Artikel Penelitian
Abstrak
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan masalah perilaku di masa kecil yang dapat berlanjut
hingga dewasa. Pemberian ASI dapat menurunkan risiko terjadinya ADHD pada anak. Tujuan: Mengetahui hubungan
antara riwayat pemberian ASI dengan kecenderungan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada siswa SD di
Kota Padang. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional. Responden penelitian adalah
guru dan ibu dari siswa SD di Kelurahan Ulak Karang Selatan yang berumur 7 sampai 12 tahun sebanyak 134 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner
riwayat pemberian ASI dan Conner’s Abbreviated Parent–Teacher Rating Scale. Data dianalisis menggunakan Chi-
square test. Hasil: Terdapat 25 orang (18,7%) yang cenderung ADHD dengan 18 orang (72,0%) laki – laki dan usia
terbanyak adalah 7 tahun (32,0). Cakupan ASI eksklusif didapatkan sebesar 71 orang (53,0%). Terdapat 11 anak
(15,5%) dengan kecenderungan ADHD pada riwayat pemberian ASI eksklusif dan 14 anak (22,2%) ASI tidak eksklusif.
Tidak terdapat hubungan secara signifikan antara riwayat pemberian ASI dengan kecenderungan ADHD pada siswa
SD di Kota Padang (p=0,318). Simpulan: Tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan kecenderungan
ADHD.
Kata kunci: ADHD, ASI eksklusif, anak
Abstract
ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) is a behavioral problem that affects in childhood that can
continue until adulthood. Breastfeeding can lower the risk of developing ADHD in children. Objectives: To evaluated
the association between breastfeeding history and ADHD tendency of primary school students in Padang city.
Methods: A cross sectional design was used in this analytic research. The research respondents were teachers and
mothers of primary school students in Ulak Karang Selatan village, aged from seven years old until twelve years old
around one hundred thirty four people. Sampling was done by consecutive sampling technique. Respondent were
assessed by using the breastfeeding history questionnaire and the Conner’s Abbreviated Parent–Teacher Rating
Scale. Data were analyzed by using Chi Square Test. Results: Twenty five people (18.7%) who had ADHD tendency
with eighteen people (72.0%) were male and the highest age for ADHD was seven years old (32.0%). Exclusive
coverage is gained by seventy one people (53,0%). Total of eleven people (15.5%) ADHD tendency children with
exclusive breastfeeding history and fourteen people (22.2%) without exclusive breastfeeding. There were no significant
association between breastfeeding history and ADHD tendency of primary school students in Padang city (p=0.381).
Conclusion: There is no association a history of breastfeeding with ADHD tendency.
Keywords: ADHD, exclusive breastfeeding, children
Affiliasi penulis: 1. Prodi Pendidikan Dokter,Fakultas Kedokteran, Korespondensi: Eva Chundrayetti, Email: echundrayetti@yahoo.com
Universitas Andalas, Padang, Indonesia. 2. Bagian Ilmu Kesehatan Telp: 082285805833
Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Indonesia.
3. Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas,
Padang, Indonesia.
Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik bulan pada tahun 2007 dan menjadi 42% pada tahun
bagi bayi karena komposisinya yang unik. ASI terdiri 2012. Berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi
dari lemak dan air dalam larutan protein, laktosa, dan cakupan pemberian ASI eksklusif rata-rata mencapai
garam organik yang di sekresi kelenjar mamae yang 54,3% dan di Sumatera Barat sendiri mencapai 68,9%
penting diberikan pada bayi baru lahir. ASI pada tahun 2013.16 Kota Padang sendiri cakupan
mengandung faktor protektif dan nutrien yang masih berada pada angka 70,5% dan belum mencapai
mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak angka nasional. Berdasarkan data dari dinas
sehingga dapat terhindar dari serangan berbagai kesehatan Kota Padang dari tahun 2015 – 2017, salah
penyakit. ASI mengandung asam lemak esensial, satu daerah yang memiliki cakupan ASI eksklusif yang
vitamin, mineral, dan asam amino yang penting untuk tinggi adalah Kelurahan Ulak Karang Selatan dengan
peningkatan fungsi kognitif, fungsi bahasa, dan persentase 90,96%, 90,2%, dan 89,90%.17
perkembangan neurologis.13 Salah satu asam lemak Menyusui memiliki banyak manfaat untuk
yang penting untuk perkembangan otak anak adalah kesehatan ibu dan anak serta dapat meningkatan
lemak omega 3 Decosahexaenoic Acid (DHA) yang ikatan ibu-anak.13 Banyak faktor yang mempengaruhi
memiliki peran penting dalam perkembangan saraf, kurangnya cakupan pemberian ASI eksklusif pada
transmisi neurotransmitter, dan ekspresi genetik. Anak bayi. Beberapa diantaranya, tidak dilakukannya
yang diberi ASI menunjukkan perkembangan kognitif Inisiasi Menyusui Dini (IMD), usi ibu yang terlalu muda
yaitu memiliki kecerdesan dengan IQ di atas 8 poin yaitu < 25 tahun, faktor kesehatan dan psikis ibu,
dari pada anak yang diberi susu formula. 14 Menyusui tingkat pendididikan dan dukungan dari keluarga.18
selama 10 bulan/ lebih dapat mengurangi gejala Perkembangan zaman dan banyaknya lapangan
internalisasi pada anak seperti gejala cemas, depresi, pekerjaan menuntut ibu untuk meningkatkan status
somatik bahkan ADHD. Anak yang di susui lebih dari 6 ekonomi sehingga banyak berada di luar rumah dan
bulan memiliki skor test perkembangan kognitif yang tidak sempat menyusui bayinya.19
lebih tinggi pada usia 10 tahun dibandingkan anak –
anak yang tidak mendapatkan ASI.15 METODE
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penelitian dilaksanakan pada sekolah dasar di
merekomendasikan pemberian ASI pada bayi selama Kelurahan Ulak Karang Selatan. Jenis penelitian ini
6 bulan (ASI eksklusif) dilanjutkan sampai 2 tahun dan adalah analitik dengan rancangan cross sectional yaitu
diselingi MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) dengan yaitu dengan observasi variabel - variabel
setelah bayi berumur 6 bulan.16 Hampir semua bayi yang diteliti pada suatu waktu tertentu. Variabel
yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama independennya adalah riwayat pemberian ASI dan
kehidupan mencapai pertumbuhan, perkembangan, variabel dependennya adalah ADHD. Penelitian
dan kesehatan yang optimal.10 Pencapaian 6 bulan dilakukan dari bulan September 2018 sampai Februari
ASI eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi 2019 pada Ibu siswa dan guru SD di Kelurahan Ulak
dalam satu jam pertama. Penelitian menyatakan Karang Selatan, Kota Padang.
bahwa inisiasi dini dalam satu jam pertama dapat Populasi pada penelitian ini adalah siswa SD di
mencegah 22% kematian bayi dibawah umur satu Kelurahan Ulak Karang Selatan Kota Padang yang
bulan di negara-negara berkembang. ASI eksklusif berjumlah 1.579 orang siswa. Sampel penelitian ini
selama 6 bulan pertama kehidupan, bersamaan sebesar 134 siswa SD yang memenuhi kriteria inklusi
dengan makanan pedamping ASI dan meneruskan dan eksklusi. Kriteria inklusi : siswa SD yang berumur
ASI dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi 7 sampai 12 tahun yang terpilih dalam penelitian, Ibu
sedikitnya 20% kematian anak balita.16 dari anak yang bersedia mengikuti penelitian dan
Target cakupan Pemerintahan Indonesia menjawab pertanyaan dalam kuesioner, guru yang
terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sekitar mengajar pada SD yang terpilih dalam penelitian, dan
80%, tetapi hasil survei baru menunjukkan cakupan anak bertempat tinggal di Kelurahan Ulak Karang
ASI eksklusif baru mencapai 32% pada umur 0-6 Selatan. Kriteria eksklusi: koresponden yang tidak
Tabel 3. Distribusi kecenderungan ADHD berdasarkan Hasil analisis Tabel 5 menunjukkan bahwa
usia distribusi cakupan ASI pada 134 responden terbanyak
Usia Prilaku Anak didapatkan pada ASI eksklusif 71 orang (53,0%).
f %
(tahun) Tidak ADHD ADHD
7 15 8 Tabel 6. Hubungan riwayat pemberian ASI dengan
23 100,0
(65,2%) (34,8%)
kecenderungan ADHD
8 25 3
28 100,0 Prilaku Anak
(89,3%) (10,7%) Total
Tidak ADHD ADHD p
9 20 4
24 100,0 f % f % f %
(83,3%) (16,7%)
ASI E 60 84,5 11 15,5 71 100,0
10 16 5
21 100,0
(76,2%) (23,8%)
Tidak 49 77,8 14 22,2 63 100,0 0,318
11 18 2
20 100,0 ASI E
(90,0%) (10,0%)
Total 109 25 125 100,0
12 15 3
18 100,0 E = Ekslusif
(83,3%) (16,7%)
Total 109 25
134 100,0 Hasil analisis Tabel 6 menunjukkan bahwa 14
(81,3%) (18,7%)
orang (22,2%) anak dengan kecenderungan ADHD
terjadi pada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif.
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan
Uji statistik Chi-square mendapatkan nilai p=
bahwa paling banyak responden yang mengalami
0,381 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat
kecenderungan ADHD pada usia 7 tahun yaitu 8 orang
disimpulkan secara statistik bahwa tidak terdapat
(34,8%).
hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian
ASI dengan kecenderungan ADHD pada siswa SD di
Tabel 4. Distribusi kecenderungan ADHD berdasarkan
Kota Padang.
jenis kelamin
Prilaku Anak
Jenis Kelamin Tidak f % PEMBAHASAN
ADHD
ADHD Penelitian ini dilakukan pada enam sekolah
L 57 18 dasar yang terletak di kelurahan Ulak Karang Selatan
75 100,0
(76,0%) (24,0%) Kecamatan Padang Utara yaitu SDN 01 Ulak Karang
P 52 7 Selatan, SDN 02 Ulak Karang Selatan, SDN 07 Ulak
59 100,0
(88,1%) (11,9%)
Karang Selatan, SDN 08 Ulak Karang Selatan, SDN
Total 109 25 125 100,0
14 Belanti Barat, dan SD Alam Minangkabau.
Pemilihan sekolah berdasarkan dari tingginya cakupan
Hasil analisis Tabel 4 diatas menunjukkan dari
ASI eksklusif di Ulak Karang. Pemilihan sekolah dasar
134 responden, jenis kelamin yang mengalami
negeri dan swasta adalah untuk alasan heterogenisasi
kecenderungan ADHD sebagian besar adalah laki –
sampel dan juga untuk menyingkirkan adanya
laki yaitu 18 orang (24,0%).
kemungkinan gangguan lain yang dapat menyertai
anak dengan ADHD seperti retardasi mental. Jumlah
Tabel 5. Distribusi cakupan pemberian ASI
sampel pada penelitian ini 134 orang yang memenuhi
Variabel f %
kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi pada tiap
-ASI Eksklusif 71 53,0
sekolah berdasarkan jumlah total siswa.
-Tidak ASI Eksklusif 58 43,3
-Tidak ASI 5 3,7
Pada penelitian ini, responden sebanyak 134
Total 134 100,0 orang dari umur 7 sampai 12 tahun. Ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Novriana et al (2013)
mengambil usia anak pada masa sekolah.8 Hal ini juga prevelensi tertinggi di kelas 3 (usia 9 tahun) sebesar
sesuai dengan Saputro (2009) dengan pengambilan 7,1% dan terendah pada kelas 6 sebesar 3,4%.23
sampel adalah anak sekolah dasar di DKI Jakarta Semua penelitian pada negara – negara tersebut
yang terdiri dari siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 mempunyai hasil yang lebih kecil dari penelitian ini
dan dibagi atas kelompok ADHD dan kelompok diakibatkan perbedaan budaya dan penggunaan
normal.1 Data terbanyak didapatkan usia 8 tahun metode dan instrumen penelitian. Teridentifikasi usia
sebanyak 28 orang dan paling sedikit pada umur 12 siswa sekolah dasar yang mengalami kecenderungan
tahun sebanyak 18 orang. Ketidakmerataan dalam ADHD sebagian besar berusia 7 tahun yaitu 8 orang
pengambilan sampel disebabkan oleh ketidaksediaan dan paling rendah usia 12 tahun yaitu 2 orang. Hasil
beberapa guru dan Ibu menjadi responden penelitian. penelitian ini sesuai dengan literatur bahwa ADHD
Begitu juga dengan jenis kelamin laki – laki yang lebih mulai tampak jelas saat memasuki usia sekolah atau
banyak dari pada perempuan. Novriana (2013) juga usia 7 tahun.2 Ini juga sesuai dengan penelitian yang
memiliki sampel laki – laki yang lebih dari pada dilakukan oleh Saputro (2009) menunjukkan bahwa
perempuan.8 Ini juga sama dengan yang dilakukan prevalensi ADHD terbanyak berada pada umur 5 – 7
oleh Saputro (2009).1 tahun (28,2%), umur 8 – 10 tahun (24,7%), dan umur
Penelitian yang dilakukan terhadap 134 orang 11-13 tahun (25,8%).1 Hasil ini jauh berbeda dari
sampel, didapatkan prevelensi kecenderungan ADHD penelitian Novriana (2013) yaitu kejadian ADHD
sebesar 18,7% atau sebenyak 25 orang siswa. Hal ini tertinggi terjadi pada usia 11-13 tahun (50%). Ini
jauh meningkat dari yang telah diteliti di Semarang disebabkan karena perbedaan pengambilan sampel
pada tahun 2018, kejadian ADHD sebanyak 11 orang dalam penelitian, dimana pada penelitian Novriana
(15,5%) pada anak usia 4-6 tahun. Salah satu faktor (2013) pengambilan sampel secara random/ acak.8
umur mempengaruhi perbedaan hasil penelitian.7 Jenis kelamin yang menjadi mayoritas kejadian
Angka kisaran untuk Kota Padang hanya 6 orang (8%) ADHD pada penelitian ini adalah laki – laki yaitu 18
yang dilakukan pada siswa sekolah dasar pada tahun orang dibandingkan perempuan yaitu 7 orang yaitu
2013 dengan pengambilan secara random. Sehingga, 2,5: 1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
ada beberapa siswa yang kemungkinan ADHD tidak Novriana (2013) yaitu perbandingan kejadian ADHD
terambil sebagai sampel penelitian.8 Angka penelitian antara laki – laki dan perempuan berkisar 2 : 1.8
ini sedikit lebih kecil dari penelitian yang dilakukan Penelitian ini juga sesuai dengan yang dilakukan oleh
pada sekolah dasar di DKI Jakarta yaitu 26,2%. Pada Saputro (2009).1 Pada Kaplan disebutkan bahwa
penelitian ini didapatkan kejadian terbanyak pada usia kejadian ADHD berkisar pada 3 – 5 : 1.28 Hal ini
5-7 tahun (28,2%) dengan menggunakan kuesioner diakibatkan pada laki – laki yang bersifat lebih agresif
SPPAHI yang disesuaikan dengan kultur budaya dari pada perempuan sehingga untuk gejala pada laki-
masyarakat Indonesia. Perbedaan angka ini diduga laki lebih mudah ditemui.24
akibat perbedaan metode dan instrument.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor
Diagnosis ADHD pada anak dan remaja di cakupan ASI eksklusif pada sekolah dasar di
Amerika Serikat dari tahun 1997 - 2016 meningkat dari Kelurahan Ulak Karang Selatan hanya sebesar 53,0%
6,1% menjadi 10,2%. Pada tahun 2016, AS juga sedangkan untuk cakupan ASI yang terdata di
pernah melakukan penelitian pada anak usia 2 – 17 puskesmas Ulak Karang sebesar 89,90% dan Kota
tahun menderita ADHD sebesar 8,4%.20 Prevalensi Padang 72,5% pada tahun 2017.17 Hasil ini masih
ADHD di beberapa wilayah di Italia berkisar antara lebih rendah dari kelurahan dan Kota Padang.
1,1% – 16,7% pada responden yang berusia 5 – 17 Penelitian ini tidak sebanding dengan Indonesia
tahun.21 Penelitian yang dilakukan di Kairo terhadap sendiri pada tahun 2017 cakupan ASI eksklusif secara
siswa sekolah dasar didapatkan 10,3% kasus berat, nasional sebesar 35,7% dan lebih tinggi dari angka
5,7% kasus sedang, dan 83,9% kasus ringan. 22 nasional. Angka ini sedikit lebih dari cakupan ASI
Perilaku ADHD pada siswa sekolah dasar di Arab eksklusif yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan
Saudi sebesar 5% pada Juli – November 2016 dengan yaitu 50%.16 Walaupun angka ini berada di atas angka
nasional, tetapi berada di bawah target Kota Padang. bahwa keterlibatan genetik dan lingkungan sangat
Berdasarkan penelitian didapatkan pemberian ASI mempengaruhi perkembangan saraf anak termasuk
tidak eksklusif dan tidak ASI didapatkan sebesar pada ADHD.10 Ini sesuai dengan penelitian yang
43,3% dan 3,7%. Banyak faktor penyebab ibu tidak dilakukan Park et al (2014) bahawa sekitar 75% ADHD
memberikan ASI secara eksklusif yang sangat disebabkan oleh faktor genetik dan sisa lainnya
dibutuhkan oleh anak. Diduga ibu tidak memiliki waktu dikaitkan dengan faktor lingkungan.12 Anak dengan ibu
yang cukup, pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, yang ADHD memiliki risiko lebih tinggi untuk juga
dan masalah pengeluaran ASI.10 mengalami ADHD. IQ anak yang lebih rendah akan
Hubungan riwayat pemberian ASI dengan cenderung meningkatkan risiko kejadian ADHD. Pada
kecenderungan ADHD pada anak diketahui melalui uji sebagian anak lamanya masa menyusui tidak
chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 menyebabkan ADHD, sedangkan untuk yang lain, itu
orang (15,5%) siswa dengan kecenderungan ADHD mungkin merupakan risiko tambahan yang penting
dengan riwayat pemberian ASI eksklusif dan 14 orang yang menyebabkan ADHD. Ibu tidak hanya
(22,2%) siswa dengan kecenderungan ADHD dengan mewariskan risiko genetik untuk ADHD kepada anak,
riwayat tidak diberikan ASI eksklusif dan tidak ASI. namun juga membuat anak terkena faktor lingkungan
Berdasarkan analisis, didapatkan nilai p=0,318 baik sebelum dan sesudah kelahiran. Kontak antara
(p>0,05) menunjukkan tidak ada hubungan yang ibu–anak pada saat menyusui juga menentukan
bermakna antara riwayat pemberian ASI dengan hubungan munculnya awal risiko ADHD.10 Ibu dari
kecenderungan ADHD pada anak. Hasil penelitian ini anak–anak yang mengalami ADHD kemungkinan juga
sejalan dengan penelitian Hadiati (2018) yang mengalami ADHD sehingga mempengaruhi pada
mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pola keterampilan menyusui yang tidak tepat atau tidak
menyusui ibu dengan ADHD. Hadiati menyebutkan memadai. Riwayat BBLR juga meningkatkan risiko
bahwa ADHD terjadi pada anak dengan berbagai pola ADHD pada anak. Ini kemungkinan berkaitan dengan
menyusui.7 Penelitian oleh Boucher et al di Spanyol adanya minimal brain disorder yang banyak dijumpai
(2017) juga menyatakan tidak ada hubungan signifikan pada anak yang BBLR.9
antara lama durasi menyusui dan menyusui secara Stergiakouli (2015) meneliti bahwa peluang ibu
eksklusif dengan gejala atau kejadian ADHD. Namun, yang merokok sebelum dan selama kehamilan
hubungan durasi menyusui yang lebih lama dikaitkan trimester pertama, serta ibu yang tidak menyusui pada
dengan perkembangan kognitif yang lebih baik dan 2 bulan setelah kelahiran anak akan meningkatkan
sifat autism yang lebih sedikit pada anak. Hal ini kejadian ADHD.28 Permasalahan pada saluran cerna
menunjukkan bahwa ASI memiliki peran perlindungan anak juga mempengaruhi kejadian ADHD. Ini
terhadap sifat autism pada anak.25 Hal ini juga sesuai berkaitan dengan mikrobiota yang terdapat pada
dengan penelitian yang dilakukan Sari Bar et al (2016) saluran cerna yang berfungsi sebagai neurotransmitter
menyatakan bahwa anak yang menyusui lebih dari 6 sebagai penyebab dari ADHD. Juga peningkatan
bulan memiliki hasil kognitif yang lebih baik dan risiko insiden gejala gastrointestinal seperti konstipasi dan
lebih rendah mengalami ADHD dan autisme.26 perut kembung pada anak ADHD.29 Meskipun
Hasil penelitian ini menunjukkan hal yang demikian, pada penelitian ini dapat dilihat bahwa data
berbeda yang dilakukan oleh Zeng et al (2018) yaitu anak ADHD yang mendapatkan ASI eksklusif
anak dengan tidak ASI eksklusif atau durasi yang mengalami gejala lebih sedikit dari pada anak yang
menyusui singkat memiliki risiko ADHD yang lebih tidak mendapatkan ASI eksklusif.
tinggi dibandingkan dengan menyusui secara
eksklusif. Diduga perbedaan analisis membuat
SIMPULAN
penelitian ini berbeda dari peneliti.27 Perbedaan hasil
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor lain
riwayat pemberian ASI dengan kecenderungan ADHD
yang mempengaruhi ADHD baik secara internal
pada siswa SD di Kota Padang.
maupun eksternal. Stadler et al (2015) menyebutkan