Abstrak
Abstract
Indonesia's education system is considered to have met a new chapter, namely online
learning since the Covid-19 virus was declared a global pandemic by WHO. Changes in
the learning system during the pandemic period are certainly a challenge in the
education sector. In a study, it was stated that the learning environment greatly
influenced student learning motivation. (Damanik, 2019: 46-52). However, the
implementation of the distance learning framework still has several obstacles, such as a
lack of skilled teachers, a lack of technical equipment, and the government hindering the
development of online education technology. Student characteristics that can influence
student learning activities include background knowledge and level of knowledge,
learning styles, time sequence, maturity, scope and scope of interest, socioeconomic
environment, environmental and cultural barriers, intelligence, harmony and attitudes,
and academic achievement: motivation others. The implementation of game-based
learning and based learning is considered an innovative solution in maintaining students'
learning motivation who have different characteristics.
Semenjak akhir 2019, dunia Internasional digemparkan dengan adanya Corona Virus
Disease-19 yang ditemukan pada tubuh manusia. WHO menyatakan bahwa Covid-19 ini
sebagai darurat kesehatan masyarakat dunia pada 30 Januari 2020. Virus Corona merupakan
virus yang menimbulkan gejala ringan hingga berat. Virus yang menyebabkan dunia gempar
ini disebut sebagai Sars-CoV-2. Minimnya penelitian tentang penyakit ini, membuat para ahli
kesulitan menemukan informasi berbasis bukti tentang perawatan, pengobatan, dan hal-hal
lainnya terkait covid-19. Hingga pada tanggal 16 Oktober 2020 ada 353.461 kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia. Mewabahnya virus ini tentu saja membawa
dampak dalam berbagai sektor kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan.
(Ibrahim 2020).
Sesuai dengan Permenkes RI No.9 Tahun 2020 yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat dengan adanya PSBB, maka proses pembelajaran yang awalnya dilakukan secara tatap
muka, harus diubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan media yang
efektif sesuai arahan pemerintah pusat dan sudah diatur dalam Surat Edaran Mendikbud No.
4 Tahun 2020. Ketika awal School From Home ini diterapkan, tidak ada penjelasan atau
panduan secara rinci bagaiamana seharusnya kegiatan belajar-mengajar berlangsung,
sehingga banyak guru yang kebigungan bagaimana melakukannya dengan sistem yang masih
terasa ‘baru’ bagi mereka. Perubahan sistem pembelajaran selama masa pandemi tentu
menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam sektor pendidikan. Dalam sebuah penelitian
disebutkan, motivasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. (Damanik,
2019: 46-52). Lantas, bagaimana jika tempat yang digunakan untuk proses pembelajaran
harus berubah? Sekolah yang awalnya menjadi tempat belajar, sekarang berubah menjadi
berada di rumah dan didampingi dan diawasi oleh orang tua secara langsung. Lingkungan
belajar semestinya dibuat sepositif mungkin guna meciptakan motivasi belajar, kendati
dengan sistem pembalajaran yang terasa ‘baru’.
Banyak peneliti telah mempelajari pendidikan jarak jauh dari berbagai sudut pandang,
terutama perspektif teori pengajaran. Meski banyak keuntungan dari pendidikan modern saat
ini, tetapi masih banyak kendala dalam pengembangan pendidikan jarak jauh. Tenaga
pendidik dan Admin bekerja keras untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
sebagai fasilitator di sistem pendidikan online yang berupa meningkatkan kualitas pendidikan
jarak jauh yang sepenuhnya masih belum bisa menjadi pilihan utama siswa. Ketika diminta
untuk memilih, peserta didik tentu saja akan memilih untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam kelas tatap muka. Selain itu, angka putus sekolah karena pembelajaran
jarak jauh meningkat secara signifikan. Menurut sebuah penelitian, penurunan efisiensi
pembelajaran, pengajaran, dan kemajuan pendidikan jarak jauh disebabkan oleh berbagai
macam kesenjangan dalam dunia pendidikan yang masih terdapat masalah serius dalam ruang
kelas online yang perlu segera diselesaikan. Seperti kesenjangan yang terjadi antara peserta
didik dengan tenaga pendidik yang terputusnya komunikasi, hasil tinjauan pustaka
menunjukkan bahwa skorsing siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Kesenjangan istilah
yang digunakan di sini untuk menunjukkan hubungan antara siswa, guru dan konselor kelas
online. Tidak ada hubungan antara keduanya, artinya komunikasi antara peserta dan guru
virtual tidak terhubung dan harus dapat diandalkan.
Kondisi belajar adalah salah satu faktor yang memiliki pengaruh dalam meningkatkan
hasil belajar. Interaksi kondisi belajar menggunakan metode belajar pada dasarnya tidak
mungkin untuk dimanipulasi. Metode pembelajaran ditentukan dengan cara yang berbeda
memperoleh hasil belajar yang berbeda dalam kondisi tertentu dengan metode pembelajaran
yang berbeda. Pada hakikatnya metode pembelajaran dapat didesain oleh tenaga pendidik itu
sendiri. Namun, dalam beberapa keadaan metode pembelajaran tidak dapat diubah menjadi
suatu kondisi belajar. Pembelajaran inklusif bisa digunakan sebagai indikator nilai
menggunakan metode pembelajaran dalam kondisi belajar yang berbeda. Hasil aktual dan
hasil yang diharapkan. Menurut Vygotsky, urutan pembelajaran artinya membutuhkan desain
dan berkembang sesuai dengan kondisi siswa dan juga mempelajari mata pelajaran komunitas
sosial dan budaya tempat siswa berada (Moll, 1994). Sebagai tenaga pendidik, mereka
dituntut untuk memahami poin-poin utama dari siswa didiknya. Siswa ialah orang-orang
dengan sejarah individu, dan mereka perlu bersosialisasi di antara keduanya. Mereka sangat
ingin melakukan sesuatu dengan lingkungan, dan memiliki kebebasan untuk mengembangkan
ide mereka sendiri dan merasakan pengalaman apriori. Pemahaman siswa tentang mata
pelajaran memang harus digunakan sebagai dasar untuk pengembangan teori dan praktik
pendidikan.
Karakteristik siswa adalah pola perilaku dan kemampuan siswa secara keseluruhan.
Perilaku dan kemampuan tersebut ada karena lingkungan alam dan sosialnya untuk
menentukan cara kegiatan untuk mencapai tujuan. Setiap siswa memiliki kemampuan dan
karakteristik yang berbeda. Siswa juga berasal dari lingkungan sosial yang berbeda.
Kemampuan, karakteristik dan lingkungan sosial siswa membentuk mereka menjadi peran-
peran mandiri dengan pola perilaku tertentu. Perilaku yang terbentuk menentukan aktivitas
siswa di dalam dan di luar sekolah. Tentunya kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
siswa dan membutuhkan bimbingan dari guru. Pola tingkah laku setiap siswa membuat
mereka memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang ada pasti dan
tidak ada seorang siswa memiliki kesamaan dengan siswa lainnya. Di antara aspek satu dan
aspek lainnya pasti memiliki sebuah perbedaan. Perbedaan setiap orang merupakan salah satu
faktor pendukung yang membentuk kualitas diri setiap orang. Setiap peserta didik memiliki
ciri-ciri yang berbeda. Jika dibandingkan dengan siswa yang kurang pintar, tidak pintar,
dengan memiliki kemampuan berpikir yang di atas rata-rata tentu saja akan ada perbedaan
yang signifikan. Perbedaan karakteristik setiap peserta didik menuntut guru untuk
menentukan bagaimana cara memperlakukannya dengan cara yang bijak. Karakteristik siswa
yang dapat mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran adalah: latar belakang pengetahuan
dan tingkat pengetahuan, gaya belajar, urutan waktu, kematangan, jangkauan dan cakupan
minat, hambatan lingkungan dan budaya, lingkungan sosial dan ekonomi, kecerdasan,
keharmonisan, dan prestasi akademik.
Jika menilik dari uraian di atas, kondisi belajar dan karakteristik siswa yang berbeda-
beda tentunya akan menemui tantangan dan masalah dalam menghadapi Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) ini. Sangat sulit untuk berkomunikasi dalam lingkungan pembelajaran online.
Hubungan antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa lainnya tidak dapat dilakukan
dengan cara kelas konvensional. Penting untuk dicatat, bahwa interaksi peer-to-peer antar
siswa akan mengarah pada konstruksi makna realisasi tujuan pembelajaran yang tidak umum
dalam pengajaran jarak jauh. Menunjukkan bahwa karena hilangnya komunikasi tatap muka,
belajar online menghadapi tantangan komunikasi dan sosialisasi di kelas pembelajaran jarak
jauh. Siswa tidak merasa bahwa mereka sepenuhnya terhubung dengan guru mereka dan
kurang keterlibatan siswa, konektivitas internet, dan kurangnya interaksi di ruang kelas
online. Untuk memahami masalah tersebut, terlebih dahulu kita harus mengecek mata
pelajaran online peserta didik. Mengapa mereka enggan berpartisipasi dalam kelas daring?
Masalah apa yang akan mereka hadapi dalam proses pembelajaran? Di era ini, kualifikasi
akademik merupakan bagian penting dari perburuan pekerjaan. Banyak siswa putus sekolah.
Lalu, solusi apa yang dapat diambil untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab
tersebut?
PEMBAHASAN
Heyamn (2010) percaya bahwa salah satu perhatian terbesar dalam pendidikan online
adalah tingginya angka putus sekolah dari belajar daring yang sepenuhnya online
dibandingkan dengan kelas tradisional. Tingkat kegagalan kelas online adalah 10-20% lebih
tinggi daripada kelas tradisional. Secara keseluruhan, statistik menunjukkan bahwa 40-80%
siswa online putus atau berhenti dari pendidikan mereka. Motivasi yang rendah hingga tinggi
juga dapat menyebabkan masalah di ruang kelas online. Karena kelas daring memang
membutuhkan kemandirian yang tinggi dan kemampuan untuk belajar sendiri, motivasi
internal mungkin menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran. Motivasi dan rasa
tanggung jawab untuk mengikuti program kelas daring sangat erat kaitannya dengan prestasi
belajar siswa. Motivasi belajar dapat dikaitkan dengan desain kurikulum, bakat siswa, dan
dikap terhadap pembelajaran teknologi. Sebuah studi menunjukkan bahwa beberapa faktor
(seperti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan modul, pemahaman yang tidak
memadai tentang konteks subjek, masalah aksesibilitas perangkat lunak, sumber daya
manusia yang dapat diandalkan dan masalah sistem pendukung lainnya) dapat mengurasi
motivasi belajar (Smart & Cappell, 2006).
Selain menurunnya motivasi belajar peserta didik selama pembelajaran online yang
menjadi permasalahan utama, masalah lainnya pun turut andil dalam sistem pendidikan yang
terasa baru ini. Minimnya interaksi tatap muka dapat membuat sebagian siswa merasa cemas.
Berbagai disiplin ilmu, pengalaman baru setelah pembelajaran daring dan fungsi berbeda
yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh semuanya merupakan hambatan untuk
membangun hubungan kolaboratif yang efektif dalam lingkungan online. Keterampilan
interaksi yang kuat dan tingkat kepercayaan yang tinggi akan membawa risiko tak terduga
dalam pembelajaran jarak jauh, yang merupakan faktor penting untuk pengalaman belajar
yang efektif dan bermanfaat (Watson et al, 2010). Keterbatasan komunikasi dapat
mempengaruhi atau kekurangan kemampuan untuk membangun kolaborasi melalui kerja tim.
Lingkungan belajar yang rusak, terutama papan diskusi virtual dapat berfungsi sebagai titik
kontak bagi siswa dari seluruh dunia, tetapi juga dapat menyebabkan masalah unik. Selain
itu, ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tidak terlihat menyulitkan penerimanya untuk
menafsirkan pesan secara akurat, terutama saat peserta didik sedang berpartisipasi dalam
diskusi atau kerja kelompok. Ketika peserta didik ditempatkan dalam tim pasif yang sering
kali tidak dapat berkomunikasi, kepercayaan juga akan mulai luntur. Jika hal ini terjadi maka
siswa dalam kelompok tidak akan dapat memahami dedikasi dan keseriusan anggota lain
dalam kerja kelompok. Partisipasi kolaboratif menciptakan suasana di mana peserta didik
dapat berkomunikasi secara teratur, menghindari konflik yang disebabkan oleh
miscomunication dan dapat membangun kepercayaan antar peserta didik. Sebagai siswa didik
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam penilaian akhir untuk mengungkapkan
pengalaman dan permasalahannya pada materi dan lingkungan belajar. Memberikan peluang
umpan balik kepada siswa dan memberikan kesempatan untuk mengubah detail dan
memasukkan revisi yang diperlukan sesuai kebutuhan. Sistem pembelajaran jarak jauh harus
mempertimbangkan banyak faktor, tidak hanya komponen kognitif dan perilaku, tetapi juga
faktor sosial.
Ketika merancang metode pembelajaran dalam kelas daring, guru sebagai tenaga
pendidik harus memahami bagaimana kondisi siswa, jika dibandingkan dengan kelas tatap
muka, pendidik atau pun siswa merasa semakin sulit untuk mempertahankan suasana belajar
yang kohesif dalam ruang kelas belajar daring. Biasanya perbedaan konsep akan
menyebabkan beberapa guru bersikap cuek terhadap emosi dan perasaan siswa, bagi mereka
yang terpenting adalah menyelesaikan tugas dan mendapatkan reward. Misalnya sebagai
tenaga pendidik harus lebih memahami aspek psikologis dan reaksi siswa yang tercermin dari
reaksi siswa terhadap diskusi, sehingga guru harus lebih aktif dalam menjawab diskusi di
kelas virtual. Memahami mengapa siswa bereaksi terhadap tindakan mereka, misalnya
mengapa beberapa siswa acuh tak acuh terhadap diskusi di dalam kelas? Memahami
tanggapan siswa dapat memberikan wawasan tentang moderasi diskusi dan pendekatan
kolaboratif lainnya, sehingga membuat pembelajaran lebih fleksibel dan secara efektif
meningkatkan pemahaman siswa.
Dalam pembelajaran online, siswa perlu memiliki disiplin pribadi yang tinggi, yang
tidak berati pendidik tidak memiliki tanggung jawab untuk mengasuh. Dalam lingkungan
pendidikan modern, keberhasilan pembelajaran jarak jauh sangat bergantung pada guru.
Banyak dari mereka yang mempertanyakan keefektifan pendidikan daring, waktu persiapan
modul dan masalah teknis lainnya, serta menemukan perbedaan waktu yang diperlukan untuk
meniapkan pengajaran online berkualitas tinggi dalam bentuk modul. Sebaiknya tidak hanya
meletakkan materi pembelajaran secara daring, tetapi juga mencetaknya di cabang
pendidikan tinggi terdekat. Tata letak dan bobot bahan ajar harus sesuai untuk semua siswa,
oleh karena itu guru perlu memperhatikan unsur teknologi dan dampaknya bagi siswa.
Beberapa peneliti menyarankan bahwa pembuatan kelas daring berkualitas tinggi
membutuhkan kolaborasi antara ahli yang profesional. Hampir tidak mungkin bagi seseorang
untuk memiliki semua keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
menyampaikan pembelajaran jarak jauh, sehingga diperlukannya kolaborasi antara pemangku
kepentingan. Namun, tidak semua guru mengenal pendidikan jarak jauh dan pengetahuan
tentang teknologi pendidikan yang terkait. Beberapa guru percaya bahwa mereka dapat
mengatur dan menjalankan kelas daring sendiri dan yakin dengan kemampuan teknis mereka.
Akan tetapi, pengetahuan tentang teknologi saja tidak cukup, dibutuhkan kreativitas teknologi
sehingga proses belajar-mengajar menjadi lebih efektif.
Hampir sebagian besar lembaga pendidikan belum siap untuk mengajar dengan sistem
online dalam skala besar dari perspektif kelembagaan, budaya, struktural, dan administrasi.
Para peneliti menunjukkan bahwa pada kenyataannya, wacana kontak pendidikan jarak jauh
sangat populer dengan e-learning memiliki banyak hambatan kelembagaan, termasuk
tantangan persaingan antar institusi. Bahkan dalam lingkungan akademis, branding sangat
penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan akan memiliki keunggulan
kompetitif yang lebih besar dengan memosisikan diri sebagai tenaga ahli untuk membuat
materi pelatihan dengan kualitas yang dibutuhkan. Penerimaan lembaga pembelajaran jarak
jauh penting bagi masyarakat transnasional dan negara berkembang, sehingga faktor bahasa
yang digunakan dalam pembelajaran daring perlu diperhatikan. Tujuan pengembangan
pendidikan jarak jauh adalah untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan dan aksebilitas
teknologi pengajaran. Sayangnya, kemampuan pelajar dalam menggunakan aplikasi sistem
perangkat lunak masih rendah. Pendidikan jarak jauh masih merupakan bidang yang tumbuh
paling cepat di lembaga pendidikan. Namun, implementasi kerangka pembelajaran jarak jauh
secara keseluruhan masih memiliki beberapa kendala, seperti kurangnya guru yang terampil,
kurangnya peralatan teknis, dan pemerintah menghambat perkembangan teknologi
pendidikan daring.
Degeng, N.S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti.
Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020). Pembelajaran
Daring Masa Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi Dan Proyeksi. 1–10.
Diambil dari https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/30518
Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L. M., & Putri, R. S.
(2020).Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online
di Sekolah Dasar. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1-
12.
Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design: What is It and Why is It? Dalam C.M.
Reigeluth (Ed.), Instructional Design Theories and Models: an Overview of Their Current
Status. Hillsdale, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates.
Sari, M. Blended Learning, Model Pembelajaran Abad ke-21 di Perguruan Tinggi.
Wang, G., Zhang, Y., Zhao, J., Zhanh, J., & Jianh, F. (2020). Mitigate the effects of
home confinement on children during the COVID-19 outbreak. The Lancet, 395(10228), 21-
27. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30547-X