (88.3%), tidak merokok (97.8%) dan minum alkohol (94.9%), dan
memperoleh nilai C dalam ujian blok ke-10 (58.4%.).
Diskusi: Dalam hubungannya dengan beberapa karakteristik responden, didapatkan hasil
berupa tidak adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan
kondisi kecemasan dan depresi (p value > 0.05). Hubungan yang bermakna didapatkan pada
kondisi stres yang menjadi stresor terhadap kondisi kecemasan depresi pada responden (p
value >0.00). Sedangkan hasil uji korelasi Spearman terhadap skor kecemasan dan depresi
(p value=0.000) didapatkan adanya korelasi yang bermakna.
Kesimpulan: Kondisi kecemasan dan depresi merupakan masalah awal kondisi gangguan
mental emosional di FK. Adanya keterkaitan antara kondisi kecemasan dengan stres dan
depresi menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan, guna mencegah terjadinya masalah lebih
lanjut.
Kata kunci: mahasiswa fakultas kedokteran, kecemasan, depresi
Latar Belakang
Gangguan mental emosional adalah sebuah kondisi distres psikologik yang ditandai dengan
adanya perubahan psikologis seseorang akibat adanya stresor. (1,2) Penelitian Murray et al,
menyebutkan bahwa gangguan mental emosional termasuk salah satu dari 291 penyakit
yang umum terjadi pada masyarakat dengan prevalensi sebesar 7.4%. (3) Di Indonesia, data
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013 menyebutkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia adalah 11.6% dan 6.0%. (1,2) Meskipun
terdapat penurunan prevalensi gangguan mental emosional dalam kurun waktu 6 tahun,
gangguan mental emosional masih menjadi tantangan bagi Indonesia. (1,2,4,5) Beberapa
kondisi gangguan mental emosional yang kini menjadi tantangan bagi setiap negara di dunia
adalah gangguan kecemasan dan depresi. (4,5)
Data dari National Alliance on Mental Illness menyebutkan bahwa prevalensi
kecemasan dan depresi pada penduduk dewasa di Amerika Serikat sebesar 6.9% (14.8 juta
jiwa) dan 18.1% (42 juta jiwa). (6) Sedangkan pada tahun 2007 di Australia, National
Survey of Mental Health and Wellbeing menyebutkan bahwa 45.5% penduduk dengan
rentang usia 16-85 tahun mengalami gangguan kecemasan. (7) Dari data tersebut,
disebutkan pula bahwa kelompok usia muda merupakan kelompok usia yang paling rentan
mengalami kondisi kecemasan dibandingkan kelompok usia lainnya. (7)
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan mental pada kelompok usia
muda adalah program studi. Program studi Fakultas Kedokteran (FK) adalah salah satu dari
beberapa program studi yang dianggap rentan terhadap kondisi kecemasan dan depresi.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi kecemasan dan depresi pada mahasiswa
FK adalah kemampuan adaptasi, bahan ujian yang banyak, keterbatasan waktu belajar,
kemampuan ketrampilan klinis, banyaknya ujian yang dihadapi, dll. (8-15) Data dari
Muhammad S. Khan (2006) menyebutkan bahwa prevalensi kecemasan dan depresi pada
mahasiswa FK di Karachi, Pakistan mencapai angka 70.0%. (10) Penelitian Tabassum Alvi
(2010) menyebutkan bahwa prevalensi kecemasan dan depresi pada 279 mahasiswa Wah
Medical Students di Pakistan sebesar 47.7% dan 35.1%. (9) Penelitian Nauman Arif Jadoon
(2010) di Nishtar Medical College menyebutkan bahwa prevalensi kecemasan dan depresi
pada mahasiswa FK tahun pertama, kedua, dan ketiga adalah 45.86%, 52.85%, 47.14%. (16)
Penelitian Ajit Singh (2010) menyebutkan bahwa prevalensi depresi pada mahasiswa FK di
India sebesar 49.1%. (17) Penelitian Khalid S Al-Geban (2010), menyebutkan bahwa
prevalensi kecemasan dan depresi pada mahasiswa FK di Saudi Arabia sebesar 66.2% dan
41.5%. (18) Sedangkan di Indonesia, prevalensi kecemasan pada mahasiswa FK Universitas
Tanjungpura dan Universitas Airlangga yaitu sebesar 56.6% dan 45%. (19,20) Studi
pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 mahasiswa FK Universitas Tarumanagara
(UNTAR) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa prevalensi kecemasan dan depresi pada
mahasiswa yaitu 60.0% dan 20.0%.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kecemasan dan depresi pada mahasiswa
FK merupakan suatu masalah yang perlu segera ditangani guna mencegah dampak lebih
lanjut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menggambarkan kondisi kecemasan, dan depresi
pada mahasiswa FK UNTAR tahun ke-2 sebagai upaya skrining kondisi kecemasan dan
depresi pada mahasiswa.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasi - cross sectional yang dilakukan di
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara pada bulan Maret 2013. (21,22) Populasi
penelitian adalah seluruh mahasiswa FK UNTAR, sedangkan yang termasuk ke dalam
sampel penelitian adalah mahasiswa FK UNTAR tahun ke-2 yang sedang mengikuti blok
ke-10.
Pada penelitian ini, kondisi kecemasan dan depresi responden diukur dengan
menggunakan kuesioner Depression Anxiety and Stres Scale 42 (DASS 42) yang
diterjemahkan oleh Evelina Debora Damanik ke dalam bahasa Indonesia. (13) Kuesioner
DASS 42 terdiri dari 42 items pernyataan yang memberikan gambaran mengenai kondisi
stres, kecemasan, dan depresi. Dari 42 items pernyataan tersebut, hanya sejumlah 14
pernyataan yang digunakan untuk mengukur kondisi kecemasan, yaitu pernyataan nomor 2,
4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, dan 41. Sedangkan beberapa pernyataan yang
digunakan untuk mengukur kondisi depresi, yaitu pernyataan nomor 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21,
24, 26, 31, 34, 37, 38, dan 42. Hasil reliabilitas kuesioner DASS 42 dalam pengukuran
kondisi kecemasan dan depresi berdasarkan hasil penelitian dari Evelina Debora Damanik
adalah 0.90 dan 0.85. (23,24,25)
Normal
Mild
Moderate
Severe
More Severe
Kecemasan
0-7
8-9
10-14
15-19
20+
Depresi
0-9
10-13
14-20
21-27
28+
Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara univariat dan bivariat yang
diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21. Analisis data univariat digunakan
untuk memaparkan karakteristik responden penelitian secara umum. Sedangkan analisis data
bivariat digunakan untuk memaparkan perbandingan setiap karakteristik responden
penelitian dengan kondisi tertentu seperti kecemasan dan depresi. (21,22)
Hasil
Distribusi karakteristik responden penelitian
Penelitian dilakukan terhadap 137 responden, dengan responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 88 responden (64.2%) dan responden laki-laki sebanyak 49 responden
(35.8%). Hasil perhitungan analisis univariat menggambarkan bahwa sebagian besar
responden berasal dari
Hasil perhitungan analisis univariat menggambarkan bahwa sebagian besar responden
berasal dari suku Tionghoa (75.2%), menganut agama Kristen (35.8%), memiliki IMT
normal (62.0%), tinggal bersama keluarga kandung (56.9%), memiliki dukungan finansial
yang cukup (85.4%), masuk ke FK atas dasar keinginan sendiri (75.2%), tidak mempunyai
masalah dalam beradaptasi di lingkungan FK (88.3%), tidak merokok (97.8%), tidak minum
alkohol (94.9%), dan memperoleh nilai C dalam ujian blok ke-10 (58.4%). Sedangkan hasil
perhitungan analisis univariat terhadap sebagian kecil responden didapatkan hasil bahwa
responden berasal dari suku Sunda (3.6%), menganut agama Hindu (1.5%), memiliki IMT
kurus (14.6%), tinggal bersama keluarga lain (2.9%), memiliki dukungan finansial yang
tidak cukup (14.6%), masuk ke FK atas dasar keinginan orang tua (8.0%), mempunyai
masalah dalam beradaptasi di lingkungan FK (11.7%), merokok (2.2%), minum alkohol
(5.1%), dan memperoleh nilai A dalam ujian blok ke-10 (2.2%). Data dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi karakteristik responden penelitian (n=137)
Karakteristik Responden
Total
Persentase
(n)
(%)
Jenis kelamin
Laki-laki
49
35.8
Perempuan
88
64.2
IMT
Kurus
Normal
Gemuk
20
85
32
14.6
62.0
23.4
Suku
Tionghoa
Jawa
Sunda
Batak
Lainnya
103
13
5
6
10
75.2
9.5
3.6
4.4
7.3
Agama
Islam
15
10.9
Katolik
Kristen
Kong Hu Cu
Buddha
Hindu
38
49
5
28
2
27.7
35.8
3.6
20.4
1.5
Tinggal bersama
Sendiri
Keluarga kandung
Keluarga lain
55
78
4
40.1
56.9
2.9
Dukungan finansial
Cukup
Tidak cukup
117
20
85.4
14.6
103
11
12
75.2
8.0
8.8
11
8.0
Kemampuan adaptasi
Ya
Tidak
16
121
11.7
88.3
Alkohol
Ya
Tidak
7
130
5.1
94.9
Merokok
Ya
Tidak
3
134
2.2
97.8
3
54
80
0
0
2.2
39.4
58.4
0.0
0.0
Alasan masuk FK
Keinginan sendiri
Keinginan orang tua
Keinginan sendiri &
orang tua
Lainnya
Distribusi tingkat depresi responden pada responden laki-laki adalah 36 responden (73.5%)
dengan tingkat depresi normal, 6 responden (12.2%) dengan tingkat depresi mild, dan 7
responden (14.3%) dengan tingkat depresi moderate. Sedangkan pada responden
perempuan, didapatkan 76 responden (69.7%) dengan tingkat depresi normal, 7 responden
(8.0%) dengan tingkat depresi mild, dan 5 responden (5.7%) dengan tingkat depresi
moderate. Data dapat dilihat pada Grafik 4.
Grafik 4. Distribusi tingkat depresi pada responden berdasarkan jenis kelamin (p=0.672)
depresi, didapatkan bahwa 1 responden (4.0%) dengan IMT kurus, 16 responden (64.0%)
dengan IMT normal, dan 8 responden (32.0%) dengan IMT gemuk.
Karakteristik lingkungan tempat tinggal
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kecemasan, didapatkan 38 responden (40.0%)
tinggal sendiri, 54 responden (56.8%) tinggal bersama keluarga kandung, dan 3 responden
(3.2%) tinggal bersama keluarga lain. Sedangkan distribusi lingkungan tempat tinggal
terhadap 25 responden yang mengalami depresi, didapatkan bahwa 13 responden (52.0%)
tinggal sendiri, dan 12 responden (48.0%) tinggal bersama keluarga kandung.
Karakteristik dukungan finansial
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kecemasan, didapatkan 79 responden (83.2%)
dengan dukungan financial cukup dan 16 responden (16.8%) dengan dukungan finansial
tidak cukup. Sedangkan distribusi kemampuan adaptasi di FK terhadap 25 responden yang
mengalami depresi, didapatkan bahwa 18 responden (72.0%) dengan dukungan finansial
cukup, dan 7 responden (28.0%) dengan dukungan finansial tidak cukup.
Karakteristik alasan masuk FK
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kondisi kecemasan, terdapat 71 responden
(74.7%) dengan alasan masuk FK atas keinginan sendiri, 7 responden (7.4%) atas keinginan
orang tua, 8 responden (8.4%) atas keinginan sendiri dan orang tua, dan 9 responden (9.5%)
dengan alasan lainnya. Sedangkan distribusi alasan masuk FK terhadap 25 responden yang
mengalami depresi, didapatkan bahwa 15 responden (60.0%) masuk ke FK dengan alasan
atas keinginan sendiri, 3 responden (12.0%) atas keinginan orang tua, 4 responden (16.0%)
atas keinginan diri sendiri dan orang tua, dan 3 responden (12.0%) atas alasan lainnya.
Karakteristik kemampuan adaptasi
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kecemasan, 13 responden (13.7%) mengalami
masalah dalam beradaptasi dan 82 responden (86.3%) tidak mengalami kecemasan.
Sedangkan distribusi kemampuan adaptasi di FK terhadap 25 responden yang mengalami
depresi, didapatkan bahwa 5 responden (20.0%) mempunyai masalah dalam beradaptasi dan
20 responden (80.0%) tidak mempunyai masalah dalam beradaptasi.
Karakteristik alkohol
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kecemasan, terdapat 6 responden (6.3%)
mengkonsumsi alkohol dan 89 responden (93.7%) tidak mengkonsumsi alkohol. Sedangkan
distribusi konsumsi alkohol terhadap 25 responden yang mengalami depresi, didapatkan
bahwa 1 responden (4.0%) mengkonsumsi alkohol dan 24 responden (96.0%) tidak
mengkonsumsi alkohol.
Karakteristik merokok
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kondisi kecemasan, terdapat 2 responden (2.1%)
yang merokok dan 93 responden (97.9%) tidak merokok. Sedangkan distribusi merokok
terhadap 25 responden yang mengalami depresi, didapatkan seluruh responden tidak
merokok.
Karakteristik nilai blok ke-10
Dari jumlah 95 responden yang mengalami kondisi kecemasan, terdapat 2 responden (2.1%)
mendapat nilai A, 37 responden (38.9%) mendapat nilai B, dan 56 responden (58.9%)
mendapat nilai C. Sedangkan distribusi nilai blok ke-10 terhadap 25 responden yang
mengalami depresi, didapatkan bahwa 11 responden (44.0%) mendapat nilai B dan 14
responden (56.0%) lainnya mendapat nilai C.
Tabel 5. Karakteristik responden penelitian terhadap kondisi kecemasan dan depresi
Karakteristik
Responden
Kecemasan
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
33 (34.7)
62 (65.3)
16 (38.1)
26 (61.9)
IMT
Kurus
Normal
Gemuk
14 (14.7)
57 (60.0)
24 (25.3)
6 (14.3)
28 (66.7)
8 (19.0)
Suku
Tionghoa
Jawa
Sunda
Batak
Lainnya
75 (78.9)
7 (7.4)
3 (3.2)
5 (5.3)
5 (5.3)
28 (66.7)
6 (14.34)
2 (4.8)
1 (2.4)
5 (11.9)
Agama
Islam
Katolik
Kristen
Kong Hu Cu
Buddha
Hindu
9 (9.5)
28 (29.5)
33 (34.7)
4 (4.2)
19 (20.0)
2 (2.1)
6 (14.3)
10 (23.8)
16 (38.1)
1 (2.4)
9 (21.4)
0 (0.0)
Tinggal bersama
Sendiri
Keluarga kandung
Keluarga lain
38 (40.0)
54 (56.8)
3 (3.2)
17 (40.5)
24 (57.1)
1 (2.4)
Dukungan finansial
Cukup
Tidak cukup
79 (83.2)
16 (16.8)
38 (90.5)
4 (9.5)
71 (74.7)
7 (7.4)
Depresi
P value
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
13 (52.0)
12 (48.0)
36 (32.1)
76 (67.9)
1 (4.0)
16 (64.0)
8 (32.0)
19 (17.0)
69 (61.6)
69 (61.6)
17 (68.0)
2 (8.0)
1 (4.0)
2 (8.0)
3 (12.0)
86 (76.8)
11 (9.8)
4 (3.6)
4 (3.6)
7 (6.3)
2 (8.0)
5 (20.0)
11 (44.0)
1 (4.0)
4 (16.0)
0 (0.0)
13 (11.6)
33 (29.5)
38 (33.9)
4 (3.6)
24 (21.4)
2 (8.0)
13 (52.0)
12 (48.0)
0 (0.0)
42 (37.5)
66 (58.9)
4 (3.6)
18 (72.0)
7 (28.0)
99 (88.4)
13 (11.6)
32 (76.2)
4 (9.5)
15 (60.0)
3 (12.0)
88 (78.6)
8 (7.1)
8 (8.4)
4 (9.5)
4 (16.0)
8 (7.1)
9 (9.5)
2 (4.8)
3 (12.0)
8 (7.1)
Kemampuan adaptasi
Ya
Tidak
13 (13.7)
82 (86.3)
3 (7.1)
39 (92.9)
5 (20.0)
20 (80.0)
11 (9.8)
101 (90.2)
Alkohol
Ya
Tidak
6 (6.3)
89 (93.7)
1 (2.4)
41 (97.6)
1 (4.0)
24 (96.0)
6 (5.4)
106 (94.6)
Alasan masuk FK
Keinginan sendiri
Keinginan orang
tua
Keinginan sendiri
& orang tua
Lainnya
.705*
P value
.061*
.707*
.882***
.772***
.976***
1.000***
.876***
1.000***
.783***
.263*
0.056**
1.000***
.481***
.390**
.171**
.438**
1.000**
Merokok
Ya
Tidak
2 (2.1)
93 (97.9)
1 (2.4)
41 (97.6)
1.000**
2 (2.1)
37 (38.9)
56 (58.9)
0 (0.0)
0 (0.0)
1 (2.4)
17 (40.5)
24 (57.1)
0 (0.0)
0 (0.0)
1.000**
0 (0.0)
3 (2.7)
25 (100.0) 109 (97.3)
1.000***
1.000***
0 (0.0)
11 (44.0)
14 (56.0)
0 (0.0)
0 (0.0)
3 (2.7)
43 (38.4)
66 (58.9)
0 (0.0)
0 (0.0)
Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 69.3% responden mengalami kondisi kecemasan dan
18.2% responden mengalami kondisi depresi. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
didapatkan bahwa responden perempuan lebih rentan mengalami kondisi kecemasan
dibandingkan dengan responden laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori mengenai gangguan
kecemasan menyeluruh dalam buku Kaplan & Sadocks. (26) Penelitian Coumaravelou
Saravanan yang dilakukan pada tahun 2014 dan Mehrdad Sharifi yang dilakukan pada tahun
2006-2007, memberikan hasil bahwa sebagian besar responden yang mengalami kondisi
kecemasan adalah responden perempuan. (15,27) Sedangkan pada kondisi depresi,
didapatkan bahwa responden laki-laki lebih rentan mengalami depresi dibandingkan dengan
responden perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan beberapa teori sebelumnya yang
menyebutkan bahwa perempuan lebih beresiko mengalami kondisi depresi. (26,28)
Penelitian yang dilakukan oleh Tabassum Alvi (2010) juga menyebutkan bahwa responden
perempuan lebih rentan mengalami kondisi depresi. (9)
Dalam hubungannya dengan beberapa karakteristik responden seperti jenis kelamin,
suku, agama, IMT, alasan masuk FK, kemampuan adaptasi di FK, konsumsi alkohol dan
rokok, serta nilai ujian blok ke-10, didapatkan hasil yaitu tidak didapatkan hubungan yang
bermakna dengan kondisi kecemasan dan depresi pada responden (nilai p value > 0.05). Hal
ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Coumaravelou
Saravanan (2014), Mehrdad Sharifi (2012), Dika Christyanti (2010), Tabassum Alvi (2009).
(9,15,27,29) Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad S Khan (2006)
menyatakan bahwa dalam penelitiannya juga tidak didapatkan hubungan yang bermakna
antara kondisi sosial ekonomik dengan kondisi kecemasan responden. (10) Tidak adanya
hubungan antara karakteristik penelitian dengan kondisi kecemasan dapat disebabkan oleh
karena permasalahan gangguan kecemasan yang masih awal dalam lingkungan FK UNTAR.
Tabel 6. Hubungan antara stres dengan kecemasan dan depresi
Stres
Kecemasan
Ya
Tidak
Depresi
Ya
Tidak
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
59 (89.4)
7 (10.6)
36 (50.7)
35 (21.8)
21 (31.8)
45 (68.2)
4 (5.6)
67 (94.4)
P value
.000
.000
Tabel 7. Hasil uji korelasi Spearman antara skor kecemasan dan depresi
Skor depresi
Skor kecemasan
r
0.739
p
0.000
n
137
Kett: r= kekuatan korelasi, p= nilai p, n= total responden
Selain itu, kondisi perkuliahan di FK yang dapat menjadi stresor bagi responden juga
memiliki keterkaitan dengan kondisi kecemasan dan depresi mahasiswa. Data hasil
penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi stres yang
menjadi stresor dengan kondisi kecemasan responden. Hal ini terlihat dari perhitungan
analisis statistik dengan masing-masing nilai p value yaitu 0.00 (p value < 0.05). Penelitian
sebelumnya yang dilakukan di FK UNTAR pada tahun 2012, menyebutkan bahwa sebagian
besar mahasiswa mengalami kondisi stres yaitu sebesar 60%. (30) Penelitian Coumaravelou
Saravanan pada tahun 2014 menyebutkan bahwa stres merupakan sebuah kondisi yang dapat
memprediksikan kondisi kecemasan dan depresi pada responden. (15)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa kondisi kecemasan memiliki
keterkaitan yang erat dengan kondisi stres dan depresi. Beberapa studi menyebutkan bahwa
berbagai kondisi yang terjadi pada mahasiswa seperti kecemasan dan depresi dapat
mempengaruhi kehidupan dan performa akademik mahasiswa, seperti penurunan prestasi
akademik, bahkan hingga bunuh diri. (31,32)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi kondisi kecemasan dan depresi
merupakan masalah awal kondisi gangguan mental emosional di FK. Prevalensi kondisi
kecemasan dan depresi responden yaitu sebesar 69.3% dan 18.2%. Diharapkan dengan
adanya penelitian ini, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengupayakan skrining awal
terhadap kondisi gangguan mental emosional bagi mahasiswa FK. Diharapkan hasilnya
dapat dipergunakan untuk tindakan pencegahan dan mengatasi masalah kondisi kecemasan
dan depresi pada mahasiswa FK UNTAR lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2008.
3. Murray CJL, Vos T, Lozano R, Naghavi M, Flaxman AD, Michaud C, et al.
Disability-adjusted life years (DALYs) for 291 diseases and injuries in 21 regions,
1990-2010: a systematic analysis for the global burden of disease study 2010.
www.thelancet.com. 2012;380:2197-223.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kesehatan jiwa sebagai prioritas global.
[Internet]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [cited 2015 Jan]. Available
from:
http://www.depkes.go.id/article/view/394/kesehatan-jiwa-sebagai-prioritasglobal.html.
5. Wolrd Health Organization. Depression. [Internet]. World Health Organization [cited
2015 Jan]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/.
6. National Alliance on Mental Illness. Mental health by the numbers. [Internet].
National Alliance on Mental Illness [cited 2015 Jan]. Available from:
http://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-By-the-Numbers.
7. Slade T, Johnston A, Teesson M, Whiteford H, Burgess P, Pirkis J, et al. The mental
health of Australians 2: Report on the 2007 National Survey of Mental Health and
Wellbeing. Australia: National Survey of Mental Health and Wellbeing; 2009.
8. Dyrbye LN, Thomas MR, Shanafelt TD. Systematic review of depression, anxiety,
and other indicators of psychological distress among U.S. and Canadian medical
students. Academic Medicine. 2006;81(4):354-73.
9. Alvi T, Assad F, Ramzan M, Khan FA. Depression, anxiety and their associated
factors among medical students. Journal of the College of Physicians and Surgeons
Pakistan. 2010;20(2):122-6.
10. Khan MS, Mahmood S, Badshah A, Ali SU, Jamal Y. Prevalence of depression,
anxiety, and their associated factors among medical students in Karachi, Pakistan.
Journal of Pakistan Medical Assciation. 2006;56(12):583-6.
11. MS Yusoff, AF Abdul Rahmin, AA Baba, SB Ismail, MN Mat Pa, AR Esa.
Prevalence and associated factors of stress, anxiety and depression among
prospective medical students. Asian Journal of Psychiatric. 2013;6(2):128-33.
12. Nor Iza A Rahman, Salwani Ismail, Tengku Nur Ain Binti Tengku Seman,
Nur Farah Atikah Binti Rosli, Siti Aisyah Binti Mat Jusoh, Wan Putri Elena
Wan Dali, MD. Zakirul Islam, Mainul Haque. Stress among preclinic medical