Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah suatu proses

Perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam upaya untuk

menambah wawasan manusia dengan pengajaran dan pelatihan (Syah, 2014: 10).

Sedangkan proses pendidikan menurut D. Marimba sebagaimana dikutik Sutikno

(2008: 7) adalah proses bimbingan atau pimpinan secara sadar pendidikan

terhadap perkembangan peserta didik agar terbentuknya pribasi yang baik.

Sebagai bagian dari pendidikan, pendidikan agama islam adalah upaya yang

dilakukan secara sadar dan direncanakan dalam membentuk peserta ddik untuk

mengenal, memahami, menghayati sampai pada mengimani agama islam.

Pendidikan agama islam berperan penting untuk mendidik anak-anak agar

diberikan pengarahan untuk perkembangan jasmani dan rohani, sehingga mampu

menbentuk akhlah yang baik sesuai dengan ajaran agama islam. Pendidikan

agama islam harus ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada masa anak-

anak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. (Majid,

2012: 22)

Salah satu upaya pendidikan agama islam adalah upaya pengajaran.

Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu gabungan dari komponen-

komponen yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama. Proses

belajar mengajar ditandai dengan adanya interaksi anatar komponen. Contohnya

1
2

adanya interaksi anatara peserta didik dan guru/ metode/ media untuk mencapai

tujuan dari pengajaran.

Maka dengan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik dalam

proses belajar mengajar, siswa dapat memperoleh serta menabah wawasan dan

pengetahuan yang dimiliki, namun dalam proses belajar mengajar pasti akan ada

permasalahan yang dihadapi.

Proses belajar mengajar di Indonesia mengalami perubahan dari metode

dan teknis pelakasanaan kegiatan belajar mengajar dikarenakan saat ini Indonesia

dihadapkan pada suatu wabah Covid-19 yang dimana penyebaran dan

penularannya sangat sulit untuk dikendalikan, maka dari itu untuk menekan

tingkat penyebaran dan penularan wabah ini pemerintah menerapkan standar

protokol kesehatan yang salah satunya adalah anjuran untuk menerapkan social

distancing atau physical distancing dalam segala macam aktivitas, baik aktivitas

pendidikan, pekerjaan dan aktivitas sosial lainnya.

Wabah Covid-19 telah memberikan perubahan pada sistem belajar

mengajar, dimana proses pembelajaran yang biasanya dilakukan langsung atau

bertatap muka menjadi pembelajaran di rumah secara daring. Pemerintah melalui

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan kebijakan belajar dari

rumah secara daring sebagai upaya untuk menekan tingkat penyebaran wabah

Covid-19.

Proses belajar mengajar merupakan upaya dalam membimbing dan

menjadikan manusia yang berpengetahuan dan menjadi insan yang baik. Merujuk

pada pandangan Al-Ghazali, pendidikan pada hakikatnya digambarkan seperti


3

pekerjaan petani, yakni membersihkan duri dan mencabut rumput liar yang

tumbuh diantara tanaman, agar tanaman tersebut tetap tumbuh dan subur. Ini

artinya proses pendidikan merupakan upaya untuk menghilangkan dan mencegah

hal-hal buruk dan akhlak buruk terjadi.

Pendidikan Agama Islam merupakan proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru PAI dengan memberikan bahan materi yang berisi ajaran Islam kepada

murid. Proses pendidikan agama Islam dilakasanakan berdasarkan tiga aspek,

yaitu: input (bahan mentah), process (proses) dan output (hasil). (Depdikbud:

2003).

Proses pembelajaran melalui media daring/ online sudah cukup dikenal di

Indonesia. Dengan perkembangan teknologi dan informasi seperti WhatsApp,

Line, google class room, facebook dan lain sebagainya menjadi alat yang

digunakan untuk proses pembelajaran online ditengah pandemik Covid-19 sebagai

upaya dari kebijakan pemerintah dalam menekan tingkat penyebaran Covid-19

yang penyebarannya sangat cepat.

Proses pembelajaran online mejadi salah satu solusi dalam menjalankan

proses pembelajaran ditengah wabah yang menyeranga Indonesia saat ini,

bagaimana pemerintahan disamping ingin menekan tingkat penyebaran wabah

juga tidak ingin proses belajar mengajar terhenti, maka dari itu belajar daring

menjadi jawaban atas kesulitan belajar secara langsung atau bertatap muka

langsung. Media online menjadi media komunikasi antara guru dan siswa dalam

menyampaikan bahan materi ajaran pendidikan agama islam pada kelas VIII di

SMPN 2 Cileunyi.
4

Merujuk pada fenomena sosial hari ini dimana sistem belajar mengajar di

SMPN 2 Cileunyi terdampak oleh kebijakan pemerintah tentang pemberlakuan

belajar dari rumah, maka dari itu siswa di SMPN 2 Cileunyi dihadapkan pada

suatu kebiasaan baru yaitu belajar dari rumah, sebagai upaya untuk tetap

menjalankan proses belajar mengajar ditengah pandemik covid-19 saat ini.

Sehingga skripsi penelitian ini akan diuraikan mengenai “Efektifitas

pembelajaran pendidikan agama islam melalui media online (daring)

ditengah wabah virus covid-19 (studi kasus siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Cileunyi)”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas sehingga dapat dibuat identifikasi

masalah, sedangkan tujuan identifikasi masalah dalam skripsi untuk memberikan

batasan dalam menjelaskan masalah yang diteliti sehingga pembahasan tidak

melebar.

Adapun masalah yang diidentifikasi yaitu bagaimana efektifitas

pembelajaran pendidikan agama islam melalui media online ditengah wabah virus

covid-19 studi kasus pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi, dimana wabah

covid-19 ini mengakibatkan guru dan siswa di SMPN 2 Cileunyi harus

beradaptasi dengan kebiasaan baru yaitu menjalankan proses pembelajaran dari

rumah. Maka dari itu sejauh mana efektifitas pembelajaran pendidikan agama

islam melalui media online ditengah wabah virus covid-19 berjalan dengan baik

atau tidak pada pelaksanaannya.


5

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, tentang efektifitas pembelajaran pendidikan

agama islam melalui media online ditengah wabah virus covid-19 studi kasus

pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi maka timbul suatu permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana Program pembelajaran PAI yang diberikan kepada siswa

dalam proses pembelajaran online di tengah wabah covid-19 oleh guru

PAI pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi ?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran

online di tengah wabah covid-19 pada siswa kelas VIII SMPN 2

Cileunyi ?

3. Bagaimana efektifitas proses pembelajaran online di tengah wabah

covid-19 pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Program pembelajaran PAI yang

diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran online di tengah

wabah covid-19 oleh guru PAI pada siswa kelas VIII SMPN 2

Cileunyi

2. Untuk mengetahui Bagaimana faktor pendukung dan penghambat

proses pembelajaran online di tengah wabah covid-19 pada siswa kelas

VIII SMPN 2 Cileunyi


6

3. Untuk mengetahui Bagaimana efektifitas proses pembelajaran online

di tengah wabah covid-19 pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki dua kegunaan. Kegunaannya

yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Kegunaan Secara Teoritis

a. Kegunaan penelitian bagi penulis adalah untuk menerapkan ilmu atau

teori-teori serta memberikan pemikiran bagi pengembangan ilmu

Pendidikan Agama Islam khususnya yang berkaitan dengan

Bagaimana efektifitas proses pembelajaran online di tengah wabah

covid-19 pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan

bagi penelitian selanjutnya sebagai salah satu syarat dalam menempuh

ujian sidang sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung.

1.5.2 Kegunaan Secara Praktis

a. Kegunaan penelitian ini diharapkan berguna bagi SMPN 2 Cileunyi

dalam memberikan sistem pengajaran yang efektif melalui media

online di tengah pandemik covid-19

b. Kegunaan penelitian ini juga sebagai bahan untuk penelitian

selanjutnya, sebagai acuan referensi untuk bahan penelitian mengenai


7

efektifitas proses pembelajaran online di tengah wabah covid-19

setidaknya ada gambaran melalui hasil penelitian yang dibuat.

1.6 Kerangka Pemikiran

Pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk mempersiapkan peserta

didik untuk memahami, mengenal, menghayati dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-

Quran dan Hadist, dengan melalui proses bimbingan dan pengajaran serta

pelatihan. Pendidikan agama islam adalah bentuk dari cara mendidik untuk

menyipakan peserta didik yang berwawasan dan berpengetahuan.

Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan harus ada usaha

untuk mengembangkan potensi sumber daya yang di didik menjadi pribadi yang

baik. Adapun faktor penghambat dalam proses pengajaran dalam pelaksanaan

pendidikan, terdapat 2 faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor

eksternal, contoh faktor internal adalah keluarga atau orang tua yang kurang

memberikan pendidikan yang baik. Diantara problem orangtua meliputi :

1. Pendidikan Pendidikan kedua orangtua tergolong rendah, sehingga

belum bisa mempersepsi tentang pentingnya pendidikan. Dengan hanya tamatan

Sekolah Dasar saja, maka kondisi ini memungkinkan orangtua tidak mempunyai

jangkauan masa depan terhadap pendidikan anaknya.

2. Kesibukan Orangtua Karena pada sekarang ini perkembangan zaman

sudah maju, baik pada ilmu pengetahuan, teknologi dan pola hidup yang

materialis dan pragmatis, maka banyak tuntutan-tuntutan agar dapat

menyeimbangkan dengan pola tersebut. Oleh karena itu banyak orang tua yang
8

sibuk dengan karier masingmasing diluar rumah, malah kadang-kadang ada

orangtua yang berangkatnya pagi sekali dan pulangnya sore.

Sedangkan faktor-faktor eksternal tersebut antara lain :

1. Faktor Lingkungan, Lingkungan masyarakat yang baik, yaitu

masyarakat yang masih kental dengan ajaran-ajaran agama Islam. Lingkungan

yang seperti itu dapat mempengaruhi anak untuk berperilaku baik.

2. Faktor Media Massa Banyak media massa yang menyajikan informasi-

informasi yang menarik untuk dibaca dan dilihat, baik yang negatif maupun yang

positif, baik media massa cetak maupun elektronik. Media elektronik misalnya

saja televisi, disatu sisi walaupun televisi membawa informasi tayangan yang

positif, namun televisi juga berdampak negatif.

Proses pendidikan dan belajar mengajar di SMPN 2 Cileunyi terdampak

dari adannya kebijakan untuk menjalankan penerapan belajar mengajar

menggunakan media online atau secara daring, tentu hal ini menjadi sesuatu yang

baru bagi guru dan siswa, maka dari itu dalam segi penerangannya perlu adanya

adaptasi sistem pembelajaran.

Gambar 1.1

Skema Konseptual

Proses Belajar Mengajar Online

Fenomena Covid-19 Efektifiitas Pembelajaran

Program Proses Pembelajaran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama dari Agus Gunawan tentang Efektivitas Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Dengan Model Discovery Learning Di Kelas VII SMP

Negeri 15 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pembelajaran merupakan suatu

proses interaktif. Akan tetapi, realitanya ada sebagian sekolah yang dalam

pembelajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam kurang terjadi proses

interaktif. Model discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang

menekankan siswa untuk aktif, yaitu dengan mengoptimalkan seluruh potensi

yang dimiliki siswa. Namun, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana proses dan pelaksanaan, efektifitas, faktor pendukung dan penghambat

penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model discovery

learning di kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis tentang

efektifitas pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model

discovery learning di kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Pelajaran

2014/2015. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan

menganilisis bagaimana efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

model discovery learning di kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta. Proses

pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu:

9
10

observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisis data

menggunakan analisis deskriptif dengan cara mereduksi data, menyajikan data

kemudian menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Pelakasaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan menggunakan model discovery learning di kelas VII A dan VII B

dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (2)

Hasil penelitian menunjukan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan menggunakan model discovery learning ini efektif dari proses dan hasil

pembelajaran.

Penelitian kedua dari Mr. Yeehad Arlee tahun 2015 yang berjudul

“Pengembangan Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran

di SMK Negeri 13 Kota Malanng” Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran

secara jelas dan luas tentang pengembangan Pendidikan Agama Islam. Tujuan

penelitian dalam pelaksanaan kurikulum yang dilakukan ada dua edisi diantara

lain KTSP edisi 2006 yang bagi peserta didik yang naik ke kelas XII dan

kurikulum KTS Pedisi 2013 di pertemukan bagi siswa yang naik XI dan siswa

kelas X yang baru masuk pada tahun ajaran 2014-2015 kerena atas intruksi kepala

dinas pendidikan kota Malang upaya sekolah mengembangkan kurikulum

pendidikan adalah:

1) Menyediakan sarana dan prasarana memadai seperti menyediakan buku-

buku islam dan setiap rung mempunyai proyektor setiap kelas;

2) Meciptakan pengawasan dan kedesiplian;

3) Setiap bulan mengadakan worshop guru;


11

4) Mengadakan keaktifan pengembangan diri guru;

5) Kerja sama Negeri tetangga.

Metode yang digunakan adalah

1) Metode Observasi

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan

pecatatan secara sistematik mengenai fenomena yang diselediki.

2) Metode interview

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab sepihak

yangdilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian

3) Metode Dokumentasi

merupakan pelengkapan dari metode observasi dan interview. Penelitian

ketiga dari Sadirman tahun 2008 yang berjudul “Upaya Guru PAI

Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP

Negeri 9 Yogyakarta” Penelitian ini bertujuan memberikan mengungkap upaya

guru PAI dalam mengimplementasikan KTSP di SMP Negeri 9 Yogyakarta dan

kendala-kendala apa saja yang ditemukan serta langkah-langkah solutif seperti apa

yang ditempuh oleh guru PAI dalam mengatasi masalah yang ditemukan. Dalam

penelitian ini melibatkan seluruh subyek penelitian, sehingga penelitian ini

disebut penelitian populasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan.

2.2 Efektifitas

2.2.1 Pengertian Efektifitas Pembelajaran

Efektivtas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat membawa hasil,

berhasil guna, pengaruhnya, akhibatnya, atau kesannya. Menurut PP nomor 19


12

tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa suasana pembelajaran

yang efektif yaitu suasana belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, inovatif dan menemukan sendiri. (Sofan Amri, 2013: 119)

Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik atau efektif,

jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membantu proses belajar.

Adapun penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak

pada proses pembelajaran dan hasilnya. Menurut Wotruba dan Wright yang

dikutip oleh Hamzah dan Nurdin Mohamad dalam buku belajar dengan

pendekatan PAIKEM, bahwa terdapat tujuh indikator yang menunjukkan

pembelajaran yang efektif, diantaranya yaitu:

1. Pengorganisasian Materi yang Baik Pengorganisasian merupakan cara

mengurutkan materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur,

sehingga dapat dilihat adanya keterkaitan yang jelas antara topik yang satu

dengan topik yang lainnya selama pertemuan berlangsung. Dalam

pengorganisasian materi ada beberapa hal yang harus diperhatikan

diantaranya yaitu: perincian materi, urutan materi dari yang mudah ke

yang sukar, dan keterkaitan antara materi dengan tujuan.

2. Komunikasi yang Efektif Kecakapan dalam penyajian materi termasuk

pemakaian media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian

siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik.

Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui penjelasan

secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang tertulis atau rencana

pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti.


13

3. Penguasaan dan Antusiasme Terhadap Materi Pelajaran, Materi

merupakan salah satu bagian pokok dalam pembelajaran. Oleh karena itu

seorang guru dituntut agar mampu menguasai materi pelajaran dengan

baik dan benar. Selain itu juga, seorang guru harus mampu

mengorganisasikan dan menghubungkan materi yang diajarkan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, sehingga proses pembelajaran

di kelas menjadi hidup.

4. Sikap Positif Terhadap Siswa, Sikap positif mempunyai peran penting

yaitu memberikan dorongan dan membangkitkan motivasi siswa dalam

proses pembelajaran. Salah satu bentuk sikap positif dapat ditunjukkan

baik dalam kelas kecil maupun besar. Sikap positif dalam kelas kecil dapat

berupa perhatian terhadap masing-masing siswa, sedangkan sikap positif

dalam kelas besar dapat berupa perhatian terhadap kelompok yang

mengalami kesulitan.

5. Pemberian Nilai yang Adil Pemberian informasi sejak awal terhadap

kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam proses belajar berdampak

terhadap motivasi siswa dalam mengikuti belajar, sehingga hal tersebut

berkontrbusi terhadap nilai pelajaran siswa. Keadilan untuk pemberian

nilai dapat tercermin melalui kesesuain tes dengan materi yang diajarkan,

sikap konsistensi terhadap tujuan, usaha siswa untuk mencapai tujuan,

kejujuran siswa dalam memperoleh nilai, serta umpan balik terhadap hasil

yang dicapai siswa.


14

6. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran sangat

berkaitan dengan beberapa karakteristik diantaranya kararkterstik siswa,

karakteristik mata pelajaran, dan berbagai hambatan yang dihadapi dalam

proses belajar mengajar. Oleh karena itu perlu kiranya seorang guru

mempunyai pendekatan yang bervariatif, supaya proses belajar mengajar

menjadi menarik dan menyenangkan.

7. Hasil Belajar Siswa yang Baikn Memberikan penilaian terhadap hasil

belajar merupakan suatu yang mutlak yang harus dilakukan oleh guru.

Dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar, seorang guru harus

mempunyai indikator atau petunjuk untuk memperoleh ukuran dan data

hasil belajar siswa.

Adapun untuk efektifitas tehadap hasil, penilaiannya mengacu pada

ketuntasan belajar, yaitu ditentukan dengan kriteria minimal ideal sebagai berikut:

1. Untuk kompetensi dasar pada K I-III, siswa dinyatakan belum tuntas

belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya apabila

menunjukkan indikator nilai < 75 dari hasil test formatif, dan

dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar

yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai >75 dari hasil

test formatif.

2. Untuk kompetensi dasar pada KI dan KII, siswa dinyatakan sudah

tuntas belajar untuk menguasai kompetensi dasar yang dipelajarinya

apabila menunjukkan indikator nilai >75 dari hasil test formatif.


15

3. Untuk Kompetensi dasar pada KI dan KII, ketuntasan siswa dilakukan

dengan memperhatikan aspek sikap pada KI dan KII untuk seluruh

mata pelajaran.

2.3 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

2.3.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam pembelajaran

terjadi interaksi dari berbagai komponen, diantaranya yaitu, siswa, guru dan

materi pelajaran atau sumber belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, dan perbuatan yang dapat

menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Artinya, dengan kegiatan

pembelajaran seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang

dipelajari.(M. Fadillah, 2014: 172)

Menurut Suyono dan Hariyanto dikutip Fadlillah bahwa Istilah

pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, yaitu suatu aktifitas atau suatu

proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki

perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian, (M. Fadillah, 2014: 172).

Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu

pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam kehidupan

sehari- hari. Kemudian dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional dinyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam permendikbud 81 A tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan

pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada


16

peserta didik, untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang

semakin meningkat, baik dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berkenaan

dengan hal itu ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan bersama oleh guru

dalam melaksanakan pembelajaran, (M. Fadillah, 2014: 179-180) diantaranya

yaitu:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Mengembangkan kreativitas peserta didik

3. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang

4. Bermuatan nilai etika, estetika, logika dan kinestetika

Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan

berbagai metode dan strategi pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual,efektif, efesien dan bermakna.

Dari berbagai pengertian diatas, pembelajaran secara umum memiliki

pengertian yang sama, yaitu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik

maupun antar peserta didik. Proses interaksi dalam pembelajaran dapat dilakukan

dengan berbagai media dan sumber belajar yang menunjang keberhasilan belajar

peserta didik. Oleh karenanya , dari berbagai uraian diatas dapat didefinisikan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik

dan antara peserta didik dengan peserta didik dalam rangka memperoleh

pengetahuan yang baru dikehendaki dengan menggunakan berbagai media,

metode, dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan.


17

2.3.2 Pendidikan Agama Islam

Pendidikan mempunyai pengertian yang luas, yang mencakup semua

perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta

melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada

generasi selanjutnya, sebagai usaha untuk menyiapakan mereka , agar dapat

memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani maupun rohani.

Pengertian diatas lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari

yang buruk menuju yang baik, dari yang minimal menuju yang maksimal, dari

yang potensial menjadi aktual dan dari yang pasif menuju yang aktif

2.3.3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Adapun fungsi Pendidikan Agama Islam adalah menyediakan fasilitas

yang dapat memungkinkan tugas-tugas Pendidikan Agama Islam tersebut tercapai

dan berjalan dengan lancar. Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, Fungsi

Pendidikan Agama Islam, yaitu:

1. Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga.

2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan

kehidupan dunia dan akhirat

3. Penyusunan mental, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

4. Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan peserta

didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman dalam kehidupan


18

sehari-hari

5. Pencegahan, untuk membentengi peserta didik dari hal-hal yang negatif

dalam kehidupan sehari-hari

6. Pengajaran, mengajarkan tentang ilmu keagamaan secara umum kepada

peserta didik

7. Penyaluran, untuk menyalurkan bakat-bakat khusus yang dimiliki oleh

peserta didik supaya dapat berkembang secara optimal sehingga dapat

dimanfaatkan untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

2.3.4 Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu yang ingin dicapai setelah

melakukan serangkaian proses Pendidikan Agama Islam di sekolah atau

madrasah. Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta

mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk

mencapai tujuan-tujuan lainnya.

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamali yang dikutip oleh Abdul Mujib dan

Jusuf Mudzakkir, tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk insan

kamil yang didalamnya memiliki Pembelajaran Pendekatan Saintifik Pengertian

Pembelajaran Pendekatan Saintifik Pembelajaran pendekatan saintifik merupakan

proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif

mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulandan

mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang di temukan.


19

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada

siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan

ilmiah wawasan kaffah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan,

kekhalifahan dan pewaris nabi Secara lebih operasional bahwa tujuan Pendidikan

Agama Islam baik di sekolah maupun di madrasah adalah untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketaqwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. (Heri Gunawan, 2013: 206)

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode

saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi

yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. (Ridwan

Abdul Sani, 2014: 50)

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,

menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam menerapkan pembelajaran dengan

metode saintifik terdapat beberapa karakteristik diantaranya yaitu:

1. Berpusat pada siswa

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep,

hukum atau prinsip

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensia dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi


20

siswa.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Proses

pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). ketaqwaan, berbangsa dan bernegara

serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik

(ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang

dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Penerapan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti

mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan

menyimpulkan. Dalam menerapkan pembelajaran dengan metode saintifik

terdapat beberapa karakteristik diantaranya yaitu: (Ridwan Abdul Sani, 2014: 53)

1. Berpusat pada siswa

Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep,

hukum atau prinsip Melibatkan proses-proses kognitif yang potensia

dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Dapat mengembangkan karakter siswa.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Proses

pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah

pendekatan ilmiah ( scientific appoach) dalam proses pembelajaran


21

meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,

kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,

dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan

menciptakan.

1. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara procedural.

Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap

menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai

atau sifat-sifat non ilmiah. Berikut ini bentuk pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah (saintifik).

Adapun bentuk pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai

berikut: (Daryanto, 2014: 60)

1. Mengamati (Observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan

mudah pelaksanaannya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan

antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan

oleh guru.
22

2. Menanya

Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam permendikbud Nomor 18 a Tahun 2013, adalah

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa

yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan

yang tidak dipahami dari apa yang diamati. (Daryanto, 2014: 60)

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

mengembangkan kreaktivitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas

dan belajar sepanjang hayat.

3. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar

Kegiatan mengasosiasi dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam permendigbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah

memperoses informasi yang sudah dikumulkan baik terbatas dari hasil

kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Aktifitas ini juga

diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empirik yang dapat di observasi untuk

memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. (Daryanto, 2014: 70)

4. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau outentik siswa harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi.

5. Mengkomunikasikan
23

Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam permendigbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah

menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis atau media lainnya. (Daryanto, 2014: 80)

Bentuk pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui media online di

tengah wabah covid-19 ini akan berjalan dengan baik ketika tidak menghilangka

teknik ataupun cara memberikan ajaran yang baik dan benar. Dimana guru harus

mampu beradaptasi dengan perubahan kebiasaan baru untuk memberikan ajaran

atau pendidikan kepada murid dengan memanfaatkan media online atua daring

sebagai fasilitas bahan ajaran.

2.3.5. Model Discovery Learning

Discovery Learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan

sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan

perilaku.

Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk

mengembangkan cara siswa belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki

sendiri, sehingga hasil yang diperoleh lebih bermakna, tahan lama dan tidak

mudah dilupakan siswa.

Dalam pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk menemukan

sendiri dan mentransformasikan imformasi kompleks, mengecek informasi baru


24

dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi

informasi atau kemampuan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Menurut Bruner yang dikutip oleh Hosnan dalam buku Pendekatan

Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, menyatakan bahwa

perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh

lingkungan, diantaranya yaitu:

1. Enaktif (Enactive), pembelajaran terjadi melalui respon atau aksi-

asksi terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak

menggunakan keterampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba,

mencengkram, menyentuh, menggigit dan sebagainya.

2. Ikonik (Iconic), pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-

model, gambaran-gambaran dan visualisasi verbal. Anak-anak

mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk

perbandingan (komparasi) dan perumpamaan (tamsil), dan tidak lagi

memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.

3. Simbolik, dalam tahap ini siswa sudah mampu menggambarkan

kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Dalam memahami

dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui simbol- simbol bahasa,

logika, matematika dan sebagainya.

Dalam persiapan pengimplementasian model discovery learning ada

langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik dan efektif. Diantara langkah- langkah tersebut yaitu:

1. Menentukan tujuan pembelajaran


25

Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya

belajar dan lain sebagainya )

2. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari

Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,

ilustrasi, tugas dan lain sebagainya untuk dipelajari siswa

3. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang komplek

Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Adapun dalam pelaksanaan strategi discovery learning di kelas terdapat

beberapa prosedur yang harus dilaksanakan oleh pendidik agar dalam

mengimplentasikan strategi tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan,

diantara prosedur-prosedur tersebut yaitu:

1. Stimulation (Pemberian Rangsangan)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang

membingungkan, agar timbul keinginan siswa untuk menyelidiki.

Disamping itu guru memulai pembelajaran dengan mengajukan

pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas belajar lainnya yang

mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)

Pada tahap ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran kemudian menentuakan hipotesis dan

menganalisisnya.
26

3. Data Collection (pengumpulan data)

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

4. Data Processing (pengolahan data)

Pata tahap ini informasi yang telah didapat siswa baik melalui wawancara,

observasi dan sebagainya kemudian ditafsirkan pada tingkatan tertentu

5. Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis tadi dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan data hasil proses.

6. Generalization ( Menarik kesimpulan)

Pada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dijadikan prinsip

umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

Dari tahapan-tahapan tersebut maka dapat di kolaborasikan pendekatan

saintifik dengan model discovery learning sebagai berikut :

2. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi dan

memberikan penjelasan ringkas. Dalam pendekatan saintifik tahapan ini

masuk kedalam tahap observasi. Sedangkan dalam model discovery

learning tahapan ini masuk pada tahapan stimulus.

3. Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik

yang dikaji. Dalam pendekatan saintifik tahap ini masuk dalam tahap
27

menanya. Sedangkan dalam model discovery learning tahap ini masuk

pada tahap problem statement.

4. Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau

mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS atau

buku. Kemudian guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan

merencanakan percobaan. Setelah itu guru memfasilitasi kelompok dalam

melaksnakan percobaan atau investigasi. Dalam pendekatan saintifik

tahapan ini masuk kedalam tahap assosiasi (menalar). Sedangkan dalam

model discovery learning tahapan ini masuk pada tahapan pengolahan

data.

5. Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan

data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis. Dalam pendekatan saintifik

tahapan ini masuk kedalam tahap mencoba. Sedangkan dalam model

discovery learning tahapan ini masuk pada tahapan pengumpulan data.

6. Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data seta membuat

laporan hasil percobaan atau pengamatan. Dalam model discovery

learning tahapan ini masuk pada tahapan verifikasi.

7. Kelompok memaparkan hasil investigasi dan mengemukakan konsep yang

ditemukan. Guru membimbing siswa dalam mengkonstruksi konsep

berdasarkan hasil investigasi. Dalam pendekatan saintifik tahapan ini

masuk kedalam tahap networking. Sedangkan dalam model discovery

learning tahapan ini masuk pada tahapan generalisasi. (Ridwan Abdul

Sani, 2014: 2014: 99)


28

2.4 Media Sosial

2.4.1 Pengertian Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan

bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh

dunia. Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial

pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses instagram misalnya, bisa

dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile

phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakes media sosial mengakibatkan

terjadinya fenomena besar terhdap arus informasi tidak hanya di negara-negara

maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai

tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan

berita-berita.

2.4.2 Fungsi Sosial Media Sosial

McQuail berpendapat bahwa fungsi utama media bagi masyaraka adalah :

a. Informasi - Inovasi, adaptasi, dan kemajuan.

b. Korelasi - Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna

peristiwa dan informasi. - Menunjang otoritas dan norma-norma

yang mapan. - Mengkoordinasi beberapa kegiatan. - Membentuk

kesepakatan.

c. Kesinambungan - Mengekspresikan budaya dominan dan

mengakui keberadaan kebudayaan. khusus (subculture) serta


29

perkembangan budaya baru. - Meningkatkan dan melestarikan

nilai-nilai.

d. Hiburan - Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana

relaksasi. - Meredakan ketegangan sosial.

e. Mobilisasi - Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang

politik, pendidikan, ekonomi.


30

2.5 Wabah Covid-19

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sejak pertama kali menjangkiti

warga Wuhan Provinsi Hubei, Cina pada 8 Desember 2019, penyebarannya terjadi

sangat cepat hingga akhirnya WHO pada 11 Maret 2020 mengumumkan bahwa

Covid-19 ini merupakan pandemi global. Worldometers (worldometers.info)

secara real time menyebutkan jumlah kasus Covid-19 per-20 April 2020 di dunia

sebanyak 2.407.339 kasus dengan angka kematian 165.069 jiwa. Dua ratus

sepuluh negara telah terpapar virus ini termasuk Indonesia. Di Indonesia kasus

Covid-19 ini per-20 April 2020 sejumlah 6.575 kasus dengan kematian 582 jiwa.

2 Penyebaran virus yang diasumsikan berasal dari hewan ini terjadi melalui

kontak dengan sumber virus atau orang yang terinfeksi. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Chaolin Huang dan rekan-rekannya pada 16 Desember 2019

- 2 Januari 2020, dilaporkan bahwa hasil uji klinis, laboratorium, epidemologis

dan radiologis kepada empat puluh satu kasus yang dikonfirmasi terinfeksi Covid-

19, sejumlah dua puluh tujuh orang atau 66% memiliki latar belakang kontak

langsung ke pasar binatang buruan dan makanan laut di Huanan.

Covid-19 menyebabkan sejumlah pneumonia yang fatal dengan presentasi

klinis sangat menyerupai SARS-CoV. Dari sini terlihat bahwa virus ini bisa

menjadi wabah bagi siapapun tanpa membedakan usia, kanak-kanak, remaja

maupun dewasa. Pu Yang menyebutkan bahwa sekalipun Wuhan adalah kota

pertama di dunia yang terpapar oleh Covid-19, akan tetapi informasi pertama

tentang anak yang terinfeksi Covid-19 bukanlah datang dari Wuhan, melainkan

dari sebuah kota berjarak seribu kilometer dari Wuhan, yaitu kota ShenZhen.
31

Kasus Covid-19 di Indonesia memberikan dampak pada perubahan

kebiasaan masyarakat Indonesia, baik itu kebiasaan sosial, ekonomi, keagamaan

dan pendidikan, salah satu faktor yang terdampak adalah perubahan kebiasaan

proses belajar mengajar yang tadinya dilakukan dengan bertatap muka di dalam

kelas atau ruangan menjadi melalui media online atau daring, Perubahan

kebiasaan ini berpengaruh pada efektifitas proses pembelajaran dari guru kepada

siswa.

Dengan adanya pandemik ini proses pembelajaran yang diberikan oleh

guru kepada siswa akan sedikit bepengaruh pada tingkat efektifitas bahan ajaran,

apakah berjalan dengan efektif atau tidak tergantung bagaimana kedua komponen

guru dan murid ini mampu beradaptasi dengan kebiasaan dan metode baru dalam

memberikan bahan ajaran.


32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian tentang efektifitas pembelajaran pendidikan agama islam

melalui media online ditengah wabah virus covid-19 studi kasus pada siswa kelas

VIII Smp negeri 2 Cileunyi menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan suatu hasil penelitian data

deskriptif yang dijelaskan dalam kata-kata tertulis maupun lisan, dan tingkah laku

yang dapat diamati dari objek yang diteliti (Bagong dan sutinah, 2005: 166).

Metode penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang natural dan data

yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih

berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengedepankan penghayatan dan

pemahaman serta penjabaran makna dari suatu peristiwa dan tindakan manusia

dalam situasa tertentu menurut sudut pandang peneliti itu sendiri.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk angka statistik atu bilangan,

melainkan dalam bentuk deskriptif atau kualitatif. Dengan memberikan

gamabaran mengenai situasi dan kondisi objek yang diteliti dalam bentuk naratif.

Dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran mengenai efektifitas pembelajaran

pendidikan agama islam melalui media online ditengah wabah virus covid-19

studi kasus pada siswa kelas VIII Smp negeri 2 Cileunyi.


33

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah sumber darimana data itu diperoleh (Arikunto, 2010:

129). Sumber data dalam penelitian terdiri dari dua sumber data, yaitu data

sekunder dan primer. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti, misalnya data didapat dari biro jasa statistik,

majalah, koran, keterangan publikasi lainnya. (Marzuki, 2002: 98)

1. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber tambahan atau data tambahan.

Sumber sekunder ini diambil dari buku-buku yang berupa arsip-arsip

kepengurusan, jurnal, penelitian terdahulu, laporan program kerja dan

sumber penelitian lalinnya yang menunjang untuk pengumpulan data dari

penelitian.

2. Sumber data Primer

Sumber data primer adalah sumber pookok atau utama, tangan pertama.

Sumber primer penelitian ini diambil dari wawancara dengan pihak pihak

yang terkait dalam objek penelitian yang akan diambil, dan melakukan

dokumentasi dalam aktifitas belajar mengajar yang dilakukan melalui

media online di SMPN 2 Cileunyi.

3.3 Jenis Data

Jenis data dari penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, yaitu

pengelolaan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan data yang ada di

lapangan atau objek penelitian di lapangan. Berkaitan dengan hal itu, jenis
34

datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan foto-foto

(Moleong, 2007:157-162)

Adapun hasil pengamatan dan data yang diperoleh di lapangan adalah :

1. Kata-kata dan tindakan, yaitu kata-kata dan tindakan dari guru PAI dan Siswa

Kelas VIII SMPN 2 Cileunyi yang diamati atau diwawancarai oleh peneliti

merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat tertulis melalui

perekaman dan pengambilan foto.

2. Sumber data tertulis, walaupun dikatakan bahwa sumber data tertulis itu

merupakan sumber yang kedua, jelas hal itu tidak bisa diabadikan, jika dilihat

dari sumber datanya, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat

dibagi atas sumber dari arsip dan dokumen-dokumen. Penulis bisa

mendapatkan bahan rujukan untuk analisis fenomena pada objek penelitian

melalui sumber data tertulis.

3. Foto dan rekamana, dizaman digital seperti hari ini foto dan rekaman menjadi

salah satu kegiatan penelitain yang dapat dipakai dalam keperluan penelitian

kualitatif, karena dapat dipakau dalam berbagai keperluan. Foto dapat

menghasilakn data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk

segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode sebgai berikut :


35

3.4.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu poses untuk memperoleh data ataupun pendapat

secara lisan dari seorang informan dengan berbincang secara langsung atau

bertatap muka dengan orang tersebut. (Bagong dan Sutinah, 2005: 69)

Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dalam penelitian,

karena menyangkut data maka wawancara merupakan salah satu proses yang

penting dilakukan dalam proses penelitian. Wawancara merupakan cara yang

digunakan untuk memndapatkan informasi perihal objek yang diteliti yang

didapatkan dari responden dengan cara bertanya lansung secara bertatap muka ,

namun demikian teknik wawancara dalam perkembangannya tidak harus

dilakukan secara langsung bisa juga dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi untuk mewawancara narasumber.

Wawancara diajukan kepada guru PAI SMPN 2 Cileunyi, perwakilan

orang tua siswa dan siswa di SMPN 2 Cileunyi. Wawancara juga dilakukan

kepada kepala sekolah SMPN 2 Cileunyi, wawancara dilakukan dengan

keterlibatan penulis disela sela pengamatan penelitian. Peneliti ikut serta dalam

aktifitas belajar mengajar guru PAI di SMPN 2 Cileunyi sambil mengamati

efektifitas pembelajaran melalui daring kepada siswa kelas VIII SMPN 2

Cileunyi.

Selain itu wawancara juga dilakukan kepada informan pendukung lainnya,

yaitu kepada orang tua siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi, dalam hal ini peneliti

ikut terlibat langsung dengan tujuan mendapatkan informasi yang akurat dari

narasumber terkait data yang valid dalam penelitian.


36

3.4.2 Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui indera manusia.

Berdasarkan penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa indera manusia menjadi

alat utama dalam mengumpulkan informasi dan melakukan observasi. Observasi

dalam pembahasan ini adalah suatu proses pengamatan subjek penelitian beserta

lingkungannya dan melakukan dokumentasi melalui pemotretan maupun

perekaman atas perilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah subjek

dengan lingkungan sekitarnya. (Haris Herdiansyah, 2013: 129-130)

Observasi menurut Kusuma (1987: 25) adalah pengamatan yang

dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap suatu aktivitas inidividdu atau

objek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya

yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstuktur, observasi partisipan dan

observasi nonpartisipasi.

Menurut Patton dalam bukunya Moleong (2000: 184) ciri-ciri pokok

dalam observasi adalah :

1. Pengamatan mencakup seluruh konteks sosial alamiah dari pelaku

manusia.

2. Menangkap gejala atau fenomena yang penting, yang mempengaruhi

hubungan sosial anatara orang-orang yang diamati perilakunya.

3. Menentukan apakah yang disebut sebagai kenyataan dari sudut

pandang, tujuan observasi itu sendiri oleh Guba dan Lincoln dalam

bukunya Moleong (2000:130) adalah :


37

1. Mendapatkann data yang komprehensif dari perilaku manusia atau

sekelompok manusia, sebagaimana pada kenyataanya. Hal ini

memudahkan untuk peneliti dalam memahami perilaku dan diamati

dalam proses penelitian.

2. Mendapatkan deskripsi yang relatif lengkap terkait dengan kehidupan

sosial atau salah satu aspeknya.

3. Mengadakana Eksplorasi atau penjelajahan.

Dalam penelitian ini sesuai dengan objek penelitian yang peneliti lakukan,

peneliti memilih menggunakan observasi partisipan. Observasi partisipan adalah

suatu teknik penelitian yang dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan

yang dilakukan oleh objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan dengan

mengamati dan mencatat langsung terhadap objek yang diteliti. Yaitu dengan

mengamati bagaimana efektifitas pengajaran pendidikan agama islam di kelas

VIII SMPN 2 Cileunyi.

3.4.3 Studi kepustakaan dan Dokumentasi

Studi kepustakaan adalah sumber informasi berupa bahan dan materi atau

surat-surat penting dan peneliti mentransfernya. Studi dokumentasi biasanya

berbentuk arsip-arsip dan surat penting lainnya yang tersimpan mengenai suatu

hal kejadian yang berkaitan dengan masalah penyelidikan. (Moh. Nazir, 2005:

212) ini dilakukan terutama untuk melengkapi dan menguatkan data yang

diperoleh baik dari observasi atau wawancara. Disamping untuk kepentingan yang

bersifat teoritis, guna memperoleh kejelasan dan masukan atas masalah penelitian

yang dibahas. Untuk mendukung penelitian ini, data data bisa diperoleh
38

dokumentasi salah satunya adalah foto-foto. Foto peneliti ketika sedang

melaksanakan wawancara dengan infroman, dan tempat-tempat penting yang

berkaitan dengan kepentingan penelitian.

3.5 Analisis Data

Setelah data dari objek yang diteliti terkumpul dari hasil pengumpulan

data, maka langkah selanjutnya adalah analisis data, yang dimana tujuannya untuk

mengelola data yang sudah ada. Analisis data adalah suatu proses

pengorganisasian data kedalam pola, kategori dan satua uraian dasar sehingga

dapat ditemuka tema dan ditemukan analisis awal seperti yang sarankan oleh data

(Moleong, 2002: 103)

Analisis data yang dilakukan secara indukti mulai dari lapangan atau fakta

empiris dengan cara masuk kedalam objek penelitian dilapangan, mempelajari,

menganalisis dan menafsirkan yang kemudian ditarik kesimpulan yang ada di

lapangan objek penelitian.

Menurut Milles dan Hubermas dalam Rachman (1999: 120). Tahapan

analisis data adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

peneliti mencatat semua data secara kolektif dan apa adanya sesuai dengan

hasil observasi dan wawancara dilapangan.

2. Reduksi Data

Memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan kajian penelitian, dimana reduksi

data merupakan suatu bentuk analsis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi
39

kemudian dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil dari

observasi yang penulis lakukan.

3. Penyajian Data

Penyajian data berupa sekumpulan informasi yang telah tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan hasil kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

4. Penarikan Kesimpulam atau Verifikasi

Sejak semula peneliti mencari makna dari data yang diperoleh. Peneliti berusaha

mencari pola, model, tema dan persamaan hal-hal yang sering muncul, hipotesis

dan sebagainya. Verifikasi dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan

mengumpulkan data-data baru, dalam pengambilan keputusan, didasarkan pada

reduksi data dan penyajiandata yang merupakan jawaban atas masalah yang

diangakt dalam penelitian.

Tahapan analsis data kualitatif diatas dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi Data

Penarikan
kesimpulan/
verifikasi
Gambar 3.1

Sumber: Milles dan Huberman dalam Rachman (1999:120)


40

Keempat komponen tersebut saling mempengaruhi dan terikat. Pertama-

tama peneliti melakukan penelitian dilapangan dengan meggunakan wawancara

atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang

dikumpulkan banyak maka diadakan reuksi data, setelah direduksi data, kemusian

diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian

data, apabila ketiga tahapan tersebut selesai dilakukan, maka diambil keputusan

atau verifikasi.
41

3.6 Tempat dan Jadwal Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian,

disini peneliti memilih lokasi penelitian pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cileunyi.

Alasan dari peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan tempat penelitian

berdekatan dengan rumah peneliti dan banyak siswa Kelas VIII SMPN 2 Cileunyi.

3.6.2 Jadwal Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menyusun jadwal penelitian

yang dapat menjadi acuan untuk terlaksananya penelitian lebih baik, yaitu sebagai

berikut

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahun 2020

Tahapan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari


Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan 
Judul
Pembuatan
Proposal
Penelitian
Bimbingan
Proposal
Penelitian
Seminar
Proposal
Penelitian
Pengumpulan
dan Pengolahan
Data
Bimbingan
Skripsi
Penyelesaian
Skripsi
Sidang Skripsi
42

Anda mungkin juga menyukai