Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Peran Keluarga Pasien dalam Mencegah Terjadinya

Bahaya Pada Pasien Stroke

Dea Kristin Sania Manik

Deakristin01@gmail.com

Latar Belakang

Keselamatan pasien merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari pada sekedar
efisiensi pelayanan, dan perilaku dengan kemampuan perawat sangat berperan penting.
Penerapan keselamatan pasien yang kurang efektif dapat terjadi pada identifikasi pasien,
kesalahan dalam komunikasi, kesalahan titik operasi, kesalahan obat, infeksi di rumah sakit dan
pasien jatuh. Potensi kesalahan biasa terjadi pada identifikasi pasien salah pemberian nama
pasient, komunikasi pada saat discharge planning tidak lengkap, dan kurang pengontrolan pasien
mengakibatkan pasien jatuh. Kesalahan penerapan keselamatan pasien terbanyak adalah
komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi di rumah sakit Swedia didapatkan faktor paling
dominan yaitu 67% (Göras et al., 2013). Identifikasi risiko dari tahapan layanan dan kondisi
pasien harus dilakukan untuk menentukan tindakan pengurangan risiko. Pengendalian risiko
merupakan bentuk penerapan keselamatan pasien sesuai standar dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan.
Menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001, dikutip dari Australian
Institute Health and Welfare (AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan pasien adalah
menghindari atau mengurangi hingga ketingkat yang dapat diterima dari bahaya aktual atau
risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan di mana pelayanan kesehatan diberikan. Fokus
dari definisi ini adalah untuk mencegah hasil pelayanan kesehatan yang merugikan pasien
atau yang tidak diinginkan. Institute of Medicine (2000) mendefinisikan keselamatan pasien
adalah “freedom from accidental injury”. Sedangkan Kelley dan Hurst (2006, dikutip dari
AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan pasien adalah tingkat dimana menghindari,
mencegah, dan memperbaiki hasil atau cedera yang merugikan dari proses pelayanan kesehatan.
Kata Kunci : Keselamatan Pasien, Peran Keluarga, Stroke

Metode

Penulisan ini dilakukan dengan metode kajian bebas terhadap pokok bahasan yang di
kumpulkan dari beberapa sumber yang berkaitan dengan pokok bahasan, seperti jurnal online
maupun jurnal print, dan buku online.

Setelah membaca beberapa jurnal dan menyeleksinya penulis menentukan 10 jurnal yang
dipilih.
Alasan jurnal yang di pilih diantaranya :
a. Sumbernya jelas

b. Sesuai dengan topik yang diinginkan

c. Batas tahun diterbitkannya artikel tidak lebih dari 10 tahun

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga yang memberikan dukungan


secara baik serta menunjukkan sikap caring kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
memiliki peran penting dalam kepatuhan berobat. Perhatian anggota keluarga mulai dari
mengantarkan ke pelayanan kesehatan, membantu pembiayaan berobat, mengingatkan minum
obat, terbukti lebih patuh menjalani pengobatan dibandingkan dengan penderita hipertensi yang
kurang mendapatkan perhatian dari anggota keluarganya.
Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh seorang penderita, karena seseorang yang
sedang sakit tentunya membutuhkan perhatian dari keluarga. Keluarga dapat berperan sebagai
motivator terhadap anggota keluarganya yang sakit (penderita) sehingga mendorong penderita
untuk terus berpikir positif terhadap sakitnya dan patuh terhadap pengobatan yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan. Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan
sejalan dengan penelitian dimana 72% responden yang patuh memiliki dukungan keluarga yang
tinggi. Teori ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa ada hubungan antara
peran petugas kesehatan dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi dengan nilai
p=0,000. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden menyatakan adanya pelayanan yang
baik dari petugas kesehatan yang mereka terima, pelayanan yang baik inilah yang menyebabkan
perilaku positif.
Perilaku petugas yang ramah dan segera mengobati pasien tanpa menunggu lama-lama,
serta penderita diberi penjelasan tentang obat yang diberikan dan pentingnya minum obat secara
teratur merupakan sebuah bentuk dukungan dari tenaga kesehatan yang dapat berpengaruh
terhadap perilaku kepatuhan pasien. Hasil ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan peran
pertugas kesehatan yang baik ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan peran petugas
kesehatan yang kurang. Dukungan dari petugas kesehatan yang baik inilah yang menjadi acuan
atau referensi untuk mempengaruhi perilaku kepatuhan responden.

Pembahasan

Menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001, dikutip dari Australian
Institute Health and Welfare (AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan pasien adalah
menghindari atau mengurangi hingga ketingkat yang dapat diterima dari bahaya aktual atau
risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan di mana pelayanan kesehatan diberikan. Fokus
dari definisi ini adalah untuk mencegah hasil pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau
yang tidak diinginkan. Institute of Medicine (2000) mendefinisikan keselamatan pasien adalah
“freedom from accidental injury”. Sedangkan Kelley dan Hurst (2006, dikutip dari AIHW, 2009)
mendefinisikan keselamatan pasien adalah tingkat dimana menghindari, mencegah, dan
memperbaiki hasil atau cedera yang merugikan dari proses pelayanan kesehatan.
Peran keluarga pada saat ini harus ditingkatkan karena keluarga bukan hanya
memulihkan keadaan anggota keluarga yang sakit, tetapi juga mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan karena keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan
sehat maupun sakit (Setiadi, 2008). Mengingat perawatan pasien kusta memerlukan waktu yang
cukup lama dan rutinitas, oleh karena itu pentingnya motivasi atau dukungan dari keluarga dalam
memperkokoh kesehatan individu. Pengetahuan keluarga tentang kesehatan khususnya tentang
penyakit kusta harus ditingkatkan agar keluarga bisa menjadi sumber yang efektif dalam
memberikan penjelasan dan pengetahuan kepada anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga
diharapkan selalu menyiapkan diri atau membawa anggota keluarga yang sakit kontrol ke
pelayanan kesehatan mengingat perawatan pasien kusta memerlukan sarana kesehatan yang
efektif. Peran juga dipengaruhi oleh pendidikan, makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai
yang baru diperkenalkan (Friedman oleh Setiadi, 2008).
Pelayanan yang diberikan puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang optimal bagi
setiap individu, keluarga dan masyarakat yang lebih menekankan pada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan masyarakat, dengan tidak
melupakan upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan bagi penderita maupun dalam kondisi
pemulihan terhadap penyakit. Adapun Pelayanan kesehatan yang di berikan puskesmas meliputi
peningkatan kesehatan, pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan masyarakat, dengan
tidak melupakan upaya pengobatan dan pemulitan kesehatan (Trihono, 2005).
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama
sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah,
ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh
seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk (Riadi, 2012). Peran keluarga adalah
setiap anggota keluarga juga dapat berfungsi dengan baik sesuai posisi atau status, posisi indvidu
dalam masyarakat, individu dalam masyarakat misalnya status sebagai istri / suami atau anak
(Mulyawati, 2010).
Dalam hasil kuesioner diketahui bahwa paling banyak responden memiliuh peran
keluarga kadang-kadang memberikan motivasi bagi responden. Seperti hasil pada butir nomor 1
menyatakan bahwa keluarga kadang-kadang membantu pasien mengubah posisi tidur miring
kanan dan kiri setiap 2 jam. Menurut Young 2004 dalam Tarihoran, 2010) bahwa tujuan
dilakukan posisi miring 300C yaitu mencegah terjadinya decubitus, mengurangi tekanan pada
area trokanter, mengurangi kelembaban kulit pada area punggung, mengurangi gesekan antara
kulit dan tempat tidur, memungkinkan kulit yang tertekan terekspos udara dan hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Huda, (2012) dengan judul Pengaruh posisi miring untuk
mengurangi luka tekan pada pasien dengan gangguan syaraf didapatkan hasil bahwa pemberian
posisi miring 300C untuk mencegah kejadian luka tekan ditemukan bahwa terdapat 6 (37,5%)
responden pada kelompok kontrol mengalami luka tekan , sedangkan pada kelompok intervensi
terdapat 1 (5,9%) responden terjadi luka tekan. Pada butir 2 menyatakan bahwa keluarga tidak
pernah memposisikan tidur 300C atau posisi setengah duduk. Pada butir 3 menyatakan bahwa
keluarga tidak pernah mengganti pampers setiap 6 jam sekali.
Hal ini sesuai teori bahwa penyakit kronik dapat menyebabkan kelemahan,
ketidakmampuan, keterbatasan dan ketergantungan pada lansia (Mauk 2010 dalam Ramlan
2011). Pada aspek peran keluarga edukator belum dapat dikatakan maksimal. Hal ini dapat
dilihat pada butir nomor 8 bahwa keluarga tidak pernah mengajarkan pasien untuk miring kanan
kiri setiap 2 jam. Peran keluarga kurang juga dapat digambarkan dari hasil kuisoner butir 11
bahwa keluarga tidak pernah memijat bagian tubuh pasien yang tertekan lama. Hal ini tidak
sesuai dengan hasil sebuah studi percontohan yang dilakukan Van Den Bunt nenunjukkan efek
positif massage pada pencegahan luka tekan yaitu dengaan teknik massage punggung pijat
effeleurages sekali atau dua kali sehari efektif dalam mencegah perkembangan luka decubitus
( Prayadni dkk, 2012). Didukung dengan penelitian Dewandono (2014) dengan hasil bahwa
massage dengan virgin coconut oil (VCO) yang mengandung senyawa antimikroba asam laurat
dan asam miristat dengan menggunakan teknik mengusap atau menggosok secara pelan dan
lembut memberikan respon positif dan terapeutik kepada pasien dan dapat menghilangkan nyeri
dan membuat sensasi nyaman yang dirasakan pasien sehingga memicu luka cepat mengering,
warna luka menjadi kecoklatan, struktur luka menjadi halus dan adanya perbaikan jaringan.
Peran keluarga kurang juga dapat digambarkan pada butir 21 menyatakan bahwa
keluarga tidak pernah mengoleskan krim pelembab pada daerah tertekan. Pada butir 22 juga
demikian bahwa keluarga tidak pernah melakukan pemijatan pada daerah kemerahan karena
penekanan lama. Gambaran hasil kuisoner tersebut membuktikan peran keluarga dalam kategori
kurang.
Peran keluarga adalah bentuk kemampuan dan keterlibatan anggota keluarga pasien
stroke yang dirawat di rumah sakit yaitu istri/suami, anak,menantu, cucu dan care giver dalam
memberikan tindakan pencegahan agar tidak terjadi decubitus pada anggota keluarga yang
dirawat inap dengan sakit stroke. Hasil penelitian paling banyak responden dengan peran
keluarga kurang memiliki kecenderungan mengalami kejadian decubitus resiko sangat tinggi
dengan responden berjumlah 8 (22,9%) responden. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
harga koefisien hubungan peran keluarga dengan pencegahan terjadinya decubitus dilihat dari
hasil p- value sebesar 0,002<0,05 menyatakan bahwa terdapat hubungan peran keluarga dengan
pencegahan terjadinya decubitus pada pasien stroke.
Hasil penelitian menyatakan bahwa peran keluarga kurang menyebabkan resiko sangat
tinggi kejadian decubitus pada pasien stroke. Hal demikian dapat terjadi karena anggota keluarga
tidak menjadi motivator seperti kurangnya perhatian. Dalam penelitian ini diketahuai bahwa
yang selalu menemani pasien stroke adalah anak respoden, padahal ada kebutuhan motivasi yang
lebih tinggi didapatkan yaitu dari pasangannya. Pada penelitian ini pasangan tidak selalu
mendampingi pasien, hal demikian menjadikan motivasi pasien tidak maksimal meskipun anak
responden ada.
.
Penutup

Kesimpulan

Keselamatan pasien dan kualitas pasien adalah jantung dari penyampaian layanan
kesehatan. Untuk setiap pasien, yang merawat, anggota keluarga dan profesional kesehatan,
keselamatan sangat penting untuk penegakan diagnosa, tindakan kesehatan dan perawatan.
Dokter, perawat dan semua orang yang bekerja di sistem kesehatan berkomitmen untuk merawat,
membantu, menghibur dan merawat pasien dan memiliki keunggulan dalam penyediaan layanan
kesehatan untuk semua orang yang membutuhkannya. Telah ada investigasi yang signifikan
dalam beberapa tahun terakhir dalam peningkatan layanan, peningkatan kapasitas sistem,
perekrutan profesional yang sangat terlatih dan penyediaan teknologi dan perawatan baru.
Namun sistem kesehatan di seluruh dunia, menghadapi tantangan dalam menangani praktik yang
tidak aman, profesional layanan kesehatan yang tidak kompeten, tata pemerintahan yang buruk
dalam pemberian layanan kesehatan, kesalahan dalam diagnosis dan perawatan dan
ketidakpatuhan terhadap standar (Commission on Patient Safety & Quality Assurance, 2008).

Saran
Diharapkan keluarga mampu mencari informasi mengenai bahaya yang bisa saja ada
pada pasien dengan rajin membawa control ataupun dari media untuk meningkatkan dalam hal
memberikan perawatan misalnya dengan memberikan perhatian lebih kepada keluarga yang sakit
dirumah dan memodifikasi lingkungan misalnya dalam pekerjaan rumah diberikan pekerjaan
yang ringan.

Daftar Pustaka
Ambari, Prinda, Kartika, Mayang. 2010. “HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PADA PASIEN SKIZOFRENIA PASCA PERAWATAN DI
RUMAH SAKIT”. Fakultas Psikologi. Universitas Diponegoro Semarang.

Amrullah,Anwar. 2016. Hubungan Peran Keluarga Dengan Pelayan Puskesmas Pada


Anggota Keluarga yang Menderita Penyakit Kusta. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1).

Asmiarti,Ria,Mislin., Hayati,Farida., Ishariani,Linda. 2018. PERAN KELUARGA DALAM


PENCEGAHAN STROKE PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDO KECAMATAN
PARE KABUPATEN KEDIRI. Jurnal ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1).

Elmawati, Chanifah. 2019. “HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN


DECUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN
KABUPATEN MAGELANG 2019”. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas ‘Aisyiya Yogyakarta.

Kamil, Hajjul. Patient Safety. Idea Nursing Journal, 1(1).

Lombogia,Angelita., Rottie, Julia., Karundeng,Michael. 2016. HUBUNGAN PERILAKU


DENGAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KESELAMATAN PASIEN
(PATIENT SAFETY) DI RUANG AKUT INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.
KANDOU MANADO. e-journal Keperawatan (e-Kp),4(2).

Nurhidayat,Saiful. 2017. Peran Keluarga dalam Memantau Kepatuhan Minum Obat Penderita
Hipertensi pada Masyarakat. J.K.Masenchepalon, 3(1).

Puspita,Exa., Oktaviarini,Eka., Santik,Yunita,Dyah,Puspita. 2017. PERAN KELUARGA DAN


PETUGAS KESEHATAN DALAM KEPATUHAN PENGOBATAN PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS GUNUNGPATI KOTA SEMARANG. J. Kesehat. Masy. Indones. 12(2).

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi Indonesia.

Tutiany., Lindawati., Krisanti, Paula. 2017. Manajemen Keselamatan Pasien. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Widiasari. 2018. “Kepuasan Pasien terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit”.
Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Depok.

Anda mungkin juga menyukai